Epistemologi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20240909)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(67 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Filsafat}}'''Epistemologi''' ([[kata serapan dalam bahasa Indonesia|serapan]] dari {{lang-nl|epistemologie}}) adalah cabang dari filsafat yang berkaitan dengan hakikat atau teori pengetahuan. Dalam bidang filsafat, epistemologi meliputi pembahasan tentang asal mula, sumber, ruang lingkup, nilai validitas, dan kebenaran dari pengetahuan. Epistemologi mempelajari tentang hakikat dari pengetahuan, justifikasi, dan rasionalitas keyakinan.<ref>{{cite book|last=Priatna|first=Tedi|date=2020|url=http://digilib.uinsgd.ac.id/30435/1/Tedi_FilsafatImuPendidikan2020.pdf|title=Filsafat Ilmu Untuk Pendidikan|place=[[Bandung]], [[Jawa Barat]]|publisher=Trussmedia Grafika|isbn=978-602-6266-00-2|edition=|pages=16|language=|coauthors=}}</ref> Epistemologi menjadi banyak diperbincangkan dalam berbagai bidang, epistemologi dipusatkan menjadi empat bidang yakni 1) Analisis filsafat yang terkait hakikat dari pengetahuan dan bagaimana hal ini memiliki keterkaitan dengan konsepsi seperti [[kebenaran]], [[Keyakinan dan kepercayaan|keyakinan]], dan justifikasi, 2) Berbagai masalah [[skeptisisme]], 3) Sumber-sumber dan ruang lingkup pengetahuan dan justifikasi atas keyakinan, dan 4) Kriteria bagi pengetahuan dan justifikasi.<ref name=":0">{{cite book|last=Abdurrahman|first=Misno|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Falsafah_Ekonomi_Syariah_Bintang_Pustaka/xBocEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Epistemologi&pg=PA42&printsec=frontcover|title=Falsafah Ekonomi Syariah|place=[[Yogyakarta]]|publisher=Bidang Pustaka Madani|isbn=978-623-6786-26-0|pages=42|language=id|coauthors=}}</ref>
'''Epistemologi''' ({{IPAc-en}}; {{Etimologi|Yunani|''[[wikt:ἐπιστήμη|ἐπιστήμη]]'', epistēmē|pengetahuan|5=''[[wikt:λόγος|λόγος]]'', [[logos]]|6=diskursus}}) adalah cabang dari [[filsafat]] yang berkaitan dengan teori [[pengetahuan]].<ref>{{Cite book|url=http://machaut.uchicago.edu/?resource=Webster%27s&word=epistemology&use1913=on|title=Webster's Revised Unabridged Dictionary|publisher=[[G & C. Merriam Co.]]|year=1913|editor-last=Porter|editor-first=Noah|editor-link=Noah Porter|page=501|chapter=Epistemology|quote=E*pis`te*mol"o*gy (?), n. [Gr. knowledge + -logy.] The theory or science of the method or grounds of knowledge.|access-date=29 January 2014|archive-url=https://web.archive.org/web/20131015165808/http://machaut.uchicago.edu/?resource=Webster%27s&word=epistemology&use1913=on|archive-date=15 October 2013|dead-url=yes}}</ref>
 
Epistemologi mempelajari tentang hakikat dari pengetahuan, justifikasi, dan rasionalitas keyakinan. Banyak perdebatan dalam epistemologi berpusat pada empat bidang: (1) analisis filsafat terkait hakikat dari pengetahuan dan bagaimana hal ini berkaitan dengan konsep-konsep seperti [[kebenaran]], [[Keyakinan dan kepercayaan|keyakinan]], dan justifikasi,<ref name="Stanford Philosophy-Epistemology">{{Cite web|url=http://plato.stanford.edu/archives/spr2014/entries/epistemology|title=Epistemology|last=Steup|first=Matthias|authorlink=Matthias Steup|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.|editor-link=Edward N. Zalta|website=Stanford Encyclopedia of Philosophy|edition=Spring 2014}}</ref><ref>{{Cite book|title=Encyclopedia of Philosophy|date=1967|publisher=Macmillan|editor-last=Borchert|editor-first=Donald M.|editor-link=Donald M. Borchert|volume=3|chapter=Epistemology}}</ref> (2) berbagai masalah [[skeptisisme]], (3) sumber-sumber dan ruang lingkup pengetahuan dan justifikasi atas keyakinan, dan (4) kriteria bagi pengetahuan dan justifikasi. Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan seperti, "Apa yang membuat kebenaran yang terjustifikasi dapat dijustifikasi?",<ref>{{Cite book|url=https://plato.stanford.edu/archives/fall2017/entries/epistemology/|title=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|last=Steup|first=Matthias|date=8 September 2017|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.}}</ref> "Apa artinya apabila mengatakan bahwa seseorang mengetahui sesuatu?",<ref>{{Cite web|url=http://www2.phy.ilstu.edu/pte/publications/scientific_epistemology.pdf|title=Scientific epistemology: How scientists know what they know|last=Carl J. Wenning|access-date=2017-09-28|archive-date=2010-06-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20100623183504/http://www2.phy.ilstu.edu/pte/publications/scientific_epistemology.pdf|dead-url=yes}}</ref> dan pertanyaan yang mendasar, "Bagaimana kita tahu bahwa kita tahu?".<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|url=http://www.ethicsdefined.org/what-is-ethics/the-epistemology-of-ethics/|title=The Epistemology of Ethics|date=1 September 2011}}</ref>
 
Istilah 'Epistemologi' pertamadiperkenalkan kalidi digunakanbidang filosofis oleh filsuf Skotlandia James Frederick Ferrier pada tahun 1854.<ref name=":3">{{EfnCite web|J.title=James F.Frederick Ferrier (1854) ''Institutes of Metaphysic: TheScottish Theory of Knowing and Being'', pphilosopher|url=https://www.&nbsp;46britannica.<ref>com/topic/philosophy|website=britannica.com|publisher=Encyclopædia Britannica Online, 2007Daring|access-date=2021-12-30}}</ref>}} Namun, menurut Brett Warren, [[James I dari Inggris|Raja James VI dari Skotlandia]] sebelumnya telah mempergunakan konsep filosofis ini dan menggunakannya sebagai personifikasi, dengan istilah '''Epistemon''', pada tahun 1591.<ref name="auto">{{Cite book|title=The Annotated Daemonologie. A Critical Edition. In Modern English. 2016|year=2016|url=https://archive.org/details/daemonologieanno0000unse|last=King James|last2=Warren|first2=Brett|isbn=1-5329-6891-4|page=x-xi}}</ref>
 
