Saluak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(47 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{inuse}}
[[Berkas:Minangkabau wedding 2.jpg|jmpl|250px|Pengantin dalam balutan [[Busana tradisional Sumatera Barat|pakaian Minangkabau]]. Mempelai pria mengenakan saluak sedangkan mempelai wanita mengenakan [[suntiang]].]]
 
'''Saluak''' merupakanadalah tutup kepala laki-laki yang terutama terdapat pada pakaian [[penghulu]] di [[Orang Minangkabau|Minangkabau]]. Tutup kepala ini terbuat dari kain [[songket]] atau kain batik berbahan katun dengan warna dasar cokelat atau merah, bergantung pada asalwarna pakaian yang daerahdigunakan. Saluak dipasang ke kepala dengan memiringkannya ke kiri saat. Ciri khas tutup kepala ini terletak pada kerutan atau lipatan yang membentuk jenjang, jumlahnyapada berkisarumumnya dariberjumlah lima, tapi ada pula sampai tiga belas kerutan.{{sfn|Nadya Amelia|2017}}
 
Saluak merupakan salah satu kelengkapan seorang penghulu dalam upacara adat di Minangkabau, seperti [[batagak pangulu]]. Bagi penghulu, kerutan atau lipatan pada saluak bertingkat-tingkat melambangkan banyak undang-undang yang harus dipatuhi oleh seorang penghulu.{{sfn|Afifah Asriati|2011}}
 
Selain dipakai oleh penghulu, tutup kepala ini dipakai oleh pengantin laki-laki pada waktu upacara [[Pernikahan Minangkabau|pernikahan]].{{sfn|Nazif Basir|Elly Kasim|1997}}
 
== Bentuk ==
{{Multiple image|direction=horizontal|align=left|image1=COLLECTIE TROPENMUSEUM Een opgemaakte gebatikte hoofddoek TMnr 1244-16.jpg|image2=Lyon 2e - Musée des Confluences - Le monde en tête, la donation Antoine de Galbert (2019) - Coiffe cérémonielle d'homme, saluak deta batimbo kayu.jpg|width1=125|width2=141|footer=Model saluak, koleksi Tropenmuseum, [[Belanda]] (kiri) dan [[Musée des Confluences]], [[Prancis]] (kanan).}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een opgemaakte gebatikte hoofddoek TMnr 1244-16.jpg|jmpl|250px|Model slauak]]
 
Saluak berasal dari bentangan kain berbentuk segi empat berukuran 80 meter persegi. Kain direndamkan terlebih dahulu ke dalam cairan [[Tapioka|tepung kanji]] yang telah dimasak. Dalam keadaan basah, kedua sudut kain yang berlawanan dipertemukan sehingga membentuk segitiga. Pinggir (alas) segitiga dibuat lipatan sebanyak yang diinginkan, biasanya lima sampai tiga belas. Setelah itu, dibuat lingkaran seukuran besar kepala dengan menyilangkan kedua ujungnya. Ujung silangan bagian dalam dilipat membalut ujung bagian luar dan selanjutnya dimasukkan ke dalam, sedangkan ujung silangan bagian luar dilipat ke atas sehingga menutup sebagian lubang lingkaran. Selanjutnya, ujung-ujung puncak segitiga yang dua lapis ditutupkan sehingga bertemu dengan ujung lipatan yang sebelah ke luar pertama dan akhirnya kedua ujung tersebut menutupi lubang lingkaran bersama-sama dengan ujung sebelah bawah yang dilipatkan ke atas. Sesudah itu, dilanjutkan dengan penataan akhir.{{sfn|Anwar Ibrahim|1986|pp=151–152}}
Kain dibentuk sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk melingkar dengan bagian depan datar dan terdapat kerutan-kerutan bertingkat. Untuk membentuknya, digunakan peniti. Bagaian bawah berongga. Dihiasi songketan benang emas teknik alat tenun bukan mesin membentuk moltif melalui jalur tertentu. Permukaan bermotifkan batang pinang, bunga tanjung.
 
Bentuk saluak seperti [[songkok]], tapi bagian atasnya mengikuti bentuk kepala. Bagian muka saluak dibuat datar dan terdapat kerut-kerut hasil lipatan kain, yang membentuk jenjang. Peniti digunakan untuk membentuk kerutan saluak dengan cara menyematkannya pada bagian atas saluak. Pada bagian sisi belakang saluak, terdapat pilinan ujung sisi kiri dan ujung sisi kanan kain saluak. Adapun bagian dalam saluak mengikuti bentuk luar saluak, yakni terdapat kerut-kerutan hasil lipatan kain.{{sfn|Anwar Ibrahim|1986|pp=27}}{{sfn|Dina Herlina Sari|2015|pp=4–9}}
Bagian muka saluak ditata berkerut-kerut membentuk jenjang, bagian atasnya datar, sedangkan di bagian belakang kepala berbentuk bundar/melingkar.
 
