Negara terbelakang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
ini yang bikin daftar malah ngambil sumber nggak jelas -_- |
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. |
||
(49 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Least Developed Countries map.svg|jmpl|{{legend|#000091|Negara terbelakang}}{{legend|#00ff00|Mantan negara terbelakang}}|alt=|400x400px]]
'''Negara Terbelakang''' dapat didefinisikan sebagai [[negara berkembang]] yang memiliki tingkat pembangunan yang rendah dibandingkan dengan negara berkembang lainnya M.L Jhingan (2014)<ref>{{Cite journal|last=Fogel|first=Robert|date=2000-07|title=Simon S. Kuznets: April 30, 1901-July 9, 1985|url=http://dx.doi.org/10.3386/w7787|location=Cambridge, MA}}</ref>. Umumnya, kondisi tersebut ditandai dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, ketimpangan pendapatan yang besar, pendidikan dan kesehatan yang rendah, infrastruktur yang tidak memadai, serta akses terhadap sumber daya yang terbatas. [[Paul Hoffman]], menggambarkan keadaan suatu negara terbelakang dalam suatu ungkapan sebagai berikut: {{quote|"Setiap orang
dapat memahami suatu negara terbelakang apabila ia melihatnya"}}
Negara terbelakang adalah suatu negara yang ditandai oleh kemiskinan, kota yang dipadati oleh pengemis dan penduduk desa yang sulit untuk mencari nafkah di kampung halamannya sendiri. Ia adalah suatu negara yang jarang memiliki suatu industri, sering kali dengan persediaan tenaga dan listrik yang tidak memadai. Negara seperti itu biasanya tidak memiliki jalan raya dan jalan kereta api yang cukup, pemerintah belum dapat memberikan pelayanan yang memadai dan komunikasi yang ada biasanya buruk. Rumah sakit dan lembaga pendidikan tinggi juga sangat sedikit.
== Sejarah ==
Sejarah negara keterbelakangan dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu periode sebelum abad ke-20 dan periode setelah abad ke-20. Pada periode sebelum abad ke-20, negara keterbelakangan biasanya merupakan negara koloni dari [[negara maju]]. Negara-negara koloni tersebut didominasi oleh negara-negara Eropa, seperti Inggris, Prancis, dan Spanyol.<ref>{{Cite journal|last=Acemoglu|first=D.|last2=Johnson|first2=S.|last3=Robinson|first3=J. A.|date=2002-11-01|title=Reversal of Fortune: Geography and Institutions in the Making of the Modern World Income Distribution|url=http://dx.doi.org/10.1162/003355302320935025|journal=The Quarterly Journal of Economics|volume=117|issue=4|pages=1231–1294|doi=10.1162/003355302320935025|issn=0033-5533}}</ref> Negara-negara koloni tersebut sering kali dieksploitasi oleh negara-negara penjajahnya, sehingga menyebabkan keterbelakangan ekonomi dan sosial.<ref>{{Cite journal|last=Martin|first=Guy|date=1975|title=<em>How Europe Underdeveloped Africa</em>, by Walter Rodney, Dar es Salaam: Tanzania Publishing House and London: Bogle-L'Ouverture Publications 1972.|url=http://dx.doi.org/10.5070/f761017487|journal=Ufahamu: A Journal of African Studies|volume=6|issue=1|doi=10.5070/f761017487|issn=2150-5802}}</ref> Pada periode setelah abad ke-20, negara keterbelakangan mulai mendapatkan kemerdekaan dari negara-negara penjajahnya. Namun, keterbelakangan ekonomi dan sosial yang telah terjadi selama masa penjajahan masih terus berlanjut.<ref>{{Cite journal|last=Boettke|first=Peter J.|date=2006-08-18|title=THE WHITE MAN'S BURDEN: WHY THE WEST'S EFFORTS TO AID THE REST HAVE DONE SO MUCH ILL AND SO LITTLE GOOD ‐ by William Easterly|url=http://dx.doi.org/10.1111/j.0265-0665.2006.660_1.x|journal=Economic Affairs|volume=26|issue=3|pages=82–83|doi=10.1111/j.0265-0665.2006.660_1.x|issn=0265-0665}}</ref> Masa penjajahan telah meninggalkan warisan buruk berupa struktur ekonomi yang tidak seimbang, ketimpangan pendapatan, dan korupsi. Beberapa negara keterbelakangan memiliki kondisi geografis yang sulit, seperti kondisi alam yang tidak bersahabat, atau lokasi yang terisolasi.<ref>{{Cite journal|last=Hardin|first=Garrett|last2=Diamond|first2=Jared|date=1997-12|title=Guns, Germs, and Steel: The Fates of Human Societies.|url=http://dx.doi.org/10.2307/2137390|journal=Population and Development Review|volume=23|issue=4|pages=889|doi=10.2307/2137390|issn=0098-7921}}</ref> "Mereka" juga memiliki sistem politik yang tidak stabil atau tidak demokratis, yang menghambat pembangunan ekonomi dan sosial.