Galai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Negara Gereja |
Rescuing 13 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5 |
||
(47 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Galley-knightshospitaller.jpg|jmpl|250px|Maket galai rancangan Malta yang lazim digunakan pada abad ke-16]]
'''Galai''' atau '''Gali''' (dari {{lang-pt|Galé}}) adalah sejenis kapal yang menggunakan [[dayung]] sebagai alat penggerak utama. Ciri-ciri yang membedakan galai dari kapal-kapal lain adalah [[lambung kapal|lambungnya]] yang panjang dan ramping, [[draft|saratnya]] yang rendah, serta [[lambung timbul]]nya yang pendek.
Galai
== Definisi dan terminologi ==
Istilah "galai" berasal dari kata "''galea''",
Catatan-catatan sejarah Portugis dan Belanda menyebut-nyebut
Penggunaan istilah "galai" sebagai sebutan umum bagi segala macam kapal berpenggerak dayung baru dimulai pada abad-16. Sebelum itu, khususnya pada [[era klasik|Abad Kuno]], setiap jenis galai memiliki sebutan sendiri-sendiri. Dalam khazanah sastra modern, istilah "galai" sesekali digunakan sebagai sebutan umum bagi berbagai macam wahana air berpenggerak dayung yang lebih besar daripada perahu, sementara istilah "galai sejati" digunakan sebagai sebutan khusus bagi kapal-kapal tradisional Laut Tengah.<ref>Anderson (1962), hlmn. 1, 42; Lehmann (1984), hlm. 12</ref>
[[Berkas:The Charles Galley-Willem van de Velde the Younger-2.jpg|jmpl|kiri|''[[HMS Charles Galley (1676)|Galai Charles]]'', galai pergata buatan Inggris pada era 1670-an. Kapal ini bukanlah sebuah "galai sejati", tetapi masih dapat disebut galai karena diperlengkapi dengan dayung.]]
Galai-galai kuno diberi nama berdasarkan jumlah dayung, jumlah jajar dayung, atau jumlah baris pendayungnya. Nama-nama ini berasal dari bahasa pada zaman pembuatannya, ditambah gabungan kata-kata Yunani dan Latin yang lebih mutakhir. Galai-galai perdana buatan Yunani yang hanya diperlengkapi satu jajar dayung diberi nama [[triakonter]] (''triakontoroi'', tiga puluh dayung) dan [[pentekonter]] (''pentēkontoroi'', lima puluh dayung).<ref>Casson (1971), hlmn. 53—56</ref> Nama untuk jenis-jenis galai dari zaman sesudahnya, yang diperlengkapi lebih dari satu jajar dayung, dibentuk dari kata bilangan Latin yang diimbuhi [[akhiran]] ''-remis'', dari kata ''rēmus'' yang berarti "dayung". ''Monoremis'' berarti galai berdayung satu jajar, ''[[biremis]]'' berarti galai berdayung dua jajar, dan ''[[trireme|triremis]]'' berati galai berdayung tiga jajar. Karena galai hanya dapat diperlengkapi dengan sebanyak-banyaknya tiga jajar dayung, maka nama untuk semua jenis galai yang lebih canggih daripada triremis bukan dibuat berdasarkan banyaknya jajar dayung, melainkan banyaknya jumlah pendayung yang menggerakkan tiap-tiap batang dayung. ''Quinqueremis'' (dari kata ''quinque'' ditambah ''rēmus'') secara harfiah berarti "lima-dayung", sehingga dapat disalahartikan sebagai galai berdayung lima jajar, tetapi sebenarnya berarti ada penambahan tenaga pendayung pada jajar-jajar dayung tertentu sehingga seluruh tenaga pendayung tertata dalam lima baris. Untuk menyerderhanakannya, banyak akademisi modern menyebutnya dengan istilah "lima", "enam", "delapan", "sebelas", dan seterusnya. Galai-galai berpendayung di atas enam atau tujuh baris memang tidak lazim dibuat orang, tetapi bahkan sebuah galai "[[tesarakonteres|empat puluh]]" yang luar biasa pun dapat dijumpai dalam sumber-sumber sezamannya. Segala macam galai berpendayung di atas tiga atau empat baris
Arkeolog [[Lionel Casson]] pernah menggunakan istilah "galai" sebagai sebutan bagi segala macam kapal yang beroperasi di Eropa Utara pada [[Abad Pertengahan Awal|Awal Abad Pertengahan]] dan [[Abad Pertengahan Tinggi|Puncak Abad Pertengahan]], bahkan termasuk pula kapal-[[kapal panjang]] para saudagar [[Viking]], akan tetapi penggunaan istilah "galai" semacam ini jarang terjadi.<ref>Casson (1995), hlm. 123</ref> Kapal-kapal militer berpenggerak dayung yang dibuat di [[Kepulauan Britania]] selama abad ke-11 sampai abad ke-13 sebenarnya mengacu pada rancangan-rancangan kapal Skandinavia, tetapi juga disebut "galai". Banyak di antaranya yang mirip dengan [[birlin]], kerabat dekat dari
[[Berkas:Valcour canadianarchive c013202k.jpg|jmpl|Lukisan cat air kapal-kapal Amerika Serikat dalam [[Pertempuran Pulau Valcour]], memperlihatkan beberapa "[[galai dayung]]"; fungsinya sama, tetapi rancangannya jauh berbeda rancangan-rancangan galai Laut Tengah.]]
Galai-galai Abad Pertengahan dan Awal Zaman Modern menggunakan terminologi yang berbeda dari leluhur-leluhur kunonya. Nama galai-galai ini dibuat berdasarkan perubahan rancangan yang berkembang sesudah skema-skema berdayung kuno terlupakan. Galai-galai terpenting antara lain adalah [[dromon]], leluhur dari ''gallia sottila'' buatan Italia. Dromon merupakan tahap awal dalam proses perkembangan menuju bentuk akhir dari galai perang Laut Tengah. Ketika dijadikan bagian integral dari angkatan perang dan tata pemerintahan negara pada permulaan Zaman Modern, galai-galai digolongkan ke dalam semacam jenjang kepangkatan berdasarkan ukuran dan jumlah awaknya. Jenjang kepangkatan yang paling sederhana adalah sebagai berikut: "galai lentera" pengangkut panglima perang yang berukuran besar, separuh-galai, [[galiot]], [[pusta]], [[brigantin]], dan ''[[Fregat|pergata]]''. Sejarawan bahari [[Jan Glete]] menyebut tindakan penggolongan galai ini sebagai cikal bakal dari [[jenjang kepangkatan kapal perang Angkatan Laut Britania Raya]] dan armada-armada pelayaran lainnya di Eropa Utara.<ref name="Glete 1993 81">Glete (1993), hlm. 81</ref>
[[Angkatan Laut
== Sejarah ==
Salah satu [[alat transportasi air|wahana air]] perdana adalah [[perahu lesung]] atau [[kano]] yang dibuat dengan cara
[[Berkas:AssyrianWarship.jpg|jmpl|kiri|Kapal perang [[Asyur]], sebuah [[biremis]] berhaluan menjorok. 700 SM]]
[[Bangsa Fenisia]], sebuah bangsa bahari yang mendiami pesisir selatan dan timur Laut Tengah, kemungkinan besar adalah bangsa yang pertama kali membuat galai-galai bergeladak dua, yakni galai-galai yang di kemudian hari dikenal dengan nama Yunaninya, ''diērēs'', atau [[biremis]].<ref>Casson (1995), hlmn. 57–58</ref> Meskipun [[bangsa Fenisia]] tergolong sebagai bangsa berperadaban bahari yang paling penting pada permulaan [[Era Klasik|Abad Kuno]], hanya sedikit bukti yang telah ditemukan terkait jenis-jenis kapal yang mereka gunakan. Gambar-gambar terbaik dari kapal-kapal Fenisia yang sudah ditemukan sejauh ini adalah gambar-gambar kecil yang sudah sangat distilisasi pada stempel-stempel. Gambar-gambar pada stempel ini menampakkan kapal-kapal berbentuk sabit, bertiang satu, dan diperlengkapi satu jajar dayung. Fresko-fresko beraneka warna di bekas-bekas permukiman masyarakat [[Peradaban Minoa|Minoa]] di [[Santorini]] (''ca.'' 1600 SM) menampilkan gambar-gambar kapal yang lebih teperinci, lengkap dengan tenda-tenda upacara di geladak, dan tampak sedang berlayar beriringan. Beberapa di antaranya didayung, tetapi selebihnya dikayuh oleh orang-orang yang tampak membungkuk dengan penuh semangat di sepanjang bibir kapal. Gambar-gambar kapal yang dikayuh itu ditafsirkan sebagai laku ritual yang memperagakan kembali kegiatan berlayar dengan kapal-kapal kuno, untuk mengingatkan orang pada masa lampau, manakala teknik mendayung belum ditemukan. Meskipun demikian, hanya sedikit yang diketahui mengenai cara pengoperasian dan rancangan kapal-kapal bangsa Minoa.<ref>Wachsmann (1995), hlmn. 13–18</ref>
Pada masa-masa awal keberadaan galai, tidak ada perbedaan yang menonjol antara kapal-kapal niaga dan kapal-kapal perang selain pemanfaatannya. Perahu-perahu sungai hilir-mudik di jalur pelayaran Mesir Kuno pada Zaman Kerajaan Lama (2700–2200 SM) dan kapal-kapal serupa galai tercatat mengangkut barang-barang mewah dari seberang Laut Merah pada masa pemerintahan Firaun Hatshepsut. Pemasangan hulu
[[Berkas:Kylix Dionysus on a ship between dolphins 530 BC, Staatliche Antikensammlungen Munich 120637.jpg|jmpl|ka|[[Dionisos]] mengendarai sebuah wahana mirip galai kecil dalam lukisan pada [[cawan Dionisos]] buatan [[Eksekias]], dari ''ca.'' 530 SM<ref>Casson (1971), hlmn. 68–69</ref>]]
Baris 39:
