Agama Hindu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
perbaikan huruf dan penambahan informasi |
k Mengembalikan suntingan oleh Arya Wigunaa (bicara) ke revisi terakhir oleh M. Adiputra Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(134 revisi perantara oleh 61 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{
{{Hindu}}
'''Agama Hindu''' (disebut pula '''Hinduisme''') merupakan [[agama]] dominan di [[Asia Selatan]]—terutama di [[India]] dan [[Nepal]]—yang mengandung aneka ragam tradisi. Agama ini meliputi berbagai aliran—di antaranya [[Saiwa]], [[Waisnawa]], dan [[Sakta]]—serta suatu pandangan luas akan [[Dharmaśāstra|hukum dan aturan]] tentang "moralitas sehari-hari" yang berdasar pada [[karma]], [[darma]], dan [[norma]] kemasyarakatan. Agama Hindu cenderung seperti himpunan berbagai pandangan filosofis atau intelektual, daripada seperangkat keyakinan yang baku dan seragam.{{sfn|Georgis|2010|p=62}}▼
[[Berkas:River Sindh.jpg|ka|250px|jmpl|[[Sungai Indus]] di [[Pakistan]], yang merupakan asal dari kata ''Hindu''.]]
Agama Hindu disebut sebagai "agama tertua" di dunia yang masih bertahan hingga kini,{{efn|Ada sejumlah pakar yang menilai "ketuaan" agama Hindu di dunia. Agama Hindu sebagai "agama tertua" dinyatakan oleh:▼
▲'''Agama Hindu'''
▲
* Sarma: "''The ‘oldest living religion’'' (agama tertua yang masih bertahan)"{{sfn|Sarma|1953}} ▼
*
*
*
▲* Sarma: "''The ‘oldest living religion’'' (
Di sisi lain, Smart menyebut agama Hindu sebagai salah satu agama termuda: "''Hinduism could be seen to be much more recent, though with various ancient roots: in a sense it was formed in the late 19th Century and early 20th Century'' (Hinduisme terlihat lebih segar seperti sekarang, kendati berasal dari sumber-sumber kuno: dalam pengertian bahwa ia dikukuhkan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20)"{{sfn|Smart|1993|p=1}}{{br}} ▼
* Meriam-Webster & Klostermaier: "The ‘oldest living major religion’ in the world (salah satu kepercayaan besar yang paling tua dan masih bertahan di dunia)"{{sfn|Merriam-Webster|2000|p=751}}{{sfn|Klostermaier|2007|p=1}}
* Laderman: "''World's oldest living civilisation and religion'' (kepercayaan dan peradaban tertua di dunia yang masih bertahan)"{{sfn|Laderman|2003|p=119}}
* Turner: "''It is also recognized as the oldest major religion in the world'' (Ia [Hindu] juga dipahami sebagai salah satu kepercayaan besar dunia yang tertua)"{{sfn|Turner|1996-B|p=359}}
▲Di sisi lain, Smart menyebut
Bandingkan pula dengan:
* [[Ureligion]], [[syamanisme]], [[animisme]], dan [[pemujaan leluhur]] sebagai bentuk-bentuk tradisi
* [[Sarnaisme]] dan [[
* [[Mitologi Aborigin]], salah satu agama tertua yang masih bertahan hingga kini.
}} dan [[umat Hindu]] menyebut agamanya sendiri sebagai ''{{IAST|Sanātana-dharma}}'' ([[aksara Dewanagari|Dewanagari]]: {{lang|sa|सनातन धर्म}}),{{efn|Hindu juga dikenal dengan ''{{IAST|Hindū-dharma}}'' atau ''Vaidika-dharma'' dalam beberapa bahasa India modern, seperti [[bahasa Hindi]], [[Bahasa Bengali]], dan beberapa turunan [[Bahasa Indo-Arya]], juga beberapa dialek [[Bahasa Dravida]] seperti [[Bahasa Tamil]] dan [[Bahasa Kannada]].}} artinya "[[darma]] abadi" atau "jalan abadi"<ref name="Harvey" /> yang melampaui asal mula manusia.{{sfn|Knott|1998|p=5}} Agama ini menyediakan kewajiban "kekal" untuk diikuti oleh seluruh umatnya—tanpa memandang [[stratifikasi sosial|strata]], [[kasta]], atau [[sekte]]—seperti kejujuran, kesucian, dan pengendalian diri.
Para ahli dari [[dunia
Hindu" tersebar ke [[India Selatan|selatan]], hingga sebagian [[ Praktik keagamaan Hindu meliputi ritus sehari-hari (contohnya ''[[puja]]'' [sembahyang] dan pembacaan doa), perayaan suci pada hari-hari tertentu, dan penziarahan. Kaum petapa yang disebut [[sadu (Hinduisme)|''sadu'']] (orang suci) memilih untuk melakukan tindakan yang lebih ekstrem daripada umat Hindu pada umumnya, yaitu melepaskan diri dari kesibukan duniawi dan melaksanakan [[Sadana|tapa brata]] selama sisa hidupnya demi mencapai [[moksa]].
[[Susastra Hindu]] diklasifikasikan ke dalam dua kelompok: ''[[Sruti]]'' (apa yang "terdengar") dan ''[[Smerti]]'' (apa yang "diingat"). Susastra tersebut memuat [[teologi Hindu|teologi]], [[filsafat Hindu|filsafat]], [[mitologi Hindu|mitologi]], ''[[yadnya]]'' ([[wikt:kurban|kurban]]), prosesi ritual, dan bahkan kaidah [[tempat suci Hindu|arsitektur Hindu]].{{sfn|Michaels|2004}} Kitab-kitab utama di antaranya adalah ''[[Weda]]'', ''[[Upanishad]]'' (keduanya tergolong Sruti), ''[[Mahabharata]]'', ''[[Ramayana]]'', ''[[Bhagawadgita]]'', ''[[Purana]]'', ''[[Manusmerti]]'', dan ''[[Agama (kitab)|Agama]]'' (semuanya tergolong Smerti).{{sfn|Michaels|2004}}
Dengan penganut sekitar 1 miliar jiwa,<ref>{{cite web|title=The Global Religious Landscape - Hinduism|url=http://www.pewforum.org/global-religious-landscape-hindu.aspx|work=Laporan Jumlah dan Persebaran Agama-Agama Besar di Dunia pada 2010|publisher=The Pew foundation|accessdate=31 Maret 2013}}</ref> agama Hindu merupakan agama terbesar ketiga di dunia, setelah [[Kristen]] dan [[Islam]].
Baris 31 ⟶ 34:
== Etimologi ==
{{quote box
| source =
| width = 50%
| float = right
Baris 47 ⟶ 50:
}} Menurut [[Gavin Flood]], pada mulanya istilah 'hindu' muncul sebagai istilah geografis bangsa Persia untuk menyebut suku bangsa yang tinggal di seberang sungai Sindhu.{{sfn|Flood|1996|p=6}} Para sejarawan pun menyebut peradaban suku tersebut sebagai [[Peradaban Lembah Indus]]. Maka dari itu, awalnya istilah 'Hindu' merupakan istilah geografis dan tidak mengacu pada suatu [[agama]].
Kata ''Hindu'' diserap oleh bahasa-bahasa
Istilah ''agama Hindu'' kemudian sering digunakan dalam beberapa teks ber[[bahasa Sanskerta]] seperti ''[[Rajatarangini]]'' dari [[Kashmir]] (Hinduka, {{circa}} 1450) dan beberapa teks mazhab [[Gaudiya Waisnawa]] dari [[abad ke-16]] hingga [[abad ke-18|ke-18]] yang ber[[bahasa Bengali]], seperti ''[[Caitanyacaritamerta]]'' dan ''[[Caitanyabhagawata]]''. Istilah itu digunakan untuk membedakan Hindu dengan [[Yawana]] atau [[Mleccha]].{{sfn|O'Conell|1973|p=340-344}} Sejak abad ke-18 dan seterusnya, istilah Hindu digunakan oleh para kolonis dan pedagang dari [[Eropa]] untuk menyebut para penganut agama tradisional India secara umum. Istilah ''Hinduism'' diserap ke dalam [[bahasa Inggris]] pada [[abad ke-19]] untuk menyebut tradisi keagamaan, filasat, dan kebudayaan asli India.
Baris 59 ⟶ 62:
Gagasan untuk sebuah sebutan umum bagi beberapa aliran kepercayaan dan tradisi di India sudah mendapat perhatian sejak [[abad ke-12]].{{sfn|Nicholson|2010|p=2}}{{sfn|Lorenzen|2006|p=1-36}} Gagasan "Hinduisme" sebagai "tradisi keagamaan dunia yang tunggal" dipopulerkan pada [[abad ke-19]] oleh [[Indologi|Indolog]] [[Eropa]] yang mengacu kepada "kasta-kasta brahmana" sebagai informasi mereka tentang agama-agama di India.{{sfn|King|1999|p=171}} Hal ini mengacu pada suatu kecenderungan untuk menegaskan sastra dan keyakinan terhadap Weda sebagai "esensi" bagi praktik keagamaan Hindu pada umumnya, serta bagi hubungan 'doktrin Hindu' masa kini dengan berbagai perguruan [[Wedanta]] (khususnya [[Adwaita Wedanta]]).{{sfn|King|1999|p=169}}
[[Kolonialisme]] telah menjadi faktor signifikan dalam pengaruh kasta [[brahmana]] dan "brahmanisasi" dalam masyarakat Hindu. Adat kaum brahmana juga memengaruhi pengertian Hinduisme di mata orang Eropa. Kaum brahmana melestarikan kitab-kitab Hindu yang kemudian diteliti oleh orang-orang Eropa. Kewenangan kitab-kitab tersebut telah menjadi sasaran penelitian orang Eropa. Penetapan basis-basis tekstual agama Hindu oleh kaum orientalis Eropa didasari oleh kecenderungan untuk mengacu kepada otoritas tertulis daripada otoritas lisan. Kaum
=== Pendapat orang Hindu ===
[[Berkas:Radhakrishnan.jpg|ka|180px|jmpl|Menurut [[Sarvepalli Radhakrishnan]], "Hinduisme tidak sekadar [[keyakinan]]. Ia adalah gabungan antara [[penalaran]] dan [[wikt:intuisi|intuisi]] yang tak dapat didefinisikan,
Bagi [[umat Hindu|orang Hindu]], Hinduisme adalah jalan hidup tradisional.{{sfn|Insoll|2001}} Banyak penganutnya yang menyebut Hinduisme sebagai ''{{IAST|Sanātana-dharma}}'', artinya "[[darma]] yang abadi" atau "jalan yang abadi".<ref name="Harvey">{{Harvnb|Harvey|2001|p=xiii}}</ref> Istilah ini mengacu kepada kewajiban "abadi" yang harus dijalankan oleh seluruh umat
Menurut ''[[Encyclopædia Britannica]]'':
{{quote|Pada masa kini, istilah [''Sanatana-dharma''] itu pun digunakan oleh para pemuka, reformis, dan nasionalis Hindu untuk menyebut Hinduisme sebagai suatu agama dunia yang bersatu. Maka dari itu, ''Sanatana-dharma'' menjadi sinonim bagi kebenaran dan ajaran Hindu yang "abadi", yang kemudian dipahami bahwa tidak hanya [[wikt:transenden|transenden]] bagi sejarah dan tak berubah-ubah,
Sebagai tanggapan atas [[kolonialisme]] dan [[orientalisme]] [[dunia Barat|Barat]], para pemuka dan ahli Hindu menginterpretasikan agamanya dalam suatu upaya yang disebut [[Neo-Vedanta|"modernisme Hindu"]] oleh orang Barat. Tokoh terkemuka dalam upaya tersebut adalah [[Swami Vivekananda]], [[Sarvepalli Radhakrishnan]], dan [[Mahatma Gandhi]].{{sfn|Flood|1996|p=256-261}} Menurut Gavin Flood, Vivekanda (1863–1902) adalah tokoh penting dalam pengembangan pemahaman diri umat Hindu masa kini dan telah merumuskan pandangan terhadap Hinduisme bagi orang Barat.{{sfn|Flood|1996|p=257}} Intisari dalam filsafatnya adalah gagasan bahwa "[[atman|percikan dari Tuhan]]" [[tattwamasi|berada dalam setiap makhluk hidup]], sehingga seluruh umat manusia dapat mencapai persatuan dengan "sifat ilahi bawaan" tersebut, dan dengan memandang bahwa sifat ilahi ini juga terkandung pada setiap orang maka berkembanglah kasih sayang dan harmoni sosial.{{sfn|Flood|1996|p=258}} Menurut Flood, pandangan Vivekananda terhadap Hinduisme adalah yang paling umum diterima oleh kebanyakan umat Hindu golongan menengah berbahasa Inggris (''English-speaking middle-class Hindus'') pada masa kini.{{sfn|Flood|1996|p=259}}
Baris 82 ⟶ 85:
== Karakteristik ==
Keberadaan agama Hindu sebagai [[agama]] tersendiri yang berbeda dengan [[agama Buddha]] dan [[Jainisme]] diperkuat oleh penegasan para penganutnya bahwa agama mereka memang demikian berbeda.<ref name=weightman>{{Harvnb|Weightman|1998|pp=262–264}}</ref> Berbeda dengan dua agama tersebut, Hinduisme bersifat lebih [[teisme|teistik]]. Sebagian besar sekte dan aliran Hinduisme meyakini suatu pengatur alam semesta—dasar bagi segala fenomena di dunia yang memanifestasikan diri dalam berbagai wujud—yang disebut dengan berbagai nama, seperti [[Iswara]], [[Dewa]], [[Batara]], [[Hyang]], dan lain-lain. Sebagian aliran meyakini bahwa berbagai kemajemukan di dunia merupakan bagian dari [[Brahman]]. Dalam agama Hindu, seorang umat boleh berkontemplasi tentang misteri Brahman (dalam konteks tertentu, Brahman dapat didefinisikan sebagai [[Tuhan]] personal ataupun impersonal) dan mengungkapkannya melalui [[mitologi|mitos]] yang jumlahnya tidak habis-habisnya, serta melalui penyelidikan filosofis. Mereka mencari kemerdekaan atas penderitaan melalui praktik-praktik [[brata]] atau [[meditasi]] yang mendalam, atau dengan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui cinta kasih (''[[bhakti]]'') dan percaya (''[[sradha]]'').
<!-- Telah dibuktikan dalam berbagai hasil penelitian belakangan ini '''bahwa Hindu tidak lahir''', bahwa keberadaan Hindu jauh lebih tua dari perkiraan yang dilakukan oleh para orientalis yang masih menggunakan pikiran-pikiran penjajah [[India]].
Baris 176 ⟶ 179:
|total_width = 400
|image2 =
|width2 =
|height2 =
|caption2 =
|image1 = Procession (6336844603).jpg
Baris 193 ⟶ 196:
Salah satu masalah dalam merumuskan satu definisi tentang istilah "agama Hindu" adalah adanya fakta bahwa agama Hindu tidak didirikan oleh seorang tokoh.{{sfn|Flood|1996|p=6}}{{sfn|Osborne|2005|p=9}} Agama ini merupakan [[wikt:sintesis|sintesis]] dari berbagai tradisi, atau himpunan tradisi keagamaan yang berbeda tetapi memiliki persamaan.{{sfn|Hiltebeitel|2007|p=12}}{{sfn|Lockard|2007|p=50}}
Konsep ketuhanan dalam tubuh agama Hindu pun tidak seragam. Beberapa aliran bersifat [[monoteisme]]—mengagungkan [[Wisnu]], [[Kresna]], atau [[Siwa]]—sementara aliran lainnya bersifat [[monisme]], yang memandang bahwa para dewa atau sembahan apa pun merupakan manifestasi beragam dari Yang Maha Esa.{{sfn|Flood|1996|p=14}} Beberapa aliran Hindu bersifat ''[[panenteisme]]''—sebagaimana disebutkan dalam kitab ''[[Bhagawadgita]]''—yang meyakini bahwa Tuhan meresap ke seluruh [[alam semesta]],
Di samping itu, agama Hindu tidak mengenal satu sistem saja untuk mencari "keselamatan" (''salvation''),{{sfn|Flood|1996|p=6}} namun mengandung sejumlah aliran dan berbagai bentuk tradisi keagamaan.{{sfn|Michaels|2004|p=21}} Beberapa tradisi Hindu mengandalkan ritus tertentu sebagai hal penting demi keselamatan,
=== Persamaan ===
Di samping berbagai perbedaan yang teramati, ada pula rasa persamaan dalam Hinduisme.{{sfn|Halbfass|1991|p=15}} Menurut tokoh spiritual Hindu [[Swami Vivekananda]], ada kesatuan fundamental dalam tubuh Hinduisme, yang mendasari berbagai perbedaan dalam bentuk-bentuk pelaksanaannya.{{sfn|Flood|1996|p=258}} Pada umumnya, umat Hindu mengenal berbagai nama dan gelar seperti [[Wisnu]], [[Siwa]], [[Sakti]], [[Hyang]], [[Dewata]], dan [[Batara]]. Beberapa aliran memandang nama dan gelar tersebut sebagai aneka manifestasi dari Yang Maha Esa atau Yang Mahakuasa, sehingga agama Hindu dapat dikatakan bersifat [[monisme]]. Agama Hindu juga dicirikan dengan adanya kepercayaan akan [[dewa|makhluk ilahi]]/[[dewata|makhluk surgawi]], yang dipandang tidak setara dengan Yang Mahakuasa, sedangkan beberapa aliran juga memandangnya sebagai manifestasi dari Yang Mahakuasa.{{sfn|Flood|1996|p=14}} Karakteristik lainnya—yang kerap dijumpai dalam tubuh Hinduisme—adalah iman tentang [[reinkarnasi]] dan [[karma]], serta keyakinan akan kewajiban yang harus dipenuhi secara mutlak ([[darma]]).