== Epistemon ==
Dalam suatu perdebatan filosofis, [[James I dari Inggris|Raja James VI dari Skotlandia]] menulis karakter ''Epistemon'' sebagai personifikasi dari sebuah konsep filosofis untuk menanggapi suatu debat dengan argumen apakah persepsi-persepsi yang dikembangkan oleh agama kuno persepsi yang dilakukan oleh para penyihir semestinya dihukum di tengah keberadaan masyarakat [[Kristen]]. Argumen King James menampilkan bahwa melalui karakter Epistemon, yang mendasarkan argumennya pada ide-ide [[teologis]] terkait penalaran dan kepercayaan yang berkembang di tengah masyarakat, sementara itu lawannya ''Philomathes'' mengambil sikap filosofis pada aspek hukum di dalam masyarakat, tetapi berusaha untuk memperoleh pengetahuan yang lebih besar dari Epistemon, istilah Yunani untuk ''ilmuwan''. Pendekatan filosofis ini menandakan Philomath yang mencari pengetahuan yang lebih besar melalui ''epistemologi'' dengan menggunakan teologi. Dialog ini digunakan oleh Raja James untuk mendidik masyarakat tentang berbagai konsep, termasuk konsep sejarah dan etimologi dari subjek yang diperdebatkan.
 
== Epistemologi ==
Secara etimologis, kata ini berasal dari bahasa Yunani klasik ''epistēmē'' yang berarti [[pengetahuan]] (''knowledge'') dan ''logos'' yang berarti penjelasan atau [[ilmu]]. Jadi epistemologi adalah "''the theory of knowledge''"<ref>{{cite book|last=Rohman|first=Arif|last2=Rukiyati|first2=|last3=Purwastuti|first3=Andriani|date=2014|url=http://staffnew.uny.ac.id/upload/131655988/pendidikan/Epistemologi%20dan%20Logika_Filsafat%20untuk%20Pengembangan%20Pendidikan%20(2014).pdf|title=Epistemologi dan Logika: Filsafat untuk Pengembangan Pendidikan|place=[[Sleman]], [[Yogyakarta]]|publisher=Aswaja Pressindo|isbn=978-602-18653-6-1|edition=|pages=13|language=|url-status=live|coauthors=}}</ref> atau teori pengetahuan. Penggunaan secara istilah, epistemologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mengkaji dan membahas mengenai hakikat ilmu atau ilmu tentang pengetahuan (pengetahuan ilmiah).<ref>{{cite book|last=Suaedi|first=|date=2019|url=http://uncp.ac.id/content/uploads/files/buku-rektor/Binder-Filsafat-Ilmu.pdf|title=Pengantar Filsafat Ilmu|place=[[Bogor]]|publisher=IPB Press|isbn=978-979-493-888-1|pages=46|language=id|coauthors=}}</ref> Istilah secara terminologis, kata epistemologi dalam [[bahasa Inggris]]: "''epistemology''" yang merupakan bagian filsafat yang berhubungan dengan pengetahuan.<ref>{{Cite web|title=epistemology|url=https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/english/epistemology|website=oxfordlearnersdictionaries.com|publisher=Oxford English Dictionary Daring|language=en|access-date=2021-12-29}}</ref> Epistemologi dalam kamus Webster New International Dictionary daring, ''epistemology'' didefinisikan sebagai studi atau teori mengenai sifat dan dasar pengetahuan terutama dengan mengacu pada batas dan validitasnya.<ref>{{Cite web|title=epistemology|url=https://www.merriam-webster.com/dictionary/epistemology|website=merriam-webster.com|publisher=Webster New International Dictionary Daring|access-date=2021-12-29}}</ref> Sedangkan, secara istilah terminologis bahasa Indonesia, kata epistemologi dalam [[Kamus Besar Bahasa Indonesia]] (KBBI) daring didefinisikan sebagai cabang ilmu filsafat tentang dasar dan batas pengetahuan.<ref>{{Cite web|title=epistemologi|url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/epistemologi|website=kbbi.kemdikbud.go.id|publisher=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa|access-date=2021-12-29}}</ref> Jadi, dapat disimpulkan bahwa epistemologi merupakan bagian atau cabang filsafat yang memperlajari dan membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batasan, sifat, metode, dan kebenaran pengetahuan.<ref>{{Cite book|last=Muliadi|date=2020|url=https://digilib.uinsgd.ac.id/32966/1/BUKU%20DARAS%20FISAFAT%20UMUM-Lengkap.pdf|title=Filsafat Umum|location=Bandung|publisher=Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung|isbn=978-623-7166-42-9|editor-last=Busro|pages=17|url-status=live}}</ref>
Kata ''epistemologi'' berasal dari bahasa Yunani klasik ''epistēmē'' yang berarti "pengetahuan" dan akhiran ''-logi'', yang berarti "[[Diskursus|wacana]]" (berasal dari kata yunani ''logos'' yang berarti "wacana"). J. F. Ferrier menciptakan ''epistemologi'' dalam model '[[ontologi]]', untuk menetapkan bahwa epistemologi merupakan cabang filsafat yang bertujuan untuk menemukan makna dari pengetahuan, dan menyebutnya 'awal yang sesungguhnya' dari filsafat. Kata ini setara dengan konsep ''Wissenschaftslehre'', yang digunakan oleh filsuf jerman [[Johann Gottlieb Fichte|Johann Fichte]] dan [[Bernard Bolzano]] untuk proyek-proyek yang berbeda sebelum digunakan kembali oleh [[Edmund Husserl|Husserl]]. Para filusuf Prancis kemudian memberi istilah ''épistémologie'' makna yang sempit sebagai 'teori pengetahuan ''[théorie de la connaissance]''.' di antaranya, Émile Meyerson yang membuka karyanya ''Identitas dan Realitas'', yang ditulis pada tahun 1908, dengan catatan bahwa kata 'kemenjadian' setara dengan 'filsafat ilmu pengetahuan'.<ref name="Epistemology">{{Cite journal|last=Suchting|first=Wal|title=Epistemology|location=Academic Search Premier|pages=331–345}}</ref>
 
