Aji Muhammad Alimuddin: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(93 revisi perantara oleh 42 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
== Biografi ==
'''
==
'''KDYMM Ratu Permaisuri'''
# Adji Hasanah Atau Adji Ratu Limah Gelar Adji Ratu Rebaya Agung II Binti Adji Aminuddin Gelar Adji Pangeran Mangkunegara Bin Sultan Adji Muhammad Sulaiman
Aji Muhammad Alimuddin melakukan konsolidasi kekuasaan kesultanan pada masa pemerintahannya.<ref name=":2">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=FM0cAAAAMAAJ&q=aji+muhammad+alimuddin&dq=aji+muhammad+alimuddin&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi85Nbb6vHVAhUKNI8KHSh6AHE4ChDoAQglMAA|title=Pola penguasaan, pemilikan, dan penggunaan tanah secara tradisional daerah Kalimantan Timur|date=1990|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kanwil Depdikbud Propinsi Kalimantan Barat, Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Kalimantan Barat|language=id}}</ref> Langkahnya diawali sejak tahun 1900, berupa penarikan kembali semua tanah dinas (hak ''[[apanase]]''), yang berdasarkan hukum tanah Kutai keseluruhannya adalah milik sultan.<ref name=":2" /> Dengan demikian, potensi tambang [[batu bara]] dan [[minyak bumi]] berada dalam kontrol penguasaan kesultanan.<ref name=":4">{{Cite web|url=http://www.kutaikartanegaranews.com/p/pembukaan-tambang-batubara-pertama.html|title=Pembukaan Tambang Batu bara Pertama|website=www.kutaikartanegaranews.com|access-date=2017-08-25}}</ref>▼
'''KDYMM Ratu Mahadewi'''
Kesultanan Kutai Kartanegara berhasil mendapatkan hak kedaulatan pemerintahan sendiri pada masa pemerintahan Adji Muhammad Alimuddin ini, yaitu pada tahun 1902.<ref name=":1">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=Xv5vAAAAMAAJ&q=aji+muhammad+alimuddin&dq=aji+muhammad+alimuddin&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjIxYyr5fHVAhWKQ48KHQRhDO8Q6AEISTAH|title=Indonesia Magazine|date=1988|publisher=Yayasan Harapan Kita|language=en}}</ref> Ia juga pada tahun 1905 membagi daerah administratif kesultanan menjadi dua distrik; yaitu Ulu Mahakam dengan ibukotanya di [[Long Iram]], dan Muara Mahakam dengan ibukotanya di [[Kota Samarinda|Samarinda]].<ref name=":2" /><ref name=":3">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=vuPaAAAAMAAJ&q=aji+muhammad+alimuddin&dq=aji+muhammad+alimuddin&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi85Nbb6vHVAhUKNI8KHSh6AHE4ChDoAQgpMAE|title=Voice of Nature|date=1989|publisher=Yayasan Indonesia Hijau|language=en}}</ref> Di setiap ibukota distrik ditetapkan hakim untuk mengurus persoalan pengadilan.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=8pDtTo7RRocC&q=aji+muhammad+alimuddin&dq=aji+muhammad+alimuddin&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi85Nbb6vHVAhUKNI8KHSh6AHE4ChDoAQgvMAI|title=Sejarah daerah ...: Kalimantan Timur|date=1978|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah|language=id}}</ref>▼
# Adji Putri Anum Adiningrat
Daerah Ulu Mahakam kemudian disewakan kepada Belanda pada tahun 1908, dan kesultanan mendapatkan kompensasi royalti sebesar 12.990 gulden per tahun.<ref name=":4" /> Kehadiran pemerintahan dan pos militer Belanda di Long Iram mengundang datangnya para pedagang dari berbagai tempat untuk berbisnis di daerah pedalaman hulu [[Sungai Mahakam]], antara lain orang-orang [[Suku Banjar|Banjar]] dan [[Suku Dayak Bakumpai|Bakumpai]] dari [[Kalimantan Selatan]], serta orang-orang [[Suku Kutai|Kutai]], [[Suku Bugis|Bugis]], dan [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] dari Samarinda.<ref name=":5" />▼