Selain itu, banyak aliran Hinduisme mentakzimkan suatu kumpulan [[kitab suci]] yang disebut ''[[Weda]]'', meskipun ada beberapa aliran yang mengabaikannya.{{sfn|Flood|1996|p=35}} Sekte Hindu seperti [[Linggayata]] bahkan tidak mengikuti ''Weda'',
Dalam perkembangannya, tradisi Hindu yang cenderung mengagungkan Wisnu—atau Narayana dan Kresna—disebut [[Waisnawa]], sementara yang memuja Siwa disebut [[Saiwa]] (Saiwisme). Dilihat dari luar, aliran Saiwa dan Waisnawa memiliki konsep tersendiri tentang Tuhan yang diagungkan. Menurut Halbfass, meskipun aliran Saiwa dan Waisnawa dapat dipandang sebagai aliran keagamaan yang mandiri, ada kadar interaksi dan saling acu antara para teoretikus dan pujangga dari masing-masing tradisi yang mengindikasikan adanya rasa jati diri yang lebih luas, rasa koherensi dalam konteks yang sama, serta inklusi dalam kerangka dan garis besar [kepercayaan] secara umum.{{sfn|Halbfass|1991|p=15}}
Baris 211 ⟶ 214:
=== Penggolongan ===
Agama Hindu sebagaimana biasanya dapat digolongkan ke dalam beberapa mazhab atau aliran besar. Dalam suatu kelompok mazhab pada masa lalu—yang digolongkan sebagai "enam ''[[darsana]]''"—hanya dua mazhab yang popularitasnya masih bertahan: [[Wedanta]] dan [[Yoga]]. Golongan-golongan utama Hinduisme pada masa kini disesuaikan dengan aliran-aliran besar yang ada: [[Waisnawa]] (Waisnawisme), [[Saiwa]] (Saiwisme), [[Sakta]] (Saktisme), dan [[Smarta]] (Smartisme).<ref>{{cite web | url=http://www.adherents.com/Na/Na_659.html | publisher=Adherents.com | title=Statistik penganut agama dan aliran kepercayaan di dunia | access-date=2014-03-03 | archive-date=2014-01-28 | archive-url=https://web.archive.org/web/20140128163401/http://www.adherents.com/Na/Na_659.html | dead-url=yes }}, dihimpun dari berbagai sumber; ''The World Almanac and Book of Facts 1998'' adalah yang relevan.</ref>
==== Enam tipe umum ====
Baris 228 ⟶ 231:
Pembagian agama Hindu menjadi tiga bentuk bersuaian dengan metode pembagian dari India yang mengelompokkannya sebagai berikut: praktik ritual menurut ''[[Weda]]'' (''vaidika''), agama rakyat dan lokal (''gramya''), dan sekte keagamaan (''[[Agama (kitab)|agama]]'' atau ''[[tantra]]'').{{sfn|Michaels|2004|p=23}} Menurut Michaels, tiga bentuk agama Hindu yakni:
# Hinduisme Brahmanis-Sanskritis (''Brahmanic-Sanskritic Hinduism''): suatu agama [[politeisme|politeistis]], [[ritual]]istis, dan [[brahmana|kependetaan]] yang berpusat pada suatu keluarga besar serta upacara pengorbanan, dan merujuk kepada kitab-kitab ''[[Weda]]'' sebagai keabsahannya.{{sfn|Michaels|2004|p=21}} Agama ini mendapat sorotan utama dalam banyak risalah tentang agama Hindu karena memenuhi banyak kriteria untuk disebut sebagai [[agama]], serta karena agama ini merupakan yang dominan di berbagai wilayah India, sebab masyarakat non-[[brahmana]] pun mencoba untuk mengasimilasinya.{{sfn|Michaels|2004|p=21}}
# Agama rakyat dan agama suku: suatu agama lokal yang politeistis,
# Agama bentukan: tradisi dengan komunitas monastis yang dibentuk untuk mencari keselamatan (''salvation''), biasanya menjauhkan diri dari belenggu duniawi, dan
#* Agama sektarian: aliran keagamaan yang menggarisbawahi suatu konsep filosofis dari Hinduisme dan menekankan praktik religius menurut konsep tersebut, contohnya [[Waisnawa]] dan [[Saiwa]].{{sfn|Michaels|2004|p=22}}
#* Agama-bentukan sinkretis: agama tersendiri yang terbentuk dari [[sinkretisme]] antara Hinduisme dengan agama lain, contohnya Hindu-[[Islam]] ([[Sikhisme]]), Hindu-[[Buddhisme|Buddha]] ([[Buddhisme Newara]]), atau Hindu-[[Kristen]] ([[Neohinduisme]]).{{sfn|Michaels|2004|p=22}}
Baris 235 ⟶ 238:
Menurut Michaels, empat macam [[wikt:religiositas|religiositas]] Hindu yakni:
# Ritualisme: terutama mengacu pada ritualisme Weda-Brahmanistis (''Vedic-Brahmanistic ritualism'') yang domestik dan butuh kurban,
# Spiritualisme: kesalehan intelektual, bertujuan untuk mencari kebebasan (''[[moksa]]'') bagi individu, biasanya dengan bimbingan seorang [[guru (agama dharma)|guru]]. Ini merupakan karakteristik [[Adwaita Wedanta]], [[Saiwa Kashmir]], [[Saiwa Siddhanta]], [[Neo-Wedanta]], Guruisme esoterik masa kini, dan beberapa macam Tantrisme.{{sfn|Michaels|2004|p=23}} Ini merupakan ''[[Jnana yoga|jnana-marga]]'' klasik.{{sfn|Michaels|2004|p=24}}
# Devosionalisme: pemujaan kepada Tuhan, seperti yang ditekankan dalam tradisi ''[[bhakti]]'' dan [[Kresnaisme]].{{sfn|Michaels|2004|p=23}} Ini merupakan ''[[bhakti yoga|bhakti-marga]]'' klasik.{{sfn|Michaels|2004|p=24}}
# Heroisme: bentuk religiositas [[politeisme|politeistis]] yang berpangkal dari tradisi militeristis, seperti Ramaisme dan sebagian dari Hinduisme politis.{{sfn|Michaels|2004|p=23}} Ini juga disebut ''[[Wirya (Hinduisme)|wirya-marga]]''.{{sfn|Michaels|2004|p=24}}
Baris 243 ⟶ 246:
[[Berkas:Hindu-Romuvan ecumenism.png|kiri|280px|jmpl|Pendeta Hindu diberi kesempatan melantunkan doa dalam suatu upacara yang diselenggarakan umat [[agama Romuva]] di [[Lituania]].]]
Agama Hindu memiliki ciri khas sebagai salah satu agama yang paling [[toleransi|toleran]] karena tiadanya [[skisma]] meskipun ada kemajemukan tradisi yang bernaung di bawah simbol-simbol agama Hindu.<ref name="lingen"/>{{sfn|Dogra|2003|p=5}} Pada awal perkembangannya, saat tiadanya perselisihan antaragama, umat Hindu menganggap setiap orang yang mereka temui sebagai umat Hindu pula.{{sfn|Geoffray|2005|p=106}}{{sfn|Ketkar|1909|p=87–89}} Tetapi pada masa kini, umat Hindu menerima pengaruh dari Barat tentang pengadaan konversi agama.{{sfn|Growse|1996|p=191}} Maka, banyak umat Hindu berpendapat bahwa identitas kehinduan diperoleh semenjak lahir,<ref>{{cite web |url=http://www.hinduismtoday.com/archives/1997/9/1997-9-18.shtml |title=Italy's Hindu Controversy |publisher=[[Hinduism Today]] |date=September 1997 |access-date=2014-09-08 |archive-date=2006-11-09 |archive-url=https://web.archive.org/web/20061109054913/http://www.hinduismtoday.com/archives/1997/9/1997-9-18.shtml |dead-url=yes }}</ref> sementara yang lainnya berpendapat bahwa siapa pun yang mengikuti kepercayaan dan praktik agama Hindu merupakan seorang Hindu.{{sfn|Vasu|1919|p=1}}
[[Mahatma Gandhi|Gandhi]] menyatakan bahwa Hinduisme bebas dari [[dogma|dogma-dogma]] yang memaksa, serta dapat menampung berbagai bentuk ekspresi diri dalam ruang lingkup yang besar.{{sfn|Gandhi|1970|p=112-261}} Dalam tubuh agama Hindu, perbedaan pada setiap tradisi—bahkan pada agama lain—tidak untuk diperkarakan, karena ada keyakinan bahwa setiap orang memuja Tuhan yang sama dengan nama yang berbeda, entah disadari atau tidak oleh umat bersangkutan.{{sfn|Bhaskarananda|1994}} Dalam kitab ''[[Regweda]]'' terdapat suatu bait yang sering dikutip oleh umat Hindu untuk menegaskan hal tersebut, sebagai berikut:
Baris 251 ⟶ 254:
}}
[[Berkas:Swami Vivekananda Jaipur.jpg|ka|jmpl|Dalam [[Parlemen Agama-Agama Dunia (1893)]] di [[Chicago]], [[Swami Vivekananda]] sebagai perwakilan India mengawali pidatonya dengan salam "''Sisters and brothers of America!''" dan mendapatkan sambutan yang hangat.{{sfn|Bhide|2008|p=9}} Ia memperkenalkan Hinduisme sebagai agama yang mengajarkan toleransi dan bersikap sangat terbuka.<ref name="mcrae">{{harvnb|McRae|1991|p=7–36}}</ref>]]
Agama Hindu memandang seluruh dunia sebagai suatu keluarga besar yang mengagungkan satu kebenaran yang sama, sehingga agama tersebut menghargai segala bentuk keyakinan dan tidak mempersoalkan perbedaan agama.{{sfn|Badlani|2008|303}} Maka dari itu, agama Hindu tidak mengakui konsep [[murtad]], [[bidah]], dan [[penghujatan]].<ref name="lingen">{{harvnb|de Lingen|1937|p=2}}</ref>{{sfn|Lane|2005|p=149}}<ref>{{cite web |url=http://library.thinkquest.org/28038/page1_3.html |title=India and Hinduism |accessdate=17 Juli 2007 |work=
Dalam agama Hindu, toleransi beragama tidak hanya ditujukan pada umat agama lain,
{{quote|
Baris 291 ⟶ 294:
:Ku-berikan berkah yang setimpal supaya ia lebih mantap
Meskipun ada yang menganggap [[Dewa]]-[[Dewi]] merupakan [[Tuhan]] tersendiri,
: '''''ye ‘py anya-devatā-bhaktā yajante śraddhayānvitāḥ'''''
Baris 312 ⟶ 315:
== Mazhab, aliran, dan gerakan ==
[[Berkas:2012-08 Woodstock 12.jpg|kiri|300px|jmpl|Partisipasi umat Waisnawa dalam acara Festival Woodstock di [[Polandia]].]]
Hinduisme tidak mengandalkan otoritas berdasarkan doktrin sentral seperti [[kredo]], [[pengakuan iman]], [[rukun iman]], atau [[syahadat]].{{sfn|Werner|1994|p=73}} Meskipun tradisi Hindu tidak seragam, banyak umat Hindu yang tidak mau mengakui dirinya sebagai penganut aliran atau sekte Hindu tertentu.{{sfn|Werner|1994|p=73}} Pada umumnya, aliran dibedakan berdasarkan pada dewa yang dipuja sebagai manifestasi Yang Mahakuasa, serta pada tradisi mengenai cara pemujaan dewa tersebut.
Ada empat aliran utama yang sering teramati: [[Waisnawa]], [[Saiwa]], [[Sakta]], dan [[Smarta]].<ref name="iskcon-fourtraditions">
Sejumlah gerakan keagamaan terkategorikan ke dalam salah satu aliran besar Hinduisme, contohnya [[Masyarakat Internasional Kesadaran Krishna|Gerakan Hare Krishna]] terkategorikan ke dalam golongan [[Waisnawa]]. Ada pula gerakan keagamaan Hindu yang sukar ditentukan untuk dimasukkan ke dalam golongan yang disebutkan di atas, contohnya [[Arya Samaj]] yang diprakarsai Swami [[Dayananda Saraswati]]. Gerakan keagamaan ini berbeda dengan tradisi Hindu pada umumnya, yaitu tidak memuja Tuhan dengan sarana [[arca]] atau lukisan. Gerakan ini berfokus kepada ''Weda'' dan [[yadnya]] (''{{IAST|yajña}}''; ritus keagamaan berdasarkan ''Weda'').
Baris 323 ⟶ 326:
{{main|Filsafat Hindu}}
[[Berkas:Kapila muni.jpg|ka|jmpl|Lukisan [[Kapila]], dari abad ke-19.]]
Menurut sistem [[astika dan nastika]], ada sembilan filsafat India klasik. Enam di antaranya merupakan filsafat Hindu klasik (''astika'') yang mengakui otoritas ''[[Weda]]'' sebagai kitab suci. Tiga filsafat lainnya merupakan aliran [[heterodoks]] (''nastika'') yang tidak mengakui otoritas ''Weda'',
* '''[[Samkhya]]''': mazhab filsafat yang—dipercaya secara tradisional—digagas oleh Resi [[Kapila]]. Mazhab ini dianggap sebagai salah satu mazhab filsafat tertua di India.{{sfn|Sharma|1997|page=149}} Mazhab ini bersifat [[dualisme]].{{sfn|Michaels|2004|page=264}}{{sfn|Sen Gupta|1986|page=6}}{{sfn|Radhakrishnan|Moore|1957|page=89}} Menurut Samkhya, alam semesta terdiri dari dua realitas: ''[[purusa]]'' (kesadaran) dan ''[[prakerti]]'' (materi). ''[[Jiwa (Hinduisme)|Jiwa]]'' adalah kondisi saat ''purusa'' terikat pada ''prakriti'' karena suatu "perekat" yang disebut [[kehendak (filsafat)|kehendak]], dan akhir dari ikatan itu disebut ''[[moksa]]''. Samkhya menolak bahwa sumber segalanya adalah [[Iswara]] (Tuhan).{{sfn|Dasgupta|1922|page=258}} Samkhya tidak mendeskripsikan apa yang terjadi setelah moksa, dan tidak menyinggung apa pun yang berkaitan dengan Iswara atau Tuhan, karena filsafat ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan esensial antara ''purusa'' individu dengan alam semesta setelah mencapai moksa.
* '''[[Yoga]]''': mazhab yang menekankan pada pengendalian diri dan pikiran. Mazhab Yoga menerima [[psikologi]] dan [[metafisika]] yang diajarkan Samkhya,
* '''[[Nyaya]]''': mazhab [[logika]] dalam Hinduisme. Mazhab spekulasi filosofis ini berdasarkan kitab-kitab yang disebut ''[[Nyayasutra]]'', ditulis oleh [[Aksapada Gautama]] pada [[abad ke-2]] Masehi.{{sfn|Matilal|1986|p=xiv}} Kontribusi signifikan dari mazhab Nyaya adalah [[metodologi]] untuk membuktikan keberadaan Tuhan, menurut kitab ''[[Weda]]''. Menurut mazhab Nyaya, ada empat sumber untuk memperoleh pengetahuan (''[[pramana]]''): persepsi, inferensi, perbandingan, dan testimoni. Pengetahuan yang diperoleh melalui masing-masing sumber tersebut bisa saja sahih atau tidak. Sebagai dampaknya, para filsuf Nyaya berusaha keras untuk mencari cara membuktikan kesahihan pengetahuan melalui sejumlah bagan penjelasan.
* '''[[Waisesika]]''': mazhab [[atomisme]] dalam Hinduisme yang menyatakan suatu [[postulat]] bahwa segala benda di alam semesta dapat dibagi-bagi menjadi sejumlah [[atom]]. Mazhab ini mulanya digagas oleh [[Resi Kanada]] sekitar [[abad ke-2]] Masehi.{{sfn|Leaman|1999|p=269}} Secara historis, mazhab ini dikaitkan erat dengan Nyaya. Meskipun sistem Waisesika dan Nyaya berkembang secara mandiri, keduanya bergabung karena teori-teori metafisis yang memiliki keterkaitan. Akan tetapi, dalam bentuknya yang klasik, ajaran Waisesika berbeda dengan Nyaya, karena Nyaya mengakui empat sumber pengetahuan, sementara Waisesika hanya mengakui persepsi dan inferensi.
* '''[[Mimamsa]]''': mazhab yang kajian utamanya adalah sifat-sifat [[darma]] berdasarkan [[hermeneutika]] pada kitab-kitab ''[[Weda]]''. Sifat-sifat darma tidak dapat diakses untuk penalaran atau pengamatan, sehingga harus dikaji melalui otoritas wahyu-wahyu yang dikandung dalam ''Weda'', yang diyakini kekal, tanpa pengarang (''[[Apauruseyatwa|apauruṣeyatva]]''), dan sempurna.<ref>Encyclopædia Britannica (2007)</ref> Mazhab Mimamsa mengandung doktrin yang [[ateisme|ateistis]] maupun [[teisme|teistis]] dan tidak terlalu tertarik pada [[keberadaan Tuhan]],
[[Berkas:AdiShankara1.jpg|ka|jmpl|Patung [[Adi Shankara]], filsuf mazhab [[Adwaita]] yang tertemuka, terletak di [[Mysore]], [[India]].]]
* '''[[Wedanta]]''': mazhab yang berfokus pada kajian tentang [[Prasthanatrayi|tiga sastra dasar]] dalam [[filsafat Hindu]], yaitu ''[[Upanishad]]'', ''[[Brahmasutra]]'', dan ''[[Bhagawadgita]]''.{{sfn|Raju|1992|p=176-177}} Sekurang-kurangnya, ada sepuluh aliran dalam mazhab Wedanta,{{sfn|Raju|1992|p=177}} namun tiga di antaranya—[[Adwaita]], [[Wisistadwaita]], dan [[Dwaita]]—lebih termasyhur.{{sfn|Sivananda|1993|p=217}}
:Wedanta terdiri dari berbagai macam aliran, tiga di antaranya ialah:
:* '''[[Adwaita]]''': perguruan Wedanta yang dirintis oleh [[Adi Shankara]] (awal [[abad ke-8]]) dan guru besarnya, [[Gaudapada]], yang menjabarkan ''[[Ajatiwada]]''. Menurut perguruan ini, [[Brahman]] adalah satu-satunya kenyataan, sedangkan [[alam semesta teramati|dunia yang teramati]] hanyalah [[ilusi]] belaka. Karena Brahman adalah kenyataan sejati, Ia tidak dapat dikatakan memiliki atribut. Kekuatan ilusif dari Brahman yang disebut [[Maya (ilusi)|maya (''māyā'')]] membuat dunia ini tampak ada. Ketidaktahuan akan kenyataan tersebut merupakan penyebab adanya penderitaan di dunia, sehingga kebebasan (dari penderitaan) hanya bisa diperoleh melalui kesadaran akan Brahman. Ketika seseorang mencoba memahami Brahman melalui pikirannya, maka—karena pengaruh maya—Brahman hadir sebagai Tuhan berkepribadian ([[Iswara]]), yang berbeda dengan dunia dan juga individu. Pada kenyataannya, tiada perbedaan antara esensi individu yang sejati (''[[atman|jiwatman]]'') dengan Brahman. Kebebasan dapat diperoleh dengan merasakan bahwa tiada perbedaan antara keduanya. Maka dari itu, jalan kebebasan ditempuh dengan pengetahuan (''jñāna'').<ref name="Vedanta">[http://www.hindupedia.com/en/Vedanta Vedanta] on Hindupedia, the Hindu Encyclopedia</ref>
:* '''[[
:* '''[[Dwaita]]''': perguruan Wedanta yang dirintis oleh [[Madhwacarya]] (1199–1278). Perguruan ini juga disebut sebagai ''tatvavādā'' – "Filsafat Kenyataan". Perguruan ini menyamakan Tuhan dengan [[Brahman]], sehingga tiada berbeda dengan [[Wisnu]] ataupun berbagai perwujudan-Nya seperti [[Kresna]], [[Narasinga]], [[Wenkateswara]], dan lain-lain. Perguruan ini memandang Brahman, jiwa individu, dan materi sebagai entitas yang berbeda. Perguruan ini menekankan ''[[Bhakti]]'' sebagai jalan yang benar untuk mencapai kebebasan, dan pengabaian akan Tuhan akan berujung pada [[neraka (Hinduisme)|neraka]] serta ikatan duniawi. Menurut Dwaita, segala tindakan diberdayakan oleh jiwa yang diberi kekuatan oleh Tuhan, dan hasil tindakan tersebut dilimpahkan kepada jiwa, tapi Tuhan tidak ikut terpengaruh oleh hasil tindakan tersebut.<ref name="Vedanta"/>
Dalam sejarah agama Hindu, keberadaan enam mazhab tersebut di atas mencapai masa gemilang pada masa [[kemaharajaan Gupta|Dinasti Gupta]]. Dengan bubarnya Waisesika dan Mimamsa, perguruan filsafat tersebut kehilangan pamornya pada masa-masa berikutnya, sedangkan berbagai aliran-aliran Wedanta mulai naik pamor sebagai cabang-cabang utama dalam filsafat keagamaan. Nyaya bertahan sampai [[abad ke-17]] dan berganti nama menjadi ''Nawya-nyaya'' ("Nyaya Baru"), sedangkan Samkhya lenyap perlahan-lahan,
=== Empat aliran utama ===
Baris 343 ⟶ 347:
Empat aliran utama yang sering didapati adalah [[Waisnawa]], [[Saiwa]], [[Sakta]], dan [[Smarta]]. Dalam masing-masing aliran, ada beberapa perguruan atau aliran lain yang menempuh caranya sendiri.
