Raden Abdul Jalil: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(124 revisi perantara oleh 56 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Lindungidarianon}}
{{Redirect|Artikel|artikel mengenai Wahdatul Wujud|Wahdatul Wujud}}
{{Infobox religious biography
| honorific-prefix =As-Syekh
| name = Abdul Jalil <br>
( Syekh Siti Jenar )
| image =
| alt =
| caption =
| religion = [[Islam]]
| denomination = [[Sufi]]
| known_for = [[Wali Songo]] Yang Diganti Karena Telah Mencapai Maqom/Derajat Jadzab
| birth_name = Hasan Ali
| birth_date = 1426
| birth_place = [[Persia]]
|
|
|
|
}}
| father = [[Datuk Sholeh]]
| mother =
| spouse =
|predecessor=[[Sunan Ampel]]|successor=[[Abdul Qahhar]] (Sunan Sedayu)|office1=|term_start1=|term_end1=|predecessor1=|successor1=|title=|region=|other names=Sunan Jepara {{br}} Syekh Lemah Abang {{br}} Sitibrit {{br}} Puyang Ngawak Raje Nyawe}}
'''Syekh Siti Jenar (artinya: tanah merah)''' yang memiliki nama
Beliau adalah seorang tokoh [[Sufisme|sufi]] dan penyebar [[agama]] [[Islam]] di [[Pulau Jawa]], khususnya di [[Kabupaten Demak]].<ref>[http://books.google.com.my/books?id=mQXYAAAAMAAJ&q=Syekh+Siti+Jenar&dq=Syekh+Siti+Jenar&hl=en&ei=ypy8TbP6AYKGrAeR0IDzBQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=3&ved=0CDMQ6AEwAg Syekh Siti Jenar: pergumulan Islam-Jawa, Abdul Munir Mulkhan]</ref>
== Nama dan julukan ==
Syaikh Siti Jenar (menurut
Syeikh Siti Jenar mengajak manusia untuk selalu tumbuh berkembang seperti pohon sidratul muntaha, yang selalu aktif, progresif dan positif. Membangkitkan pribadi “insun sejati” melalui tauhid al-wujud, atau yang kenal dengan judul buku ini adalah “manunggaling kawula-gusti”. Gerakan yang dilakukan Syeikh Siti Jenar bersumbu pada pembebasan kultural, yang meliputi pembebasan kemanusiaan dari kungkungan struktur politik yang berdalih agama, sekaligus pembebasan dari pasungan keagamaan yang formalistik. Jadi, Syeikh Siti Jenar bukan hanya seorang penyebar agama Islam awal di Indonesia, namun sekaligus seorang suci yang sangat dihormati berbagai kalangan sampai saat ini, karena memang ajarannya yang aplikatif secara lahir dan batin juga mampu membawa rasa kebebasan bagi para penganutnya. Unsur kebebasan di bawah naungan kemanunggalan inilah mutiara yang termahal dalam hidup.<ref>https://www.nu.or.id/post/read/13217/kearifan-spiritual-syeikh-siti-jenar</ref>
=== ''Manunggaling Kawula Ian Gusti'' ===
Para pendukung Syekh Siti Jenar menegaskan bahwa ia tidak pernah menyebut dirinya sebagai [[Tuhan]]. Ajaran ini bukan dianggap sebagai bercampurnya Dzat Tuhan dengan makhluk-Nya, melainkan sifat-sifat Tuhan yang memancar pada manusia ketika manusia sudah melakukan proses ''fana'' (hancurnya sifat-sifat buruk pada manusia) <ref>Kementerian Agama. 2015. Buku Akidah Akhlak Kelas XI. Jakarta:Kementerian Agama</ref>
Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan sifat-sifat Tuhan dikala manusia sudah melakukan proses ''fana'' (''Manunggaling Kawula Gusti''). Perbedaan penafsiran ayat Al-Qur’an ini yang menimbulkan polemik, yaitu bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam roh Tuhan.
Achmad Chodjim dalam bukunya “Syekh Siti Jenar” menjelaskan ketika Demak masih sibuk dalam penaklukan. Ajaran Syekh Siti Jenar lebih bisa diterima oleh raja-raja Jawa yang telah memeluk agama Islam.