Mula-mula galai digunakan dalam peperangan untuk mengangkut para pejuang dari satu tempat ke tempat lain, dan sampai dengan pertengahan milenium ke-2 SM tidak berbeda wujudnya dari kapal-kapal niaga. Sekitar abad ke-14 SM, muncul kapal-kapal pertama yang dibuat khusus untuk keperluan tempur, lebih ramping dan bersahaja dibanding kapal-kapal niaga yang gempal. Kapal-kapal ini digunakan dalam aksi penyerangan, perebutan kapal-kapal niaga, dan dalam urusan-urusan kilat.<ref>Casson (1991), hlmn. 30–31</ref> Kala itu perompakan merupakan bentuk utama kekerasan terorganisasi di kawasan Laut Tengah. Sejarawan klasik di bidang bahari, [[Lionel Casson]], merujuk pada contoh-contoh dalam karya-karya tulis [[Homeros]] untuk memperlihatkan bahwa aksi penyerangan di laut dianggap sebagai pekerjaan halal oleh bangsa-bangsa bahari kuno. Sejarawan [[Athena klasik|Athena]] era akhir, [[Thukidides|Thoukudídēs]] mendeskripsikan penyerangan terhadap kapal-kapal niaga sebagai kegiatan yang "tanpa stigma" sedari zaman sebelum ia lahir.<ref>Casson (1991), hlmn. 44–46</ref>
Pengembangan [[pelantak tubruk
Munculnya negara-negara yang lebih maju dan timbulnya persaingan di antara negara-negara itu mendorong pengembangan galai menjadi lebih canggih dengan jumlah baris pendayung berlipat ganda. Sepanjang pertengahan milenium pertama SM, kekuatan-kekuatan Laut Tengah mengembangkan kapal-kapal yang kian lama kian besar dan kian rumit. Hasil karya mereka yang tercanggih adalah [[triremis]] klasik berpenggerak 170 orang pendayung. Triremis-triremis dikerahkan dalam beberapa pertempuran laut selama [[Perang Yunani-Persia]] (502–449 SM) dan [[Perang Peloponnesos]] (431-404 SM), termasuk pula [[Pertempuran Aegospotamos]] pada 405 SM, yang memeteraikan kekalahan [[Liga Delos|Athena]] dari [[Sparta]] dan sekutu-sekutunya. Triremis adalah kapal canggih yang sangat menguras dana, baik untuk pembuatan maupun perawatannya, disebabkan oleh jumlah awaknya yang banyak. Pada abad ke-5, telah dikembangkan galai-galai perang canggih, yang bergantung pada keberadaan negara-negara besar dengan perekonomian maju untuk membuat dan merawatnya. Galai dihubung-hubungkan dengan kemutakhiran teknologi kapal perang sekitar abad ke-4 SM, dan hanya dapat dimiliki oleh negara maju dengan
=== Zaman Helenistis dan kebangkitan Republik ===
Baris 67:
==== Kawasan barat Mediterania ====
Di kawasan barat Laut Tengah dan Atlantik, tercerai-berainya [[Kekaisaran Karoling]] pada penghujung abad ke-9 mengakibatkan kurun waktu sesudahnya menjadi penuh pergolakan. Perompakan dan penyerangan di Laut Tengah meningkat, terutama oleh kaum Muslim yang merupakan pendatang baru di kawasan itu. Keadaan semakin diperparah oleh kedatangan orang-orang [[Viking]] dari Skandinavia yang melakukan penyerangan-penyerangan dengan menggunakan kapal-[[kapal panjang]], yakni kapal-kapal yang sangat mendekati galai dari segi rancangan dan pemanfaatannya, serta menggunakan siasat-siasat tempur yang sama. Untuk menanggulangi ancaman ini, para petinggi pribumi mulai membuat kapal-kapal dayung berukuran besar. Beberapa di antara kapal-kapal itu diperlengkapi dengan dayung sampai 30 pasang banyaknya, yakni kapal-kapal yang jauh lebih besar, lebih cepat, dan berlambung lebih tinggi
Sesudah kemunculan Islam dan [[penaklukan Islam|aksi-aksi penaklukan kaum Muslim]] pada abad ke-7 dan ke-8, perekonomian Laut Tengah yang telah terbina selama berabad-abad itu mengalami keruntuhan, dan volume perniagaan merosot tajam.<ref>Pirenne, ''Mohammed and Charlemagne''; tesis ini muncul dalam bab 1–2 dari ''Medieval Cities'' (1925)</ref> [[Kekaisaran Romawi Timur]] (Bizantium) mengabaikan peluang untuk menghidupkan kembali jalur-jalur niaga darat, dan terus berupaya mempertahankan keterbukaan jalur-jalur pelayaran yang menjadi andalan mereka untuk mempertahankan keutuhan kekaisaran. Perniagaan komoditas curah terpuruk pada kurun waktu 600-750, sementara perniagaan komoditas mewah mengalami peningkatan. Galai-galai masih tetap dioperasikan, terutama dalam kegiatan niaga barang-barang mewah, dengan maksud agar laba yang diperoleh cukup besar untuk menutupi biaya perawatannya yang tinggi.<ref>Unger (1980), hlmn. 40, 47</ref> Pada abad ke-10, aksi pembajakan meningkat pesat sehingga orang mulai membuat kapal-kapal yang lebih besar dan berawak lebih banyak. Sebagian besar kapal-kapal jenis baru ini dibuat oleh negara-negara kota Italia yang tumbuh sebagai kekuatan-kekuatan bahari dominan, di antaranya termasuk [[Republik Venesia|Venesia]], [[Genova]], dan [[Pisa]]. Mengikuti rancangan kapal warisan Bizantium, galai-galai niaga jenis baru ini serupa bangunnya dengan [[dromon]], hanya saja mampu berlayar lebih cepat, lebih lebar, dan tidak diperlengkapi dengan senjata-senjata berat. Kapal-kapal ini dapat diawaki sampai 1.000 orang banyaknya, dan dimanfaatkan baik untuk niaga maupun untuk perang. Faktor selanjutnya yang mendorong pengembangan galai-galai niaga ukuran besar adalah lonjakan jumlah peziarah Eropa Barat ke Tanah Suci.<ref>Unger (1980), hlmn. 102–104</ref>
Baris 73:
[[Berkas:Konrad von Grünenberg - Beschreibung der Reise von Konstanz nach Jerusalem - Blatt 05v-06r.jpg|jmpl|320px|Galai agung [[Republik Venesia|Venesia]] dengan tiga layar mengangkut para [[Peziarahan Kristen|peziarah]] menuju Yerusalem ([[Conrad Grünenberg]] 1486/7).]]
Di Eropa Utara, kapal-[[kapal panjang|kapal panjang Viking]] berikut turunannya, kapal-kapal [[knorr]], mendominasi perdagangan dan pengiriman barang, meskipun berkembang sendiri di luar lingkup tradisi galai Laut Tengah.
Di Eropa Selatan, galai-galai tetap dimanfaatkan untuk kepentingan niaga meskipun kapal-kapal layar kala itu sudah memiliki lambung dan perangkat abah-abah yang lebih efisien. Galai masih sangat diandalkan karena dapat menepi ke pantai dan tetap mampu berlayar sekalipun tanpa dukungan angin. Titik zenit dalam rancang-bangun galai niaga ditandai oleh kemunculan ''galai-galai agung'' milik negara di [[Republik Venesia]], yang pertama kali dibuat pada kurun waktu 1290-an. Kapal-kapal ini digunakan dalam kegiatan niaga komoditas mewah yang berlaba besar dari dunia Timur semisal rempah-rempah, sutra, dan ratna mutu manikam. Kapal-kapal ini dalam segala hal jauh lebih besar
=== Perkembangan galai sejati ===
Medan perang laut pada [[Abad Pertengahan Akhir|Akhir Abad Pertengahan]] terbagi menjadi dua kawasan. Di Laut Tengah, galai-galai digunakan dalam kegiatan-kegiatan penyerangan di sepanjang pantai, dan dalam pertarungan konstan memperebutkan pangkalan-pangkalan laut. Di kawasan Atlantik dan Baltik, orang lebih berfokus pada kapal-kapal layar yang sebagian besar digunakan untuk mengangkut pasukan, sementara galai-galai dimanfaatkan sebagai sarana pendukung pertempuran.<ref>Glete (2000), hlm. 2</ref> Galai-galai masih luas digunakan di daerah utara dan merupakan jenis kapal perang terbanyak yang digunakan oleh kekuatan-kekuatan Laut Tengah yang memiliki kepentingan di daerah utara, teristimewa Kerajaan
Selama abad ke-13 dan ke-14, galai berkembang dalam bentuk rancangan yang pada dasarnya masih tetap sama sampai tidak dipergunakan lagi pada permulaan abad ke-19. Jenis baru ini diturunkan dari jenis-jenis kapal yang digunakan oleh armada Bizantium dan armada Muslim pada Awal Abad Pertengahan. Kapal-kapal ini merupakan tulang punggung dari semua kekuatan-kekuatan Kristen sampai dengan abad ke-14, termasuk republik-republik bahari di Genova dan Venesia, negara-Negara Gereja, Ksatria Hospitaller, Aragon, Kastilia, dan juga oleh banyak [[perompak|lanun]] dan [[korsario]]. Istilah umum untuk menyebut kapal-kapal jenis baru ini adalah ''gallia sottila'' ("galai ramping"). [[Angkatan Laut Utsmaniyah]] di kemudian hari menggunakan rancangan serupa, tetapi umumnya lebih cepat bila berlayar dengan mengandalkan layar, dan lebih kecil ukurannya, tetapi lebih lambat bila berlayar dengan mengandalkan dayung.<ref>Pryor (1992), hlmn. 64–69</ref> Rancangan-rancangan galai semata-mata dimaksudkan untuk memfasilitasi aksi jarak dekat dengan senjata-senjata genggam dan senjata-senjata lontar seperti busur panah dan busur silang. Pada abad ke-13, Kerajaan [[Aragon]] di semenanjung Iberia membuat beberapa armada galai yang diperlengkapi puri pertahanan, diawaki para pemanah silang Katalan, dan secara teratur mengalahkan kekuatan tempur ''[[Wangsa Anjou Kapetia|Angevin]]'' yang jauh lebih besar jumlahnya.<ref>Mott (2003), hlm. 107</ref>
Baris 83:
[[Berkas:Galley of Flanders-model.gif|jmpl|pus|415px|Model 3 dimensi dari struktur dasar lambung sebuah "Galai Orang Flandria" Venesia, kapal niaga berukuran besar dari abad ke-15. Rekonstruksi yang dibuat oleh arkeolog Courtney Higgins didasarkan pada ukuran yang terdapat dalam risalah-risalah perkapalan abad ke-15.<ref>Higgins, Courtney Rosali (2012) ''The Venetian Galley of Flanders: From Medieval (2-Dimensional) Treatises to 21st Century (3-Dimensional) Model.'' Tesis Magister, Texas A&M University [http://repository.tamu.edu/handle/1969.1/ETD-TAMU-2012-05-10762]</ref>]]
[[Berkas:Michael of Rhodes-galley of flanders.jpg|jmpl|ka|Ilustrasi sebuah galai niaga abad ke-15 dari sebuah naskah yang ditulis oleh [[Mikhael dari Rodos]] (1401–1445) pada 1434.]]