* '''[[Waisnawa]]''': aliran dalam tubuh Hinduisme yang memuja [[Wisnu]]—dewa pemelihara menurut konsep ''Trimurti'' (Tritunggal)—beserta sepuluh perwujudannya ([[awatara]]). Aliran ini menekankan pada [[bhakti|kebaktian]], dan para pengikutnya turut memuja berbagai dewa, termasuk [[Rama]] dan [[Kresna]] yang diyakini sebagai perwujudan Wisnu. Pengikut aliran ini biasanya non-asketis, monastis (mengikuti cara hidup biarawan), dan menekuni praktik meditasi serta melantunkan lagu-lagu pemujaan.<ref name=Iskcon>{{cite web | title=ISKCON | url=http://hinduism.iskcon.org/tradition/1200.htm | accessdate=7 Februari 2014 | archive-date=2015-11-15 | archive-url=https://web.archive.org/web/20151115192823/http://hinduism.iskcon.org/tradition/1200.htm | dead-url=yes }}</ref><ref name="Hindus in SA">{{cite web|title=Hindus in SA|url=http://www.hinduism.co.za/hindu3.htm|accessdate=7 Februari 2014}}</ref><ref name="Dubois">{{harvnb|Dubois|2007|p=111}}</ref> Biasanya umat Waisnawa bersifat [[dualisme]]. Aliran ini memiliki banyak tokoh suci, kuil, dan kitab suci.<ref name="Himalaya Academy">{{cite web|title=Himalayanacademy|url=http://www.himalayanacademy.com/readlearn/basics/four-sects|accessdate=7 February 2014}}</ref> Aliran ini terbagi dalam beberapa golongan, yaitu: ''[[Sri Sampradaya]]'' (Waisnawa yang memuja [[Laksmi]] sebagai pasangan Wisnu), ''[[Brahma Sampradaya]]'' (Waisnawa yang memuja Wisnu secara eksklusif), ''[[Rudra Sampradaya]]'' (Waisnawa yang memuja Wisnu atau para [[awatara]], seperti [[Kresna]], [[Rama]], [[Balarama]], dan lain-lain), ''[[Kumara Sampradaya]]'' (Waisnawa yang memuja [[Catursana|Caturkumara]]).
* '''[[Saiwa]]''': aliran dalam tubuh Hinduisme yang memuja [[Siwa]].
[[Berkas:Putting Tika From Elder.jpeg|ka|jmpl|280px|Umat Hindu Nepal mengoleskan ''tika'' dan ''jamara'' pada puncak hari raya ''Dashain'', yaitu hari pemujaan terhadap 9 manifestasi Dewi [[Durga]] selama 9 hari berturut-turut.]]
* '''[[Sakta]]''': aliran Hinduisme yang memuja [[Sakti]] atau [[Dewi]]. Pengikut Saktisme meyakini ''Sakti'' sebagai kekuatan yang mendasari prinsip-prinsip [[wikt:maskulinitas|maskulinitas]], yang dipersonifikasikan sebagai pasangan dewa. Sakti diyakini memiliki berbagai wujud. Beberapa di antaranya tampak ramah, seperti [[Parwati]] (pasangan [[Siwa]]) atau [[Laksmi]] (pasangan [[Wisnu]]). Yang lainnya tampak menakutkan, seperti [[Kali (dewi)|Kali]] atau [[Durga]]. Sakta memiliki kaitan dekat dengan [[Tantrisme|Hinduisme Tantra]], yang mengajarkan ritual dan praktik untuk penyucian pikiran dan tubuh.<ref name=Iskcon/><ref name="Hindus in SA"/><ref name="Dubois"/> Umat Sakta menggunakan [[mantra|mantra-mantra]], sihir, gambar sakral, [[yoga]], dan upacara untuk memanggil kekuatan kosmis.<ref name="Himalaya Academy"/> Aliran ini mengandung dua golongan utama, yaitu: ''Srikula'' (pemujaan kepada dewi-dewi yang bergelar Sri) dan ''Kalikula'' (pemujaan kepada dewi-dewi perwujudan Kali).
Baris 352 ⟶ 356:
[[Berkas:Tiwah Kaharingan.jpg|ka|280px|jmpl|Upacara ''tiwah'' yang dilaksanakan umat [[Hindu Kaharingan]] di [[Kotawaringin Timur]], [[Kalimantan Tengah]].]]
[[Berkas:Newari Girls.jpg|ka|280px|jmpl|Para peniup seruling saat hari raya Gaijatra yang dirayakan oleh umat Hindu Newa.]]
[[Berkas:Hindus in Ghana celebrating Ganesh Chaturti.jpg|280px|thumb|Umat Hindu di [[Ghana]] merayakan [[Ganesh Chaturthi]].]]
[[Berkas:Cham Hindu.jpg|ka|280px|jmpl|Umat [[suku Cham|Hindu Cham]] di [[Vietnam]] merayakan festival Kuil "Yan Po Nagar", alias Dewi Bhagawati.]]
[[Berkas:Rath Yatra russia winter.jpg|ka|jmpl|280px|Pengikut Gerakan Hare Krishna di [[Rusia]] menyelenggarakan prosesi ''Rathayatra'' pada musim dingin 2011.]]
* '''[[Agama Hindu Newa]]''': agama Hindu yang dianut oleh sebagian besar [[suku Newa]] di [[Nepal]]. Agama Hindu ini mengenal beberapa tradisi unik seperti tarian sakral dengan topeng yang disebut ''Chachaa Pyakhan''. Agama Hindu ini juga mengenal sejumlah hari raya, dan adakalanya bertepatan dengan perayaan Buddhis di sana.
Baris 361 ⟶ 365:
* '''[[Kepercayaan tradisional Punjab|Agama Hindu Punjab]]''': kepercayaan tradisional yang dianut sebagian masyarakat [[bangsa Punjab|Punjab]]. Menurut kepercayaan ini, dunia terbagi menjadi tiga alam: alam dewa, manusia, dan naga. Penganut kepercayaan ini melakukan [[penghormatan terhadap leluhur]]. Leluhur, yang menjadi moyang suatu keluarga atau pendiri suatu desa, disebut ''jathera''. Mereka dimuliakan di kuil-kuil khusus.
-->
* '''[[Ayyavazhi]]''': sistem kepercayaan [[monisme|monistis]] berdasarkan [[darma]] yang berasal dari [[India Selatan]]. Aliran ini dikatakan sebagai agama tersendiri oleh media massa dan beberapa penganutnya, tetapi banyak penganutnya yang mengaku sebagai [[umat Hindu]], sehingga Ayyavazhi juga dianggap sebagai sekte Hindu.<ref>{{cite web
* '''[[Sekte Balmiki|Balmiki]]''': sekte yang memuja Begawan [[Walmiki]] sebagai leluhur dan dewa mereka. Pengikutnya meyakini bahwa Walmiki adalah [[awatara]] Tuhan, dan menghormati karya-karya gubahannya, seperti ''[[Ramayana]]'' dan ''[[Yoga Vasistha]]'', sebagai kitab suci.
* '''[[Ekasarana Dharma]]''': aliran [[Panenteisme|Hindu-panenteistis]] yang dirintis oleh [[Srimanta Sankardeva]] pada [[abad ke-15]]. Kini, banyak penganutnya yang tinggal di negara bagian [[Assam]]. Aliran kepercayaan ini menolak upacara dan ritus berbasis ''Weda'', menentang pelaksanaan kurban hewan, dan hanya melakukan pemujaan dengan menyebut nama Tuhan berulang-ulang. Kitab pegangan bagi aliran ini adalah ''[[Sankardewa Bhagawata]]''. Aliran kepercayaan ini terbagi menjadi empat golongan: ''Brahma-sanghati'', ''Purusha-sanghati'', ''Nika-sanghati'', dan ''Kala-sanghati''.
Baris 368 ⟶ 372:
* '''[[Kaumaram]]''': sekte Hinduisme yang berfokus pada pemujaan [[Murugan]] atau [[Skanda]] di kawasan [[India Selatan]], terutama yang didominasi oleh [[suku Tamil]]. Tradisi tersebut juga dapat ditemui di luar India, khususnya di kawasan permukiman imigran Tamil.
* '''[[Mahima Dharma]]''': sekte Hinduisme yang penganutnya banyak terdapat di [[Orissa]], [[India]]. Sekte ini diprakarsai oleh seorang [[guru (agama dharma)|guru spiritual]] yang dikenal dengan nama Mahima Swami atau Mahima Gosain.<ref name="mahima">{{cite web |title=Mahima Dharma, Bhima Bhoi dan Biswanathbaba| url=http://orissa.gov.in/e-magazine/Orissareview/may2005/engpdf/mahima_dharma_bhima_bhoi_biswanathbaba.pdf |format=[[PDF]] |date=Mei 2005}}</ref> Sekte ini memusatkan kebaktian pada Tuhan Yang Maha Esa yang disebut ''Alekha'', serta menolak pemujaan Tuhan dengan sarana [[arca]], gambar, ataupun pratima.<ref name="mahima"/>
* '''[[Pranami Sampradaya]]''': disebut pula Nijananda Sampradaya, adalah suatu aliran monoteistis yang memuja Tuhan dengan sebutan ''Raj Ji'' atau ''Prannath Ji''. Pengikut kepercayaan ini tidak diperkenankan makan daging, mengonsumsi [[alkohol]], atau me[[rokok]]. Mereka juga memiliki kitab tersendiri yang disebut ''Kuljam Swarup'' atau ''Tartam Sagar''. Pengikut kepercayaan ini banyak terdapat di [[Najarpur]], [[Nepal]].<!--
* '''[[Ravidassia]]''': sistem kepercayaan [[monoteisme|monoteistis]] berdasarkan ajaran [[Guru Ravidass]], tokoh yang dikenal oleh umat Hindu ataupun Sikh. Umat Ravidassia meyakini bahwa Ravidass adalah [[guru (agama dharma)|guru spiritual]], sedangkan umat [[Sikh]] menganggapnya sebagai ''[[bhagat]]'' (orang suci).<ref>{{cite web|url=http://www.global.ucsb.edu/punjab/journal/v16_1/articles/RonkiRam16_1.pdf |format=[[PDF]] |title=Ravidass, Dera Sachkhand Ballan and the Question of Dalit Identity in Punjab |publisher=Panjab University, Chandigarh |author=Ronki Ram |date= |accessdate=5 Desember 2013}}</ref> Ajaran Ravidassia merupakan cabang dari [[gerakan Bhakti]] yang muncul di India sejak abad ke-15. Ravidassia mengajarkan umatnya untuk memuja Tuhan yang disebut [[Wisnu|Hari]], dan tujuan kehidupan adalah mencapai [[moksa]], yaitu bertemu dengan Hari.-->
* '''[[Saura (Hinduisme)|Saura]]''': sekte Hinduisme yang memuja [[Surya (dewa)|Surya]] sebagai ''[[Saguna-brahman]]''. Aliran ini berpangkal dari tradisi Weda kuno. Kini, hanya ada sedikit penganut aliran ini di India.
* '''[[Srauta]]''': golongan [[brahmana]] ortodoks yang mengikuti ''Purwamimamsa'', berbeda dengan Wedanta yang diikuti oleh kaum brahmana lainnya. Mereka merupakan penganut tradisi ritual konservatif dan membentuk golongan minoritas di antara umat Hindu di India. Penganut aliran ini biasanya terdapat di negara bagian [[Kerala]] (kaum [[Nambudiri]]) dan [[Karnataka]] ([[Mattur]], [[Holenarsipur]], [[Sringeri]]).
Baris 377 ⟶ 381:
* '''[[Brahmoisme]]''': gerakan keagamaan yang berasal dari [[Benggala]] pada awal abad ke-19. Gerakan ini didirikan oleh [[Ram Mohan Roy]]. Dia menggagas pentingnya pemanfaatan nalar untuk mereformasi praktik sosial dan religius agama Hindu, dengan pengaruh dari [[monoteisme|agama monoteistis]] dan ilmu pengetahuan modern.<ref name="test">''Chambers Dictionary Of World History''. Editor BP Lenman. Chambers. 2000.</ref> Brahmoisme menolak dogma, takhayul, otoritas kitab suci, dan penggambaran Tuhan.<ref>[http://brahmosamaj.org/ brahmosamaj.org - BRAHMO SAMAJ<!-- Bot generated title -->]</ref>
* '''[[Prarthana Samaj]]''': gerakan reformasi sosial dan keagamaan yang dimulai di [[Bombay]], didirikan oleh Dr. Atmaram Pandurang pada tahun 1867 dengan tujuan agar masyarakat meyakini satu Tuhan dan hanya menyembah satu Tuhan. Gerakan ini dimulai sebagai reformasi sosial dan keagamaan sebagaimana [[Brahmo Samaj]]. Perintis Prarthana Samaj di Mumbai adalah Paramahamsa Sabha, perkumpulan rahasia untuk memajukan gagasan-gagasan liberal yang didirikan oleh Ram Balkrishna Jaykar.<ref>{{cite web | url=http://philtar.ucsm.ac.uk/encyclopedia/hindu/devot/prarth.html | title=Prarthana Samaj | publisher=PHILTAR | place=St. Martin's College | access-date=2014-03-09 | archive-date=2010-01-25 | archive-url=https://web.archive.org/web/20100125150225/http://philtar.ucsm.ac.uk/encyclopedia/hindu/devot/prarth.html | dead-url=yes }}</ref>
* '''[[Arya Samaj]]''': gerakan reformasi Hindu yang diprakarsai oleh [[Swami Dayananda]], dan didirikan pada tanggal {{nowrap|7 April 1875}}.{{sfn|Hastings|2003|p=57}} Gerakan ini bermaksud mengamalkan ''[[Weda]]'' sebagaimana mestinya, dan mengesampingkan kitab-kitab yang ditulis setelah ''Weda''. Gerakan ini bersifat [[monoteisme|monoteistis]] karena tidak mengakui dewa-dewi tertentu,<ref>{{cite web | url=http://aryasamaj.com/global/?page_id=151 | title=Principles of Arya Samaj | publisher=Arya Samaj.com | access-date=2014-03-11 | archive-date=2014-01-01 | archive-url=https://web.archive.org/web/20140101003813/http://aryasamaj.com/global/?page_id=151 | dead-url=yes }}</ref> serta menolak pemujaan Tuhan dengan sarana patung atau lukisan.{{sfn|Naidoo|1982|p=158}}{{sfn|Lata|1990|p=x}}
* '''[[Misi Ramakrishna]]''': gerakan filantropis dan sukarela yang diprakarsai oleh murid [[Ramakrishna]], [[Swami Vivekananda]], pada tanggal {{nowrap|1 Mei 1897}}. Gerakan ini berfokus pada masalah kemanusiaan seperti pemeliharaan kesehatan, bencana alam, kesejahteraan masyarakat desa, pendidikan, dan lain-lain. Misi gerakan ini berdasarkan konsep ''[[Karma Yoga|Karmayoga]]''.{{sfn|Agarwal|1998|p=243}} Dalil-dalil yang digunakan adalah filsafat [[Wedanta]].<ref name="belurmath">{{cite web| url=http://www.belurmath.org/ |title=Belur Math (situs resmi)}}</ref>
* '''[[Masyarakat Internasional Kesadaran Krishna]]''' (''The International Society for Krishna Consciousness''
Di luar [[Asia Selatan]] dan [[Asia Tenggara]], aliran Hindu yang cukup populer adalah tradisi [[Waisnawa]] yang dibawa oleh misionaris [[ISKCON|Gerakan Hare Krishna]]. Tradisi Hindu juga dilaksanakan di beberapa negara dengan jumlah imigran India yang signifikan, seperti [[Mauritius]] (Afrika bagian selatan) dan [[Trinidad dan Tobago]] (Amerika Tengah).
Baris 389 ⟶ 393:
=== Konsep ketuhanan ===
[[Berkas:Saraswati.
Agama Hindu merupakan sistem kepercayaan yang kaya, mencakup keyakinan yang bersifat [[monoteisme]], [[politeisme]], [[panenteisme]], [[panteisme]], [[monisme]], dan [[Ateisme dalam Hindu|ateisme]].{{sfn|Rogers|2009|p=109}}{{sfn|Chakravarti|1991|p=71}}{{sfn|Pattanaik|2002|p=38}}<ref name="EBpolytheism">{{cite web |url=http://www.britannica.com/eb/article-38143/polytheism |title=Polytheism|accessdate= 5 Juli 2007 |year=2007 |author =Ninian Smart | work= Encyclopædia Britannica |publisher= Encyclopædia Britannica Online}}</ref> Konsep ketuhanannya bersifat kompleks dan bergantung pada nurani setiap umatnya atau pada tradisi dan [[filsafat Hindu|filsafat]] yang diikuti.