Secara harfiah, dalam ungkapan Prancis "''doctrine de la Science''" atau doktrin sains, yang kemunculannya istilah katanya diikuti dalam bahasa Jerman: "''Wissenschaftslehre''" yang artinya "pengajaran sains". Pada periode Jena (1794-1799), Istilah inilah yang digunakan oleh tokoh pemikir yang bernama [[Johann Gottlieb Fichte|Johann Fichte]] dan [[Bernard Bolzano]] untuk berbagai proyeknya. Fichte menggunakan istilah "''Wissenschaftslehre''" sebagai suatu tindakan bebas dalam memposisikan diri, menetapkan, dan primordial sebagai suatu kondisi dari semua pengetahuan dan pengalaman. Penggunaan istilah pada praktik subjektif yang secara eksklusif menjadi langkah awal dari setiap teori sains.<ref>{{Cite journal|last=James, David; Zoller, Gunter|date=2016|title=Fichte’s Later Presentations of the Wissenschaftslehre|url=http://80.82.78.35/get.php?md5=58a66e62ae372b70563113c169e3d990&key=EOESFT2OJ5SDGEV5&doi=10.1017/9781139027557.007|journal=The Cambridge Companion|language=en|volume=10|issue=5|pages=139—167|doi=10.1017/9781139027557.007|id=63610360}}</ref> Gagasan Bolzano (1837) membahas "''Wissenschaftslehre''" dengan kemiripan gagasan oleh Fichte, yang dalam hal itu mengunggulkan sains sebagai sesuatu yang mendahului dan lebih unggul dari filsafat. Itu sangat berbeda, bagaimanapun, dalam hal itu menghilangkan gagasan tentang pemosisian diri saya yang mendukung kecenderungan total ke arah 'aritmetisasi' bidang sains itu sendiri.<ref>{{cite book|last=Hailperin|first=Theodore|date=1996|url=https://books.google.co.id/books?id=Iu8pSmBMg_oC&pg=PA84&lpg=PA84&dq=Bolzano+Wissenschaftslehre&source=bl&ots=x_hCTPw6ia&sig=ACfU3U3SPSFGu6-5FbJVJRwToSoitlrIVA&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjv95PxwIv1AhV54XMBHQ6PDYYQ6AF6BAgCEAM#v=onepage&q&f=true|title=Sentential Probability Logic: Origins, Development, Current Status, and Technical Applications|place=[[Betlehem]]|publisher=Lehigh University Press|isbn=9780934223454|pages=84-85|language=id|coauthors=}}</ref> Kemudian kata "epistemologi " pertama kali muncul pada tahun 1847, dalam ulasan di New York's ''Eclectic Magazine''. Ini pertama kali digunakan sebagai terjemahan dari kata ''Wissenschaftslehre'' seperti yang muncul dalam novel filosofis oleh penulis Jerman [[Jean Paul]].
 
James Frederick Ferrier merupakan seorang filsuf [[Skotlandia]]. Ferrier membahas epistemologi pertama kali dalam aliran filosofis Anglophone di Skotlandia pada tahun 1854,<ref name=":3" /> penerapan dilakukan sebagai studi dalam ''Institutes of Metaphysics'' yakni penerapan ''epistemologi'' sebagai model '[[ontologi]]', ia menetapkan bahwa epistemologi merupakan cabang filsafat yang bertujuan untuk menemukan makna dari pengetahuan, dan menyebutnya 'awal yang sesungguhnya' dari filsafat.
 
== Pengetahuan ==
Dalam [[matematika]], diketahui ''bahwa'' 2 + 2 = 4, tetapi ada juga cara untuk mengetahui ''bagaimana'' menambahkan dua angka, dan mengetahui ''orang'' (misalnya, diri sendiri), ''tempat'' (misalnya, satu kampung), ''benda'' (misalnya mobil), atau ''aktivitas'' (misalnya, penambahan). Beberapa filsuf berpikir ada perbedaan penting antara "tahu bahwa" (tahu konsep), "mengetahui bagaimana" (memahami operasi), dan "kedekatan-dengan-pengetahuan" (tahu dengan hubungan), dengan epistemologi yang terutama berkaitan dengan yang pertama ini.<ref>John Bengson (Editor), Marc A. Moffett (Editor): Essays on Knowledge, Mind, and Action. New York: Oxford University Press. 2011</ref>
 
Meskipun perbedaan ini tidak eksplisit dalam bahasa inggris, perbedaan-perbedaan ini didefinisikan secara eksplisit dalam bahasa lain (Catatan: beberapa bahasa yang berhubungan dengan bahasa Inggris berhasil mempertahankan kata ini, misalnya dalam bahasa [[Bahasa Scots|Skotlandia]]: "wit" dan "[[wiktionary:ken#Scots|ken]]"). Di Prancis, Portugis, Spanyol, Jerman, dan Belanda, istilah ''untuk tahu (orang)'' masing-masing diterjemahkan dengan menggunakan ''connaître'', ''conhecer'', ''conocer'' dan ''kennen'', sedangkan ''untuk mengetahui (cara melakukan sesuatu)'' diterjemahkan dengan menggunakan ''savoir'', ''saber'', dan ''weten''. Yunani Modern memiliki kata kerja ''γνωρίζω'' (gnorízo) dan ''ξέρω'' (kséro). Italia memiliki kata kerja ''conoscere'' dan ''sapere'' dan kata benda untuk ''pengetahuan'' yang ''conoscenza'' dan ''sapienza.'' Jerman memiliki kata kerja ''wissen'' dan ''kennen.'' ''Wissen'' menyiratkan mengetahui sebuah fakta, ''kennen'' menyiratkan mengetahui dalam arti mengenal dan memiliki pengetahuan kerja; ada juga kata benda yang berasal dari ''kennen,'' yaitu ''Erkennen,'' yang telah dikatakan menyiratkan pengetahuan dalam bentuk pengakuan atau pengakuan. Kata itu sendiri berarti proses: anda harus pergi dari satu negara ke negara lain, dari suatu keadaan yang "tidak-''erkennen''" untuk sebuah negara yang benar ''erkennen.'' Kata kerja ini tampaknya menjadi yang paling tepat dalam hal menggambarkan "episteme" dalam salah satu dari bahasa-bahasa Eropa modern, maka dalam istilah Jerman hal ini disebut sebagai "[[:de:Erkenntnistheorie|Erkenntnistheorie]]". Teori interpretasi dan makna linguistik ini tetap kontroversial hingga saat ini.
 
Dalam makalahnya ''On Denoting'' dan kemudian buku ''Problems of Philosophy ''[[Bertrand Russell]] menekankan perbedaan antara "pengetahuan dengan keterangan" dan "pengetahuan oleh kedekatan". Gilbert Ryle juga dikreditkan dengan menekankan perbedaan antara mengetahui bagaimana dan mengetahui bahwa dalam'' The Concept of Mind.'' Dalam ''Personal Knowledge,'' [[Michael Polanyi]] berpendapat mengenai relevansi epistemologis pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu; dengan menggunakan contoh dari keseimbangan yang terlibat dalam mengendarai [[sepeda]], ia menunjukkan bahwa pengetahuan teoretis dari [[fisika]] yang terlibat dalam menjaga keadaan keseimbangan tidak dapat menjadi pengganti untuk pengetahuan praktis tentang bagaimana berkendara, dan bahwasanya adalah penting untuk memahami bagaimana kedua hal ini terjadi dan bekerja. Contoh ini pada dasarnya sejalan dengan pendapat Ryle, yang menyatakan bahwa kegagalan untuk mengakui perbedaan antara ilmu dan pengetahuan mengarah pada suatu regresi tak terhingga.
 