Pada abad ke-14 dan ke-15, galai-galai niaga digunakan dalam kegiatan perdagangan barang-barang bernilai tinggi dan untuk mengangkut penumpang. Rute-rute utama pada permulaan Zaman Perang Salib merupakan jalur-jalur pengangkutan para peziarah menuju Tanah Suci. Di kemudian hari ada pula rute-rute yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan di sekeliling Laut Tengah, menghubungkan Laut Tengah dengan Laut Hitam (jalur perniagaan gandum curah yang tak lama kemudian terputus akibat jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki pada 1453), dan menghubungkan Laut Tengah dengan [[Brugge]] —galai Gonova pertama berlabuh di [[Sluis (Nederland)|Sluis]] pada 1277, ''galere'' Venesia pertama pada 1314— dan [[Southampton]]. Meskipun merupakan kapal-kapal layar, kapal-kapal ini memanfaatkan dayung ketika memasuki dan meninggalkan pelabuhan-pelabuhan yang disinggahinya. Olah gerak kapal dengan dayung juga merupakan cara paling efektif untuk masuk dan keluar [[Laguna Venesia]]. ''Galera'' Venesia, yang awalnya dibuat dengan bobot 100 ton dan kelak dibuat hingga mencapai 300 ton, bukanlah kapal niaga pada zamannya, karena [[kerakah]] Genova abad ke-15 dibuat mencapai bobot yang mungkin lebih dari 1000 ton.<ref>Fernand Braudel, ''The Mediterranean in the Age of Philip II'' I, 302.</ref> Pada 1447, misalnya, galai-galai Firenze dijadwalkan untuk menyinggahi 14 pelabuhan dalam pelayaran pulang-pergi ke dan dari Aleksandria.<ref>Pryor (1992), hlm. 57</ref> Ketersediaan dayung memungkinkan kapal-kapal ini untuk dikemudikan dekat dengan pantai sehingga dapat memanfaatkan tiupan angin dari darat dan laut serta arus gelombang pantai untuk dapat berlayar secepat mungkin melawan arah angin yang paling kencang bertiup. Jumlah awak yang besar juga berguna untuk melindungi kapal dari pembajakan. Kapal-kapal ini sangat laik laut; sebuah galai agung Firenze bertolak dari Southampton pada 23 Februari 1430 dan kembali ke pangkalannya di pelabuhan Pisa dalam 32 hari. Kapal-kapal ini juga sangat aman sehingga barang-barang dagangan yang diangkutnya
=== Transisi ke kapal layar ===
Baris 94:
Kapal-kapal layar bergantung pada angin sebagai daya penggerak, bahkan kapal-kapal layar yang diperlengkapi dengan dayung juga bergantung pada angin karena tidak dirancang untuk menggunakan dayung, malah dayung justru menjadi kerugian. Galai memang memiliki kekurangan jika dibandingkan dengan kapal layar. Lambungnya yang sempit tidak mampu menampung banyak muatan sehingga jarak tempuhnya menjadi terbatas karena awak kapal harus lebih sering menepi untuk mengisi kembali perbekalan.<ref>Hattendorf dan Unger (2003) hal, 70</ref> Lambung timbul galai yang rendah menyebabkan galai kalah unggul dari kapal layar dalam aksi jarak dekat karena para prajurit di atas kapal layar diuntungkan oleh posisi menyerang yang lebih tinggi. Kapal layar juga lebih efektif digunakan untuk bertempur di laut lepas dan ketika angin berhembus kencang karena lambung timbulnya yang tinggi.<ref>Glete (2000) hal 18</ref>
Sebuah kapal perang berpenggerak dayung lebih berisiko tenggelam jika melaju dengan hanya menggunakan layar, karena letak lubang-lubang tempat menjulurkan batang dayung harus berada dekat dengan garis air sehingga kapal berisiko dimasuki air bilamana sedang oleng ke salah satu sisinya. Kelebihan dan kekurangan ini menyebabkan galai tetap diutamakan pemanfaatannya sebagai kapal penyusur pantai. Peralihan ke kapal-kapal layar di kawasan Laut Tengah adalah akibat dari pengabaian atas kelebihan-kelebihan galai serta mulai dimanfaatkannya senjata-senjata dengan serbuk mesiu dalam skala yang jauh lebih besar. Kapal layar digerakkan dengan cara yang berbeda
Persenjataan pada kedua jenis kapal ini berkisar antara senjata-senjata api berukuran besar seperti ''bombarde'' sampai [[
=== Pengenalan senjata api ===
[[Berkas:Vroom Hendrick Cornelisz Battle of Haarlemmermeer.jpg|jmpl|kiri|Lukisan [[Pertempuran Haarlemmermeer]] pada 1573, karya [[Hendrick Cornelisz Vroom]]. Cermati penggunaan kapal-kapal layar kecil dan galai-galai oleh kedua belah pihak.]]
Sejak sekitar 1450, tiga kekuatan laut utama telah menegakkan dominasinya atas kawasan-kawasan yang berbeda di Laut Tengah dengan menggunakan galai sebagai senjata utama di laut: [[Kesultanan Utsmaniyah|Kekaisaran
Pada kesempatan-kesempatan tertentu, kekuatan-kekuatan Laut Tengah mengerahkan armada-armada galai sebagai kekuatan tempur untuk menangani konflik-konflik di luar kawasan Laut Tengah. Spanyol mengirim skuadron-skuadron galai ke negeri Belanda pada tahap-tahap akhir dari [[Perang Delapan Puluh Tahun]] yang berhasil menundukkan kekuatan tempur Belanda di perairan pantai Belanda yang dangkal dan terkungkung pulau-pulau. Semenjak penghujung era 1560-an, galai-galai juga dimanfaatkan untuk mengangkut perak kepada para bankir Genova guna mendanai pasukan-pasukan Spanyol dalam rangka memadamkan pemberontakan rakyat Belanda.<ref>Glete (2000), hlmn. 154, 163</ref> Galias dan galai turut dikerahkan menyertai bala tempur berkekuatan 16.000 prajurit yang berhasil menaklukkan [[Azores]] pada 1583. Ada sekitar 2.000 pendayung galai yang ikut serta di atas kapal-kapal [[Armada Spanyol]] 1588 yang termasyhur itu, meskipun hanya segelintir dari mereka yang akhirnya benar-benar terlibat dalam pertempuran.<ref>Glete (2000), hlmn., 156, 158-159</ref> Di luar perairan Eropa dan Timur Tengah, Spanyol juga membuat galai-galai untuk mengatasi gangguan gerombolan bajak laut dan kapal-kapal swasta di Karibia dan Filipina.<ref>Bamford (1973), hlmn. 12; Mott, 113-114</ref> Galai-galai
Meskipun mengalami kerugian besar, baik nyawa maupun harta akibat kekalahan Armada Spanyol pada 1588, Spanyol mempertahankan empat skuadron galai permanen. Keempat skuadron ini menjadi sebuah kekuatan laut di kawasan Laut Tengah pada permulaan abad ke-17, tulang punggung dari armada tempur Spanyol, dan digunakan untuk mengangkut pasukan, perbekalan, kuda, dan senjata ke wilayah-wilayah kekuasan Spanyol di Semenanjung Italia dan Benua Afrika.<ref>Goodman (1997), hlm. 11–13</ref> Kaum Turki
[[Berkas:Sloane 3584 f.78v Turkish galleys in battle, c.1636.PNG|jmpl|Galai-galai
Galai sudah sinonim dengan kapal perang di Laut Tengah selama sekurang-kurangnya 2.000 tahun, dan terus-menerus menjalankan peran itu seiring dengan ditemukannya serbuk mesiu dan artileri berat. Meskipun para sejarawan pada permulaan abad ke-20
Artileri berat di atas galai dipasang pada haluan, sejalan dengan siasat tempur galai yang sudah lama mentradisi yakni menyerang secara langsung dari haluan kapal. Persenjataan di atas galai memiliki bobot yang besar sedari awalnya pada era 1480-an, dan berkemampuan menghancurkan dengan cepat tembok batu Abad Pertengahan yang tinggi dan tipis yang masih tegak pada abad ke-16. Kenyataan ini untuk sementara waktu mengakhiri kedigdayaan benteng-benteng pertahanan pantai yang dibangun pada masa lampau, sehingga harus dibangun kembali dengan daya tahan yang lebih tinggi terhadap gempuran senjata-senjata yang menggunakan serbuk mesiu. Penambahan senjata-senjata api pada galai juga meningkatkan kemampuan tempur amfibinya, karena galai kini mampu melancarkan serang-serangan yang didukung oleh kekuatan senjata-senjata api berat, dan bahkan lebih mudah dipertahankan jika didaratkan dengan buritan menghadap ke darat.<ref>Guilmartin (1974), hlmn. 264–266</ref> Akumulasi serta generalisasi meriam perunggu dan senjata-senjata api jinjing ukuran kecil di Laut Tengah pada abad ke-16 menyebabkan ongkos perang meningkat, tetapi juga menyebabkan pihak-pihak yang mengandalkannya lebih mampu menghindari kerugian nyawa prajurit. Penggunaan senjata-senjata jarak jauh yang lama, seperti busur panah atau bahkan busur silang, memerlukan kemahiran yang memadai, kadang kala perlu berlatih seumur hidup, sementara penggunaan senjata-senjata dengan serbuk mesiu tidak memerlukan banyak latihan.