Mazhab [[Wedanta]] dan [[Nyaya]] menyatakan bahwa [[karma]] itu sendiri telah membuktikan keberadaan Tuhan.{{sfn|Reichenbach|1989| p=135–149, 145}} Nyaya merupakan suatu perguruan [[logika]], sehingga menarik kesimpulan "logis" bahwa [keberadaan] alam semesta hanyalah suatu "akibat", maka pasti ada suatu "penyebab" di balik semuanya.{{sfn|Neville|2001|p=47}}
Agama Hindu mengandung suatu konsep filosofis yang disebut ''[[Brahman]]'', yang sering didefinisikan sebagai kenyataan sejati, esensi bagi segala hal, atau sukma [[alam semesta]] yang menjadi asal usul serta sandaran bagi segala sesuatu dan fenomena.<ref>''The Oxford Dictionary of World Religions'', ed. John Bowker, OUP, 1997</ref> Tetapi, umat Hindu tidak menyembah Brahman secara harfiah. Pada zaman [[Brahmanisme]], Brahman adalah istilah yang disematkan bagi suatu kekuatan yang membuat [[yadnya]] (upacara) menjadi efektif, yaitu kekuatan spiritual dari ucapan-ucapan suci yang dirapalkan para ahli ''Weda'', sehingga mereka disebut ''brahmana''.{{sfn|Rodrigues|2006|p=59}}
Mazhab dan aliran [[dualisme|Hindu-dualistis]]—seperti [[Dwaita]] dan tradisi [[Bhakti]]—menyembah Tuhan yang berkepribadian (memiliki ''[[guna (Hinduisme)|guna]]'' atau "atribut ketuhanan", yaitu supremasi dari sifat-sifat baik manusia seperti Maha-penyayang, Maha-pemurah, Maha-pelindung, dan sebagainya), sehingga mereka memujanya dengan nama [[Wisnu]], [[Siwa]], [[Dewi]], [[Dewata]], [[Batara]], dan lain-lain, tergantung aliran masing-masing. Dalam tradisi Hindu pada umumnya, Tuhan yang dipandang sebagai zat mahakuasa dengan supremasi dari sifat baik manusia—daripada dianggap sebagai asas semesta yang tak terbatas—disebut ''[[Iswara]]'', ''[[Bhagawan]]'', atau ''[[Parameswara]]''.<ref name="MW Sanskrit dict.">{{Harvnb|Monier-Williams|2001}}</ref> Meski demikian, ada beragam penafsiran tentang Iswara, mulai dari keyakinan bahwa Iswara sesungguhnya tiada—sebagaimana ajaran [[Mimamsa]]—sampai pengertian bahwa Brahman dan Iswara sesungguhnya tunggal, sebagaimana yang diajarkan mazhab Adwaita.<ref name=bhaskaranandaessential/> Dalam banyak tradisi [[Waisnawa]], Ia disebut Wisnu, sedangkan kitab Waisnawa menyebutnya sebagai [[Kresna]], dan
Mazhab [[Adwaita Wedanta]] menolak [[teisme]] dan [[dualisme]] dengan menegaskan bahwa pada hakikatnya Brahman tidak memiliki bagian atau atribut.<ref>Wainwright, William, [http://plato.stanford.edu/archives/win2010/entries/concepts-god/ "Concepts of God"], The Stanford Encyclopedia of Philosophy (Winter 2010 Edition), Edward N. Zalta (ed.)</ref> Menurut mazhab ini, Tuhan yang berkepribadian atau menyandang atribut tertentu adalah salah satu fenomena ''[[Maya (ilusi)|maya]]'', atau kekuatan ilusif Brahman. Pada hakikatnya, Brahman tidak dapat dikatakan memiliki sifat-sifat kemanusiaan seperti pelindung, penyayang, perawat, pengasih, dan sebagainya.<ref name="ISBN 81-208-2144-0">{{harvnb|Sinha|1993}}</ref> Menurut mazhab ini, pikiran manusia yang terperangkap ''maya'' menyebabkan Brahman terbayangkan sebagai Tuhan dengan sifat atau atribut tertentu, yang dapat disebut sebagai ''[[Iswara]]'', ''[[Bhagawan]]'', ''[[Wisnu]]'', dan nama-nama lainnya.<ref name="ISBN 81-208-2144-0"/> Mazhab ini menegaskan bahwa tiada larangan untuk membayangkan Tuhan dengan sifat-sifat tertentu,
Doktrin [[Ateisme dalam Hindu|ateistis]] mendominasi aliran Hindu seperti [[Samkhya]] dan [[Mimamsa]].<ref name=samkhyaatheism>{{Harvnb|Sen Gupta|1986|p= viii }}</ref> Dalam kitab ''[[Samkhyapravachana Sutra]]'' dari aliran [[Samkhya]] dinyatakan bahwa keberadaan Tuhan (''[[Iswara]]'') tidak dapat dibuktikan sehingga (keberadaan Tuhan) tidak dapat diakui.<ref>{{cite web| url=http://www.archive.org/stream/thesamkhyaphilos00sinhuoft/thesamkhyaphilos00sinhuoft_djvu.txt | title=Sāṁkhyapravacana Sūtra | chapter=Sloka I.92}}</ref> Samkhya berpendapat bahwa Tuhan yang abadi tidak mungkin menjadi sumber bagi dunia yang senantiasa berubah. Dikatakan bahwa Tuhan merupakan gagasan metafisik yang dibuat untuk suatu keadaan.{{sfn|Rajadhyaksha|1959|p=95}} Pendukung dari aliran [[Mimamsa]]—yang berdasarkan pada ritual dan [[ortopraksi]]—menyatakan bahwa tidak ada cukup bukti untuk membuktikan keberadaan Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa kita tidak perlu membuat postulat tentang suatu "pencipta dunia", sebagaimana kita tidak perlu memikirkan siapa penulis ''[[Weda]]'' atau Tuhan apa yang dibuatkan upacara.{{sfn|Neville|2001|p=51}}<!--<ref>{{Citation|title=Religious truth|first=Robert|last=Neville|url=http://books.google.com/books?id=ThLR13JpCWsC|page=51|isbn=978-0-7914-4778-9|year=2001}}</ref>--> Mimamsa menganggap bahwa nama-nama Tuhan yang tertulis dalam ''[[Weda]]'' sebenarnya tidak mengacu pada wujud apa pun di dunia nyata, dan hanya untuk keperluan ''[[mantra]]'' belaka. Atas pemahaman tersebut, mantra itulah yang sebenarnya merupakan "kekuatan Tuhan", sehingga Tuhan tiada lain hanyalah kekuatan mantra belaka.{{sfn|Coward|2008|p=114}}
Baris 411 ⟶ 415:
{{•}} ''anandamayakosa'' (lapisan kebahagiaan atau tubuh kausal)
]]
Dalam agama Hindu terdapat keyakinan bahwa ada "sesuatu yang sejati" dalam tiap individu yang disebut ''[[atman]]'', sifatnya abadi atau tidak terhancurkan.<ref name="monierwilliams2037">{{Harvnb|Monier-Williams|1974|pp=20–37}}</ref> ''[[Taittiriya-upanishad]]'' mendeskripsikan bahwa atman individu diselimuti oleh lima lapisan: ''annamayakosa'', ''pranamayakosa'', ''manomayakosa'', ''wijanamayakosa'', dan ''anandamayakosa''.<ref>{{cite web| url=http://www.swamij.com/shankara-atma-bodha.htm | last=Shankaracharya | first=Adi; Swami Chinmayananda (penerjemah) | title=Atma-bodha | | publisher=Chinmaya Mission | place=Mumbai}}</ref> Istilah atman dan jiwa
Menurut teologi Hindu yang [[monisme|monistis]]/[[panteisme|panteistis]] (seperti mazhab [[Adwaita Wedanta]]), sukma individu sama sekali tiada berbeda dari [[Brahman]]. Sukma individu disebut ''jiwatman'', sedangkan Brahman disebut ''paramatman''. Maka dari itu, ajaran ini disebut aliran [[nondualisme|non-dualis]].<ref name=bhaskaranandaessential>{{Harvnb||Bhaskarananda|1994}}</ref> Ketika tubuh individu hancur, jiwa tidak turut hancur. Sebaliknya, ia berpindah ke tubuh baru melalui [[reinkarnasi]] ([[samsara]]). Jiwa mengalaminya karena diselubungi oleh ''[[awidya]]'' atau "ketidaksadaran" bahwa dirinya sesungguhnya sama dengan Paramatman. Tujuan kehidupan menurut mazhab Adwaita adalah untuk mencapai kesadaran bahwa atman sesungguhnya sama dengan Brahman.<ref>{{Harvnb|Vivekananda|1987}}</ref> Kitab ''[[Upanishad]]'' menyatakan bahwa siapa pun yang merasakan bahwa atman merupakan esensi dari tiap individu, maka ia akan menyadari kesetaraan dengan Brahman, sehingga mencapai [[moksa]] (kebebasan atau kemerdekaan dari proses reinkarnasi/samsara).<ref name=werner37>{{Harvnb|Werner| 1994|p= p37}}</ref>
Baris 417 ⟶ 421:
[[Yoga]] dari Resi [[Patanjali]]—sebagaimana yang diuraikan dalam [[Yogasutra Patañjali|''Yogasutra'']]—berbeda dengan [[monisme]] yang diuraikan dalam filsafat Adwaita.<ref>{{harvnb|last1=Cowell|last2=Gough|1882|p=271}}</ref> Menurut yoga, pencapaian spiritual tertinggi bukanlah untuk menyadari bahwa segala kemajemukan di alam semesta merupakan maya. Jati diri yang diperoleh saat mencapai pengalaman religius tertinggi bukanlah atman belaka. Itu hanyalah salah satu jati diri yang ditemukan oleh individu. Meruntuhkan "tembok alam sadar manusia" untuk membangun "persatuan" jati diri individu ([[jiwa]]tman) dengan sukma alam semesta ([[paramatman]]), merupakan tujuan praktik yoga.{{sfn|Phillips|1995|p=12–13}}
Menurut pemahaman [[dualisme|dualistis]] seperti mazhab [[Dwaita]], jiwa merupakan entitas yang berbeda dengan Tuhan,
=== Para dewa dan awatara ===
Baris 423 ⟶ 427:
{{quote box
| quote = Umat dari berbagai sekte agama Hindu memuja dewa-dewi tertentu yang tak terhitung banyaknya dan mengikuti aneka upacara untuk memuja dewa-dewi tersebut. Karena merupakan agama Hindu, maka para penganutnya memandang kekayaan tradisi tersebut sebagai ungkapan dari suatu realitas yang kekal. Dewa-dewi yang memanggul senjata dipahami oleh umatnya sebagai simbol-simbol dari suatu realitas sejati yang tunggal.
| source =
| width = 300px
| align = left
Baris 429 ⟶ 433:
[[Susastra Hindu]] menyebutkan suatu kelompok entitas ilahi yang disebut ''[[dewa (Hindu)|dewa]]'' (atau [[dewi]] dalam bentuk feminin, sedangkan ''[[dewata]]'' bersinonim dengan dewa), bermakna "yang bersinar", atau dapat diterjemahkan sebagai "makhluk surgawi".<ref>{{Harvnb|Monier-Williams|2001|p=492}}</ref><ref>{{Harvnb|Monier-Williams|2001|p=495}}</ref> Para dewa merupakan bagian integral dalam kebudayaan Hindu dan ditampilkan dalam [[kesenian]] ([[lukisan]], [[patung]], [[relief]]), [[arsitektur]], dan [[ikon]]. Cerita mitologis mengenai keberadaan mereka terkandung dalam sejumlah sastra Hindu, terutama [[Itihasa|wiracarita Hindu]] dan ''[[Purana]]''.
Keberadaan banyak ''[[Dewa (Hindu)|dewa]]'' diyakini sebagai [[manifestasi]] dari [[Brahman]].{{efn|Di samping konsep [[Brahman]], agama Hindu mengenal ratusan dewa dan dewi secara [[harfiah]]. Maka dari itu, agama Hindu [dapat disebut] [[politeisme|politeistis]]. Akan tetapi, umat Hindu menganggap bahwa seluruh dewa-dewi tersebut merupakan [[awatara]], atau perwujudan dari Brahman.<ref>{{cite book|title=World History Examination|url=https://archive.org/details/barronshowtoprep0002mcca|first=John|last=McCannon|publisher=Barron's Educational Series|date=1 Januari 2006}}</ref>}} Pustaka ''[[Weda]]'' dan ''[[Upanishad]]'' tidak mengajarkan [[panteisme]] ataupun [[politeisme]], melainkan [[monoteisme]] dan [[monisme]].{{sfn|Sehgal|1999|p=1372}} Ada banyak dewa,
Biasanya pengertian dewa dibedakan dengan [[Iswara]] (Tuhan Yang Maha Esa), meskipun banyak umat Hindu menyembah Iswara dalam suatu perwujudan tertentu (seolah-olah ada Tuhan yang berbeda) sebagai ''[[istadewata]]'' (''{{IAST|iṣṭa devatā}}''), yaitu sosok ideal (dewa-dewi tertentu) dari Tuhan yang cenderung dipuja.<ref name=werner80>{{Harvnb|Werner|1994|p=80}}</ref><ref>{{Harvnb|Renou|1961|p= 55}}</ref> Pilihan tersebut bergantung pada preferensi seseorang atau menurut tradisi regional dan keluarga.<ref name=harman1>{{Harvnb |Harman |2004|pp=104–106}}</ref>
Baris 444 ⟶ 448:
[[Berkas:Sadu Kathmandu Pashupatinath 2006 Luca Galuzzi.jpg|ka|280px|jmpl|Dua [[sadu (Hinduisme)|sadu]] di Kuil Pahupatinatha, [[Nepal]].{{br}}''Sadu'' adalah istilah bagi kaum [[yogi]] yang sedang menempuh ''[[Raja Yoga|Rajayoga]]'', yaitu jalan pengendalian pikiran, demi melepaskan diri dari belenggu duniawi sehingga dapat mencapai kesadaran spiritual tingkat tinggi atau bahkan [[moksa]].]]
''[[Karma]]'' diterjemahkan secara [[harfiah]] sebagai tindakan, kerja, perbuatan,{{sfn|Apte|1997}} dan dapat dideskripsikan sebagai "hukum moral sebab–akibat".<ref>{{Harvnb|Smith|1991|p=64}}</ref> Menurut hukum karma, nasib baik berasal dari tindakan baik terdahulu, dan nasib buruk berasal dari tindakan buruk terdahulu, yang merupakan suatu sistem aksi-reaksi dan membentuk suatu siklus [[reinkarnasi]].<ref>{{cite book|last = Brodd|first = Jefferey|authorlink =|authors =|title = World Religions|publisher = Saint Mary's Press|year = 2003|location = Winona, MN|pages =|url =https://archive.org/details/worldreligionsvo00unse|doi =|isbn = 978-0-88489-725-5 }}</ref> Fenomena sebab-akibat tersebut tidak hanya berlaku bagi dunia material,
Menurut kitab ''[[Upanishad]]'', suatu [[jiwa]] membentuk ''[[sanskara]]'' (kesan) dari tindakan, baik secara fisik atau mental. ''Linga-sarira'' (tubuh yang lebih halus daripada tubuh fisik namun lebih kasar daripada jiwa) dilekati kesan-kesan tersebut, dan membawanya ke kehidupan selanjutnya, sehingga menciptakan jalan kehidupan tersendiri bagi setiap orang.<ref>{{Harvnb|Radhakrishnan|1996|p=254}}</ref> Maka dari itu, konsep karma—yang universal, netral, dan tak pernah meleset—berkaitan dengan [[reinkarnasi]], demikian pula kepribadian, watak, dan keluarga seseorang. Karma menyatukan konsep [[kehendak bebas]] dan [[nasib]].
Baris 467 ⟶ 471:
Filsafat Hindu klasik mengakui empat hal yang harus dipenuhi sebagai tujuan hidup manusia—sebagaimana dijabarkan di bawah ini—yang disebut ''[[purusarta]]'':
* '''[[Darma]]''': Darma adalah prinsip yang tak boleh diabaikan oleh umat Hindu. Darma dapat dipandang sebagai kewajiban (dalam hal kegiatan duniawi ataupun rohani), [[hukum]], keadilan, tindakan benar, dan berbagai kualitas yang mendukung harmoni segala sesuatu. ''[[Brihadaranyaka-upanishad]]'' memandang darma sebagai prinsip universal—tentang aturan, kewajiban, dan harmoni—yang berasal dari [[Brahman]]. Darma berlaku sebagai prinsip moral bagi alam semesta. Darma merupakan ''sat'' (kebenaran), ajaran pokok dalam agama Hindu. Hal ini berpangkal pada pernyataan dalam ''[[Regweda]]'' bahwa "Ekam Sat," (Kebenaran Hanya Satu), dari keyakinan bahwa Brahman itu sendiri merupakan "''[[Satcitananda]]''" (Kebenaran-Kesadaran-Keberkatan). Darma tidak hanya sekadar aturan atau harmoni,
* '''[[Arta]]''': Arta adalah upaya mencari harta demi penghidupan dan kemakmuran. Hal ini juga mencakup usaha mencari pekerjaan, berpolitik, memelihara kesehatan, dan mencari kesejahteraan material.<ref name=johnk>{{harvnb|Koller|1968|315–319}}</ref> Arta dibutuhkan demi mencapai kehidupan yang makmur sentosa, terutama bagi umat yang sudah berumah tangga. Ajaran tentang arta disebut ''[[Arthashastra]]'', dan yang termasyhur di antaranya adalah ''[[Arthashastra]]'' karya [[Kautilya]].{{sfn|Radhakrishnan|1973|92}}
* '''[[Kama]]''': Kama berarti hasrat, keinginan, gairah, kemauan, dan kenikmatan [[panca indra]]. Kama dapat pula berarti kesenangan estetis dalam menikmati kehidupan ([[seni]], [[hiburan]], kegembiraan), [[cinta|kasih sayang]], ataupun asmara.{{sfn|Macy|1975|145–60}}<ref>{{cite web |url=http://www.lorinroche.com/Sanskrit-ar/glossary/love.html |title=Love-Kama |
* '''[[Moksa]]''': Moksa atau ''mukti'' adalah tujuan hidup yang utama bagi umat Hindu. Moksa adalah keadaan yang sama sekali berbeda dengan pencapaian [[surga]]. Moksa adalah suatu kondisi saat individu menyadari esensi dan realitas sejati dari alam semesta, sehingga individu mengalami kemerdekaan dari kesan-kesan duniawi, tanpa suka ataupun duka, lepas belenggu [[samsara]], serta lepas dari hasil perbuatan ([[karma]]) yang melekati individu selama mengalami proses [[reinkarnasi]].{{sfn|Kishore|2001|p=152}}
Baris 475 ⟶ 479:
{{multiple image
| direction = horizontal
| footer = Empat jalan spiritualitas ([[caturmarga]]) dalam agama Hindu. Setiap jalan menyediakan cara yang berbeda untuk mencapai [[moksa]].
| image1 = Nepal (293588353).jpg
| alt1 = Karma marga
| caption1 = <center>''Karmayoga''</center>
| width1 =
| image3 =
| alt3 = Jñāna marga
| caption3 = <center>''Jnanayoga''</center>
| width3 =
| image2 =
| alt2 = Bhakti marga
| caption2 = <center>''Bhaktiyoga''</center>
| width2 = 120
| image4 =
| alt4 = Rāja yoga
| caption4 = <center>''Rajayoga''</center>
| width4 =
}}
Umat Hindu memenuhi tujuan hidupnya dengan menempuh jalan yang berbeda-beda. Jalan tersebut merupakan ''[[yoga]]''. Yoga di sini dapat diartikan sebagai disiplin fisik, mental, dan spiritual demi memperoleh kedamaian dan ketenangan pikiran.<ref name="bryant">{{harvnb|Bryant|2009|p=10–457}}</ref> Dalam konteks dan tradisi lain, yoga dapat pula didefinisikan sebagai "upaya mengendalikan pikiran agar [pikiran] tidak liar", atau "[usaha] mempersatukan diri dengan Tuhan".<ref name="bryant"/> Ajaran tentang pelaksanaan yoga dihimpun dan diuraikan oleh para [[resi]] atau orang bijak. Kitab yang memuat ajaran yoga meliputi ''[[Bhagawadgita]]'', ''[[Yogasutra]]'', ''[[Hathayoga-pradipika]]'', dan ''Upanishad'' sebagai basis filosofis dan historisnya. Yoga mengarahkan umat Hindu untuk mencapai tujuan hidup yang spiritual (moksa, ''samadhi'', atau [[nirwana]]), baik secara langsung maupun tidak langsung. Empat macam jalan (yoga) utama yang sering disinggung yakni:<ref name=bhaskaressentgeneral>{{Harvnb|Bhaskarananda|1994}}</ref>
Baris 521 ⟶ 525:
Kitab-kitab Hindu yang tak termasuk ''[[Sruti]]'' digolongkan ke dalam ''[[Smerti]]'' (ingatan). Kitab Smerti yang terkenal yaitu [[Itihasa|wiracarita India]] (''Itihasa''), terdiri dari ''[[Mahabharata]]'' (''{{IAST|Mahābhārata}}'') dan ''[[Ramayana]]'' (''{{IAST|Rāmāyaṇa}}''). ''Itihasa'' adalah suatu bagian dari [[Sastra Hindu|kesusastraan Hindu]] yang menceritakan kisah kepahlawanan para raja dan kesatria Hindu pada masa lampau dan dikombinasikan dengan [[filsafat Hindu|filsafat keagamaan]], [[mitologi Hindu|mitologi]], dan cerita tentang makhluk supernatural.