== Sejarah ==
Epistemologi merupakan suatu cabang utama filsafat yang khusus mengkaji tentang teori ilmu pengetahuan.<ref>{{Cite web|last=Hanurawan|first=Fattah|date=2016|title=FILSAFAT ILMU DALAM BIDANG PENDIDIKAN|url=http://fppsi.um.ac.id/filsafat-ilmu-dalam-bidang-pendidikan-2/|website=fppsi.um.ac.id|publisher=FPPSI-UM|access-date=2021-12-30|archive-date=2021-12-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20211230111210/http://fppsi.um.ac.id/filsafat-ilmu-dalam-bidang-pendidikan-2/|dead-url=yes}}</ref> Dari segi sejarah, pembahasan filsafat merupakan induk utama ilmu pengetahuan. Atas dasar pokok filsafat inilah lahir cabang ilmu lain, seperti matematika, logika atau logika, kedokteran, dan lain-lain. Epistemologi asal kata dari "''epistēmē''" dalam bahasa Yunani yang berarti pengetahuan. Aliran ini secara garis besar dibagi menjadi dua aliran pokok yakni idealisme dan realism. Pertama, idealisme atau dikenal sebagai rasionalism adalah aliran yang merujuk pada peranan dari akal, ide, kategori, dan bentuk sebagai sumber ilmu pengetahuan. Kedua, realisme atau dikenal empirism adalah aliran yang merujuk peranan indera baik itu penglihat, pendengar, peraba, pencium, dan pengecap sebagai sumber sekaligus alat mendapatkan ilmu pengetahuan. Para tokoh pemikiran aliran-aliran ini, ada kalanya saling mempertahankan keyakinan pemikirnya dan kadang sangat eksklusif dalam mengungkap kebenaran.<ref>{{cite book|last=Al-Jauharie|first=Imam Khanafie|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/TEMA_TEMA_POKOK_FILSAFAT_ISLAM/yMk3EAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sejarah%20epistemologi&pg=PA101&printsec=frontcover|title=Tema-Tema Pokok Filsafat Islam|place=[[Pekalongan]], [[Jawa Tengah]]|publisher=Broadview Press|isbn=978-602-60961-1-1|edition=2|pages=100|language=|coauthors=}}</ref>
 
=== Awal mula ===
 
==== Sokrates ====
Abad Yunani kuno didominasi oleh tiga tokoh pemikiran yakni Sokrates, Plato dan Aristoteles menggunakan metode maieutika dialektis kritis induktif. Metode Socrates atau disebut pula metode dialektika (''maieutika tekhne'') atau metode kebidanan<ref>{{Cite book|last=Ibrahim|first=Duski|date=2017|url=http://repository.radenfatah.ac.id/4301/1/lengkap.pdf|title=FIlsafat Ilmu: Dari Penumpang Asing untuk Para Tamu|location=Palembang|publisher=NoerFikri|isbn=978-602-6318-97-8|pages=51|url-status=live}}</ref> berasal dari [[Sokrates|Socrates]] (470-399 SM) yang merupakan seorang filsuf Yunani pada abad ke-5 SM dan kemudian ditampilkan dalam dialog yang ditulis oleh muridnya Plato.<ref>{{Cite book|last=Waris|date=2014|url=http://repository.iainponorogo.ac.id/170/1/pengantar%20filsafat.pdf|title=Pengantar Filsafat|location=Ponorogo|publisher=STAIN Po Press|editor-last=Rofiq|editor-first=Ahmad Choirul|pages=10|url-status=live}}</ref> Socrates mencapai ketenaran karena melibatkan orang lain dalam percakapan yang tujuannya adalah untuk mendefinisikan ide-ide secara luas (''universal'') seperti kebajikan, keindahan, keadilan, keberanian, dan persahabatan dengan mendiskusikan ambiguitas dan kompleksitas.<ref>{{cite journal|last=Ann S. Maigue|first=Mary Grace|date=2020|title=The Socratic Method As An Approach In Teaching Social Studies: A Literature Review|url=https://www.globalscientificjournal.com/researchpaper/THE_SOCRATIC_METHOD_AS_AN_APPROACH_IN_TEACHING_SOCIAL_STUDIES_A_LITERATURE_REVIEW.pdf|journal=Global Scientific Journals|volume=8|issue=12|pages=770-775|doi=|issn=2320-9186|id=}}</ref> Suatu hal dapat diberi pengertian dengan melakukan pengamatan terhadap tingkah laku yang berkaitan.<ref>{{Cite book|last=Nawawi|first=Nurnaningsih|date=2017|url=http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6635/1/Tokoh%20Filsuf%20dan%20Era%20Keemasan%20Filsafat.pdf|title=Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat Edisi Revisi|location=Makassar|publisher=Pusaka Almaida|isbn=978-602-6253-53-8|editor-last=Sabri|editor-first=Muhammad|pages=5|url-status=live}}</ref>
 
Jadi, ia memunculkan pengetahuan yang bersifat umum sebagai pengetahuan yang benar, dan pengetahuan yang khusus sebagai pengetahuan yang kebenarannya relatif.
 
==== Plato ====
Kedatangan [[Plato]] (428-347 SM) mengumumkan metode Sokrates tersebut sehingga menjadi teori ide, yaitu teori ''Dinge an sich'' versi Plato. Plato mengemukan bahwa pengetahuan sejati yang dikenal dengan sebutan ''episteme'' merupakan pengetahuan itu tunggal, tetap, tidak berubah-ubah.<ref>{{Cite book|last=Sudiantara|first=Yosephus|date=2020|url=http://repository.unika.ac.id/23420/1/Filsafat%20Ilmu%2C%20Naskah%20buku%20ber%20ISBN.pdf|title=Filsafat Ilmu: Bagian Pertama, Inti Filsafat Ilmu Pengetahuan|location=Semarang|publisher=Universitas Katolik Soegijapranata|isbn=978-623-7635-46-8|pages=25|url-status=live}}</ref> Ia mengkaji epistemologi dengan berupaya memahami apa yang harus diketahui, dan bagaimana pengetahuan (tidak seperti sekadar opini yang benar) itu baik bagi yang mengetahui.<ref>{{Cite web|date=2005|title=Epistemology|url=https://plato.stanford.edu/entries/epistemology/|website=plato.stanford.edu|publisher=Stanford Encyclopedia of Philosophy|access-date=2021-12-30}}</ref> Maka, menurut Plato pengetahuan itu merupakan hasil dari suatu pengamatan, banyak dan berubah-ubah.<ref>{{cite book|last=Al-Jauharie|first=Imam Khanafie|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/TEMA_TEMA_POKOK_FILSAFAT_ISLAM/yMk3EAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sejarah%20epistemologi&pg=PA101&printsec=frontcover|title=Tema-Tema Pokok Filsafat Islam|place=[[Pekalongan]], [[Jawa Tengah]]|publisher=Broadview Press|isbn=978-602-60961-1-1|edition=2|pages=101|language=|coauthors=}}</ref>
 