“Diceritakan dalam Babad Jaka Tingkir bahwa ada 40 orang tokoh yang berguru kepada Syekh Siti Jenar”, ungkap Chodjim dikutip Kamis (3/6/2021).<ref>https://hidayatuna.com/mengenal-deretan-murid-murid-syekh-siti-jenar</ref> Mereka antara lain adalah:
{{Col|2}}
# Ki Ageng Banyubiru,
# Ki Ageng Getas Aji,
# Ki Ageng Balak,
# Ki Ageng Butuh,
# Ki Ageng Ngerang,
# Ki Ageng Jati,
# Ki Ageng Watalunan,
# Ki Ageng Pringapus,
# Kiai Ageng Nganggas,
# Ki Ageng Ngamba,
# Ki Ageng Babadan,
# Ki Ageng Wanantara,
# Ki Ageng Majasta,
# Ki Ageng Baya,
# Ki Ageng Baki,
# Ki Ageng Tembalang,
# Ki Ageng Karnggayam.
# Ki Ageng Ngargaloka,
# Ki Ageng Kayupuring,
# Ki Ageng Selandaka,
# Ki Ageng Purwasada,
# Kebo Kangan,
# Kiai Ageng Kebonalas,
# Ki Ageng Waturante,
# Kiai Ageng Taruntum,
# Kiai Ageng Pataruman,
# Kiai Ageng Purna,
# Kiai Ageng Gugulu.
# Kiai Ageng Gunung Pragota,
# Kiai Ageng Ngadibaya,
# Kiai Ageng Karungrungan,
# Kiai Jatingalih,
# Kiai Ageng Wandadi,
# Kiai Ageng Tambangan,
# kiai Ageng Ngampuhan,
# Kiai Ageng Bangsri,
# Kiai Ageng Pengging,
# Ki Ageng Tingkir,
{{EndDiv}}
== Masa Pendidikan ==
Naskah ''Negara Kretabhumi'' Sargha III pupuh 77, menyebutkan bahwa Abdul Jalil sewaktu dewasa pergi menuntut ilmu ke Persia dan tinggal di Baghdad selama 17 tahun. Ia berguru kepada seorang
Pergumulan menguasai berbagai disiplin keilmuan di Baghdad yang dewasa itu merupakan pusat peradaban, telah menjadikan pandangan-pandangan Syaikh Datuk Jalil berbeda dari kelaziman. Ilmu tasawuf yang berdiri tegak di atas fenomena pengetahuan intuitif yang bersumber dari kalbu, oleh Syaikh Datuk Abdul Jalil diformulasikan sedemikian rupa dengan ilmu filsafat dan manthiq (logika). Sehingga, ajarannya menimbulkan ketidaklaziman dalam pengembangan ilmu tasawuf - yang merupakan pengetahuan intuitif - yang bersifat rahasia, yang serta merta berubah menjadi ilmu, yang terbuka untuk dijadikan bahasan filosofis. Sebab, Syaikh Datuk Abdul Jalil beranggapan bahwa pengetahuan makrifat (gnostik) yang bersifat suprarasional tidak harus dijabarkan dengan sistem isyarat (kode) yang bersifat mistis dan tidak bisa dipertanggungjawabkan secara masuk akal. Sebaliknya, pengetahuan gnostik harus bisa dijelaskan secara rasional yang bisa diterima akal.<ref>Agus Sunyoto, ''Atlas Walisongo,'' Depok: Pustaka Iman, 306.</ref>
=== ''Ahla al Musamarah Fi Hikayah al-Auliya al Asyrah'' ===
''Ahla al Musamarah Fi Hikayah al-Auliya al Asyrah'' ("Sekelumit Hikmah tentang Wali Ke Sepuluh") ditulis oleh KH. Abil Fadhol Senori, Tuban. Dalam versi ini, Syekh Siti Jenar memiliki nama asli Syekh Abdul Jalil atau Sunan Jepara, keturunan dari Syekh Maulana Ishak. Ia dihukum mati bukan karena ajarannya, melainkan lebih karena alasan politik. Sunan Jepara dimakamkan di Jepara, di samping makam Sultan Hadirin dan [[Ratu Kalinyamat]].<ref name=tanbihun>{{cite news|url=http://tanbihun.com/sejarah/profil-ulama/syeikh-siti-jenar-wali-kesepuluh/|authors=Husni Hidayat el-Jufri|title=Syeik Siti Jenar: Wali Kesepuluh|first=|last=|year=|location=|issn=|isbn=|publisher=|date=16 Juni 2009|accessdate=4 Oktober 2015|archive-date=2015-10-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20151005034250/http://tanbihun.com/sejarah/profil-ulama/syeikh-siti-jenar-wali-kesepuluh/|dead-url=yes}}</ref>
Syekh Siti Jenar yang merupakan wali kontroversial ternyata tidak wafat dieksekusi seperti dipersepsikan masyarakat Islam selama ini. "Saya meneliti sejarah Syekh Siti Jenar dari sekitar 300 pustaka kuno yang tidak ada di perpustakaan, ternyata persepsi tentang Syekh Siti Jenar seperti selama ini tidak benar," kata Agus Sunyoto selaku penulis buku di Surabaya.<ref>https://www.nu.or.id/post/read/3450/syekh-siti-jenar-tidak-wafat-dieksekusi</ref>.