Kitab ''[[Bhagawadgita]]'' (''{{Unicode|Bhagavadgītā}}'') merupakan suatu bagian integral dalam ''Mahabharata'', dan merupakan salah satu kitab suci Hindu yang masyhur. Kitab tersebut mengandung ajaran filosofis yang dinarasikan oleh [[Kresna]]—sebagai [[awatara]] Wisnu—kepada [[Arjuna]], menjelang [[perang di Kurukshetra]]. ''Bhagawadgita'' terdiri dari delapan belas bab dan berisi ± 650 [[sloka]]. Setiap bab menguraikan jawaban-jawaban yang diajukan oleh Arjuna kepada Kresna. Jawaban-jawaban tersebut merupakan wejangan suci sekaligus pokok-pokok ajaran ''Weda.''<ref>''{{Unicode|Sarvopaniṣado}} gāvo,'' etc. (''Gītā Māhātmya'' 6). ''Gītā Dhyānam'', dikutip dari [http://www.bhagavadgitaasitis.com/introduction/en Kata Pengantar Bhagavad-gītā Menurut Aslinya] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140301204524/http://www.bhagavadgitaasitis.com/introduction/en |date=2014-03-01 }}.</ref> Akan tetapi, kitab yang termasuk ''Gita''
Kitab-kitab ''[[Purana]]'' (''{{Unicode|Purāṇa}}'')—yang menguraikan ajaran-ajaran Hindu melalui kisah-kisah yang gamblang—tergolong ke dalam Smerti. ''Purana'' memuat [[mitologi Hindu|mitologi]], [[legenda]], dan kisah-kisah zaman purba yang diyakini kebenarannya oleh umat Hindu. Kata ''Purana'' berarti "sejarah kuno" atau "cerita kuno". Penulisan kitab-kitab ''Purana'' diperkirakan dimulai sekitar tahun {{nowrap|500 SM}}. Terdapat delapan belas kitab ''Purana'' yang disebut ''Mahapurana''.
Kitab lain yang tergolong ke dalam ''Smerti'' meliputi ''[[Dewimahatmya]]'' (''{{IAST|Devīmahātmya}}''), ''[[Tantra]]'', ''[[Yogasutra]]'', ''[[Tirumantiram]]'', ''[[Siwasutra]]'', dan ''[[Agama (kitab Hindu)|Agama]]'' (''{{Unicode|Āgama}}''). Selain itu, ada kitab ''[[Manusmerti]]'', yang merupakan kitab hukum preskriptif yang mendasari aturan kemasyarakatan dan stratifikasi sosial yang kemudian menuntun masyarakat membentuk [[sistem kasta di India]]. Kitab ''[[Tantra]]'' memuat tentang cara pemujaan masing-masing aliran dalam agama Hindu. Kitab ''Tantra'' juga mengatur tentang pembangunan [[tempat suci Hindu]] dan peletakkan [[arca]]. Kitab ''[[Nitisastra]]'' memuat ajaran kepemimpinan dan pedoman untuk menjadi seorang pemimpin yang baik.<ref>{{Cite journal|last=Yasa|first=Putu Dana|date=2021-01-30|title=Teologi Kepemimpinan Hindu: Kepemimpinan Berlandaskan Ketuhanan|url=https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/kt/article/view/10257|journal=Khazanah Theologia|volume=3|issue=1|pages=13–24|doi=10.15575/kt.v3i1.10257|issn=2715-9701}}</ref> Kitab ''[[Jyotisha]]'' merupakan kitab yang memuat ajaran sistem [[astronomi]] tradisional Hindu. Kitab Jyotisha berisi pedoman tentang benda langit dan peredarannya. Kitab Jyotisha digunakan untuk meramal dan memperkirakan datangnya suatu [[musim]].
== Sejarah ==
Baris 546 ⟶ 550:
! style="border-bottom:2px solid grey; border-right:2px solid grey;" | Detail
|- 2
| (Smart) rowspan="3" style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | [[Peradaban Lembah Sungai Indus]]<br>dan<br>[[Periode Weda]]<br>({{circa}}
| (Michaels) overall style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" colspan="2" | Agama-Agama Pra-Weda<br>(
| (Muesse) style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | [[Peradaban Lembah Sungai Indus]]<br>(
| (Flood) style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | [[Peradaban Lembah Sungai Indus]]<br>({{circa}}
|- 3
| (Michaels overall) rowspan="3" style="text-align:center;" | [[Brahmanisme|Agama Weda Kuno]]<br>({{circa}}
| (Michaels detailed) style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | Periode Weda Awal<br>({{circa}}
| (Muesse) rowspan="2" style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | [[Periode Weda]]<br>(
| (Flood) rowspan="3" style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | [[Periode Weda]]<br>({{circa}}
|- 4
| (Michaels detailed) style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | Periode Weda Pertengahan<br>(dari 1200 SM)
|- 5
| (Smart) rowspan="3" style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | Periode Praklasik<br>({{circa}} 1000
| (Michaels detailed) style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | Periode Weda Akhir<br>(dari 850 SM)
| (Muesse) rowspan="2" style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | Periode Klasik<br>(
|- 6
| (Michaels overall) style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" colspan="2" | [[Sramana|Reformisme Asketis]]<br>({{circa}}
| (Flood) rowspan="3" style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | Periode [[Itihasa|Epos]] dan [[Purana]]<br>({{circa}} 500
|- 7
| (Michaels overall) rowspan="3" style="text-align:center;" | Hinduisme Klasik<br>({{circa}} 200
| (Michaels detailed) style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | Hinduisme Praklasik<br>({{circa}} 200
| (Muesse) rowspan="2" style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | Periode [[Itihasa|Epos]] dan [[Purana]]<br>(200
|- 8
| (Smart) rowspan="2" style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | Periode Klasik<br>({{circa}} 100
| (Michaels detailed) style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | "Zaman Kejayaan"<br>([[Kemaharajaan Gupta]])<br>({{circa}}
|- 9
| (Michaels detailed) style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | Hinduisme-Klasik Akhir<br>({{circa}}
| (Muesse) rowspan="2" style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | Periode-Purana Pertengahan dan Akhir<br>(
| (Flood) rowspan="2" style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | Periode-Purana Pertengahan dan Akhir<br>(
|- 10
| (Smart) rowspan="2" style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | Peradaban Hindu-Islam<br>({{circa}}
| (Michaels overall) rowspan="2" style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" colspan="2" | [[Penaklukan Muslim di India|Penaklukan Muslim]] dan<br>Kemunculan Sekte-Sekte Hinduisme<br>({{circa}}
|- 11
| (Muesse) rowspan="2" style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | Abad Modern<br>(
| (Flood) rowspan="2" style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | Abad Modern<br>({{circa}}
|- 12
| (Smart) style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" | Periode Modern<br>({{circa}}
| (Michaels overall) style="text-align:center; border-right:2px solid grey;" colspan="2"| [[Neo-Vedanta|Hinduisme Modern]]<br>(sejak {{circa}} 1850)
|}
Baris 594 ⟶ 598:
[[Agama prasejarah]] tertua di India—yang mungkin meninggalkan jejaknya pada agama Hindu{{efn|Menurut Jones & Ryan: "Beberapa praktik Hinduisme pastilah berasal dari zaman neolitik ({{circa}} 4000 SM). Sebagai contoh, pemujaan tumbuhan dan hewan tertentu karena dianggap suci, kemungkinan besar sudah ada sejak zaman kuno. Demikian pula pemujaan dewi-dewi, suatu bagian agama Hindu masa kini, mungkin merupakan fitur yang sudah ada sejak zaman neolitik."{{sfn|Jones|2006|p=xvii}}
}}—berasal dari zaman [[mesolitik]]{{sfn|Doniger|2010|p=66}} dan [[neolitik]].{{sfn|Jones|2006|p=xvii}} Beberapa agama suku di India masih bertahan, mendahului dominansi agama Hindu,
Menurut [[antropologi|antropolog]] [[Gregory Possehl]], [[peradaban lembah sungai Indus]] (2600–1900 SM) mengandung titik pangkal yang logis, atau mungkin [[wikt:arbitrer|arbitrer]], bagi beberapa aspek pada tradisi Hindu di kemudian hari.{{sfn|Possehl|2002|p=154}} Agama pada masa tersebut mengandung pemujaan kepada Dewa Yang Mahakuasa, yang dibandingkan oleh beberapa ahli (terutama [[John Marshall (arkeolog)|John Marshall]]) sebagai {{nowrap|proto-[[Siwa]]}}, dan mungkin sesosok Ibu Dewi, yang mendasari figur [[Sakti]]. Praktik-praktik lain dari zaman peradaban lembah sungai Indus yang berlanjut ke periode Weda meliputi pemujaan kepada air dan api. Akan tetapi, hubungan antara dewa-dewi dan praktik agama lembah sungai Indus dengan agama Hindu masa kini telah menjadi subjek perselisihan politis serta perdebatan para ahli.{{sfn|Possehl|2002|p=141–156}}
=== Periode Weda ===
{{
[[Berkas:Indo-Gangetic Plain.png|kiri|jmpl|300px|Peta dataran subur [[India Utara]].]]
Periode Weda—yang berlangsung dari {{circa}} 1750 sampai 500 SM{{sfn|Michaels|2004|p=32}}{{efn|Tidak ada tahun pasti yang memungkinkan sebagai awal periode Weda. Witzel menyebutkan jangka waktu antara 1900 dan 1400 SM.{{sfn|Witzel|1995|p=3-4}} Flood menyebutkan 1500 SM.{{sfn|Flood|1996|p=21}}}}—disebut demikian karena berdasarkan agama berbasis ''[[Weda]]'' yang dianut oleh bangsa [[Indo-Arya]],{{sfn|Singh|2008|p=185}}{{efn|Menurut Michaels: "Mereka menyebut diri sebagai ''arya'' (secara harfiah berarti "ramah," dari kata ''arya'' dalam Weda, artinya "nyaman, murah hati") tetapi dalam ''Regweda'', ''arya'' juga berarti batas budaya dan bahasa dan tidak hanya terbatas bagi ras."{{sfn|Michaels|2004|p=33}}}} yang bermigrasi ke India barat daya setelah mundurnya peradaban lembah sungai Indus{{sfn|Michaels|2004|p=33}}{{sfn|Flood|1996|p=30-35}}{{sfn|Hiltebeitel|2007|p=5}} (ada kemungkinan dari [[stepa]] [[Asia Tengah]]).{{sfn|Mukherjee|2001}}{{sfn|Allchin|1995}} Bangsa ini membawa serta bahasa{{sfn|Samuel|2010|p=53-56}} dan agama mereka.{{sfn|Flood|1996|p=30}}{{sfn|Hiltebeitel|2007|p=5-7}} Agama mereka berkembang lebih jauh ketika bermigrasi ke dataran [[India Utara]] setelah {{circa}} 1100 SM dan menjadi pastoralis.{{sfn|Witzel|1995}}{{sfn|Samuel|2010|p=48-51, 61-93}}{{sfn|Hiltebeitel|2007|p=8-10}}
Baris 619 ⟶ 623:
| align = right
| direction = horizontal
| total_width = 360
<!-- Image 1 -->
| image1 =
| width1 =
| alt1 = Mahavira
| caption1 = <center>[[Mahavira]]</center>
<!-- Image 2 -->
| image2 = Buddha
| width2 =
| alt2 = Buddha Gautama
| caption2 = <center>[[Siddhartha Gautama]]</center>
Baris 634 ⟶ 639:
| footer = Dua tokoh terkemuka dari golongan [[Sramana]], tradisi yang tidak mengakui kewenangan sastra ''[[Weda]]''. Di kemudian hari, Mahavira menjadi figur utama dalam [[Jainisme]], sedangkan Siddhartha Gautama dalam [[Buddhisme]].
}}
{{
Peningkatan urbanisasi di India pada [[abad ke-7 SM|abad ke-7]] dan [[abad ke-6 SM|ke-6 SM]] telah mendukung terjadinya gerakan [[wikt:asketisisme|asketis]] atau [[Sramana]] yang menentang fanatisme terhadap berbagai upacara.{{sfn|Flood|1996|p=82}} [[Mahavira]] ({{circa}} 549–477 SM, pemuka [[Jainisme]]) dan [[Buddha Gautama]] ({{circa}} 563–483 SM, penggagas tradisi [[Buddhisme]]) adalah tokoh-tokoh terkemuka dalam gerakan tersebut.{{sfn|Neusner|2009|p=184}} Menurut [[Heinrich Zimmer]], Jainisme dan Buddhisme adalah bagian dari warisan kebudayaan pra-Weda, yang juga meliputi [[Samkhya]] dan [[Yoga]]:
{{quote|
Jainisme tidak berasal dari sumber-sumber [budaya] [[Brahmanisme|Brahman]]-[[Indo-Arya|Arya]],{{efn|Brahman-Arya di sini adalah Brahmanisme dan kebudayaan bangsa Arya.}} tetapi mencerminkan [[kosmologi]] dan [[antropologi]] masyarakat kuno pra-Arya golongan atas [yang tinggal] di India bagian timur
}}
Baris 658 ⟶ 663:
Menurut Larson, para [[brahmana]] menanggapinya dengan [[wikt:asimilasi|asimilasi]] dan [[wikt:konsolidasi|konsolidasi]]. Hal tersebut tercerminkan dalam pustaka ''[[Smerti]]'' yang mulai disusun pada periode itu.{{sfn|Larson|2009|p=185}} Kitab-kitab Smerti dari periode 200 SM–100 M mempermaklumkan kewenangan ''[[Weda]]'', sehingga pengakuan terhadap kewenangan ''Weda'' menjadi kriteria utama untuk membedakan Hinduisme dengan aliran [[heterodoks]] yang menolak ''Weda''.{{sfn|Hiltebeitel|2007|p=14}} Sebagian besar gagasan dasar dan praktik Hinduisme Klasik berasal dari pustaka Smerti, yang kemudian menjadi inspirasi dasar bagi kebanyakan umat Hindu.{{sfn|Larson|2009|p=185}}
Dua [[itihasa|wiracarita India]] terkemuka—''[[Ramayana]]'' dan ''[[Mahabharata]]''—yang tergolong ke dalam Smerti, disusun dalam periode panjang selama akhir zaman Sebelum Masehi dan awal zaman Masehi.<ref>{{cite web| url=http://www.religionfacts.com/hinduism/texts/itihasas.htm| title=Itihasa
Pada awal zaman Masehi, beberapa mazhab [[filsafat Hindu]] dikodifikasikan secara formal, meliputi [[Samkhya]], [[Yoga]], [[Nyaya]], [[Waisesika]], [[Purwamimamsa]], dan [[Wedanta]].<ref name="Radhaxviii-xxi">{{harvnb|Radhakrishnan|Moore|1967|p=xviii–xxi}}</ref>
==== "Zaman Kejayaan" ====
{{
[[Berkas:Deogarh01.jpg|kiri|260px|jmpl|[[Candi Dashavatara]] di [[Deogarh, Uttar Pradesh|Deogarh]], negara bagian [[Uttar Pradesh]], [[India]]. Candi ini dibangun pada {{nowrap|[[abad ke-6]]}}, era [[Dinasti Gupta]].]]
Baris 674 ⟶ 679:
==== Hinduisme Klasik Akhir ====
Setelah runtuhnya [[kemaharajaan Gupta]] dan [[kamaharajaan Harsha|Harsha]], kekuasaan di India mengalami [[wikt:desentralisasi|desentralisasi]]. Beberapa kerajaan besar mulai berdiri, dengan [[vasal|negeri taklukan]] yang sangat banyak. Kerajaan-kerajaan tersebut dipimpin dengan sistem [[feodalisme|feodal]]. Kerajaan yang lebih kecil bergantung pada kerajaan yang lebih besar. Maharaja sulit dijangkau, sangat diagungkan dan didewakan,{{sfn|michaels|2004|p=41}} sebagaimana yang digambarkan dalam [[mandala]] [[Tantra]], dan
Perpecahan kekuasaan pusat juga mengarah kepada regionalisasi religiositas, serta persaingan religius.{{sfn|Michaels|2004|p=42}} Kultus dan bahasa lokal lebih diutamakan, dan pengaruh Hinduisme-Brahmanis ritualistis (''ritualistic Brahmanic Hinduism'') berkurang.{{sfn|Michaels|2004|p=42}} Gerakan rakyat dan kebaktian mulai bermunculan, seiring dengan [tumbuhnya] aliran [[Saiwa]], [[Waisnawa]], [[Bhakti]], dan [[Tantra]], meskipun pengelompokan menurut sekte hanya terjadi saat permulaan perkembangan aliran-aliran tersebut.{{sfn|Michaels|2004|p=42}} Gerakan keagamaan berkompetisi untuk memperoleh pengakuan dari penguasa lokal. Agama Buddha kehilangan pamornya setelah [[abad ke-8]], lalu mulai memudar di India.{{sfn|Michaels|2004|p=42}} Hal tersebut tersirat dari penghentian ritus [[puja]] Buddhis di lingkungan istana-istana India pada abad ke-8, ketika dewa-dewa Hindu menggantikan peran [[Buddha]] sebagai pelindung kerajaan.{{sfn|Inden|1998|p=67}}
Baris 718 ⟶ 723:
=== Caturwarna ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Hindoeïstische priesters uit de omgeving van Tenger. Java TMnr 60032537.jpg|ka|jmpl|280px|Sekelompok pendeta Hindu [[suku Tengger]], [[Jawa Timur]]. Foto dari tahun 1910-an.]]