'''KDYMM Ratu Leko'''
Di masa pemerintahannya pula, yaitu pada tahun 1907, [[Misionaris|misi]] [[Gereja Katolik Roma|Gereja Katolik]] pertama dengan pusat gerakannya ([[stasi]]) di [[Laham, Laham, Mahakam Ulu|Laham]], [[Kabupaten Kutai Barat|Kutai Barat]], mulai dikembangkan.<ref name=":4" /><ref name=":5">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?hl=id&id=b1R_AAAAMAAJ&dq=laham+misi+katolik+pertama+di+kalimantan&focus=searchwithinvolume&q=sekolah+1911|title=Kearifan tradisional masyarakat pedesaan dalam pemeliharaan lingkungan hidup di Kalimantan Timur|last=Maula|first=Amiruddin|last2=(Indonesia)|first2=Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya|date=1991|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya|language=id}}</ref> Selanjutnya misi tersebut juga membuka sekolah di sana pada tahun 1911.<ref name=":5" />▼
# Adji Gibek Binti Adji Sampai Bin Adji Soeka Bin Adji Nenut Bin Adji Pangeran Rawan Bin Adji Pangeran Dikota Bin Adji Pangeran Dipati Tua
'''KDYMM Ratu Mahtoer'''
# Adji Gibek▼
# Ratu Kekew gelar Ratu Prabu Ningsih
''' YM Selir Sang Nata
# Dayang Betje
# Dayang Ebek Binti Aw. Kumbeng▼
▲# Dayang Ebek
'''YM Gundik Aji'''
# Dayang Redaj
# Dayang Tjekki
Baris 25 ⟶ 31:
# Dayang Rekiyah
# Dayang Minot
# Dayang Rendai Gelar Raden Retno Kencono dari Kota Bangun
▲# Adji Putri Anum Adiningrat binti Adji Indra gelar Adji Pangeran Ratu I Bin Sultan Adji Muhammad Salehuddin I
Anak
# Adji Muhammad
# Adji Mahmoed gelar Adji Pangeran Sosro Negoro II
# Adji Meleng gelar Adji Pangeran Kesuma Adiningrat
# Adji Muhammad Parikesit / Adji Kaget / Adji Geger / Sultan Adji Muhammad Parikesit
# Adji Addin / Haji Adji gelar Adji Pangeran Tumenggung Pranoto adalah Gubenur Pertama Provinsi Kalimantan Timur
# Adji Uddin gelar Adji Pangeran Kartanegara
# Adji Sunggo gelar Adji Raden Ratna Wati
# Adji Lobak Sarbiah gelar Adji Raden Lesminingpuri
Baris 43 ⟶ 48:
# Adji Mudjenah
# Adji Saidah gelar Adji Raden Djuwito Utomo Putro
# Adji Mariam
# Adji Mesiah gelar Adji Raden Sinto Putro
# Adji Beduj Atau Adji Baduyah gelar Adji Raden
== Masa pemerintahan ==
▲Aji Muhammad Alimuddin melakukan konsolidasi kekuasaan kesultanan pada masa pemerintahannya.<ref name=":2">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=FM0cAAAAMAAJ&q=aji+muhammad+alimuddin&dq=aji+muhammad+alimuddin&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi85Nbb6vHVAhUKNI8KHSh6AHE4ChDoAQglMAA|title=Pola penguasaan, pemilikan, dan penggunaan tanah secara tradisional daerah Kalimantan Timur|date=1990|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kanwil Depdikbud Propinsi Kalimantan Barat, Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Kalimantan Barat|language=id}}</ref> Langkahnya diawali sejak tahun 1900, berupa penarikan kembali semua tanah dinas (hak ''[[apanase]]''), yang berdasarkan hukum tanah Kutai keseluruhannya adalah milik sultan.<ref name=":2" /> Dengan demikian, potensi tambang [[batu bara]] dan [[minyak bumi]] berada dalam kontrol penguasaan kesultanan.<ref name=":4">{{Cite web|url=http://www.kutaikartanegaranews.com/p/pembukaan-tambang-batubara-pertama.html|title=Pembukaan Tambang Batu bara Pertama|website=www.kutaikartanegaranews.com|access-date=2017-08-25}}</ref>