<ref>Guilmartin (1974), hlm. 254</ref> Menurut sebuah kajian berpengaruh yang dihasilkan oleh sejarawan militer, John F. Guilmartin, transisi ke penggunaan senjata api dalam peperangan, seiring dengan kemunculan senjata-senjata api dari besi tuang yang lebih murah harganya pada era 1580-an, menjadi "dentang lonceng kematian" bagi galai perang sebagai sebuah kapal militer yang penting.<ref>Guilmartin (1974), hlm. 57</ref> Senjata-senjata yang menggunakan serbuk mesiu mulai menggeser tenaga manusia sebagai kekuatan tempur dalam satuan-satuan pasukan bersenjata, sehingga membuat masing-masing prajurit menjadi lebih mematikan dan efektif. Sebagai sarana untuk mempertahankan diri, senjata-senjata api jinjing dapat disimpan selama bertahun-tahun dengan sedikit saja perawatan, dan tidak banyak memakan ongkos yang lazimnya harus dikeluarkan untuk menyewa tenaga prajurit. Dengan demikian tenaga manusia pun tergantikan dengan investasi-investasi modal, hal yang merupakan keuntungan bagi kapal-kapal layar karena memang sudah jauh lebih ekonomis dalam pemanfaatan tanaga manusia. Senjata api juga berguna meningkatkan jangkauan stategis kapal-kapal layar sehingga mampu mengungguli galai sebagai kapal tempur.<ref>Glete (2003), hlmn. 32–33</ref>
=== Kemunduran galai di kawasan Laut Tengah ===
[[Berkas:Battle of Lepanto 1571.jpg|jmpl|[[Pertempuran Lepanto]] pada 1571, pertempuran laut antara armada persekutuan negara-negara Kristen dan armada [[Angkatan Laut Utsmaniyah|bangsa Turki
Peperangan ala Atlantik yang mengandalkan penggunaan kapal-kapal layar bersenjata lengkap mulai mengubah hakikat dari perang laut di Laut Tengah pada abad ke-17. Pada 1616, sebuah skuadron kapal tempur Spanyol yang terdiri atas lima [[galiung]] dan satu [[patas]] yang digunakan untuk menjelajahi kawasan timur Laut Tengah dan mengalahkan satu armada yang terdiri atas 55 galai dalam [[Pertempuran Tanjung Kelidonia]]. Pada 1650, galai-galai perang terutama digunakan dalam peperangan antara Venesia dan [[Kesultanan Utsmaniyah|Kekaisaran
Tidak ada lagi pertempuran besar yang seluruhnya menggunakan galai sesudah peristiwa bentrok besar-besaran di Lepanto pada 1571, dan galai pun menjadi lebih sering dimanfaatkan sebagai kapal jelajah atau untuk mendukung kapal-kapal perang layar sebagai barisan pertahanan belakang dalam aksi-aksi armada tempur, mirip dengan peran kapal-kapal [[frigat|pergata]] di luar kawasan Laut Tengah.<ref name="Jan Glete 1992 hlm. 99"/> Galai-galai dapat menolong kapal-kapal yang menderita kerusakan untuk mundur dari barisan tempur, tetapi umumnya hanya jika cuaca benar-benar teduh, sebagaimana yang terjadi dalam [[Pertempuran Málaga (1704)|Pertempuran Málaga]] pada 1704.<ref>Rodger (2003), hlm. 170</ref> Bagi negara-negara dan wilayah-wilayah kepangeranan yang kecil, serta kelompok-kelompok saudagar swasta, galai lebih terjangkau ketimbang kapal-kapal perang layar yang besar dan rumit, dan digunakan untuk mempertahankan diri terhadap perompakan. Galai membutuhkan lebih sedikit kayu, rancangannya relatif sederhana, dan membawa lebih sedikit senjata api. Galai luwes secara taktis, dan dapat digunakan baik untuk aksi penyergapan di laut maupun untuk operasi-operasi amfibi. Galai hanya memerlukan sedikit awak kapal yang mahir, dan sukar ditangkap oleh kapal-kapal layar, tetapi sangat berguna untuk memburu galai-galai lain serta kapal-kapal penyerbu yang digerakkan dengan dayung.<ref>Bamford (1974), hlm. 14–18</ref>
Armada-armada galai terbesar pada abad ke-17 dimiliki oleh dua kekuatan utama di Laut Tengah, [[
Pertempuran Laut Tengah terakhir dalam catatan sejarah yang melibatkan galai sebagai bagian penting dari kekuatan tempur adalah [[Pertempuran Matapan]] pada 1717, antara Kekaisaran
=== Penggunaan galai di Eropa Utara ===
[[Berkas:Vroom Hendrick Cornelisz Dutch Ships Ramming Spanish Galleys off the Flemish Coast in October 1602.jpg|jmpl|Kapal-kapal belanda
Kapal-kapal dayung masih tetap digunakan di perairan Eropa Utara dalam kurun waktu yang panjang, meskipun hanya sebagai sarana penunjang dan dalam keadaan tertentu. Dalam [[Peperangan Italia]], galai-galai
Meskipun terlalu rapuh untuk digunakan dalam jumlah yang banyak di perairan terbuka Samudra Atlantik, galai sangat cocok untuk digunakan di perairan Laut Baltik oleh Denmark, Swedia, Rusia, dan beberapa kekuatan Eropa Tengah yang memiliki pelabuhan-pelabuhan di kawasan pesisir Eropa Utara. Ada dua macam medan pertempuran laut di kawasan Baltik. Yang pertama adalah laut lepas, yang cocok bagi armada-armada kapal layar; yang kedua adalah kawasan pesisir dan khususnya gugusan pulau dan kepulauan kecil yang nyaris tanpa terputus berjajar dari Stockholm sampai ke Teluk Finlandia. Di kawasan ini, kondisi perairan
==== Kebangkitan kembali dan kemunduran galai di kawasan Baltik ====
Baris 134:
=== Galai Asia Tenggara ===
{{Main|Ghali (kapal)}}[[Berkas:Galliot and Fusta of Java de Bry.jpg|jmpl|Sebuah galai dari [[Banten]], 1598. Galai itu memiliki "balai" (panggung tempur) seperti kapal perang lainnya di kepulauan Nusantara, dan 4 [[cetbang]] dapat terlihat.]]
Ketika menyerang bangsa Portugis di Malaka pada tahun 1568, [[Kesultanan Aceh]] mengerahkan 4 galai besar dengan panjang 40–50 m,
Pada serangan tahun 1575, Aceh menggunakan 40 galai 2 tiang dengan kapten Turki membawa 200–300 tentara yang berasal dari Turki, Arab, Deccani, dan Aceh. Galai negara (''[[Ghurab|ghorab]] istana'') milik Aceh, Daya, dan Pedir dikatakan membawa 10 [[meriam]], 50 [[lela]], dan 120 [[Pemuras|cecorong]] (tidak termasuk [[istinggar]]). Galai yang lebih kecil membawa 5 meriam, 20 lela, dan 50 cecorong.<ref>{{cite book|last=Iskandar|first=Teuku|year=1958|title=De Hikajat Atjeh|location=‘s-Gravenhage|publisher=KITLV|pages=175}}</ref> Sumber lokal dan sumber Barat menyebutkan bahwa Aceh memiliki 100–120 galai yang siaga kapanpun (tidak termasuk fusta dan galiot yang lebih kecil), tersebar dari Daya (pesisir Barat) ke Pedir (pesisir Timur). Sebuah galai yang ditangkap Portugis pada 1629 sangat besar, dan dilaporkan Aceh memiliki 47 buah totalnya. Panjangnya 100 m dan lebarnya 17 m, memiliki 3 tiang dengan layar persegi dan layar atas, digerakkan oleh 35 dayung dan dapat membawa 700 orang. Dipersenjatai 18 meriam besar (lima buah 55-pounder di haluan, satu 25-pounder di buritan, sisanya 17 dan 18-pounder), 80 ''falcon'' dan banyak meriam putar. Kapal ini disebut "''Espanto do Mundo''", yang mungkin merupakan terjemahan dari kata ''Cakradonya'' (Cakra Dunia). Orang Portugis melaporkan bahwa galai-galai ini jauh lebih besar daripada segala macam kapal yang pernah dibuat di [[Dunia Kristen]], dan bahkan [[kimbul]]<nowiki/>nya (bagian belakangnya) memiliki tinggi menyamai kastil (kimbul) [[galiung]].<ref name=":Lancaran" />{{Rp|166}}
Dua gambar dari Belanda tahun 1598 dan 1601 menggambarkan galai [[Banten]] dan galai [[Pulau Madura|Madura]]. Masing-masing bertiang 2 dan bertiang 1. Berbeda dari galai-galai Laut Tengah, galai-galai Nusantara memiliki panggung tempat bertempur yang disebut "balai", tempat berdiri para prajurit. Balai merupakan salah satu bagian yang lazim dijumpati pada kapal-kapal perang di Nusantara.<ref>Jacob Cornelisz Neck (1601). ''Het tweede Boeck, journael oft dagh-register, inhoudende een warachtich verhael ende historische vertellinghe vande reyse gedaen door de acht schepen van Amstelredamme, gheseylt inden maent martij 1598 onder ‘t beleydt vanden admirael Iacob Cornelisz Neck ende Wybrant van Warwijck als vice-admirael etc''. Amstelredamme: Cornelis Claesz. p. 17.</ref> Pada pertengahan abad ke-17, [[Kesultanan Gowa]] memiliki ''galle'<nowiki/>'' (atau ''galé'') sepanjang 40 m dan selebar 6 m, yang mampu menampung 200–400 orang. ''Galle''' Kesultanan Gowa lainnya memiliki panjang 23–35 m.<ref>{{Cite journal|last=Hadrawi|first=Muhlis|date=May 2018|title=Sea Voyages and Occupancies of Malayan Peoples at the West Coast of South Sulawesi|url=|journal=International Journal of Malay-Nusantara Studies|volume=1|pages=80-95|via=}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://islamtoday.id/ulas-nusa/20190621085614-1828/kapal-kapal-di-wilayah-kesultanan-gowa-abad-17-m/|title=Kapal-Kapal di Wilayah Kesultanan Gowa Abad 17 M|last=Sidiq H. M.|first=Muhammad|date=21 June 2019|access-date=23 January 2019|url-status=live|work=IslamToday|archive-date=2020-01-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20200130130824/https://islamtoday.id/ulas-nusa/20190621085614-1828/kapal-kapal-di-wilayah-kesultanan-gowa-abad-17-m/|dead-url=no}}</ref>