==== Aristoteles ====
Begitu berikutnya datang Aristoteles (382-322 SM), ia mengembangkan dari Plato menjadi teori tentang ilmu. Menurut Aristoteles pengetahuan merupakan hasil dari suatu kegiatan pengamatan manusia yang dilakukan dengan mengamati kenyataan dan melepaskan unsur universal dari partikular. Hal ini menjadi abstraksi di mana manusia meninggalkan bidang inderawi dan melewati taraf dugaan sampai akhirnya memperoleh sebuah episteme sebenarnya atau sejatinya.<ref>{{Cite book|last=Sudiantara|first=Yosephus|date=2020|url=http://repository.unika.ac.id/23420/1/Filsafat%20Ilmu%2C%20Naskah%20buku%20ber%20ISBN.pdf|title=Filsafat Ilmu: Bagian Pertama, Inti Filsafat Ilmu Pengetahuan|location=Semarang|publisher=Universitas Katolik Soegijapranata|isbn=978-623-7635-46-8|pages=26|url-status=live}}</ref> Kemudian barulah logika epistemologi dapat dikatakan terwujud berkat karyanya yang di sebut ''To Organom'', memuat teori metode silogisme deduktif. Lima pemaparan logis Aristoteles dalam manual disebut ''Organom'' mencakup Kategori, Tentang Interpretasi, Analisis Sebelumnya, Analisis Posterior (Analisis Bayes), Topik, dan Tentang Sanggahan Canggih.<ref>{{Cite web|title=Aristotle: Logic|url=https://iep.utm.edu/aris-log/|website=iep.utm.edu|access-date=2021-12-30}}</ref> Kemudian muncullah dekadensi logika. Perkembangan logika selalu beriringan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang telah mewujudkan kegiatan berpikir kompleks yang harus diperhatikan pada setiap langkahnya.
 
=== Perspektif modern ===
 
==== Epistemologi Barat ====
[[René Descartes]], yang dianggap sebagai pendiri filsafat Barat modern,<ref name=":2">{{cite journal|last=Fikri|first=Mursyid|date=2018|title=Rasionalisme Descartes dan Implikasinya Terhadap Pemikiran Pembaharuan Islam Muhammad Abduh|url=https://media.neliti.com/media/publications/288576-rasionalisme-descartes-dan-implikasinya-c2f99ffd.pdf|journal=Jurnal Tarbawi|volume=3|issue=2|pages=128-144|doi=10.26618/jtw.v3i02.1598|issn=2527-4082|id=}}</ref> mengungkapkan pandangannya bahwa organisme adalah mesin yang dibangun di atas bagian-bagian berbeda yang masih memiliki kerangka konseptual yang dominan. Alam semesta fisik, termasuk organisme hidup, adalah mesin bagi Descartes, dan pada prinsipnya dapat dipahami sepenuhnya dengan menganalisis bagian-bagian terkecilnya.Pandangan mekanistik terkait dengan ekonomi kontemporer dicirikan oleh metode fragmentasi dan reduksionis, yang merupakan simbol dari sebagian besar ilmu sosial. Sistem kehidupan terdiri dari manusia dan sumber daya alamnya yang terus berinteraksi satu sama lain, yang sebagian besar adalah organisme hidup. Pandangan dunia mekanis yang terfragmentasi menyangkal sistem kehidupan yang lengkap dan menekankan pentingnya gaya hidup yang selaras dengan lingkungan ekologi dan sosial.<ref name="Trisnaningsih 2011 1-5">{{cite journal|last=Trisnaningsih|first=Sri|date=2011|title=Epistemologi Modern Dalam Tradisi Barat Dan Timur|url=http://eprints.upnjatim.ac.id/7184/1/04._Majalah_Api_Pembangunan_(Jan._2011).pdf|journal=UPN JATIM|volume=|issue=|pages=1-5|doi=|issn=0853-9553|id=}}</ref>
 
==== Epistemologi Timur ====
Pandangan ilmu pengetahuan di dunia Timur lebih memperhatikan keselarasan ekologi dan sosial, keserasian dan kesatuan antara manusia dengan lingkungan luar. Manusia sebagai makhluk hidup adalah individu sebagai salah satu bagian kecil dunia (mikrokosmos) yang berada di alam semesta yang sngat luas (makrokosmos).<ref>{{cite journal|last=Amirullah|first=|date=2015|title=Krisis Ekologi: Problematika Sains Modern|url=https://media.neliti.com/media/publications/145017-ID-krisis-ekologi-problematika-sains-modern.pdf|journal=Lentera: Jurnal Ilmu Dakwah dan Komunikasi|volume=18|issue=1|pages=1-21|doi=10.21093/lj.v17i1.425|issn=|id=}}</ref> Pandangan dunia Timur melihat dunia dari perspektif hubungan dan integrasi. Organisme adalah sistem yang mengatur diri sendiri, yang berarti bahwa struktur dan tatanan fungsionalnya tidak ditentukan oleh lingkungan, tetapi ditentukan oleh sistem itu sendiri. Misalnya, sistem menetapkan tren skalanya berdasarkan prinsip pengawasan internal yang tidak terpengaruh oleh lingkungan. Pandangan sistem kehidupan sebagai jaringan membawa perspektif baru yang disebut hierarki alami.<ref name="Trisnaningsih 2011 1-5"/>
 
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang telah dicapai telah melahirkan beberapa disiplin ilmu lain telah muncul dari filosofi induk, yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu Ontologi (Teori hakikat), Epistemologi (Teori Ilmiah) dan Aksiologi (Teori nilai).<ref name=":1" />
 
== Aliran epistemologi ==
 
=== Rasionalisme ===
Rasionalisme adalah aliran yang mementingkan akal pikiran sebagai sumber pengetahuan.<ref name="Wahana 2016 31">{{Cite book|last=Wahana|first=Paulus|date=2016|url=https://repository.usd.ac.id/7333/1/3.%20Filsafat%20Ilmu%20Pengetahuan%20%20(B-3).pdf|title=FIlsafat Ilmu Pengetahuan|location=Yogyakarta|publisher=Pustaka Diamond|isbn=978-979-1953-917|pages=31|url-status=live}}</ref> Rasionalisme adalah aliran filsafat ilmu yang menyatakan bahwa [[kebenaran]] dapat diperoleh hanya melalui hasil [[pembuktian]], [[logika]] dan analisis terhadap [[fakta]].<ref>{{Cite book|last=Kristiawan|first=Muhammad|date=2016|url=https://www.academia.edu/28934519/Filsafat_Pendidikan|title=Filsafat Pendidikan: The Choice Is Yours|location=Sleman|publisher=Penerbit Valia Pustaka Jogjakarta|isbn=978-602-71540-8-7|pages=241|url-status=live}}</ref> Segala sumber [[pengetahuan]] dalam rasionalisme berasal dari [[akal]] [[pikiran]] atau harus bersifat [[rasional]].<ref name="Wahana 2016 31"/> Pengembangan pola berpikir rasional dalam pembelajaran didapat melalui proses pembelajaran dengan metode pembelajaran yang menggunakan tahapan ilmiah yaitu mengamati, mengumpulkan data, menentukan hipotesis, menganalisis data, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan hal yang telah didapatkan.
 