▲Kesultanan Kutai Kartanegara berhasil mendapatkan hak kedaulatan pemerintahan sendiri pada masa pemerintahan Adji Muhammad Alimuddin ini, yaitu pada tahun 1902.<ref name=":1">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=Xv5vAAAAMAAJ&q=aji+muhammad+alimuddin&dq=aji+muhammad+alimuddin&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjIxYyr5fHVAhWKQ48KHQRhDO8Q6AEISTAH|title=Indonesia Magazine|date=1988|publisher=Yayasan Harapan Kita|language=en}}</ref> Ia juga pada tahun 1905 membagi daerah administratif kesultanan menjadi dua distrik; yaitu Ulu Mahakam dengan
▲Daerah Ulu Mahakam kemudian disewakan kepada Belanda pada tahun 1908, dan kesultanan mendapatkan kompensasi royalti sebesar 12.990 gulden per tahun.<ref name=":4" /> Kehadiran pemerintahan dan pos militer Belanda di Long Iram mengundang datangnya para pedagang dari berbagai tempat untuk berbisnis di daerah pedalaman hulu [[Sungai Mahakam]], antara lain orang-orang [[Suku Banjar|Banjar]] dan [[Suku Dayak Bakumpai|Bakumpai]] dari [[Kalimantan Selatan]], serta orang-orang [[Suku Kutai|Kutai]], [[Suku Bugis|Bugis]], dan [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] dari Samarinda.<ref name=":5" />
▲Di masa pemerintahannya pula, yaitu pada tahun 1907, [[Misionaris|misi]] [[Gereja Katolik Roma|Gereja Katolik]] pertama dengan pusat gerakannya ([[stasi]]) di [[Laham, Laham, Mahakam Ulu|Laham]], [[Kabupaten Kutai Barat|Kutai Barat]], mulai dikembangkan.<ref name=":4" /><ref name=":5">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?hl=id&id=b1R_AAAAMAAJ&dq=laham+misi+katolik+pertama+di+kalimantan&focus=searchwithinvolume&q=sekolah+1911|title=Kearifan tradisional masyarakat pedesaan dalam pemeliharaan lingkungan hidup di Kalimantan Timur|last=Maula|first=Amiruddin|last2=(Indonesia)|first2=Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya|date=1991|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya|language=id}}</ref> Selanjutnya misi tersebut juga membuka sekolah di sana pada tahun 1911.<ref name=":5" />
== Wafat dan penerus ==
[[Berkas:Sultan A.M. Alimuddin and Pangeran Noto Igomo tombs.jpg|jmpl|Makam Sultan Aji Muhammad Alimuddin di [[Tenggarong, Kutai Kartanegara|Tenggarong]].]]
Sultan Adji Muhammad Alimuddin wafat pada
Anaknya [[Aji Muhammad Parikesit]] (atau Adji Kaget) diangkat menjadi penggantinya, namun karena masih di bawah umur, maka berada dalam Dewan Perwalian yang dipimpin oleh pamannya sebagai ketua, yaitu Adji Pangeran Mangkunegoro.<ref name=":1" /><ref name=":3" /> Pemerintahan kesultanan selama sepuluh tahun kemudian dipegang oleh
== Lihat pula ==
Baris 62 ⟶ 75:
{{kotak mulai}}
{{kotak suksesi|jabatan=[[Sultan Kutai|Sultan Kutai Kartanegara]]|tahun=
{{kotak selesai}}
{{Portal bar|Islam|Biografi|Sejarah}}
<!--anda dapat berkontribusi dalam pelacakan artikel biografi tokoh muslim di wikipedia dengan menambahkan templat ini pada halaman tokoh muslim yang belum terhimpun di dalam kategori pelacakan --Kategori:Semua artikel biografi tokoh muslim -- Lihat Templat:Lifetime-Tokoh-Muslim -->
{{Lifetime-Tokoh-Muslim
|sort =
|hari_lahir =
|tgl_lahir_h =
Baris 91 ⟶ 102:
|tempat_makam =
}}
[[Kategori:Sultan Kutai]]
[[Kategori:Kematian 1910]]
|