== Konstruksi ==
Baris 150 ⟶ 152:
[[Berkas:Mortise tenon joint hull trireme-en.svg|jmpl|Sebuah skema teknik [[purus dan lubang]] yang lazim digunakan dalam pembuatan kapal-kapal Laut Tengah sampai dengan abad ke-7 Masehi.<ref>Unger (1980), hlmn. 41–42</ref>]]
Rancangan kapal-kapal dayung perdana sebagian besar tidak diketahui dan hanya didasarkan pada perkiraan. Agaknya kapal-kapal ini dikerjakan dengan menggunakan teknik [[purus dan lubang|lubang purus]], tetapi disatukan dengan jahitan bukannya dengan paku dan pasak. Karena sepenuhnya tidak beratap, kapal-kapal ini didayung (atau bahkan dikayuh) dari geladak yang terbuka, dan agaknya dilengkapi "hulu
=== Triremis ===
{{utama|trireme}}
[[Berkas:Olympias.3.JPG|jmpl|Buritan dari replika triremis modern ''[[Olympias (triremis)|Olympias]]'' dengan kemudi sepak kembar pada kedua sisinya]]
Pada abad ke-5 SM, kapal-kapal ''triremis'' perdana sudah digunakan oleh berbagai kekuatan di kawasan timur Laut Tengah. Kala itu triremis sudah mencapai tahap perkembangannya yang penuh, menjadi kapal yang benar-benar dirancang khusus untuk digunakan berperang, mampu melaju dengan kecepatan tinggi dan mampu melakukan olah-gerak yang rumit. Dengan panjang hampir 40 m dan tolak-bara hampir 50 ton, triremis menjadi tiga kali lipat lebih mahal
[[Berkas:Israeli National Maritime Museum- Naval ram-1.jpg|jmpl|[[pelantak tubruk kapal|Hulu
Galai-galai pertama yang dikhususkan untuk keperluan perang dipasangi hulu
=== Zaman Imperium Romawi ===
Baris 166 ⟶ 168:
=== Zaman Pertengahan ===
Spesifikasi galai Abad Pertengahan terawal diketahui dari ukuran kapal pesanan [[Carlo I dari Napoli|Carlo I dari Sisilia]], pada 1275 M.<ref>Lihat baik Bass maupun Pryor</ref> Panjang keseluruhan mencapai 39,30 meter, panjang [[lunas]] mencapai 28,03 meter, kedalaman kapal setinggi 2,08 meter. Jarak antar lambung selebar 3,67 meter. Jarak antar [[cadik]] selebar 4,45 meter. 108 batang dayung, sebagian besar sepanjang 6,81 meter, beberapa sepanjang 7,86 meter, 2 batang kemudi sepak sepanjang 6,03 meter. Tiang topang dan tiang agung masing-masing setinggi 16,08 meter dan 11,00 meter; panjang keliling mencapai 0,79 meter, dan kedua [[andang-andang]] masing-masing sepanjang 26,72 meter dan 17,29 meter. [[tonase bobot mati|Bobot mati]] keseluruhan diperkirakan mencapai 80 metrik ton. Pada kapal semacam ini, satu [[bangku jalan|pulangan]] (tempat duduk pendayung) diisi dua dan kelak tiga orang yang masing-masing menangani satu batang dayung. Dayung-dayung kapal ini lebih panjang
==== Dromon dan ''galea'' ====
Baris 172 ⟶ 174:
Kapal perang utama dalam Angkatan Laut Bizantium sampai dengan abad ke-12 adalah [[dromon]] dan jenis-jenis kapal lainnya yang serupa. Dromon dipercaya sebagai hasil evolusi dari [[Liburna]] Romawi. Istilah dromon pertama kali muncul pada penghujung abad ke-5, dan lazim digunakan sebagai sebutan untuk sejenis galai perang tertentu pada abad ke-6.<ref>Pryor & Jeffreys (2006), hlmn. 123–125</ref> Istilah ''dromōn'' (secara harfiah berarti "pelari") sendiri berasal dari akar kata Yunani ''drom-(áō)'', "lari", dan para pujangga abad ke-6 seperti [[Procopius]] dengan jelas memaparkan tentang laju kapal-kapal ini.<ref>Pryor & Jeffreys (2006), hlmn. 125–126</ref> Beberapa abad berikutnya, seiring bertambah sengitnya pertikaian antara Angkatan Laut Bizantium dan bangsa Arab, dikembangkan dromon-dromon versi yang lebih berat dengan dua atau mungkin bahkan tiga baris dayung.<ref>Pryor (1995), hlm. 102</ref>
Umumnya para ahli beranggapan bahwa penyempurpurnaan-penyempurnaan utama yang membedakan dromon-dromon perdana dari liburna, dan yang sejak saat itu menjadi ciri khas galai-galai Laut Tengah, adalah [[geladak]]nya yang utuh, penggantian [[pelantak tubruk|hulu
Dromon-dromon yang diuraikan oleh Procopius adalah kapal-kapal dengan sebaris dayung yang besar kemungkinan diperlengkapi 25 dayung pada tiap sisi. Tidak seperti pada kendaraan-kendaraan air kuno yang [[cadik|bercadik]], dayung-dayung dromon terpasang pada lambung.<ref>Pryor (1995), hlmn. 103–104</ref> Pada dromon-dromon [[biremis]] yang dibuat lebih kemudian pada abad ke-9 dan ke-10, dua baris dayung dipisahkan oleh geladak, baris dayung pertama ditempatkan di bawah geladak dan baris dayung kedua ditempatkan di atas geladak; para pendayungnya juga dipersiapkan untuk bertempur bersama-sama para marinir dalam aksi-aksi serbu kapal.<ref>Pryor & Jeffreys (2006), hlmn. 232, 255, 276</ref> Panjang keseluruhan kapal-kapal ini kemungkinan besar sekitar 32 meter.<ref>Pryor & Jeffreys (2006), hlmn. 205, 291</ref> [[Buritan]]nya (''prymnē'') menampung sebuah tenda sebagai bilik nakhoda;<ref>Pryor & Jeffreys (2006), hlm. 215</ref> perahu ini memiliki semacam kubu pertahanan yang digunakan landasan untuk ditempati bertarung dan dapat menampung satu atau lebih pembuluh untuk menyemburkan [[api Yunani]];<ref>Pryor & Jeffreys (2006), hlm. 203</ref> dan pada dromon-dromon yang lebih besar, terdapat puri-puri kayu pada kedua sisi di antara tiang-tiang kapal, sebagai landasan yang tinggi untuk ditempati pasukan pemanah.<ref name="Galley104">Pryor (1995), hlm. 104</ref> Taji di haluan dimaksudkan untuk meretas batang-batang dayung kapal musuh sehingga tidak berdaya menghindari lontaran api dan aksi serbu kapal.<ref>Pryor & Jeffreys (2006), hlmn. 143–144</ref>
===
Sejak abad ke-12, rancangan galai-galai perang berkembang hingga mencapai wujud yang kelak nyaris tidak berubah sampai dengan pembuatan galai-galai perang terakhir pada penghujung abad ke18. Rasio panjang banding lebar minimum adalah 8:1. ''Telaro'', semacam [[cadik]], adalah struktur persegi panjang yang ditambahkan sebagai penopang dayung dan pulangan yang ditata membentuk pola tulang ikan haring atau tulang daun menyirip, membentuk sudut lancip ke arah buritan pada kedua sisi jalur tengah sepanjang geladak, atau ''corsia''.<ref>Anderson (1962), hlmn. 52, 54–55</ref> Rancangan galai ini didasarkan atas bentuk ''galea'', galai-galai Bizantium yang lebih kecil ukurannya, dan kelak lebih dikenal dengan nama Italianya, ''gallia sottila'' (secara harfiah berarti "galai ramping"). Sebatang tiang kapal kedua yang lebih kecil ukurannya ditambahkan sekitar abad ke-13 dan jumlah standar pendayung meningkat dari dua menjadi tiga orang per pulangan sejak penghujung abad ke-13 hingga permulaan abad ke-14.<ref>Pryor (1992), hlm. 64</ref> Kapal-kapal ''gallia sottila'' kelak mendominasi barisan utama armada-armada tempur dari kekuatan-kekuatan bahari di Laut Tengah, dibantu kapal-kapal ''galiotte'' yang lebih kecil, serta armada-armada [[Bajak laut Barbaria|korsario]] Kristen maupun Muslim. Galai-galai
[[Berkas:Vittore Carpaccio - Sant'Orsola polyptich - Ritorno Degli ambasciatori-detail.jpeg|jmpl|pus|500px|Sebuah ''gallia sottila'' Venesia pada akhir abad ke-15 dari lukisan ''Kembalinya Para Duta'' karya [[Vittore Carpaccio]] dalam rangkaian lukisan [[Legenda Santa Ursula]] (1497–1498). Cermati dayung-dayung yang ditata berkelompok tiga-tiga sesuai dengan metode mendayung ''alla sensile''.]]