:Syekh Jumadil Kubra, berketurunan:
:1. [[Maulana Ishaq| Syekh Maulana Ishak]]
::dengan putri Pasa (istri pertama)
:::a. Sayyid Abdul Qodir/ Abdul Jalil (Syekh Siti Jenar) - murid [[Sunan Ampel]]
Baris 115 ⟶ 111:
:::c. Sayiddah Zaenah
:3. Siti Afsah
<!--Mohon untuk memberi referensi sebelum menampilkan bagian ini. Mohon juga untuk memperbaiki gaya penulisan.
Baris 137 ⟶ 134:
Kontroversi yang lain adalah bahwa kemungkinan terbesar Syekh Siti Jenar adalah salah satu tokoh Islam yang dengan segala kebijaksanaannya telah dapat mengadaptasi Islam dengan keluhuran ajaran [[Hindu]] dan [[Budha]] yang menjadi pegangan Bangsa Indonesia sehingga dapat terlihat dengan jelas bagaimana nilai daripada kehidupan dan kesejatian manusia dengan penciptanya yang ada dalam Bhagawad Gita berpadu dengan nilai yang diajarkan Alquran.{{fact}}
Hal ini tentu saja tak berlebihan, karena dengan tingkat kerohanian dan kebijaksanaan yang dimiliki oleh Syekh Siti Jenar, ia akan mampu melakukan penghormatan kepada leluhur dan melestarikan nilai kebenaran yang diwariskan, menyerap agama baru dan melakukan penyesuain nilai agar dapat diterima oleh seluruh bangsa sehingga menjadi berkah keluhuran bagi alam semesta. Kalau para wali songo dengan pola gerakan yang lebih kepada keduniawian berusaha mengadopsi konsep Dewata Nawa Sanga di Hindu yang mereka personifikasikan ke dalam Wali Songo untuk mengubah pandangan masyarakat Hindu dan membelokkan kepada Islam pun dalam penggunaan cerita pewayangan Hindu seperti [[Mahabharata]] / Brathayudha dan [[Ramayana]] untuk membantu penyebaran agama Islam dengan melakukan sisipan sisipan ke dalamnya, namun Syekh Siti Jenar mengadaptasi nilai yang terkandung yang memang sudah ada di masyarakat Hindu dan Budha pada zaman keemasan Nusantara sehingga nilai kombinasi yang diperkenalkannya kepada masyarakat terbukti sangat cocok bahkan hingga saat ini. Terbukti bahwa daerah seperti Jogjakarta adalah salah satu daerah dengan eksistensi budaya yang sangat tinggi dan pranata sosial yang sangat beradab sebagai hasil penerapan konsep Hindu Budha dari para leluhur Bangsa Indonesia dengan nilai Islam sebagai budaya serapan baru.{{fact}}qadariyyah is wrong they are kubrawiyyah sufi order
-->
== Hubungan Keluarga Dengan Syekh Nurjati ==
Maulana Isa, Kakek dari Syekh Siti Jenar, adalah seorang tokoh agama yang berpengaruh pada zamannya.
Putranya bernama Syekh Datuk Ahmad dan Syekh Datuk Sholeh (ayah dari Syekh Siti Jenar).
Syekh Datuk Ahmad, kakak dari ayah Syekh Siti Jenar, memiliki putra yang selanjutnya dikenal dengan nama Syekh Nurjati.<ref>{{id}} [http://web.iaincirebon.ac.id/tutorial/biografi-syekh-nurjati/ Biografi Syekh Nurjati ] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150120102509/http://web.iaincirebon.ac.id/tutorial/biografi-syekh-nurjati/ |date=2015-01-20 }} Situs resmi IAIN Nurijati Cirebon.</ref><ref>{{id}} [http://dalmaspunya.blogspot.com/2013/02/perkembangan-islam-di-cirebon.html Biografi Syekh Nurjati] Drh. H. R. Bambang Irianto, BA dan Dra. Siti Fatimah, M.hum. 2009. Syekh Nurjati (Syekh Datul Kahfi) perintis Dakwah dan Pendidikan. Cirebon: Zulfana Cierbon.</ref>
== Dalam budaya populer ==
* Dalam film ''Sunan Kalijaga dan Syech Siti Jenar'' (1985), Syech Siti Jenar diperankan oleh [[Ratno Timoer]].
== Pranala luar ==
* {{en}} [http://www.eastjava.com/books/walisongo/html/otherwali/sitijenar.html Syekh Lemah Abang]
* {{id}} [http://www.pdat.co.id/hg/newbooks_pdat/2006/01/05/nwb,20060105-01,id.html Resensi ''Sufisme Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab Serat dan Suluk Siti Jenar''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060702045958/http://www.pdat.co.id/hg/newbooks_pdat/2006/01/05/nwb,20060105-01,id.html |date=2006-07-02 }}
* {{id}} [http://www.mesias.8k.com/jenar.htm Resensi ''Syekh Siti Jenar, Pergumulan Islam-Jawa''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060614181604/http://www.mesias.8k.com/jenar.htm |date=2006-06-14 }}
== Catatan kaki ==
|