<ref>{{Cite journal|last=Rosenbluth|first=Frances|date=2006-10-26|title=Daron Acemoglu and James Robinson, <i>Economic Origins of Dictatorship and Democracy</i>, Cambridge: Cambridge University Press, 2006|url=http://dx.doi.org/10.1017/s1468109906212416|journal=Japanese Journal of Political Science|volume=7|issue=3|pages=307–309|doi=10.1017/s1468109906212416|issn=1468-1099}}</ref> Dan yang terakhir, banyak dari mereka memiliki struktur ekonomi yang tidak seimbang, dengan sektor pertanian yang dominan dan sektor industri yang kurang berkembang.<ref>{{Cite book|last=Khan|first=M. Ali|date=1989|url=http://dx.doi.org/10.1007/978-1-349-19841-2_22|title=Harris—Todaro Model|location=London|publisher=Palgrave Macmillan UK|isbn=978-0-333-49531-5|pages=148–153}}</ref>
==
# '''Tingkat kemiskinan yang tinggi.''' Negara terbelakang memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi, dengan rasio penduduk miskin yang mencapai 50% atau lebih. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti rendahnya pendapatan per kapita, ketimpangan pendapatan, dan ketimpangan akses terhadap sumber daya<ref>{{Cite journal|last=Benítez-Aurioles|first=Beatriz|date=2020-01-15|title=Good Economics for Hard Times, PublicAffairs, Hachette Book Group, 2019, 457 páginas. Abhijit V. Banerjee and Esther Duflo|url=http://dx.doi.org/10.33776/rem.v0i54.4577|journal=Revista de Economía Mundial|issue=54|doi=10.33776/rem.v0i54.4577|issn=1576-0162}}</ref>.
# '''Ketimpangan pendapatan yang besar.''' Negara terbelakang biasanya memiliki ketimpangan pendapatan yang besar, dengan sebagian kecil penduduk yang memiliki kekayaan yang sangat besar, sementara sebagian besar penduduk lainnya hidup dalam kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketidaksetaraan dalam akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan kesempatan kerja.<ref>{{Cite journal|last=Secilmis|first=Erdem|date=2016|title=The Price of Inequality: How Today's Divided Society Endangers Our Future|url=http://dx.doi.org/10.5455/ey.35942|journal=Ekonomik Yaklasim|volume=27|issue=100|pages=223|doi=10.5455/ey.35942|issn=1300-1868}}</ref>
# '''Pendidikan dan kesehatan yang rendah.''' Negara terbelakang memiliki tingkat pendidikan dan kesehatan yang rendah. Hal ini menyebabkan kualitas sumber daya manusianya juga rendah, yang berdampak pada produktivitas dan daya saing ekonominya.<ref>{{Cite journal|last=Jamison|first=Dean T|last2=Summers|first2=Lawrence H|last3=Alleyne|first3=George|last4=Arrow|first4=Kenneth J|last5=Berkley|first5=Seth|last6=Binagwaho|first6=Agnes|last7=Bustreo|first7=Flavia|last8=Evans|first8=David|last9=Feachem|first9=Richard G A|date=2013-12|title=Global health 2035: a world converging within a generation|url=http://dx.doi.org/10.1016/s0140-6736(13)62105-4|journal=The Lancet|volume=382|issue=9908|pages=1898–1955|doi=10.1016/s0140-6736(13)62105-4|issn=0140-6736}}</ref>
# '''Infrastruktur yang tidak memadai.''' Negara terbelakang memiliki infrastruktur yang tidak memadai, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, dan jaringan listrik. Hal ini menyebabkan biaya transportasi dan logistik menjadi tinggi, yang menghambat pertumbuhan ekonomi.<ref>{{Cite journal|last=Aschauer|first=David Alan|date=1989-03|title=Is public expenditure productive?|url=http://dx.doi.org/10.1016/0304-3932(89)90047-0|journal=Journal of Monetary Economics|volume=23|issue=2|pages=177–200|doi=10.1016/0304-3932(89)90047-0|issn=0304-3932}}</ref>
# '''Akses terhadap sumber daya yang terbatas.''' Negara terbelakang biasanya memiliki akses terhadap sumber daya yang terbatas, baik sumber daya alam maupun [[sumber daya manusia]]. Hal ini menyebabkan kemampuannya untuk mengembangkan ekonomi menjadi terbatas.<ref>{{Cite journal|last=Cooper|first=Richard N.|last2=Easterly|first2=William|date=2001|title=The Elusive Quest for Growth: Economists' Adventures and Misadventures in the Tropics|url=http://dx.doi.org/10.2307/20050271|journal=Foreign Affairs|volume=80|issue=5|pages=160|doi=10.2307/20050271|issn=0015-7120}}</ref>
== '''Upaya''' ==