Dua kemudi sepak tradisional kemudian ditambahi dengan sebatang [[kemudi belok]] kira-kira sesudah ''ca.'' 1400 dan akhirnya kemudi-kemudi sepak sepenuhnya menghilang.<ref>Pryor mengacu pada klaim-klaim bahwa kemudi belok dikembangkan oleh orang-orang Bizantium dan Arab seawal abad ke-9, tetapi menafikannya karena kurang bukti. Anderson (1962), hlmn. 59–60; Pryor (1992), hlm. 61.</ref> Pada abad ke-15 pula potongan-potongan artileri besar untuk pertama kalinya dipasang pada galai-galai. Catatan-catatan Burgundi dari pertengahan abad ke-15 mendeskripsikan galai-galai bersama dengan beberapa bentuk senjata api, tetapi tidak merinci ukurannya. Bukti paling jelas tentang keberadaan meriam besar yang dipasang di atas galai, berasal dari ukiran kayu yang menggambarkan sebuah galai Venesia pada 1486.<ref>Lehmann (1984), hlm. 31</ref> Senjata-senjata api pertama kali dipasang secara langsung pada balok-balok kapal di bagian haluan dan larasnya diarahkan ke depan, tata-letak ini nyaris tidak berubah sampai galai menghilang dari aktivitas pelayaran pada abad ke-19.<ref name="Guilmartin 1974, hlm. 216">Guilmartin (1974), hlm. 216</ref>
[[Berkas:Swedish galley (1715)-rambade.jpg|jmpl|kiri|Landasan tempur (''rambat'') yang lazim dijumpai di galai-galai pada permulaan Zaman Modern. Model kapal ini adalah miniatur dari sebuah galai Swedia tahun 1715, sedikit lebih kecil
Seiring munculnya kebiasaan memasang senjata api di haluan galai, diperkenalkan pula kebiasaan memasang sebuah bangunan dari kayu yang disebut ''rambat'' (bahasa
Pada pertengahan abad ke-17, galai telah mencapai "wujud akhirnya".<ref name="Jan Glete 1992 hlm. 98">Jan Glete, "The Oared Warship" dalam Gardiner & Lavery (1992), hlm. 98</ref> Tampilan galai terlihat kurang lebih sama selama lebih dari empat abad dan sebuah sistem klasifikasi standar untuk berbagai ukuran galai telah dikembangkan oleh birokrasi-birokrasi Laut Tengah, sebagian besar didasarkan pada banyaknya pulangan pada sebuah galai.<ref name="Glete 1993 81"/> Sebuah galai Laut Tengah memiliki 25-26 pasang dayung dengan lima orang pada tiap dayung (''ca''. 250 pendayung), 50-100 pelaut, dan 50-100 prajurit sehingga jumlah awak kapal dapat mencapai 500 orang. Pengecualiannya adalah "kapal-kapal bendera" berukuran besar (
Sebatang [[tiang kapal|tiang]] tunggal adalah wujud standar pada sebagian besar galai perang sampai dengan ''ca.'' 1600. Sebatang tiang kedua yang lebih pendek dapat pula ditegakkan untuk sementara waktu di haluan, tetapi kelak menjadi bagian permanen dari galai pada permulaan abad ke-17. Tiang ini sedikit digeser ke samping untuk memberi ruang bagi hentakan senjata-senjata api berat; tiang yang lain ditempatkan kira-kira di tengah-tengah kapal. Sebatang tiang ketiga yang lebih kecil di buritan, sama fungsinya dengan [[tiang penggawa]], juga diperkenalkan pada galai-galai besar, kemungkinan besar pada permulaan abad ke-17, tetapi baru menjadi standar sekurang-kurangnya pada permulaan abad ke-18.<ref>Anderson (1962), hlm. 17</ref> Galai memiliki ruang yang terbatas untuk menampung perbekalan dan bergantung pada pengisian kembali perbekalan secara acap kali dan kerap berlabuh pada malam hari untuk mengistirahatkan awak kapal dan untuk memasak. [[dapur kapal|Tempat masak-memasak]] di atas galai adalah sebuah kotak berlapis lempung berisi [[tungku api]] atau alat masak-memasak serupa yang diletakkan di tempat salah satu pulangan, biasanya pada sisi kiri kapal (dilihat pada posisi menghadap ke haluan).<ref>Lehmann (1984), hlm. 22</ref>
{{Gallery
|title=Model galai
|width=300
|height=200
|lines=4
|align=center
|File:Dauphine-IMG 6921.jpg|Tampak samping. ''Dauphine'' dibuat pada 1736 dan bertahan sampai [[Revolusi
|File:Dauphine-IMG 6926.jpg|Tampak depan. Model kontemporer dipajang di museum bahari Toulon.
}}
Baris 204 ⟶ 206:
Mendayung kapal pada Abad Kuno dilakukan dari posisi yang tetap, yakni posisi mendayung yang paling efektif, dengan pendayung menghadap ke ke arah buritan. Para sejarawan terdahulu memperkirakan bahwa galai didayung dengan gerakan merengkuh yang mengandalkan kekuatan baik dari otot kaki maupun otot lengan, namun tidak ada bukti konklusif yang mendukung perkiraan ini. Eksperimen-eksperimen praktis yang dilakukan pada galai rekonstruksi berskala penuh, ''Olympias'', justru menunjukkan adanya keterbatasan ruang gerak, sementara pulangan yang dapat bergerak atau beringsut sangat tidak praktis untuk dibuat dengan metode-metode kuno.<ref>Morrison, Coates & Rankov, ''The Athenian Trireme'', hlmn. 246–247; Shaw (1995), hlmn. 168–169</ref> Para pendayung galai-galai perang kuno didudukkan di geladak utama dengan keleluasaan yang terbatas untuk meninjau keadaan sekelilingnya. Oleh karena itu keselarasan gerak dayung diatur oleh para pengawas dengan menggunakan peluit atau aba-aba berlagu ritmis.<ref>Morrison, Coates & Rankov, ''The Athenian Trireme'', hlmn. 249–252</ref> Galai sangat gesit berolah gerak, dapat berputar haluan pada porosnya dan bahkan didayung mundur, tetapi olah gerak yang sedemikian gesitnya memerlukan awak yang mahir dan berpengalaman.<ref name="Morrison, Coates hlmn. 246-247">Morrison, Coates & Rankov, ''The Athenian Trireme'', hlmn. 246–247</ref> Di galai-galai dengan tatanan tiga orang tiap dayung, seluruh pendayung bekerja pada posisi duduk, tetapi pendayung yang terjauh dari lambung kapal harus melakukan gerak merengkuh sambil berdiri dan duduk, yaitu bangkit berdiri untuk mendorong batang dayung ke muka dan kemudian duduk kembali untuk melakukan gerakan merengkuh.<ref name="Morrison, Coates hlmn. 246-247"/>
Semakin cepat sebuah kapal meluncur, semakin besar pula daya yang digunakannya. Untuk mencapai kecepatan yang tinggi diperlukan daya yang tidak dapat dihasilkan oleh kapal bertenaga manusia. Sistem dayung menghasilkan daya yang sangat rendah untuk propulsi (hanya sekitar 70 W per pendayung) dan ambang batas untuk mendayung dalam posisi tetap adalah sekitar 10 knot.<ref>Coates 1995, hlmn. 127–128</ref> Menurut para sejarawan, jenis galai perang kuno yang digunakan bangsa Yunani pada Abad Kuno adalah jenis galai yang paling hemat daya dan yang paling cepat dari antara seluruh rancangan galai yang pernah ada sepanjang sejarah. Replika berskala penuh dari sebuah [[trireme|triremis]] abad ke-5 SM, ''[[Olympias (triremis)|Olympias]]'', dibuat pada 1985–87 dan beberapa kali diuji coba guna mengukur kinerjanya. Hasil uji coba mebuktikan bahwa laju jelajah sebesar 7-8 knot dapat dipertahankan selama sehari penuh. Laju tercepat sampai dengan 10 knot dapat saja dicapai, tetapi hanya mampu bertahan selama beberapa menit dan akan menguras tenaga para awak dengan cepat.<ref>Shaw (1995), hlm. 169</ref> Galai-galai kuno dibuat sangat ringan dan galai-galai triremis yang asli diperkirakan tak terkalahkan dalam soal laju.<ref>Shaw (1995), hlm. 163</ref> Galai-galai Abad Pertengahan diyakini lebih lamban, terutama sejak galai tidak lagi dibuat dengan memperhitungkan siasat-siasat
Mendayung galai menentang arah angin atau ketika laut sedikit bergelora cukup sukar dan melelahkan.<ref>Morrison, Coates & Rankov, ''The Athenian Trireme'', hlm. 248</ref> Di laut lepas, galai-galai kuno dapat membentangkan layar sehingga mampu melaju mengikuti arah angin. Galai-galai ini sangat rentan terhadap gelombang tinggi, dan dapat saja tak terkendali jika kerangka dayung (''apostis'') lepas dan hanyut. Dalam keadaan yang cukup layak, galai-galai Abad Kuno dan Abad Pertengahan diperkirakan hanya mampu berlayar dengan laju 8-9 knot pada saat arah angin kurang lebih mengarah ke buritan.<ref>Pryor (1992), hlm. 71–75</ref>
Baris 211 ⟶ 213:
{{Utama|Budak galai}}
[[Berkas:Venice galley rowing alla sensile1.jpg|jmpl|kiri|Model sebuah galai Venesia berdayung tiga baris, ''alla sensile'', dengan tiga pendayung duduk sejajar pada satu pulangan tetapi masing-masing menangani satu batang dayung]]
Bertentangan dengan anggapan umum bahwa para pendayung dirantai pada tangkai dayung, sebagaimana yang diperlihatkan dalam film-film seperti ''[[Ben-Hur (film 1959)|Ben Hur]]'', tidak ada bukti bahwa angkatan laut pada Abad Kuno mengaryakan para pelaku kejahatan
Baru pada permulaan abad ke-16, gagasan modern tentang [[budak galai]] menjadi umum. Ukuran armada-armada galai maupun ukuran kapal-kapal itu sendiri semakin lama semakin besar sehingga memerlukan tambahan tenaga pendayung. Jumlah pulangan tidak dapat ditambah tanpa memperlebar lambung kapal melampaui batas-batas strukturalnya, sementara penataan tiga dayung pada tiap pulangan tidak dapat berfungsi dengan baik. Kebutuhan akan tenaga pendayung tambahan juga berarti bahwa jumlah pendayung mahir yang relatif terbatas tidak dapat memenuhi kebutuhan armada-armada galai yang besar. Semakin lama semakin lazim pula untuk mengawaki galai dengan orang-orang hukuman atau [[budak galai|budak-budak belian]], sehingga diperlukan adanya suatu metode mendayung yang lebih sederhana. Cara lama yang memanfaatkan tenaga pendayung profesional dengan metode dayung ''alla sensile'' (satu orang satu dayung, dengan dua-tiga orang pada satu pulangan) sedikit demi sedikit tergeser oleh metode dayung ''a scaloccio'', yang tidak membutuhkan kemahiran tingkat tinggi.<ref>Dari bahasa Italia ''remo di scaloccio'' dari kata ''scala'', "tangga; undakan"; Anderson (1962), hlm. 69</ref> Tiap pulangan dipasangi satu batang dayung besar yang digerakkan secara serentak oleh beberapa orang pendayung, dan jumlah tenaga pendayung untuk tiap dayung meningkat dari tiga menjadi lima orang. Pada beberapa galai panglima yang berukuran sangat besar, jumlah pendayung dapat saja bertambah hingga mencapai tujuh orang tiap dayung.<ref>Guilmartin (1974), hlmn. 226–227</ref>
[[Berkas:Morisot-Nova Triremis quam dicimus, Galere-detail.jpeg|jmpl|pus|600px|Sebuah ilustrasi dari tahun 1643 memperlihatkan tata-letak pulangan-pulangan dan batang-batang dayung pada sebuah galai berdayung 16 pasang. Ilustrasi ini juga memperlihatkan seorang pendayung pada pangkal batang dayung menggunakan teknik dayung-berdiri yang merupakan ciri khas metode dayung ''a scaloccio''.]]
