Jurnalisme sastra: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Cendy00 (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
 
(9 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Wolfe at White House.jpg|jmpl|ka|200px|Tom Wolfe mencetuskan gerakan ''New Journalism'' yang kemudian melahirkan jurnalisme sastra]]'''Jurnalisme sastra''' adalah jenis tulisan [[jurnalistik]] yang tekhnikteknik dan gaya penulisannya menggunakan cara yang biasa dipakai dalam karya sastra, misalnya seperti dalam [[cerpen]] atau [[novel]].<ref name="katrin"> {{cite book|title=Sastra Paddhati(Jurnalistik Sastrawi)-kump. karangan|author=Katrin Bandel|publisher=Universitas Sanata Dharma|year=2013|page=208-209|ISBN=978-602-9187-51-9}} </ref> Jurnalistik sastra menyajikan jurnalisme yang lebih menarik dibaca, menyentuh emosi pembaca, dan memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai daerah atau tokoh tertentu.<ref name="katrin" /> Kemunculan jurnalisme sastra ditandai dengan dimulainya gerakan ''[[New Journalism]]'' di [[Amerika Serikat]].<ref name="katrin" /> Gerakan ini populer di Amerika Serikat pada tahun 1960 sampai 1970-an.<ref name="katrin" /> Tulisan-tulisan bercorak jurnalistikjurnalisme sastra mudah ditemukan di media daring, koran, dan majalah.<ref name="katrin" />
== Sejarah ==
Jurnalisme sastra memang berbentuk seperti fiksi, namuntetapi tidak termasuk ke dalam kelompok fiksi.<ref name="junalisme"> {{cite book||title=Jurnalisme Sastra|author=Septiawan Santana K.|year=2002|publisher=Gramedia|ISBN=979-686-629-3|page=17-20|location=Jakarta }} </ref> Aliran jurnalisme sastra sudah mulai muncul sejak zaman [[Yunani Kuno]] dan [[Kekaisaran Romawi]]. Pada zaman itu, karya sastra sudah menjadi sarana pendidikan. Meskipun termasuk fiksi, karya sastra Yunani Kuno telah dijadikan bahan ajar untuk mendidik masyarakat Yunani. Misalnya, syair-syair [[Homeros]] berupa puisi dan seni tulis. Tidak hanya sebagai hiburan, orang Yunani memaknai karya sastra sebagai pencerahan dan dapat mengasah kehalusan jiwa seseorang. Karya sastra juga dianggap mengandung banyak pesan moral. Oleh karena itu, sastra banyak diajarkan di sekolah-sekolah hingga kini.
 
Jurnalisme sastra muncul sebagai bagian dari gerakan ''New Journalism'' yang dicetuskan oleh [[Tom Wolfe]].<ref name="junalisme" /> Namun, pada tahun 1700 sebenarnya sudah muncul [[esai]]-esai [[narasi|naratif]] yang ditulis oleh penulis seperti [[Ernest Hemingway]], [[A.J. Liebling]] dan [[Joseph Mitchell]].<ref name="junalisme" /> Di Amerika, jurnalisme sastra mulai dikenal lewat karya jurnalistik [[Tom Wolfe]] pada tahun 1960. Pada saat itu, terjadilah aliran baru dalam jurnalistik dengan mencampurkan sastra dan jurnalistik. Wolfe mulai memperkenalkan karyanya sebagai sebuah bentuk jurnalisme baru. Wolfe mengembangkan karya jurnalistiknya selama lebih dari 7 tahun. Ia terus mengumpulkan bukti-bukti dan wawancara ketika menyusun karya jurnalistiknya.
 
Baru pada tahun 1970 sampai 1980-an istilah jurnalisme sastra berkembang dalam masyarakat. Pelopornya adalah [[John McPhee]], [[Richard Rhodhes]], [[Mark Singer]], dan beberapa tokoh lain.<ref name="junalisme" /> Jurnalisme sastra masuk ke dalam bermacam wilayah penulisan, seperti pariwisata, [[memoar]], esai-esai historis dan [[etnografis]], bahkan berita-berita mengenai peristiwa nyata.<ref name="junalisme" /> Sebenarnya adanya gaya penulisan sastra dalam tulisan membuat sebuah laporan menjadi janggal.<ref name="junalisme" /> Akan tetapi, jurnalisme sastra menjadi sarana penolakan terhadap jurnalisme lama.<ref name="junalisme" /> Memang jurnalisme sastra pada akhirnya berbentuk mirip fiksi, namuntetapi jurnalisme sastra tidak dapat dikatakan fiksi.<ref name="katrin" /> Jurnalisme sastra tetap harus menjaga [[akurasi]] fakta dalam penulisannya.<ref name="katrin" /> Jurnalisme sastra akan menghasilkan tulisan yang personal dan cenderung [[subjektif]], akan tetapi kenyataan tulisan harus seusai dengan realita peristiwa,<ref name="katrin" />
 