{{
Masyarakat Hindu dikategorikan menjadi empat kelas, disebut ''[[warna (Hindu)|warna]]'', yaitu sebagai berikut:
Baris 726 ⟶ 731:
* ''[[Sudra]]'': pelayan dan buruh
Kitab ''[[Bhagawadgita]]'' menghubungkan ''warna'' dengan kewajiban seseorang (''swadharma''), pembawaan (''swabhāwa''), dan kecenderungan alamiah (''[[guṇa]]'').<ref name="hacker">{{harvnb|Hacker|1995|p=264}}</ref> Berdasarkan pengertian ''warna'' menurut ''Bhagawadgita'', tokoh spiritual Hindu [[Sri Aurobindo]] membuat doktrin bahwa pekerjaan seseorang semestinya ditentukan oleh bakat dan kapasitas alaminya.{{sfn|Sri Aurobindo|2000|p=517}}{{sfn|Cornelissen|2011|p=116}} Dalam kitab ''[[Manusmerti]]'' terdapat pengelompokan kasta-kasta yang berbeda.<ref>[http://www.bergen.edu/phr/121/ManuGC.pdf Manu Smriti Laws of Manu] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100528064608/http://www.bergen.edu/phr/121/ManuGC.pdf |date=2010-05-28 }} 1.87-1.91</ref>
Mobilitas dan fleksibitas dalam warna menampik dugaan diskriminasi sosial dalam sistem kasta, sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa sosiolog,<ref name="Silverberg Paper">{{Harvnb|Silverberg|1969|pp=442–443}}</ref>{{sfn|Smelser|Lipset|2005}} meskipun beberapa ahli tidak sependapat.{{sfn|Smith|1994}} Para ahli memperdebatkan apakah [[sistem kasta di India|''sistem kasta'']] merupakan bagian dari Hinduisme yang diatur oleh kitab suci, ataukah sekadar adat masyarakat.<ref>{{Harvnb|Michaels|2004|pp=188–197}}</ref><ref>{{cite web|last=V|first=Jayaram|title=The Hindu Caste System|url=http://www.hinduwebsite.com/hinduism/h_caste.asp|work=Hinduwebsite|accessdate=28 November 2012}}</ref>{{efn|Menurut Venkataraman dan Deshpande: "Diskriminasi berdasarkan kasta masih ada di benyak wilayah India masa kini … Diskriminasi berdasarkan kasta pada dasarnya bertentangan dengan ajaran esensial kitab suci Hindu bahwa sifat-sifat ketuhanan terdapat dalam setiap makhluk."<ref>{{cite web|last1=Venkataraman|first1=Swaminathan|last2=Deshpande|first2=Pawan|title=Hinduism: Not Cast In Caste|url=http://www.hafsite.org/media/pr/hinduism-not-cast-caste-full-report|publisher=Hindu American Foundation|accessdate=28 November 2012|archive-date=2012-12-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20121202101032/http://www.hafsite.org/media/pr/hinduism-not-cast-caste-full-report|dead-url=yes}}</ref>}} Berbagai ahli berpendapat bahwa sistem kasta dibangun oleh [[British Raj|rezim kolonial Britania]].{{sfn|de Zwart|2000|p=235–249}}
Menurut guru rohani Hindu [[Sri Ramakrishna]] (1836–1886):
{{quote|Para pencinta Tuhan tidak tergolong dalam kasta tertentu … Seorang brahmana tanpa cinta pada Tuhan bukanlah brahmana lagi. Dan seorang [[paria]] tanpa cinta pada Tuhan bukanlah paria lagi. Melalui [[bhakti]] (pengabdian kepada Tuhan), seorang hina dina dapat menjadi suci dan derajatnya pun meningkat.<ref>{{Harvnb|Nikhilananda|1992|p=155}}</ref>}}
Menurut sastra [[Wedanta]], orang yang berada di luar warna disebut "''warnatita''". Para ahli seperti [[Adi Sankara]] menegaskan bahwa tidak hanya [[Brahman]] yang melampaui seluruh warna,
=== Jenjang kehidupan ===
[[Berkas:Fire rituals at a Hindu Wedding, Orissa India.jpg|kiri|240px|jmpl|Upacara pernikahan umat Hindu menurut adat di [[Orissa]], [[India]].]]
{{
Secara tradisional, kehidupan umat Hindu terbagi menjadi empat ''{{Unicode|āśrama}}'' atau ''caturasrama'' (empat fase atau empat tahapan). Bagian pertama dalam kehidupan seseorang adalah ''[[Brahmacari]]'', yaitu masa menuntut ilmu. Tahap ini dilaksanakan sebelum masa kawin, untuk dapat berkontemplasi secara murni dan bijaksana di bawah bimbingan [[guru (agama dharma)|Guru]], demi membangun pikiran dan fondasi spiritual. Tahap berikutnya adalah ''[[Grehasta]]'', yaitu tahap membangun kehidupan rumah tangga, dilaksanakan dengan cara menikah dan memenuhi ''[[Kama (Purusarta)|{{Unicode|kāma}}]]'' (kenikmatan indria) dan ''[[arta]]'' (kemakmuran). Setelah berumah tangga, kewajiban moral yang dilaksanakan meliputi: mengasuh anak, merawat orang tua, menghormati tamu dan orang suci.
Baris 744 ⟶ 749:
== Praktik keagamaan ==
Praktik keagamaan Hindu biasanya bertujuan untuk mencari kesadaran akan Tuhan, dan
▲Praktik keagamaan Hindu biasanya bertujuan untuk mencari kesadaran akan Tuhan, dan kadangkala mencari anugerah dari para dewa. Maka dari itu, ada beragam praktik keagamaan dalam tubuh Hinduisme yang dimaksudkan untuk membantu seseorang dalam upaya memahami Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
=== Persembahyangan ===
Baris 753 ⟶ 757:
Praktik spiritual Hindu yang cukup populer adalah [[Yoga]]. Yoga merupakan ajaran Hindu yang gunanya melatih kesadaran demi kedamaian, kesehatan, dan pandangan spiritual. Hal ini dilakukan melalui seperangkat latihan dan pembentukan posisi tubuh untuk mengendalikan raga dan pikiran.{{sfn|Chandra|1998|p=178}}
''[[Bhajan]]'' merupakan praktik pelantunan lagu-lagu pujian. Praktik ini memiliki bentuk beragam: dapat berupa [[mantra]] semata atau ''[[kirtan]]'', atau berupa ''[[dhrupad]]'' atau ''[[kriti]]'' dengan musik berdasarkan ''[[raga (musik)|raga]]'' dan ''[[tala (musik)|tala]]'' menurut [[musik klasik India]].<ref>{{cite web
Penggalan cerita dari kitab suci, ajaran para orang suci, serta deskripsi para dewa telah menjadi subjek bagi pelaksanaan ''bhajan''. Tradisi ''[[dhrupad]]'', ''[[qawwali]]'' [[Sufi]],{{sfn|King|2005|p=359}} dan [[kirtan]] atau lagu dalam tradisi [[Swami Haridas|Haridasi]] berkaitan dengan ''bhajan''. [[Nanak]], [[Kabir]], [[Meera]], [[Narottama Dasa]], [[Surdas]], dan [[Tulsidas]] adalah para pujangga ''bhajan'' terkemuka. Tradisi dalam ''bhajan'' seperti Nirguni, Gorakhanathi, Vallabhapanthi, Ashtachhap, Madhura-bhakti, dan Sampradya Bhajan dari India Selatan memiliki repertoar dan cara pelantunan masing-masing.
Baris 765 ⟶ 769:
|work = Religions of India
|publisher = Global Peace Works
|archive-date = 2005-03-01
|archive-url = https://web.archive.org/web/20050301062310/http://religionsofindia.org/loc/india_religious_life.html
|dead-url = yes
}}</ref> Banyak umat Hindu yang melaksanakannya di rumah,<ref name=locceremonies>{{cite web
|url = http://lcweb2.loc.gov/cgi-bin/query/r?frd/cstdy:@field(DOCID+in0055)
|title = Domestic Worship
|accessdate = 19 April 2007
|date = September 1995
|work = Country Studies
|publisher = The Library of Congress
|archiveurl = https://archive.today/20121213123548/http://lcweb2.loc.gov/cgi-bin/query/r?frd/cstdy:@field(DOCID+in0055)
|archiveurl=https://archive.is/uP9Y|archivedate=13 December 2012}}</ref> tetapi pelaksanaannya berbeda-beda tergantung daerah, desa, dan kecenderungan umat itu sendiri. Umat Hindu yang saleh melaksanakan ritual sehari-hari seperti sembahyang subuh sehabis mandi (biasanya di kamar suci/tempat suci keluarga, dan biasanya juga diiringi dengan menyalakan pelita serta menghaturkan sesajen ke hadapan arca dewa-dewi), membaca kitab suci berulang-ulang, menyanyikan lagu-lagu pemujaan, [[meditasi]], merapalkan mantra-mantra, dan lain-lain.<ref name=locceremonies/> Ciri menonjol dalam ritual keagamaan Hindu adalah pembedaan antara yang murni dan sudah tercemar. Ada aturan yang mengisyaratkan bagaimana kondisi-kondisi yang dikatakan tercemar atau tak murni lagi, sehingga pelaksana upacara harus melakukan pembersihan atau pemurnian kembali sebelum upacara dimulai. Maka dari itu, penyucian—biasanya dengan air—menjadi ciri umum dalam kebanyakan aktivitas keagamaan Hindu.<ref name=locceremonies/> Ciri lainnya meliputi kepercayaan akan kemujaraban upacara dan konsep pahala yang diperoleh melalui kemurahan hati atau keikhlasan, yang akan bertumpuk-tumpuk dari waktu ke waktu sehingga mengurangi penderitaan di kehidupan selanjutnya.<ref name=locceremonies/>▼
|archivedate = 2012-12-13
|dead-url = no
▲
Ritus dengan sarana api ([[yadnya]]) kini tidak dilakukan sesering mungkin, meskipun pelaksanaannya sangat diagungkan dalam teori. Akan tetapi, dalam upacara pernikahan dan pemakaman adat Hindu, pelaksanaan yadnya dan perapalan [[mantra|mantra-mantra]] ''Weda'' masih disesuaikan dengan norma.<ref>{{cite web|url=http://www.sudhirlaw.com/HMA55.htm|title=Hindu Marriage Act, 1955|
Peristiwa seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian melibatkan seperangkat tradisi Hindu yang terperinci. Dalam agama Hindu, upacara bagi "siklus kehidupan" meliputi ''[[Annaprashan]]'' (ketika bayi dapat memakan makanan yang keras untuk pertama kalinya), ''[[Upanayanam]]'' (pelantikan anak-anak kasta menengah ke atas saat mulai menempuh pendidikan formal), dan ''[[Śrāddha]]'' (upacara menjamu orang-orang dengan makanan karena bersedia melantunkan doa-doa kepada "Tuhan" agar jiwa mendiang mendapatkan kedamaian).<ref name=loclifecycle>{{cite web
Baris 780 ⟶ 790:
|title = Life-Cycle Rituals
|accessdate = 19 April 2007
|date = September 1995
|work = Country Studies: India
|publisher = The Library of Congress
|archiveurl = https://archive.
|archivedate = 2012-12-13
|dead-url = no
}}</ref><ref name=shraddha>{{cite web
|url = http://banglapedia.search.com.bd/HT/S_0516.htm | title = Shraddha
|last=Banerjee |first=Suresh Chandra | accessdate = 20 April 2007 | work = [[Banglapedia]]
Baris 789 ⟶ 802:
=== Ahimsa ===
{{
[[Berkas:Gandhi 1944.jpg|ka|180px|jmpl|[[Mahatma Gandhi]] adalah tokoh Hindu dari India yang memilih untuk menerapkan praktik ahimsa dalam upaya menentang [[British Raj|pemerintah kolonial Inggris]] pada masa [[Gerakan Kemerdekaan India]].]]
Umat Hindu menganjurkan praktik [[ahimsa]] (''{{IAST|ahiṃsā}}''; artinya "tanpa kekerasan") dan penghormatan kepada seluruh bentuk kehidupan karena mereka meyakini bahwa "[[atman|percikan dari Tuhan]]" juga meresap ke dalam setiap makhluk hidup, termasuk tumbuhan dan hewan.<ref>Monier-Williams, ''Religious Thought and Life in India'' (New Delhi, edisi 1974)</ref> Istilah ahimsa disebutkan dalam kitab-kitab ''[[Upanishad]]''<ref name="Radhakrishnan">{{harvnb|Radhakrishnan|1929|p=148}}</ref> dan wiracarita ''[[Mahabharata]]''. Ahimsa adalah yang pertama di antara lima ''[[Pancayamabrata|yama]]'' (''pancayamabrata''; lima prinsip pengendalian diri) dalam ''[[Yogasutra]]'' [[Patanjali]],{{sfn|Taimi|1961|p=206}} dan menjadi prinsip pertama bagi seluruh anggota ''[[Warnasramadarma]]'' (brahmana, kesatria, waisya, dan sudra) menurut ''[[Manusmerti]]''.<ref>{{cite web| url=http://www.sacred-texts.com/hin/manu/manu10.htm | title=The Laws of Manu | chapter=Chapter X | publisher=Sacred-Texts.com}}</ref>
Konsep ahimsa dalam Hinduisme tidak seketat [[agama Buddha]] dan [[Jainisme]], karena jejak keberadaan praktik-praktik pengorbanan dapat ditelusuri dalam kitab-kitab ''[[Weda]]'', contohnya mantra-mantra untuk kurban kambing (dalam ''[[Regweda]]''),<ref>{{cite web| url=http://www.intratext.com/IXT/ENG0039/__P4I.HTM |title=Rigveda | chapter= Mandala 1 Sloka 162.2 | publisher=Intratext.com}}</ref> kurban kuda (''[[Aswameda]]'', dalam ''[[Yajurweda]]''), dan kurban manusia (''[[Purusameda]]'', dalam ''Yajurweda''),<ref name="griffith">{{harvnb|Griffith|2003|p=56–66}}</ref> sedangkan dalam ritus ''Jyotistoma'' ada tiga hewan yang dikurbankan melalui upacara yang masing-masing disebut ''Agnisomiya'', ''Sawaniya'', dan ''Anubandya''. ''[[Yajurweda]]'' dianggap sebagai ''Weda'' pengorbanan dan ritual,<ref>[http://books.google.com/books?id=q1KDTh3Vtn0C&pg=PA32&dq=animal+sacrifice+yajur&hl=en&sa=X&ei=T0yfUru7MqfKsASZ9IDoDg&ved=0CDIQ6AEwAQ#v=onepage&q=animal%20sacrifice%20yajur&f=false Ramanuj Prasad. Vedas A Way Of Life, p.32]</ref><ref name="keith">Arthur Berriedale Keith and Ralph T.H. Griffith. The Yajur Veda, iii.2.2 - iii.2.3 [http://books.google.com/books?id=0Z19AAAAQBAJ&pg=PT294&dq=animal+sacrifice+yajur&hl=en&sa=X&ei=T0yfUru7MqfKsASZ9IDoDg&ved=0CC0Q6AEwAA#v=snippet&q=sacrifice%20&f=false]{{Pranala mati|date=Juni 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> serta menyebutkan beberapa ritus pengurbanan hewan, contohnya mantra dan prosedur pengurbanan kambing putih kepada [[Bayu]],{{sfn|van Bekkum|1997|p=77}} seekor anak lembu kepada [[Saraswati]], seekor sapi bertutul kepada [[Sawitr]], seekor banteng kepada [[Indra]], seekor sapi yang dikebiri kepada [[Baruna]], dan lain-lain.<ref>{{cite web|url= http://books.google.com/books?id=HAHqvUGHO6cC&pg=PA218&lpg=PA218&dq=white+goat+to+vayu&source=bl&ots=FtpFtuappT&sig=rVBpciGqdYb-X9oRzg8NfrgCRh4&hl=en&sa=X&ei=21CfUue_C63lsATwrYCQAQ&ved=0CEEQ6AEwBg#v=onepage&q=animals%20that%20are%20tied%20to%20stakes&f=false |title= The Texts of the White Yajurveda | pages=212-223}}</ref>
Tanggapan yang menentang pelaksanaan kurban datang dari aliran [[Carwaka]] yang menuliskan kritik mereka dalam ''Barhaspatyasutra'' (abad ke-3 SM) sebagai berikut:
Baris 802 ⟶ 814:
Pada masa perkembangan Hinduisme dan Buddhisme di India, para raja Buddhis seperti [[Ashoka]] memengaruhi rakyatnya dengan larangan pelaksanaan kurban.<ref name="griffith"/> Pada masa pemerintahan Ashoka, sebuah titah diberlakukan dan dituliskan pada sebuah batu, dengan kata-kata sebagai berikut:
{{quote|"Ini adalah titah dari orang yang disayangi para dewa, [[Ashoka|Raja Piyadasi]]. Tindak pembunuhan kepada hewan tidak boleh dilakukan untuk seterusnya."<ref name="griffith"/>}}
Dari sini, reaksi sosial berkenaan dengan kitab tata cara pengorbanan (''[[Brahmana (kitab)|Brahmana]]'') dapat ditelusuri.<ref name="griffith"/> Menurut [[Pāṇini|Panini]], ada dua macam ''Brahmana'', yaitu ''Brahmana Lama'' dan ''Brahmana Baru''.<ref name="griffith"/> Dalam Brahmana Lama—seperti ''Aitareya Brahmana'' untuk ''Regweda''—pengorbanan benar-benar dilakukan,
==== Vegetarianisme ====
Baris 815 ⟶ 827:
|edition=
|isbn=1-56639-705-7
}}</ref><ref name=Food_habits_of_a_nation>{{cite news|author = Yadav, Y.|coauthors = Kumar, S|title = The Food Habits of a Nation|url = http://www.hindu.com/2006/08/14/stories/2006081403771200.htm|work = The Hindu|date = 14 Agustus 2006|accessdate = 17 November 2006|archive-date = 2006-10-29|archive-url = https://web.archive.org/web/20061029115715/http://www.hindu.com/2006/08/14/stories/2006081403771200.htm|dead-url = yes}}</ref> Perkiraan jumlah [[lakto-vegetarian]] di [[India]] (mencakup umat seluruh agama di sana) bervariasi antara 20% dan 42%.<!--<ref name = "veg">-->{{efn|Survei mengenai kebiasaan makan di India berdasarkan: [http://www.fao.org/WAIRDOCS/LEAD/X6170E/x6170e09.htm#TopOfPage "pertumbuhan sektor peternakan dan unggas di India"], [http://www.fas.usda.gov/htp/highlights/2001/india.pdf "pola konsumsi masyarakat India"], dan [http://www.ers.usda.gov/amberwaves/February04/Features/ElephantJogs.htm "reformasi pertanian di India"]. Hasil mengindikasikan bahwa orang India jarang memakan daging, dengan persentase kurang dari 30% penduduk mengonsumsi makanan non-vegetarian sesering mungkin, meskipun alasan di balik itu mungkin mengarah ke sikap ekonomis.}}
Dalam agama Hindu, kemurnian makanan bersifat sangat penting karena ada keyakinan bahwa makanan mencerminkan tiga kualitas sifat (''[[triguna]]'') yang umum, yaitu: kesucian (''[[satwam]]''), semangat (''[[rajas]]''), dan kelambanan (''[[tamas]]''). Maka dari itu, aturan makan yang sehat akan menjadi sesuatu yang turut membersihkan hati seseorang.<ref name="Vasudha"/> Berdasarkan alasan tersebut, umat Hindu dianjurkan untuk menghindari atau meminimalkan konsumsi makanan yang tidak meningkatkan kebersihan hati. Beberapa contoh makanan yang dimaksud adalah [[bawang merah]] dan [[bawang putih]], yang diyakini mengandung sifat ''rajas'' (keadaan yang dicirikan oleh sifat suka menentang dan egois), serta [[daging]] (daging dari hewan apa pun), yang diyakini mengandung sifat ''tamas'' (keadaan yang dicirikan oleh kemarahan, kerakusan, dan iri hati).<ref name="Rosen">{{harvnb|Rosen|2006|p=188}}</ref>
[[Vegetarianisme]] dianjurkan oleh sejumlah aliran Hinduisme—meliputi [[Waisnawa]] dan [[Saiwa]]—yang melarang pengorbanan hewan,<ref>{{cite news|url=http://www.hafsite.org/media/pr/nepal-sacrific|title=Religious or Secular: Animal Slaughter a Shame|year=2009|work=The Hindu American foundation|accessdate=30 Juli 2010|archive-date=2013-12-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20131203204356/http://www.hafsite.org/media/pr/nepal-sacrific|
Pada umumnya, umat Hindu yang mengonsumsi daging tidak akan mau memakan [[daging sapi]]. Dalam masyarakat Hindu, sapi dipercaya sebagai pengasuh manusia serta merupakan figur keibuan,{{sfn|Walker|1968|p=257}} dan mereka menghormatinya sebagai lambang kasih tak bersyarat.{{sfn|Richman|1988|p=272}} Maka dari itu, praktik penyembelihan sapi dilarang secara resmi di hampir seluruh negara bagian di India.<ref name=beef_without_borders>{{cite news|first = R.|last = Krishnakumar|title = Beef without borders|url = http://www.hinduonnet.com/fline/fl2018/stories/20030912004703100.htm|work = Frontline|publisher = Narasimhan Ram|date = 30 Agustus–12 September 2003|accessdate = 7 Oktober 2006|archive-date = 2007-06-01|archive-url = https://web.archive.org/web/20070601194713/http://www.hinduonnet.com/fline/fl2018/stories/20030912004703100.htm|dead-url = yes}}</ref>
Pada masa kini, ada banyak kelompok keagamaan Hindu yang menekankan praktik vegetarianisme yang ketat. Salah satu contoh yang terkenal adalah gerakan [[ISKCON]] (''International Society for Krishna Consciousness''), yang mewajibkan pengikutnya untuk tidak hanya pantang makan daging (termasuk [[ikan]] dan [[unggas]]), tetapi juga menghindari sayuran/tumbuhan tertentu yang dianggap dapat memberikan pengaruh negatif, seperti [[bawang merah]], [[bawang putih]],<ref name=Vasudha>{{harvnb|Narayanan|2007}}</ref> dan [[jamur]].<ref>{{cite web|url=http://content.iskcon.org/culture/food/ | title=Culture: Food | publisher=ISKCON}}</ref> Contoh yang kedua adalah gerakan [[Swaminarayan]]. Pengikut gerakan ini juga sangat setia untuk tidak mengkonsumsi daging, telur, dan ikan.{{sfn|Williams|2001|159}}
Baris 833 ⟶ 844:
== Tempat suci ==
{{
Tempat suci atau tempat peribadatan umat Hindu pada umumnya disebut [[kuil]]. Beberapa istilah lokal untuk menyebut tempat suci Hindu meliputi [[candi]], [[pura]], ''[[mandir]]'', ''[[tempat suci Hindu|devasthana]]'', ''[[tempat suci Hindu|ksetram]]'', ''[[tempat suci Hindu|dharmakshetram]]'', ''[[koil]]'', ''[[deula]]'', ''[[wat]]'', ''[[kaharingan|balai basarah]]'', dan ''[[kaharingan|bale keramat]]''. Pembangunan kuil dan tata cara persembahyangan diatur dalam beberapa kitab berbahasa Sanskerta yang disebut [[agama (kitab)|''Agama'']], yang berhubungan dengan dewa-dewi individual. Ada perbedaan substansial dalam [[arsitektur]], adat, [[ritual]], dan tradisi mengenai kuil di berbagai wilayah India.<ref name="The Hindu Temple 1946">{{cite book|last=Kramrisch|first=Stella|authorlink=Stella Kramrisch|title=The Hindu Temple|url=https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.59356|publisher=University of Calcutta|place=Calcutta|year=1946}}</ref>
Umat Hindu dapat menyelenggarakan [[puja]] (persembahyangan atau kebaktian) di rumah atau kuil. Untuk peribadatan di rumah, biasanya umat Hindu membuat kamar suci atau kuil kecil dengan [[ikon]] atau [[altar]] yang didedikasikan bagi dewa atau dewi tertentu (''[[istadewata]]''), misalnya [[Kresna]], [[Ganesa]], [[Durga]], dewa-dewi lokal, atau entitas lainnya yang dihormati (misalnya leluhur atau roh pelindung). Umat Hindu melakukan persembahyangan melalui suatu ''[[murti]]'' atau ''pratima'', dapat berupa [[arca]], [[lingga]], atau sesuatu lainnya—sebagai lambang dari dewa yang dipuja—yang disakralkan/disucikan terlebih dahulu melalui suatu upacara.