Semua kekuatan utama di Laut Tengah menjatuhkan hukuman bekerja di galai bagi para kriminal, tetapi awalnya hanya pada masa perang. Kekuatan-kekuatan bahari Kristen seperti Spanyol
=== Layar ===
Pada galai-galai kuno yang menggunakan layar, sebagian besar tenaga penggeraknya dihasilkan oleh selembar [[perangkat layar persegi|layar terbang]] yang terpasang pada sebatang tiang yang tegak agak ke haluan dari titik tengah kapal, dan dibantu selembar layar terbang sebagai [[layar haluan]] pada sebatang tiang yang lebih kecil di haluan kapal. Layar-[[layar latin]] berbentuk segitiga diketahui telah digunakan sejak abad ke-2 Masehi, dan perlahan-lahan menjadi layar pilihan utama bagi galai-galai. Pada abad ke-9, layar-layar latin sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perlengkapan standar sebuah galai. Jika dibandingkan dengan perangkat layar persegi, seperangkat layar latin jauh lebih rumit dan harus ditangani oleh lebih banyak orang, akan tetapi hal itu bukanlah perkara sulit bagi galai-galai yang diawaki dengan sejumlah besar tenaga kerja.<ref>Unger (1980), hlmn. 47–49.</ref> Armada serang Bizantium Belisarius, yang terdiri atas 533 galai, paling kurang setengahnya diperlengkapi dengan layar-layar latin, sehingga menyiratkan kemungkinan bahwa kala itu layar latin telah menjadi perangkat standar bagi dromon,<ref>Basch (2001), hlm. 64</ref> sementara layar terbang persegi yang sebelumnya digunakan turun-temurun pun tak lagi digunakan dalam kegiatan pelayaran di Laut Tengah pada Abad Pertengahan.<ref>Pryor & Jeffreys (2006), hlmn. 153–159</ref> Tidak seperti pada perangkat layar persegi, [[dulang-dulang]] penyangga layar latin tidak berputar mengitari tiang kapal. Bilamana kapal akan [[cikar (pelayaran)|cikar]], dulang-dulang harus dipindahkan dengan cara diangkat melewati ujung tiang kapal ke sisi sebelahnya. Panjang dulang-dulang pun
== Persenjataan dan siasat tempur ==
Baris 224 ⟶ 226:
Pada perang-perang laut yang terdahulu, [[aksi serbu kapal]] adalah satu-satunya cara untuk mengalahkan musuh, tetapi siasat-siasat tempur yang digunakan dalam aksi serbu kapal nyaris tidak diketahui. Pada pertempuran laut pertama yang tercatat dalam sejarah, [[Pertempuran Delta]], bala tentara Mesir pada masa pemerintahan Firaun [[Ramses III]] meraih kemenangan telak atas sekumpulan bala tentara misterius yang dikenal dengan sebutan [[bangsa laut|Orang laut]]. Sebagaimana yang ditampilkan pada relief-relief untuk mengabadikan pertempuran itu, pasukan pemanah Mesir di atas kapal-kapal dan di sepanjang pantai yang berdekatan menghujani kapal-kapal musuh dengan tembakan anak panah. Pada saat yang sama, galai-galai Mesir melaksanakan aksi serbu kapal dan [[Kapal terjungkir|menjungkirkan]] kapal-kapal Orang Laut dengan menggunakan tambang-tambang dengan kait pada ujungnya yang disangkutkan pada bibir kapal-kapal itu.<ref>Wachsmann (1995), hlmn. 28–34, 72</ref>
=== Penambahan hulu
[[Berkas:Olympias.1.JPG|jmpl|Hulu
Sekitar abad ke-8 SM, aksi [[pendobrakan kapal]] mulai dipergunakan begitu galai-galai perang diperlengkapi dengan [[pelantak tubruk
Keberhasilan aksi
=== Bertahannya siasat serbu kapal ===
[[Berkas:Byzantines repel the Russian attack of 941.jpg|jmpl|kiri|250px|Armada Bizantium menghalau serangan Orang Rus atas Konstantinopel pada 941. [[Dromon]]-dromon Biantium dikerahkan menyerempet kapal-kapal Rus dan meremukkan dayung-dayungnya dengan taji.]]
Meskipun terus mencari cara untuk menghadapi kapal-kapal yang semakin besar ukurannya, siasat
Menjelang akhir Abad Kuno, pada abad pertama Masehi, siasat-siasat
[[Berkas:Greekfire-madridskylitzes1.jpg|jmpl|ka|Kapal Bizantium menyerang dengan semburan [[api Yunani]]. [[Yohanes Skilitzes|naskah Skilitzes Madrid]], abad ke-11 M.]]
[[Angkatan Laut Biantium]], armada perang Laut Tengah terbesar hampir sepanjang permulaan Abad Pertengahan, menggunakan formasi-formasi sabit dengan kapal bendera di tengah-tengah dan kapal-kapal berat pada kedua ujung tanduk formasi, dengan tujuan untuk menyalip sayap formasi armada musuh. Siasat-siasat serupa diyakini telah digunakan oleh armada-armada Arab dalam pertempuran semenjak abad ke-7 M. Orang-orang Bizantiumlah yang pertama kali menggunakan [[api Yunani]], sejenis cairan pencetus api yang sangat efektif, sebagai senjata laut. Api Yunani disemburkan melalui sebuah pipa logam, atau ''sifon'' yang dipasang pada haluan kapal, mirip dengan alat [[pelontar api]] modern. Sifat-sifat api Yunani sangat mirip dengan sifat-sifat [[napalm]] dan merupakan kunci kemenangan Bizantium dalam beberapa pertempuran. Pada 835, senjata ini telah menyebar sampai ke kalangan orang-orang Arab, yang memperlengkapi ''harraqa'', "kapal berapi", milik mereka dengannya. Pertempuran-pertempuran laut diawali dengan aksi saling tembak, mulai dari saling lontar proyektil-proyektil pembakar hingga saling menghujani dengan anak-anak panah, [[galtrop|ranjau]] dan lembing. Aksi ini tidak bertujuan untuk menenggelamkan kapal, tetapi untuk mengurangi jumlah awak kapal musuh sebelum melancarkan aksi serbu kapal yang akan menjadi penentu hasil akhir pertempuran. Begitu kekuatan musuh dinilai sudah cukup berkurang, armada-armada akan saling merapat dan berdesak-desakan, selanjutnya para prajurit laut dan pendayung di tingkat atas akan menyeberang beramai-ramai ke kapal musuh untuk bertarung satu lawan satu.<ref name="Frederick M. Hocker 1995 hlmn. 95, 98"/> Dromon-dromon Bizantium diperlengkapi dengan tabir terpal berkerangka yang dipasang pada sepanjang bibir kapal, tempat para prajurit laut menggantungkan perisai-perisai mereka. Tabir ini memberikan perlindungan bagi para awak geladak.<ref>Pryor & Jeffreys (2006), hlm. 282</ref> Kapal-kapal yang lebih besar juga diperlengkapi dengan puri-puri kayu di antara tiang-tiang kapal, yang memungkinkan para pemanah untuk melesatkan anak panah dari posisi tembak yang lebih tinggi dari geladak utama.<ref name="Galley104">Pryor (1995), hlm. 104</ref>
Baris 241 ⟶ 243:
Angkatan laut Abad Pertengahan kelak terus menggunakan sisat-siasat serupa, dengan formasi [[Siasat tempur galai|berbanjar]] sebagai formasi tempur yang standar, karena galai dirancang untuk menghadapi gempuran dari arah haluan, dan sangat lemah di bagian lambung, terutama pada bagian tengahnya. Formasi sabit ala Bizantium terus dipergunakan sepanjang Abad Pertengahan. Formasi ini memungkinkan sayap-sayap armada menabrakkan haluannya tepat pada lambung kapal-kapal yang terletak di ujung formasi tempur musuh.<ref>Pryor (1983), hlmn. 193–194</ref>
[[Rugerius dari Lauria]] (''ca.'' 1245–1305) adalah seorang ahli siasat perang laut pada Abad Pertengahan yang bertempur di pihak Angkatan Laut [[Aragon]] melawan armada-armada [[Wangsa Kapet|Angevin]] dalam [[Perang Vesper Sisilia]]. Dalam [[Pertempuran Malta]] pada Juli 1283, ia berhasil memancing keluar galai-galai Angevin yang sedang didaratkan dengan buritan menghadap ke darat, dengan cara menyerukan tantangan secara terbuka terhadap mereka. Menyerang mereka dalam posisi bertahan yang kuat secara langsung akan sangat berbahaya karena posisi semacam itu merupakan barisan rapat yang kokoh, sehingga memungkinkan para pendayung untuk meloloskan diri ke pantai dan memungkinkan pengerahan pasukan pejalan kaki dari pantai untuk memperkuat titik-titik lemah. Ia juga mengerahkan para pemanah silang dan para [[almogavar]], prajurit-prajurit pejalan kaki bersenjata ringan, yang lebih lincah bergerak dalam aksi-aksi dari kapal ke kapal dibandingkan dengan prajurit-prajurit
=== Galai bersenjata api ===
Senjata-senjata api perdana berkaliber besar, dan mula-mula terbuat dari besi tempa sehingga tidak sekuat senjata-senjata api dari perunggu tuang yang kelak menjadi senjata api standar pada abad ke-16. Senjata-senjata api ini mula-mula dipasang pada balok-balok kayu di haluan kapal dengan laras mengarah lurus ke depan. Tata-letak semacam ini nyaris bertahan tanpa perubahan sampai galai menghilang dari aktivitas pelayaran pada abad ke-19.<ref name="Guilmartin 1974, hlm. 216" /> Kemunculan senjata-senjata api berat dan senjata-senjata api jinjing tidak sepenuhnya mengubah siasat-siasat tempur terdahulu. Andaikata berubah sekalipun, galai tetap memanfaatkan haluan sebagai sarana penyerang, baik sebagai tempat pasukan berancang-ancang sebelum mengerubuti kapal musuh maupun sebagai tempat meletakkan senjata-senjata api jinjing dan meriam-meriam. Galai bersenjata api mampu melampaui kinerja kapal layar dalam pertempuran-pertempuran laut yang terdahulu. Galai ini tetap menyimpan keuntungan taktis khusus, bahkan sesudah kemunculan perdana artileri laut, karena dengan mudah dapat berolah-gerak untuk
[[Berkas:Fernando Bertelli, Die Seeschlacht von Lepanto, Venedig 1572, Museo Storico Navale (550x500).jpg|jmpl|ka|Lukisan semasa dari [[Pertempuran Lepanto]] pada 1571, memperlihatkan formasi-formasi kaku dari kedua armada yang berhadap-hadapan. Fresko di the Galeri Peta [[Museum Vatikan]].]]