Tokoh pemikir aliran ini yakni Rene Descartes (1596-1650), seorang tokoh pemikir filsafat modern. Dalam ungkapnya yang terkenal yakni ''Cogito Ergo Sum'' "Saya berpikir, maka saya ada". Hal ini mendapatkan kecaman dari beberapa tokoh pemikir dan dianggap eksponen (berulang-ulang).<ref>{{cite book|last=Burhanuddin|first=Nunu|date=2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Filsafat_Ilmu/O8NoDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=rasionalisme+adalah&pg=PA42&printsec=frontcover|title=Filsafat Ilmu|place=[[Jakarta Timur]]|publisher=Kencana|isbn=978-602-422-298-7|edition=|pages=42|language=|coauthors=}}</ref> Kemudian ia membangkitkan pemikiran di filsafat Barat dengan mengataan bahwa kebenaran itu adalah tindakan akal. Karena dengan rasio, seseorang dapat mencapai kebenaran, yang berarti tidak boleh mempercayai hal-hal diluar rasion manusia. Untuk mencapai kebenaran, maka diperlukan tiga ide bawaan (''innate ideas'') meliputi Ide pemikiran, Ide Allah sebagai wujud sempurna, dan Ide keluasan.<ref name=":2" /> 3 kategori ide bawaan tersebutlah yang menjadi aksioma pengetahuan dalam filsafat rasionalisme yang kebenaran sudah tidak diragukan lagi.<ref>{{cite journal|last=Atabik|first=Ahmad|date=2014|title=TEORI KEBENARAN PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Pengetahuan Agama|url=https://media.neliti.com/media/publications/62067-ID-teori-kebenaran-perspektif-filsafat-ilmu.pdf|journal=Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan|publisher=Institut Agama Islam Negeri Kudus|publication-place=[[Kudus]], [[Jawa Tengah]]|volume=2|issue=1|pages=253-271|doi=10.21043/fikrah.v2i2.565|issn=2476-9649|id=}}</ref>
 
=== Empirisme ===
Empirisme adalah aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia diperoleh melalui sebuah pengalaman<ref>{{Cite book|last=Wardhana|first=Made|date=2016|url=http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/8402/1/59e0f0937be2d5d719389e0d9f9002a7.pdf|title=Filsafat Kedokteran|publisher=Vaikuntha International Publication|isbn=978-602-73078-5-8|pages=23|url-status=live}}</ref> atau pengamatan indra. Indra diperoleh dari alam empiris dan terkumpul dalam diri manusia menjadi suatu pengalaman. Adapun tokoh aliran empiris antara lain:
 
[[John Locke]] (1632-1704) menjadikan dasar aliran empirisme sebagai suatu proses berpikir.<ref>{{Cite book|last=Wardhana|first=Made|date=2016|url=http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/8402/1/59e0f0937be2d5d719389e0d9f9002a7.pdf|title=Filsafat Kedokteran|publisher=Vaikuntha International Publication|isbn=978-602-73078-5-8|pages=48|url-status=live}}</ref> Pada tahun 1669, dalam bukunya berjudul ''Essay Concerming Human Understanding'' dengan [[premis]] utama, dinyatakan bahwa semua pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Pemikiran Locke bertentangan dengan ide bawaan (''innate ideas'') sebagai sumber pengetahuan yang dikemukakan [[Plato|Descrates]] sehingga ia menolak adanya ide bawaan tersebut.<ref>{{Cite book|last=Sesady|first=Muliati|date=2019|url=http://repository.stainparepare.ac.id/1120/1/Pengantar%20Filsafat.pdf|title=Pengantar Filsafat|location=Bantul|publisher=TrustMedia Publishing|editor-last=Wahid|editor-first=Abdul|pages=122|url-status=live|access-date=2021-12-30|archive-date=2021-12-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20211224021201/http://repository.stainparepare.ac.id/1120/1/Pengantar%20Filsafat.pdf|dead-url=yes}}</ref> Pengalaman menurut pandangan Locke dibagi menjadi dua, antara lain: pengalaman dari luar berupa sensasi (''sensation'') dan pengalaman dalam berupa batin atau refleksi (''reflexion''). Melalui proses asosiasi dari kedua pengalaman itu akan membentuk ide yang lebih kompleks.
 
[[David Hume]] (1711-1776), seorang tokoh pemikir asal Inggris<ref>{{Cite book|last=Wasitaatmadja, F. F., Hamdayama, J., dan Herdiwanto, H.|date=2018|url=https://repository.uai.ac.id/wp-content/uploads/2021/07/SPIRITUALISME-PANCASILA.pdf|title=Spiritualisme Pancasila|location=Jakarta Timur|publisher=Prenadamedia Group|isbn=978-602-422-267-3|pages=106|url-status=live}}{{Pranala mati|date=Juni 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> yang meneruskan tradisi empirisme. Hume berpendapat bahwa ide yang sederhana adalah salinan (copy) dari sensasi-sensasi sederhana atau ide-ide sederhana atau kesan-kesan yang kompleks. Pemikiran empiris yang dikemukakannya bersifat radikal. Ia mengartikan substansi pengetahuan sebagai perulangan dari pengalaman sehingga keseluruhan pengetahuan merupakan total pengalaman. Pandangan David Hume cenderung [[skeptisisme]] karena ia hanya mengakui hasil pengetahuan oleh indra secara luas. Ia mengangggap pengalaman sebagai sebuah khayalan dan anggapan semata.<ref>{{Cite book|last=Widodo|first=Sembodo Ardi|date=2015|url=https://core.ac.uk/download/pdf/84767057.pdf|title=Pendidikan dalam Perspektif Aliran-Aliran Filsafat|location=Bantul|publisher=Idea Press|isbn=978-602-0850-25-2|pages=96|url-status=live}}</ref> Aliran ini kemudian berkembang dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan terutama pada abad ke-19 dan abad ke-20.
 