Baris 841 ⟶ 852:
Biasanya, bangunan kuil didedikasikan sebagai tempat pemujaan kepada suatu dewa utama beserta dewa-dewi sekunder yang terkait. Adapula bangunan kuil yang didedikasikan untuk beberapa dewa sekaligus. Bagi sebagian besar umat Hindu di India, mengunjungi kuil bukanlah suatu kewajiban,{{sfn|Bhaskarananda|1994|p=157}} dan banyak umat yang mengunjungi kuil hanya pada saat ada perayaan/hari raya. [[Murti]] atau pratima dalam kuil berperan sebagai medium antara umat dan Tuhan.{{sfn|Bhaskarananda|1994|p=137}} Pencitraan murti dianggap sebagai perwakilan atau manifestasi dari Tuhan, sebab umat Hindu meyakini bahwa Tuhan ada di mana-mana. Meskipun demikian, ada golongan umat Hindu yang tidak melakukan persembahyangan dengan murti dalam bentuk apa pun; contoh yang terkemuka adalah aliran [[Arya Samaj]].
<
Berkas:New Delhi Temple.jpg | [[Akshardham (Delhi)|Akshardham]], pemegang [[rekor Guiness]] sebagai kuil Hindu terbesar di dunia,{{sfn|Jha|2007}} terletak di [[New Delhi]], [[India]].
Berkas:Balai Basarah Induk Intan Kaharingan Muara Teweh.JPG | Balai Basarah Induk Intan Kaharingan di [[Muara Teweh]], [[Kalimantan Tengah]].
</gallery>
== Simbolisme ==
Dalam agama Hindu ada aturan tentang simbolisme dan ikonografi untuk ditampilkan dalam karya seni, arsitektur, dan pustaka yang disakralkan. Makna simbol-simbol tersebut dicantumkan dalam kitab suci, mitologi, serta tradisi masyarakat. Suku kata ''[[om]]'' (yang melambangkan ''[[Parabrahman]]'') dan [[Swastika#Hinduisme|swastika]] (yang melambangkan keberuntungan) telah berkembang (dalam sejarahnya) sebagai lambang bagi agama Hindu, sedangkan petanda lainnya seperti ''[[tilaka]]'' memberi ciri mengenai aliran atau kepercayaan yang dianut.{{Sfn| Doniger|1999|p= 1041}}<ref>A David Napier (1987), Masks, Transformation, and Paradox, University of California Press, {{ISBN|978-0520045330}}, hlm. 186-187</ref> Umat Hindu juga menyangkutpautkan beberapa simbol—meliputi bunga [[teratai]] ([[seroja|''padma'']]), ''[[cakra]]'', dan ''[[veena]]''—dengan dewa-dewi tertentu.<ref>TA Gopinath Rao (1998), Elements of Hindu iconography, Motilal Banarsidass, {{ISBN|978-8120808782}}, hlm. 1–8</ref><ref>JN Banerjea, The Development Of Hindu Iconography, Kessinger, {{ISBN|978-1417950089}}, hlm. 247–248, 472–508</ref>▼
<gallery mode="packed" heights="200px" style="text-align:center">
▲Dalam agama Hindu ada aturan tentang simbolisme dan ikonografi untuk ditampilkan dalam karya seni, arsitektur, dan pustaka yang disakralkan. Makna simbol-simbol tersebut dicantumkan dalam kitab suci, mitologi, serta tradisi masyarakat. Suku kata ''[[om]]'' (yang melambangkan ''[[Parabrahman]]'') dan [[Swastika#Hinduisme|swastika]] (yang melambangkan keberuntungan) telah berkembang (dalam sejarahnya) sebagai lambang bagi agama Hindu, sedangkan petanda lainnya seperti ''[[tilaka]]'' memberi ciri mengenai aliran atau kepercayaan yang dianut. Umat Hindu juga menyangkutpautkan beberapa simbol—meliputi bunga [[teratai]] ([[seroja|''padma'']]), ''[[cakra]]'', dan ''[[veena]]''—dengan dewa-dewi tertentu.
▲Berkas:Oum.svg|"[[Om]]" yang ditulis dalam [[aksara Dewanagari]].
Berkas:Hinduswastika.jpg|[[Swastika]] dalam agama Hindu.
Berkas:Trishula.svg|[[Trisula]], lambang Siwa dan pengikutnya.
Berkas:Lotus aum.svg|[[Seroja|''Padma'']] atau [[teratai]], simbol kemurnian dan ketidakterikatan.
Berkas:Konarka.svg|[[Cakra]], simbol [[darma]] yang tak terbatas.
Berkas:Shiv lingam Tripundra.jpg|[[Lingga]], simbol kesuburan.
Berkas:Bhaitika krital cropped.jpg|Seorang bocah Hindu [[Nepal]] dengan ''[[tilaka]]'' di dahinya.
Berkas:Sharon namaste Guzman 280.jpg|[[Mudra|Anjali-mudra]] (persatuan telapak tangan) dalam sikap [[Namaste|namaskara]].
</gallery>
== Keterangan ==▼
{{notelist|2}}▼
== Lihat pula ==
{{wikiportal|Hindu}}
* [[Agama Hindu dan Buddha dari A - Z]]
▲== Keterangan ==
▲{{notelist|2}}
=== Catatan kaki ===
{{reflist|4|style=font-size:90%}}
=== Daftar pustaka ===
{{refbegin|2}}
* {{Citation | last = Agarwal | first=Satya P. | title=The Social Role of the Gītā: How and Why |location=New Delhi |publisher=[[Motilal Banarsidass]] |year=1998| isbn=978-81-208-1524-7 |oclc=68037824 }}
* {{Citation
* {{Citation | last1 =
* {{Citation
* {{Citation| author
* {{Citation | last = Apte | given1=Vaman S. |year=1997 |title=The Student's English-Sanskrit Dictionary |place= Delhi |edition=baru
|publisher=Motilal Banarsidas |isbn=81-208-0300-0}}
* {{Citation
* {{Citation|last=Banerji|given1=S. C.|year=1992|title=Tantra in Bengal|place= Delhi|edition=Second Revised and Enlarged|publisher=Manohar|isbn=81-85425-63-9}}
* {{Citation | last =
* {{Citation | last = Basham | first =Arthur Llewellyn | year =1999 | title =A Cultural History of India | publisher =[[Oxford University Press]] | isbn=0-19-563921-9}}
* {{Citation | last = Beversluis | first =Joel | year =2000 | title =Sourcebook of the World's Religions: An Interfaith Guide to Religion and Spirituality (Sourcebook of the World's Religions, 3rd ed) | publisher =New World Library |location =Novato, Calif | isbn =1-57731-121-3}}
* {{Citation
* {{Citation | last = Bhaskarananda|first=Swami|year=1994|title=The Essentials of Hinduism: a comprehensive overview of the world's oldest religion|place=Seattle, WA|publisher=Viveka Press|isbn=1-884852-02-5}}
* {{Citation | last = Bhattacharya | first =Vidhushekhara | year =1943 | title =Gauḍapādakārikā | place =Delhi | publisher =Motilal Banarsidass}}
* {{Citation | last = Bhattacharyya|first=N.N|year=1999|title=History of the Tantric Religion|place=Delhi|publisher=Manohar publications|edition=Second Revised|isbn=81-7304-025-7}}
* {{Citation
* {{Citation |
* {{Citation | last = Brockington| first = J.L.| title = The Sacred Thread: Hinduism in its Continuity and Diversity| publisher = Edinburgh University Press| year = 1984}}
* {{Citation | last = Brodd | first = Jefferey | title = World Religions | publisher = Saint Mary's Press | year = 2003 | location = Winona, MN | pages = | url = | doi = | id = | isbn = 978-0-88489-725-5 }}
Baris 933 ⟶ 927:
* {{Citation |last = Burley | first =Mikel | year =2007 | title =Classical Samkhya and Yoga: An Indian Metaphysics of Experience | publisher =Taylor & Francis}}
* {{Citation | last = Carmody | first=Denise Lardner | first2=John | last2=Carmody | title=Serene Compassion | publisher=Oxford University Press | year=1996}}
* {{Citation | last1 =
* {{Citation
* {{Citation | last = Chandra | title=Encyclopaedia of Hindu Gods and Goddesses | first=Suresh | year=1998}}
* {{Citation | last = Chidbhavananda|first=Swami|year=1997|title=The Bhagavad Gita|place=|publisher= Sri Ramakrishna Tapovanam|edition=|isbn=}}
Baris 940 ⟶ 934:
* {{Citation | last = Coburn | first=Thomas B. | chapter=‘Scripture’ in India: Towards a Typology of the Word in Hindu Life | work=[[Journal of the American Academy of Religion]] | volume=52 | issue=3 | date=September, 1984 | year=1984}}
* {{Citation | last = Comans | first =Michael | year =2000 | title =The Method of Early Advaita Vedānta: A Study of Gauḍapāda, Śaṅkara, Sureśvara, and Padmapāda | place =Delhi | publisher =Motilal Banarsidass}}
* {{Citation | last1 =
* {{Citation
* {{Citation | last =
* {{Citation
* {{Citation | last1 = Cowell | first1=E.B. | last2=Gough | first2=A.E. | year=1882 | title=Sarva-Darsana Sangraha of Madhava Acharya: Review of Different Systems of Hindu Philosophy | place=New Delhi | publisher=Indian Books Centre/Sri Satguru Publications | isbn=978-81-7030-875-1}}
* {{Citation | last = Crangle | first =Edward Fitzpatrick | year =1994 | title =The Origin and Development of Early Indian Contemplative Practices | publisher =Otto Harrassowitz Verlag}}
* {{Citation| last = Day | first=Terence P | year=1982 |title=The Conception of Punishment in Early Indian Literature | place=Ontario | publisher=Wilfrid Laurier University Press | isbn=0-919812-15-5}}
* {{Citation
* {{Citation | last = de Zwart | title=The Logic of Affirmative Action: Caste, Class and Quotas in India|first=Frank |doi=10.1177/000169930004300304 |journal=Acta Sociologica |date=Juli 2000 |volume=43 |issue=3 |jstor=4201209 | year=2000}}
* {{Citation
* {{Citation | last =
* {{Citation | last =
* {{Citation
* {{citation | last = Duchesne-Guillemin | first =Jacques | title =Heraclitus and Iran | journal =History of Religions | volume =3 | issue =1| year =<!--(Summer,-->1963 | pages=34–49 | doi =10.1086/462470}}
* {{Citation | last = Eliot|first=Sir Charles|authorlink=Charles Eliot (diplomat)|year=2003|title=Hinduism and Buddhism: An Historical Sketch|place=|publisher= Munshiram Manoharlal|edition=Reprint|volume=I|isbn=81-215-1093-7}}
* {{Citation
* {{Citation
* {{Citation | last =
* {{Citation | last = Flood | first =Gavin D. | year =2008 | title =The Blackwell Companion to Hinduism | publisher =John Wiley & Sons}}
* {{Citation | last
* {{Citation | last = Fowler | first=Jeaneane D. | year =1997 |title =Hinduism: Beliefs and Practices | publisher =Sussex Academic Press}}
* {{Citation | last
* {{Citation | last = Fuller |first=C. J. |title=The Camphor Flame: Popular Hinduism and Society in India [Paperback] | edition=revisi | date=26 Juli 2004 | year=2004 | publisher=Princeton University Press | isbn=978-0-691-12048-5 |chapter=IV. Sacrifice}}
* {{Citation
* {{Citation | last = Georg | first = Feuerstein | authorlink = Georg Feuerstein | title = The Yoga Tradition | publisher = Motilal Banarsidass | year = 2002 | isbn = 3-935001-06-1}}
* {{Citation
* {{Citation | last = Garces-Foley|first=Katherine|year=2005|title=Death and religion in a changing world|publisher= M. E. Sharpe}}
* {{Citation | last =
* {{Citation | last1 =Gellman | first1 =Marc | last2 =Hartman | first2 =Thomas | year =2011 | title =Religion For Dummies | publisher =John Wiley & Sons}}
* {{Citation |
* {{Citation
* {{Citation
* {{Citation | last = Gombrich | first =Richard F. | year =1996 | title =Theravada Buddhism. A Social History from Ancient Benares to Modern Colombo | place =London and New York | publisher =Routledge}}
* {{Citation | last =
* {{Citation | last1
* {{Citation | last
* {{Citation|last=Growse|first=Frederic Salmon|authorlink=|year=1996|title=Mathura - A District Memoir|place=|publisher= Asian Educational Services|edition=Reprint|volume=|isbn=}}
* {{Citation
* {{Citation | last =
* {{Citation | last =
* {{Citation | last = Harold | first=Smith | title=Outline of Hinduism |date=1 Januari 2007 | publisher=Read Books | isbn=1-4067-8944-5 | year=2007}}
* {{Citation | last = Harshananda |first=Swami |year=1989 |chapter=A Bird's Eye View of the Vedas |title=Holy Scriptures: A Symposium on the Great Scriptures of the World |place=Mylapore |publisher= Sri Ramakrishna Math |edition=ke-2 |isbn=81-7120-121-0}}
* {{Citation | last = Harvey |first=Andrew |title=Teachings of the Hindu Mystics |publisher=Shambhala |location=Boulder |year=2001 |pages=<!--xiii--> |isbn=1-57062-449-6 |nopp=true}}
* {{Citation
* {{Citation | last =
* {{Citation | last =
* {{Citation | last = Hoiberg|first=Dale|year=2001|title=Students' Britannica India|place=|publisher= Popular Prakashan|edition=|isbn=0-85229-760-2}}
* {{Citation | last = Holt | first=John | title=The Buddhist Visnu |publisher=Columbia University Press |year=2004}}
* {{Citation | last1 =
* {{Citation | last =
* {{Citation
* {{Citation | last = Inden | first =Ronald | year =1998 | title =Ritual, Authority, And Cycle Time in Hindu Kingship. In: JF Richards, ed., "Kingship and Authority in South Asia" | place =New Delhi | publisher =Oxford University Press}}
* {{Citation | last = Inden | first =Ronald B. | year =2000 | title =Imagining India | publisher =C. Hurst & Co. Publishers}}
* {{Citation | last
* {{Citation | last = Johnson |first = W.J. |title = A Dictionary of Hinduism | publisher = Oxford University Press | year = 2009 | ISBN = 978-0-19-861025-0 }}
* {{Citation | last1 =Jones | first1 =Constance | last2 =Ryan | first2 =James D. | year =2006 | title =Encyclopedia of Hinduism | publisher =Infobase Publishing | url =http://books.google.nl/books?id=OgMmceadQ3gC&pg=PR17&dq=hinduism+neolithic&hl=nl&sa=X&ei=AfRbUvW5Msqb0AWXx4DYBw&ved=0CD0Q6AEwAQ#v=onepage&q=hinduism%20neolithic&f=false }}
* {{Citation | last =
* {{Citation | last = Kamphorst |first=Janet | title=In Praise of Death: History and Poetry in Medieval Marwar (South Asia)| date=5 Juni 2008 | publisher=Leiden University Press | isbn=90-8728-044-0 | chapter=9}}
* {{Citation |
* {{Citation | last = Khanna | first =Meenakshi | year =2007 | title =Cultural History Of Medieval India | publisher =Berghahn Books}}
* {{Citation | last1 = King | first1=Anna | first2=John | last2=Brockington | title=The Intimate Other: Love Divine in Indic Religions | publisher=Orient Longman | year=2005}}
Baris 1.004 ⟶ 998:
* {{Citation | last = King | first= Richard | year =1999-B | title =Orientalism and the Modern Myth of "Hinduism" | journal =NUMEN, Vol. 46, pp 146-185 | publisher =BRILL}}
* {{Citation | last = King | first =Richard | year =2002 | title =Orientalism and Religion: Post-Colonial Theory, India and "The Mystic East" | publisher =Routledge}}
* {{Citation
* {{Citation | last = Klostermaier | first =Klaus K. | year =1994 | title =A Survey of Hinduism: Second Edition | publisher =SUNY Press}}
* {{Citation | last =
* {{Citation | last =
* {{Citation| last = Koller | first = John M. | chapter= Puruṣārtha as Human Aims | title=JSTOR: Philosophy East and West | volume=18 | issue=4 | date=Oktober 1968 | year=1968 | journal=Philosophy East and West}}
* {{Citation | last1 = Koller | first1 =John M. |title=JSTOR: Philosophy East and West | volume=34 | date=April, 1984 | publisher =www.jstor.org | jstor =1398925 | issue=2 | journal=Philosophy East and West | year=1984}}
* {{Citation | last
* {{Citation | last
* {{Citation | last1 =
* {{Citation | last1 = Kulke | first1 =Hermann | last2 =Rothermund | first2 =Dietmar | year =2004 | title =A History of India | publisher =Routledge}}
* {{Citation | last =
* {{Citation | last = Kuruvachira|first=Jose|year=2006|title=Hindu nationalists of modern India|place=|publisher= Rawat publications|edition=|isbn=81-7033-995-2}}
* {{Citation | last = Laderman | first =Gary | year =2003 | title =Religion and American Cultures: An Encyclopedia of Traditions, Diversity, and Popular Expressions | publisher =ABC-CLIO | isbn =1-57607-238-X}}
* {{Citation
* {{Citation | last =
* {{Citation | last =