Dalam pertarungan-pertarungan galai lawan galai yang berskala besar, siasat-siasat tempur pada dasarnya tetap sama sampai akhir abad ke-16. [[Meriam]]-meriam dan senjata-senjata api jinjing diperkenalkan sekitar abad ke-14, tetapi tidak serta-merta mempengaruhi siasat-siasat tempur; formasi dasar yakni kapal berbanjar membentuk sabit, sebagaimana yang digunakan dalam [[Pertempuran Lepanto]] pada 1571, telah digunakan oleh armada Bizantium hampir satu milenium lebih awal.<ref>Guilmartin (1974), hlmn. 157–158</ref> Artileri pada galai-galai bersenjata api perdana tidak digunakan sebagai senjata tembak jarak jauh untuk menyasar kapal-kapal bersenjata api lainnya. Jarak tembak maksimal meriam-meriam kala itu efektif, yakni ''ca.'' 500 m (1600 ft), dapat ditangani sebuah galai dalam dua menit, jauh lebih cepat
== Simbolisme seremonial ==
Baris 253 ⟶ 255:
Galai digunakan semata-mata untuk keperluan-keperluan seremonial oleh banyak penguasa dan negara. Di Eropa pada permulaan Abad Pertengahan, galai mendapatkan muruah besar yang tidak dimiliki kapal-kapal lain. Sejak awal keberadaannya, galai dikemudikan mengikuti perintah para panglima bala tentara darat, dan digunakan dalam pertempuran mengikuti siasat-siasat tempur yang diadaptasi dari peperangan di darat. Karena itulah galai mendapatkan kedudukan terhormat dalam kaitannya dengan pertempuran-pertempuran darat, yakni pencapaian tertinggi seorang bangsawan terkemuka atau seorang raja. Di kawasan Baltik, Raja [[Gustav I dari Swedia]], pendiri negara Swedia modern, menunjukkan ketertarikan khusus pada galai, selayaknya seorang penguasa [[Renaisans|Abad Pembaharuan]] di Eropa. Kapan pun melakukan kunjungan dengan berlayar, Gustav, para pembesar istana, para birokrat kerajaan, dan para garda pribadi raja akan menggunakan galai.<ref>Jan Glete, "Vasatidens galärflottor" in Norman (2000), hlmn. 39, 42</ref> Sekitar masa yang sama, Raja [[Henry VIII dari Inggris]] yang sangat berambisi untuk menyamai reputasi sang pemimpin besar pada Abad Pembaharuan itu, juga memerintahkan pembuatan beberapa buah galai bergaya Laut Tengah (dan bahkan mengawaki galai-galai itu dengan budak-budak belian), meskipun Angkatan Laut Inggris kala itu lebih banyak mengandalkan kapal-kapal layar.<ref name="John Bennel 2000 hlmn. 35-37"/>
Meskipun [[kapal perang layar]] semakin lama semakin penting, galai tetap lebih erat hubungannya dengan peperangan di darat, dan dengan muruah yang terkait dengannya. Sejarawan bahari Inggris [[Nicholas Rodger]] mendeskripsikannya sebagai pameran "lambang tertinggi kuasa kerajaan ... yang berasal dari hubungannya yang erat dengan angkatan darat, dan oleh karena itu dengan para penguasa".<ref>Rodger (2003), hlm. 237</ref> Pemahaman dan pemanfaatan galai seperti ini mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Sang "Raja Matahari"
[[Berkas:Gouache of 17th century French royal galley-side.jpg|jmpl|Lukisan [[gouache]] dari sebuah Galai Kerajaan
Dikaryakannya para terpidana pelaku kriminal, para pembangkang politik, dan para penyimpang agama sebagai pendayung-pendayung galai turut membuat korps galai menjadi besar, disegani, dan merupakan sistem penahanan yang hemat biaya.<ref>Bamford (1974), hlmn. 275–278</ref> Para pendayung dari kaum Protestan
== Galai-galai yang masih ada ==
Baris 267 ⟶ 269:
Sebuah rekonstruksi 1971 dari galai [[Real (galai)|''Real'']], kapal bendera [[Don Juan de Austria]] dalam [[Pertempuran Lepanto]], kini tersimpan di ''Museu Marítim'' di [[Barcelona]]. Kapal ini memiliki panjang 60 m, lebar 6,2 m, sarat setinggi 2,1 m, bobot mati seberat 239 ton, dikayuh oleh 290 tenaga pendayung, dan mengangkut sekitar 400 awak dan prajurit pada Pertempuran Lepanto. ''Real'' berukuran lebih besar daripada galai-galai yang lazim dibuat pada zamannya.
Sebuah oraganisasi bernama ''"The Trireme Trust"'', bekerja sama dengan Angkatan Laut Yunani, mengoperasikan sebuah rekonstruksi [[Trireme|triremis]] Yunani kuno yang diberi nama ''Olympias''.<ref>
[[Ivlia (kapal)|''Ivlia'']] adalah sebuah replika [[biremis]] Yunani yang dibuat pada 1989 di [[Sochi]], [[Laut Hitam]], yang melakukan pelayaran keliling Eropa diawaki para sukarelawan selama enam musim.
Baris 288 ⟶ 290:
* Casson, Lionel, ''Ships and Seamanship in the Ancient World'', Princeton University Press, 1971
* Casson, Lionel, ''The Ancient Mariners: Seafarers and Sea Fighters of the Mediterranean in Ancient Times'' Princeton University Press, Princeton, NJ. 1991. ISBN 0-691-06836-4
* Casson, Lionel, "The Age of the Supergalleys" in ''Ships and Seafaring in Ancient Times'', University of Texas Press, 1994. ISBN 0-292-71162-X [http://www.utexas.edu/courses/citylife/readings/ships.pdf] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20091013221811/http://www.utexas.edu/courses/citylife/readings/ships.pdf |date=2009-10-13 }}, hlmn. 78–95
* Glete, Jan, ''Navies and nations: Warships, navies and state building in Europe and America, 1500–1860.'' Almqvist & Wiksell International, Stockholm. 1993. ISBN 91-22-01565-5
* Glete, Jan, ''Warfare at Sea, 1500–1650: Maritime Conflicts and the Transformation of Europe.'' Routledge, London. 2000. ISBN 0-415-21455-6
Baris 338 ⟶ 340:
== Pranala luar ==
{{Wiktionary}}
{{commons}}
* {{cite EB1911|wstitle=Galley |short=x}}
* [https://web.archive.org/web/20040703063753/http://www.angelfire.com/ga4/guilmartin.com/Lepanto.html John F. Guilmartin, "The Tactics of the Battle of Lepanto Clarified: The Impact of Social, Economic, and Political Factors on Sixteenth Century Galley Warfare". Pembahasan terperinci mengenai peperangan galai dalam Pertempuran Lepanto]
* {{es icon}} [http://www.grijalvo.com/Rebolo_Gomez_Rafael/Armada_Cartaginesa/0_Indice.htm Rafael Rebolo Gómez - ''"The Carthaginian navy"''.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20211023121339/https://grijalvo.com/Rebolo_Gomez_Rafael/Armada_Cartaginesa/0_Indice.htm |date=2021-10-23 }}, 2005, Treballs del Museu Arqueologic d'Eivissa e Formentera.
* ''[http://www.soue.org.uk/souenews/issue5/jenkinlect.html "Some Engineering Concepts applied to Ancient Greek Trireme Warships"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200219024756/http://www.soue.org.uk/souenews/issue5/jenkinlect.html |date=2020-02-19 }}'', John Coates, University of Oxford, Kuliah Jenkin ke-18, 1 October 2005.
[[Kategori:Kapal]]
|