=== Positivisme ===
Tokoh aliran ini di antaranya August Comte, yang memiliki pandangan sejarah perkembangan pemikiran umat manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu: 1) Tahap Teologis, yaitu manusia masih percaya pengetahuan atau pengenalan yang mutlak. Manusia pada tahap ini masih dikuasai oleh takhayul-takhayul sehingga subjek dengan objek tidak dibedakan. 2) Tahap Metafisis, yaitu pemikiran manusia berusaha memahami dan memikirkan kenyataan, tetapi belum mampu membuktikan dengan fakta. 3) Tahap Positif, yang ditandai dengan pemikiran manusia untuk menemukan hukum-hukum dan saling hubungan lewat fakta. Oleh karena itu, pada tahap ini pengetahuan manusia dapat berkembang dan dibuktikan lewat fakta. Comte berpendapat, positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan [[sains]]. Susunan tingkatan ini dapat terus dikembangkan sehingga masing-masing sains yang baru akan tergantung pada tahap sebelumnya. Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.<ref>{{Cite journal|last=Nugroho|first=Irham|date=2016|title=Positivisme Auguste Comte: Analisa Epistemologis Dan Nilai Etisnya Terhadap Sains|url=https://media.neliti.com/media/publications/58189-ID-positivisme-auguste-comte-analisa-episte.pdf|journal=Cakrawala|publisher=[[Universitas Muhammadiyah Magelang]]|publication-place=[[Magelang]], [[Jawa Tengah]]|volume=xi|issue=2|pages=173|doi=10.31603/cakrawala.v11i2.192}}</ref>
 
=== Skeptisisme ===
Skeptisisme adalah alirah yang menekankan doktrin sebagai pengetahuan bukan hal yang pasti, sebuah metode penilaian yang ditangguhkan, keraguan yang terstruktur, atau karakteristik dari kritik skeptis.<ref name=":12">{{Cite web|title=Definition of SKEPTICISM|url=https://www.merriam-webster.com/dictionary/skepticism|website=www.merriam-webster.com|language=en|access-date=2021-12-12}}</ref> Sedangkan dalam [[filsafat]], skeptisisme dapat merujuk pada metode penyelidikan yang menekankan pengawasan kritis, kehati-hatian, dan ketelitian intelektual. Skeptisisme dimulai dengan klaim bahwa seseorang tidak mengetahui proposisi yang biasanya ia pikir telah ketahui.<ref name=":02">{{Cite web|date=2001|title=Skepticism|url=https://plato.stanford.edu/entries/skepticism/|website=plato.stanford.edu|access-date=2021-12-17}}</ref> Menyatakan bahwa indra adalah bersifat menipu atau menyesatkan. Namun, pada zaman modern berkembang menjadi skeptisisme medotis (sistematis) yang mensyaratkan adanya bukti sebelum suatu pengalaman diakui benar. Tokoh skeptisisme adalah Rene Descartes (1596-1650).
 
=== Pragmatisme ===
Pragmatisme adalah aliran yang menegaskan bahwa pemikiran manusia menurut pada suatu tindakan.<ref>{{cite journal|last=Wilardjo|first=Setia Budhi|date=2009|title=Aliran-aliran dalam Filsafat Ilmu Berkait dengan Ekonomi|url=https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/vadded/article/download/699/752|journal=Value Added: Majalah Ekonomi dan Bisnis|volume=6|issue=1|pages=1-21|doi=|issn=|id=}}</ref> Dengan kata lain kebenaran pengetahuan hendaklah dikaitkan dengan manfaat dan sebagai sarana bagi suatu perbuatan. Kebenaran pengetahuan harusnya dilakukan dengan suatu perbuatan terencana. Sering kali, Orang yang mempunyai sifat pragmatis, suatu perbuatan yang dilakukan akan diharapkan langsung tercapai tanpa berpikir dengan tanpa proses waktu tertentu, sehingga hasil dari kebenarannya kadang salah atau meleset.<ref>{{Cite web|date=2008|title=Pragmatisme Mahasiswa|url=https://bunghatta.ac.id/artikel-283-pragmatisme-mahasiswa.html|website=bunghatta.ac.id|publisher=Universitas Bung Hatta|access-date=2021-12-30}}</ref> Adapun tokoh pemikir yang memperkenal pragmatisme antara lain:
 
[[Charles Sanders Peirce]] (1839-1914), dikenal sebagai "penemu" atau pelopor aliran pragmatisme berasal dari Amerika.<ref>{{Cite book|last=Hamidah|date=2017|url=http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/2334/1/Filsafat%20Bahasa-Naila%20Pustaka-2017-442%20hlm-Full.pdf|title=Filsafat Pembelajaran Bahasa: Perspektif Strukturalisme dan Pragmatisme|location=Bantul|publisher=Naila Pustaka|isbn=978-602-1290-43-9|editor-last=Rosyidi|editor-first=Abdul Wahab|pages=vii|url-status=live}}</ref> Peirce juga merupakan seorang ahli [[logika]] yang mengenalkan kembali [[semiotika]] sebagai bagian dari [[linguistik]].<ref>{{Cite book|last=Asriningsari, A., dan Umaya, N. M.|date=2010|url=http://eprints.upgris.ac.id/311/1/buku%20semiotika.pdf|title=Semiotika: Teori dan Aplikasi pada Karya Sastra|location=Semarang|publisher=UPGRIS Press|isbn=978-602-804-712-8|pages=27|url-status=live}}</ref> Pierce menyatakan bahwa yang terpenting inti dari pragmatisme adalah pernyataan apapun memilik manfaat (makna ), pernyataan itu harus memiliki bantalan praktis, terencana.<ref>{{Cite web|last=Atkin|first=Albert|title=Charles Sanders Peirce: Pragmatism|url=https://iep.utm.edu/peircepr/|website=iep.utm.edu|publisher=Internet Encyclopedia of Philosophy Daring|language=en|access-date=2021-12-30}}</ref> Kebenaran pengetahuan yang digambarkan suatu hal yang peroleh mengenai akibat yang dapat saksikan dan diamati.
 
[[John Dewey]] (1859-1952), dikenal sebagai tokoh yang berpengaruh besar dalam pemikiran pragmatisme modern.<ref>{{Cite book|last=Widodo|first=Sembodo Ardi|date=2015|url=https://core.ac.uk/download/pdf/84767057.pdf|title=Pendidikan dalam Perspektif Aliran-Aliran Filsafat|location=Bantul|publisher=Idea Press|isbn=978-602-0850-25-2|pages=1|url-status=live}}</ref> Pemikiran pragmatisme yang dikembangkan oleh Dewey dikenal juga sebagai eksperientalisme. Penamaan ini berasal dari pemikirannya yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia merupakan tujuan dari pendidikan. Ia menyebutnya sebagai pertumbuhan karena menganggap segala sesuatu di dunia ini memiliki sifat selalu berubah.<ref>{{Cite book|last=Kristiawan|first=Muhammad|date=2016|url=https://www.researchgate.net/profile/Muhammad-Kristiawan/publication/316100284_Filsafat_Pendidikan_The_Choice_is_Yours/links/58f04849458515ff23a89e8d/Filsafat-Pendidikan-The-Choice-is-Yours.pdf|title=Filsafat Pendidikan: The Choice Is Yours|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit Valia Pustaka Jogjakarta|isbn=978-602-71540-8-7|editor-last=Hendri, L., dan Juharmen|pages=100|url-status=live}}</ref> Pemikiran pragmatisme John Dewey menjadi salah satu pemikiran yang mempengaruhi dimulainya pendidikan massal.<ref>{{Cite book|last=Fauziah, P., dkk.|date=2019|url=https://files.osf.io/v1/resources/jwznf/providers/osfstorage/5deeecfe078b52000d577e05?format=pdf&action=download&direct&version=1|title=Homeschooling: Kajian Teoritis dan Praktis|location=Yogyakarta|publisher=UNY Press|isbn=978-602-498-048-1|pages=29|url-status=live}}</ref>
 