Tokoh-tokoh jurnalistik sastrawi memperkenalkan gaya penulisan narasi dan peliputan reportase dalam karyanya. Setelah Wolfe, terdapat banyak pemikir jurnalistik yang mulai mengembangkan jurnalisme sastra. Pada tahun 1970-an, tokoh-tokoh seperti John McPhee, John Hoagland, dan Richard Rhodes mulai memperluas cangkupan jurnalisme sastra. Selanjutnya, pada tahun 1980, muncul tokoh-tokoh baru yang saling bekerja sama untuk menyebarkan dan mengembangkan jurnalisme sastra di berbagai daerah. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya: Tracy Kidder dan Mark Singer, Richard Preston dan Adrian Nicole LeBlanc. Mereka mulai mengembangkan gaya penulisan seperti dipada tulisan wisata'','' memori, esai-esai, dan lain-lain. Adanya tokoh-tokoh tersebut kemudian menginspirasi kelahiran jurnalisme sastra di berbagai belahan dunia.
 
== Jurnalisme sastra di Indonesia ==
Jurnalisme sastra di Indonesia baru mulai dikenal pada tahun 1990-an. Majalah ''Tempo'' disebut-sebut sebagai salah satu media yang menjadi inisiator dalam penerapan jurnalisme sastra di Indonesia. Saat berdiri, ''Tempo'' merupakanadalah satu-satunya media yang menggunakan teknik bercerita dalam menulis kontennya.
 
Kemudian, media lain mulai mengikuti ''Tempo''. Ketidakraguan ''Tempo'' dalam mengadopsi “jurnalistik baru” ini disebabkan karena para awak ''Tempo'' didominasi oleh sastrawan. Sehingga apa yang mereka tulis dan laporkan, ikut terpengaruh gaya sastra. Mereka adalah Goenawan Mohamad, Putu Wijaya, Eka Budianta, Fikri Jufri, Lelila Chudori, dan Bondan Winarno serta kolumnis lainnya yang juga merupakan jurnalis-sastrawan.
Baris 18:
Sekitar tahun 2010, perguruan tinggi juga mulai aktif mengambil bagian dalam pengembangan dan sosialisasi jurnalisme sastra, namun tidak secara terang-terangan sebagai bagian dari kajian ilmu. Hal tersebut terlihat dari materi kuliah yang masih memandang bahwa jurnalisme sastra dan ''feature'' hanyalah pelengkap sebuah berita.
 
Istilah jurnalisme sastra dalam [[bahasa Indonesia]] adalah terjemahan dari istilah ''literary journalism'' ([[Inggris]]).<ref name="salemba"> {{cite book|title=Literary Journalism, Jurnalistik Sastrawi|author=Masri Sareb Putra|publisher=Salemba Humanika|year=2010|location=Jakarta|page=47-49|ISBN=978-602-8555-16-6}} </ref> Jurnalisme artinya pekerjaan mengumpukan, menulis, dan menyunting berita atau kewartawanan.<ref name="kamus"> {{cite web|url=http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php|title=KBBI daring|accessdate=22 April 2014|archive-date=2014-05-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20140527102944/http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php|dead-url=yes}} </ref> Istilah yang juga sering digunakan adalah jurnalistik sastra.<ref name="salemba" /> Istilah yang salah namun sering dipakai adalah jurnalisme sastrawi.<ref name="salemba" /> Istilah jurnalisme sastra secara kaidah bahasa baku menerangkan diterangkan tidak tepat karena keduanya kata sifat.<ref name="salemba" />
 
== Jurnalisme sastra sebagai jurnalisme baru ==
Baris 59:
 
== Gaya publikasi ==
Jurnalisme sastra berfokus untuk menggabungkan jurnalisme dengan tulisan kreatif [[Nonfiksi|non-fiksi]]. Bergantung pada gaya publikasi dan kesamaan teknik penulisan, jurnalisme sastra memiliki kesamaan dengan beberapa jenis tulisan kreatif non-fiksi lainnya.
 
Karya tulis non-fiksi memiliki tenggat waktu, unsur dan kaidah kreatif yang berbeda-beda, diantaranya:
Baris 73:
 
=== Artikel ''Feature'' ===
Artikel ''feature'' merupakanadalah tulisan berupa bagian kecil dari sebuah wacana yang panjang dan mengindahkan kaidah serta elemen-elemen sastra. Artikel ini dapat memuat tentang profil seseorang, sejarah, pengalaman manusia atau sebuah peristiwa/keadaan yang tidak terlalu menjadi perhatian masyarakat. Contohnya adalah tulisan Reja Hidayat di tirto.id berjudul Nasib Berbeda Jadi Sopir Pribadi Orang Kaya Jakarta.
 
=== Non-fiksi Naratif ===
Baris 98:
== Bacaan lanjut ==
* Azwar. (2018). ''4 Pilar Jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Jurnalistik Edisi Pertama''. Jakarta: Prenadamedia Group. Hlm. 12 ISBN 978-602-422-235-2
{{Authority control}}
 
[[Kategori:JurnalismeKewartawanan]]
[[Kategori:Sastra]]