* {{Citation | last = Lata | first = Prem | title = Swami Dayānanda Sarasvatī | publisher = Sumit Publications | year = 1990 | isbn = 81-7000-114-5}}
* {{Citation | last = Leaman | first=Oliver | title=Key Concepts in Eastern Philosophy | publisher = Routledge | year=1999}}
* {{Citation | last =
* {{Citation | last =
* {{citation | last = Luzzi | first=Ferro |year=1991 |chapter=The Polythetic-Prototype Approach to Hinduism | editor=G.D. Sontheimer dan H. Kulke (ed.) | title=Hinduism Reconsidered | place=Delhi |publisher=Manohar}}
* {{Citation | last1 = Macy |first1=Joanna |year=1975 |title=The Dialectics of Desire |journal=Numen |volume=22 |issue=2 <!--|pages=145–60--> |publisher=BRILL |jstor=3269765}}
Baris 1.029 ⟶ 1.023:
* {{Citation | last = Matilal | first=B. K. | title=Perception. An Essay on Classical Indian Theories of Knowledge | publisher=Oxford University Press | year=1986}}
* {{Citation | last = McDaniel |first=J. | chapter=Hinduism | editor-first=John |editor-last=Corrigan |title=The Oxford Handbook of Religion and Emotion | year=2007 |publisher=Oxford University Press | isbn=0-19-517021-0}}
* {{Citation | last
* {{Citation | last = McMahan | first =David L. | author-link = | year =2008 | title =The Making of Buddhist Modernism | place = | publisher =Oxford University Press | ISBN =9780195183276}}
* {{Citation | last = McRae |first=John |year=1991|title=Oriental Verities on the American Frontier: The 1893 World's Parliament of Religions and the Thought of Masao Abe|journal=Buddhist-Christian Studies|publisher=University of Hawai'i Press| volume=11| doi=10.2307/1390252| postscript=.|jstor=1390252}}
* {{Citation | last = McRae | first =John | author-link = | year =2003 | title =Seeing Through Zen. Encounter, Transformation, and Genealogy in Chinese Chan Buddhism | place = | publisher =The University Press Group Ltd | ISBN =9780520237988}}
* {{Citation
* {{Citation | last = Merriam-Webster | year =2000 | title = Merriam-Webster's Collegiate Encyclopedia| publisher = Merriam-Webster}}
* {{Citation | last = Michaels | first =Axel | year =2004 | title =Hinduism. Past and present | place =Princeton, New Jersey | publisher =Princeton University Press}}
* {{Citation | last =
* {{Citation | last = Misra | first =Amalendu | year =2004 | title =Identity and Religion: Foundations of Anti-Islamism in India | publisher =SAGE}}
* {{Citation
* {{Citation | last = Morgan|given1=Kenneth W.|surname2=Sarma|given2=D. S.|year=1953|title=The Religion of the Hindus|publisher=Ronald Press}}
* {{Citation | last = Muesse | first = Mark William | year = 2003 | title = Great World Religions: Hinduism | url = http://www.docshut.com/rquv/lectures-on-great-world-religions-hinduism.html }}
* {{Citation
* {{Citation | last1 =
* {{Citation
* {{Citation | last = Naidoo | first = Thillayvel | title = The Arya Samaj Movement in South Africa | publisher = [[Motilal Banarsidass]] | year = 1982 | isbn = 81-208-0769-3}}
* {{Citation | last = Nakamura | first =Hajime | year =2004 | title =A History of Early Vedanta Philosophy. Part Two | place =Delhi | publisher =Motilal Banarsidass Publishers Private Limited}}
* {{Citation | last = Narayanan | first=Vasudha | chapter=The Hindu Tradition | title=A Concise Introduction to World Religions | editor=Willard G. Oxtoby dan Alan F. Segal | place=New York | publisher=Oxford University Press | year=2007}}
* {{Citation | last =
* {{Citation
* {{Citation | last = Nath | first =Vijay | year =2001 | title =From 'Brahmanism' to 'Hinduism': Negotiating the Myth of the Great Tradition | journal=Social Scientist 2001<!--, pp. 19-50-->}}
* {{Citation
* {{Citation |
* {{Citation | last = Nicholson | first =Andrew J. | year =2010 | title =Unifying Hinduism: Philosophy and Identity in Indian Intellectual History | publisher =Columbia University Press}}
* {{Citation | last = Nikhilananda | first =Swami | authorlink=Swami Nikhilananda|year=1990|title=The Upanishads: Katha, Iśa, Kena, and Mundaka|place=New York|publisher= Ramakrishna-Vivekananda Centre|volume=I|edition=5th|isbn=0-911206-15-9}}
Baris 1.058 ⟶ 1.051:
* {{citation | last = O'Conell |title=The Word 'Hindu' in Gauḍīya Vaiṣṇava Texts| first=Joseph T.| journal= Journal of the American Oriental Society| volume= 93| number =3 | year =1973 <!--| pages=340–344-->}}
* {{Citation | last = Oberlies |first=T.|year=1998|title=Die Religion des Rgveda|place=Vienna|publisher= Institut für Indologie der Universität Wien|isbn=3-900271-32-1}}
* {{Citation
* {{Citation | last = Osborne |first=E|authorlink=|year=2005|title=Accessing R.E. Founders & Leaders, Buddhism, Hinduism and Sikhism Teacher's Book Mainstream|place=|publisher= Folens Limited|volume=|edition=|isbn=}}
* {{Citation
* {{Citation | last = Phillips | first=Stephen H. | title=Classical Indian Metaphysics: Refutations of Realism and the Emergence of "New Logic" | publisher=Open Court Publishing | year=1995}}
* {{Citation | last = Platts |first = John Thompson |title = A Dictionary of Urdu, Classical Hindī, and English| publisher = W.H. Allen & Co., Oxford University | year=1884}}
* {{Citation
* {{Citation
* {{Citation | last = Radhakrishnan |first=Sarvepalli |authorlink=Sarvepalli Radhakrishnan |title=Indian Philosophy | volume = 1 |edition=2 |series=Muirhead library of philosophy |date= |year=1929 |publisher= George Allen and Unwin Ltd. |location=London}}
* {{Citation | last = Radhakrishnan |given1=Sarvepalli |surname2=Moore|given2= CA|authorlink=Sarvepalli Radhakrishnan|year=1967|title=A sourcebook in Indian Philosophy|publisher=Princeton University Press|isbn=0-691-01958-4}}
* {{Citation
* {{Citation | last = Radhakrishnan |first=Sarvepalli (Trans.) |year=1995|title=Bhagavad Gita|place= |publisher= [[Harper Collins]]|volume=|edition=|isbn=1-85538-457-4}}
* {{Citation | last = Radhakrishnan |first=Sarvepalli | year=1996|title=Indian Philosophy|place= |publisher=Oxford University Press |volume=1|edition=|isbn=0-19-563820-4}}
* {{Citation
* {{Citation | last = Raju | first =P.T. | year =1992 | title =The Philosophical Traditions of India | place =Delhi | publisher =Motilal Banarsidass Publishers Private Limited}}
* {{Citation | last = Ram-Prasad | first=C| title=The Blackwell Companion to Hinduism| year=2003| publisher=[[Blackwell Publishing]]| isbn=0-631-21535-2|editor-link=Gavin Flood|editor=Flood, Gavin|chapter=Contemporary political Hinduism}}
* {{Citation | last = Ramaswamy | first =Sumathi | year =1997 | title =Passions of the Tongue: Language Devotion in Tamil India, 1891-1970 | publisher =University of California Press}}
* {{Citation | last
* {{Citation | last = Ramstedt |first=Martin|authorlink=|year=2004|title=Hinduism in Modern Indonesia: A Minority Religion Between Local, National, and Global Interests|place=New York|publisher= Routledge}}
* {{Citation | last = Rawat |first=Ajay S.|authorlink=|year=1993|title=StudentMan and Forests: The Khatta and Gujjar Settlements of Sub-Himalayan Tarai|place=|publisher= Indus Publishing}}
* {{Citation | last =
* {{Citation | last = Renard | first =Philip | year =2010 | title =Non-Dualisme. De directe bevrijdingsweg | place =Cothen | publisher =Uitgeverij Juwelenschip}}
* {{Citation | last = Richman |given1=Paula|year=1988|title=Women, branch stories, and religious rhetoric in a Tamil Buddhist text
Baris 1.083 ⟶ 1.076:
* {{Citation | last = Rinehart | first =Robin | year =2004 | title =Contemporary Hinduism: Ritual, Culture, and Practice | publisher =ABC-CLIO}}
* {{Citation | last = Rodrigues | first =Hillary | year =2006 | title =Hinduism: the Ebook | publisher =JBE Online Books}}
* {{Citation
* {{Citation | last = Rosen | first=Steven | title=Essential Hinduism | edition=ke-1 | place=Westport | publisher=Praeger Publishers | year=2006}}
* {{Citation | last = Samuel | first =Geoffrey | year =2010 | title =The Origins of Yoga and Tantra. Indic Religions to the Thirteenth Century | publisher =Cambridge University Press}}
Baris 1.093 ⟶ 1.086:
* {{Citation | last = Silverberg |doi=10.1086/224812|first=James|authorlink=|year=1969|title=Social Mobility in the Caste System in India: An Interdisciplinary Symposium| periodical=The American Journal of Sociology| volume=75| issue=3 <!--|pages=442–443-->}}
* {{Citation | last = Sinha | first=H.P. | year=1993 | title=Bhāratīya Darshan kī rūprekhā | trans_title=Features of Indian Philosophy | publisher=Motilal Banarasidas Publishing | isbn=81-208-2144-0}}
* {{Citation | last =
* {{Citation | last =
* {{Citation | last =Sharf | first =Robert H. | year =2000 | title =The Rhetoric of Experience and the Study of Religion. In: Journal of Consciousness Studies, 7, No. 11-12, 2000, pp. 267-87 | url =http://buddhiststudies.berkeley.edu/people/faculty/sharf/documents/Sharf1998,%20Religious%20Experience.pdf | accessdate =2014-03-07 | archive-date =2013-05-13 | archive-url =https://web.archive.org/web/20130513104227/http://buddhiststudies.berkeley.edu/people/faculty/sharf/documents/Sharf1998,%20Religious%20Experience.pdf | dead-url =yes }}
* {{Citation | last = Sharma |first=Peri Sarveswara |year=1980 | title=Anthology of Kumārilabhaṭṭa's Works | place=Delhi | publisher=Motilal Banarsidass}}
* {{Citation
* {{Citation | last =
* {{Citation | last
* {{Citation | last =
* {{Citation | last =
* {{Citation | last = Smart | first =Ninian | year =2003 | title =Godsdiensten van de wereld (The World's religions) | place =Kampen | publisher =Uitgeverij Kok}}
* {{Citation|editor1-last=Smelser|editor1-first=N.|editor2-last=Lipset|editor2-first=S.|title=Social Structure and Mobility in Economic Development|publisher=Aldine Transaction|year=2005|isbn=0-202-30799-9}}
* {{Citation | last =
* {{Citation | last = Smith|first=Huston| authorlink=Huston Smith |year=1991|title=The World's Religions: Our Great Wisdom Traditions
|place=San Francisco|publisher= HarperSanFrancisco|volume=|edition=|isbn=0-06-250799-0}}
* {{Citation | last = Smith| title=The Illustrated World's Religions| first=Huston| year=1994| publisher=HarperCollins| location=New York, USA| chapter=Hinduism: The Stations of Life|isbn=0-06-067440-7}}
* {{Citation | last1 = Smith |first1=David Whitten| last2=Burr |first2=Elizabeth Geraldine |title=Understanding World Religions: A Road Map for Justice and Peace | date=28 Desember 2007 | year=2007 | publisher=Rowman & Littlefield | isbn=0-7425-5055-9 | chapter=One}}
* {{Citation | last
* {{Citation
* {{Citation | last =
* {{Citation | last = Stevens | first =Anthony | year =2001 | title=Ariadne's Clue: A Guide to the Symbols of Humankind | publisher =Princeton University Press}}
* {{Citation | last =
* {{Citation | last = Taimni |first=I. K. |authorlink=I. K. Taimni |coauthors=|title=The Science of Yoga |year=1961 |publisher=The Theosophical Publishing House |location=Adyar, India |isbn=81-7059-212-7}}
* {{Citation | last
* {{Citation | last = Thapar |first=Romula |year=1993 |title=Interpreting Early India |place=Delhi |publisher=Oxford University Press}}
* {{Citation | last =
* {{Citation | last1
* {{Citation | last = Tiwari | first =Shiv Kumar | year =2002 | title =Tribal Roots Of Hinduism | publisher =Sarup & Sons}}
* {{Citation | last1 = Toropov | first1 =Brandon | last2 =Buckles | first2 =Luke | year =2011 | title=The Complete Idiot's Guide to World Religions|publisher=Penguin}}
* {{Citation | last =
* {{Citation | last = Turner | first =Jeffrey S.| year =1996b | title =Encyclopedia of relationships across the lifespan | publisher =Greenwood Press}}
* {{Citation |
* {{Citation|last=Vasu|first=Srisa Chandra|authorlink=|year=1919|title=The Catechism Of Hindu Dharma|place=New York|publisher= Kessinger Publishing, LLC}}
* {{Citation | last= Vivekananda|first=Swami|authorlink=Swami Vivekananda|year=1987|title=Complete Works of Swami Vivekananda
Baris 1.130 ⟶ 1.123:
* {{Citation | last = Werbner | first=P. | year = 2003 | title = Multiculturalism and Minority Religions in Britain: Krishna Consciousness, Religious Freedom and the Politics of Location | first2=Malory | last2=Nye | place=Richmond | publisher=Curzon Press | year=2003 | isbn=0-7007-1392-1 | journal = Social Anthropology | volume = 10 | issue = 03 | doi = 10.1017/S0964028202210253}}
* {{Citation | last =White | first =David Gordon | year =2000 | title =Introduction. In: David Gordon White (ed.), "Tantra in Practice" | publisher =Princeton University Press}}
* {{Citation | last =White | first =David Gordon | year =2006 | title =Kiss of the Yogini: "Tantric Sex" in its South Asian Contexts | publisher =University of Chicago Press | url =http://books.google.nl/books?id=5RwARVMg2_4C&dq=Kiss+of+the+Yogin&hl=nl&source=gbs_navlinks_s }}
* {{Citation | last
* {{Citation | last =
* {{Citation |
* {{Citation
* {{Citation | last = Zimmer | first =Heinrich | year =1951 | title =Philosophies of India | publisher =Princeton University Press}}
{{refend}}
Baris 1.144 ⟶ 1.137:
* {{en}} [https://www.britannica.com/topic/Hinduism "Hinduism"]. ''[[Encyclopædia Britannica]]'' Online.
* {{en}} [http://www.iep.utm.edu/hindu-ph/ Hindu Philosophy and Hinduism], IEP, Shyam Ranganathan, York University.
* {{en}} [http://www.dlshq.org/download/hinduismbk.pdf All About Hinduism by Swami Sivananda (pdf)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20191222000944/http://www.dlshq.org/download/hinduismbk.pdf |date=2019-12-22 }}, The Divine Life Society.
* {{en}} [http://www.hinduismtoday.com/modules/wfchannel/index.php?wfc_cid=21 What is Hinduism?] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210418012219/https://www.hinduismtoday.com/modules/wfchannel/index.php?wfc_cid=21 |date=2021-04-18 }}, editor majalah ''Hinduism Today''.
* {{en}} [http://www.pluralism.org/religion/hinduism/bibliography Hinduism outside India] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150420084630/http://pluralism.org/religion/hinduism/bibliography |date=2015-04-20 }}, A Bibliography, Harvard University (The Pluralism Project).
* {{en}} [https://hal.archives-ouvertes.fr/halshs-00196705/ What's in a Name? Agama Hindu Bali in the Making] Michel Picard, Le CNRS (Paris, France)
* {{en}} [http://www.ochs.org.uk/ The Oxford Center for Hindu Studies], University of Oxford
* {{en}} [http://jhs.oxfordjournals.org/content/current Latest issue of The Journal of Hindu Studies], Oxford University Press
Baris 1.162 ⟶ 1.154:
{{Gerakan reformasi Hindu}}
{{Mahatma Gandhi}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Kepercayaan]]
|