Willian James (1824-1910), dikenal sebagai bapak aliran pragmatisme. James mengemukakan bahwa pragmatisme merupakan suatu upaya dalam mempersatukan antara ilmu pengetahuan dengan filsafat sehingga lebih ilmiah dan berguna untuk kehidupan praktis. Kemudian, ia mengembangkan dan menerapkan ke kehidupan yang kegunaannya menopang kehidupan. Kebenaran pada metode yang diterap menggunakan kriteria kebenaran yang mengikuti kaidah keseharian manusia.<ref>{{cite journal|last=Hasbullah|first=|date=2020|title=Pemikiran Kritis John Dewey Tentang Pendidikan|url=https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/tiftk/article/download/3770/2092|journal=Jurist-Diction|volume=10|issue=1|pages=1-21|doi=10.18592/jt%20ipai.v10i1.3770|issn=|id=}}</ref> Studi pragmatisme berkaitan perhatiannya terhadap agama menjadi kontribusi terbesar bagi James adalah perhatiannya pada agama. James mengemukakan bahwa suatu kebenaran dievaluasi didasarkan tindakan atau perilaku manusia sehingga seseorang memiliki keniscayaan agama dan dibenarkan apabila pembedanya positif dalam hidup orang lain.<ref>{{Cite web|title=Pragmatism (William James)|url=https://www.encyclopedia.com/history/culture-magazines/pragmatism-william-james|website=encyclopedia.com|access-date=2021-12-30}}</ref>
 
== Kemanfaatan epistemologi ==
Manfaat mempelajari epistemologi dalam mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradapan. Hal ini disebabkan dengan epistemologi membantu dalam membangun masyarakat baik modern maupun tradisonal tanpa mengesampingkan peranan kunci dari epistemologi agar mencegah terjadi kemacetan peradaban, kreasi baru, dan temuan orisinal.<ref>{{cite book|last=Qomar|first=Muljamil|date=2005|url=https://www.google.co.id/books/edition/Epistemologi_pendidikan_Islam/dXwnu_Y_n2EC?hl=id&gbpv=1&dq=Manfaat%20epistemologi&pg=PA34&printsec=frontcover|title=Epistemologi pendidikan Islam dari metode rasional hingga metode kritik|place=[[Ciracas]], [[Jakarta]]|publisher=Erlangga|isbn=9789797810740|edition=|pages=34|language=|coauthors=}}</ref> Tiga alasan yang menjadi pertimbangan dalam mempelajari epistemologi meliputi strategis, kebudayaan, dan pendidikan. Pertama, pertimbangan strategis terhadap epistemologi ialah agar dapat memahami pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia baik dari segi manfaat dan perolehan ilmu. Kedua, pertimbangan kebudayaan terhadap epistemologi ialah agar dapat memahami dan mengungkapkan makna yang terkandung pada ekspresi budaya, baik itu makna budaya yang berupa tulisan, lisan maupun simbol. Ketiga, pertimbangan pendidikan terhadap epistemologi bersifat usaha sadar pada pandangan secara sentral, di mana pendidikan dicirikan dengan proses mulai dari penetapan visi misi, kurikulum, capaian pelajaran yang ingin raih, penentuan mata pelajaran yang akan dikaji, hingga evaluasi hasil pembelajaran. Dari proses inilah akan menuntun, mempertajam, dan membantu dalam memahami ilmu pengetahuan secara terstruktur.<ref>{{cite book|last=Waston|first=|date=2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Filsafat_Ilmu_dan_Logika/ihYjEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Manfaat+epistemologi&pg=PA27&printsec=frontcover|title=Filsafat Ilmu dan Logika|place=[[Surakarta]], [[Jawa Tengah]]|publisher=Muhammadiyah University Press|isbn=978-602-361-236-9|edition=|pages=27|language=|coauthors=}}</ref>
 
== Pendekatan ilmiah ==
Secara operasional dan eksplisit, konsep epistemologi dikaji dalam penerapan metode ilmiah. Metode ilmiah secara metodologis mencakup tindak pikiran, pola, teknis, dan tahapan sebagai dasar pengembangan pengetahuan yang telah ada sebelumnya ataupun perolehan pengetahuan yang baru.<ref>{{cite journal|last=Saifullah|first=|date=2013|title=REFLEKSI EPISTIMOLOGI DALAM METODOLOGI PENELITIAN (Suatu Kontemplasi atas Pekerjaan Penelitian)|url=http://repository.uin-malang.ac.id/2351/1/refleksi.pdf|journal=De Jure: Jurnal Hukum dan Syar'iah|publisher=[[UIN Maulana Malik Ibrahim]]|publication-place=[[Malang]]|volume=5|issue=2|pages=179-180|doi=10.18860/j-fsh.v5i2.3009|issn=|id=}}</ref> Adapun prosedur untuk perolehan dan pengembangan tersebut, metode ilmiah, yaitu: a) Penyusunan hasil pengetahuan mencakup kerangka pikiran logis dengan argumen konsisten, b) Deduksi dari kerangka pemikiran diuraikan berdasar hipotesis, c) Pernyataan dari hipotesis diverifikasi, lalu diuji kebenarannya secara faktual.<ref>{{cite journal|last=Habibah|first=Sulhatul|date=2017|title=Implikasi Filsafat Ilmu terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi|url=https://media.neliti.com/media/publications/265966-implikasi-filsafat-ilmu-terhadap-perkemb-2d8c2db1.pdf|journal=DAR EL-ILMI : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora|publisher=[[Universitas Islam Darul Ulum Lamongan]]|publication-place=[[Jawa Timur]]|volume=4|issue=1|pages=173-174|doi=|issn=2550-0953|id=}}</ref>
 
== Referensi ==
Baris 22 ⟶ 87:
 
[[Kategori:Epistemologi| ]]
[[Kategori:Filsafat ilmu]]
[[Kategori:Pengetahuan]]