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi keterbelakangan, baik oleh negara-negara keterbelakangan itu sendiri maupun oleh negara-negara maju yang mencoba mengulurkan tangan. salah satu upaya yang dijadikan pondasi adalah '''Pembangunan Ekonomi''', dimana aspek ini merupakan upaya utama untuk mengatasi keterbelakangan. Pembangunan ekonomi dapat dilakukan melalui berbagai kebijakan, seperti investasi di sektor industri, peningkatan produktivitas pertanian, dan perbaikan infrastruktur<ref>{{Cite journal|last=Paudel|first=Ramesh C.|date=2019-12-31|title=Collier, P. (2008). The Bottom Billion: Why the Poorest Countries are Failing and What Can be Done About It, Oxford University Press, USA.|url=http://dx.doi.org/10.3126/ejon.v42i3-4.36039|journal=Economic Journal of Nepal|volume=42|issue=3-4|pages=79–82|doi=10.3126/ejon.v42i3-4.36039|issn=1018-631X}}</ref>. Selain itu, '''Pembangunan Sosial''' juga penting untuk mengatasi keterbelakangan. Pembangunan sosial dapat dilakukan melalui berbagai kebijakan, seperti peningkatan pendidikan dan kesehatan, perbaikan kualitas sumber daya manusia, dan pemberdayaan masyarakat<ref>{{Cite journal|date=2018-09-24|title=World Development Report 2019: The Changing Nature of Work|url=http://dx.doi.org/10.1596/978-1-4648-1328-3|doi=10.1596/978-1-4648-1328-3}}</ref>. Lalu yang terakhir ialah '''Kerja sama internasional,''' dimana upaya ini juga dapat membantu negara keterbelakangan dalam mengatasi keterbelakangan. Kerja sama internasional dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti bantuan pembangunan, transfer teknologi, dan pelatihan.<ref>{{Cite web|date=2015-12-31|title=Transforming governance for the 2030 agenda for sustainable development|url=http://dx.doi.org/10.18356/e5a72957-en|website=dx.doi.org|access-date=2023-12-21}}</ref>
== '''Daftar Negara''' ==
=== Afrika ===
{{Col-begin}}
{{col-break|width=32%}}
* {{flag|Angola}}
* {{flag|Benin}}
* {{flag|Burkina Faso}}
* {{flag|Burundi}}
* {{flag|
* {{flag|Chad}}
* {{flag|
* {{flag|
* {{flag|
* {{flag|
* {{flag|
* {{flag|Guinea}}
* {{flag|Guinea-Bissau}}
{{col-break|width=32%}}
* {{flag|
* {{flag|
* {{flag|
* {{flag|
* {{flag|
* {{flag|
* {{flag|
* {{flag|
* {{flag|
* {{flag|
* {{flag|
* {{flag|Republik Demokratik Kongo}}
{{col-break|width=32%}}
* {{flag|Rwanda}}
* {{flag|
* {{flag|Senegal}}
* {{flag|Sierra Leone}}
* {{flag|Somalia}}
* {{flag|
* {{flag|Sudan Selatan}}
* {{flag|Tanzania}}
* {{flag|Togo}}
* {{flag|Uganda}}
* {{flag|Zambia}}
* {{flag|Zimbabwe}}
{{col-end}}
=== Asia ===
* {{flag|Afganistan}}
* {{flag|
* {{flag|
* {{
* {{flag|
* {{
* {{flag|Laos}}
* {{LBN}}
* {{flag|Myanmar}} * {{
* {{flag|
* {{PAK}}
* {{PLE}}
* {{flag|Suriah}}
* {{TAJ}}
* {{flag|Timor Leste}}
* {{UZB}}
* {{flag|Yemen}}
=== Oseania ===
* {{flag|Kepulauan Solomon}}
* {{flag|Kiribati}}
* {{MHL}}
* {{FSM}}
* {{PNG}}
* {{flag|Tuvalu}}
===
* {{
* {{flag|
* {{
* {{NCA}}
* {{VEN}}
== Mantan negara terbelakang ==
* {{flag|Botswana}} (keluar dari status negara terbelakang pada tahun 1994)<ref name=":0">{{cite web|url=https://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=37239&Cr=least+developed&Cr1=|title=Istanbul forum offers chance to recommit to helping world’s poorest nations|date=2011-01-10|website=United Nations|accessdate = 2014-07-28}}</ref>
* {{flag|Rwanda}} (keluar dari status pada tahun 2000)<ref name=":0" />
* {{flag|Tanjung Verde}} (keluar dari status pada tahun 2007)<ref name=":0" />
* {{flag|Maladewa}} (keluar dari status pada tahun 2011)<ref name=":0" />
* {{flag|Samoa}} (keluar dari status pada tahun 2014)<ref>{{Cite news|url=http://sdg.iisd.org/news/un-ohrlls-announces-samoa-to-graduate-from-ldc-status/|title=UN-OHRLLS Announces Samoa to Graduate from LDC Status|last=Ashton|first=Melanie|date=20 June 2012|work=IISD's SDG Knowledge|access-date=2017-11-24|language=en-US}}</ref>
* {{flag|Guinea Khatulistiwa}} (keluar dari status pada tahun 2017)<ref>{{cite web|url=https://www.un.org/development/desa/dpad/publication/equatorial-guinea-graduates-from-the-ldc-category/|title=Equatorial Guinea Graduates from the LDC Category|date=4 June 2017|website=United Nations|accessdate=7 November 2017}}</ref>
* {{flag|Vanuatu}} (keluar dari status pada tahun 2020)
== Referensi ==
<references/>
[[Kategori:Negara terbelakang| ]]
|