SaluakKain terbuatpada darisaluak kaindapat ukuranberupa segikain empat dengan bentuk tinggi pada bagian kanan[[songket]] atau pusarnya.kain Bagianbatik atasberbahan saluak berbentuk datar dengan disematkan jarum peniti disetiap bagiannyakatun. BagianSaluak sisiyang belakangdigunakan saluakoleh berbentukpengantin pilinanlaki-laki ujungbiasanya sisimerupakan kirikain dansongket ujungberbenang sisi kanan saluakemas. BagianMotifnya dalamberupa saluakbatang mengikutipinang, bentukbunga luartanjung, saluak dengan bentuk bagian dalam lipatan saluakdan jugatumbuhan berkerutlainnya. Warna saluak penghulu mengikuti warna bahan batik yang digunakan, seperti warna-warna cokelat tua, cokelat muda dan warna merah bata. danPada saluak yang terbuat dari kain batik, segicenderung empatberwarna gelap.{{sfn|Nazif Basir|Elly Kasim|1997}}{{sfn|Dina Herlina Sari|2015|pp=84–9}}
 
Berdasarkan pengamatan penulis saluak penghulu terbuat dari bahan batik yang bermotif, dengan tekstur bahan kusam, tebal atau tidak transparan dan kaku.{{sfn|Dina Herlina Sari|2015|pp=8}}
 
== Makna ==
Lipatan-lipatan saluak melambangkan lilitan akal yangseorang berlipatpimpinan danadat. Penghulu mampu menyimpan rahasia. Seorang penghulu, tidak boleh terburu-buru dalam mengambil keputusan, dan selalu bermusyawarah dengan sanak saudara. Dalam pepatah, lipatan-lipatan saluak yang berbentuk jenjang melambangkan aturan hidup orang Minangkabau yang "berjenjang naik, bertangga turun".{{sfn|Anwar Ibrahim|1986|pp=28}}
Kerutan-kerutan ini melambangkan aturan hidup orang Minangkabau yang diungkapkan melalui pepatah "berjenjang naik, bertangga turun". Tetapi pada penghulu mempunyai makna yaitu lilitan akal dan ikhtiar pemimpin adat yang memakainya untuk mencari inisiatif melindungi dan memelihara serta meyakinkan masyarakat menuju kesempurnaan dan ketenangan hidup bersama.
 
SaluakLipatan-lipatan terbuatsaluak dari kain dan memiliki kerut sebanyakberjumlah lima lipatan sampai tiga belas lipatan. Jumlah ini biasanya dilekatkandikaitkan dengan makna [[Adat Minangkabau|adat Minang]] atau [[Islam]]. Lima lipatan dapat melambangkan lima unsur dalam adat Minangkabau, yaitu penghulu, katibkhatib, pemerintah, cerdik pandai, dan manti atau dubalang. Adapun 13 kerutan dapat diartikan sebagai jumlah rukun salat. Kerutan pada saluak apabila dikembangkan akan melebar, yang dilambangkan sebagai luasnya pengetahuan seorang penghulu sehingga sanggup melaksanakan tugasnya menyelamatkan anak kemenakannya.{{sfn|Anwar Ibrahim|1986|pp=28}}
Lipatan-lipatan saluak melambangkan akal yang berlipat dan mampu menyimpan rahasia. Seorang penghulu tidak boleh terburu-buru dalam mengambil keputusan, dan selalu bermusyawarah dengan sanak saudara.
 
Saluak tidak menggunakan jahitan, melainkan hanya menggunakan peniti atau diikat, yang bermakna peraturan yang dimufakatkan oleh ninik mamak dapat diubah sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat.{{sfn|Dina Herlina Sari|2015|pp=10–11}}
Saluak terbuat dari kain dan memiliki kerut sebanyak lima lipatan sampai tiga belas lipatan. Jumlah ini biasanya dilekatkan dengan makna adat Minang atau Islam. Lima lipatan dapat melambangkan lima unsur dalam adat Minangkabau, yaitu penghulu, katib, pemerintah, cerdik pandai, dan manti atau dubalang. Adapun 13 kerutan dapat diartikan sebagai jumlah rukun salat.
 
== Pemakaian ==
Kerutan pada saluak apabila dikembangkan akan melebar, yang dilambangkan sebagai luasnya pengetahuan seorang penghulu sehingga sanggup melaksanakan tugasnya menyelamatkan anak kemenakannya. Panjang saluak melambangkan seorang penghulu menjadi pendukung dan pelindung anak kemenakan.
[[Berkas:Mahyeldi Ansharullah Datuak.jpg|jmpl|250px|Saluak dikenakan oleh Wali Kota Padang [[Mahyeldi Ansharullah]] yang bergelar Datuak Marajo]]
 
Cara pemakaian saluak yaitu dengan dimiringkan ke arah kiri. Bagian pusar saluak berada di tengah dahi, sejajar dengan tulang hidung.{{sfn|Dina Herlina Sari|2015|pp=4–9}}
Saluak berasal dari kata seluk beluk yaitu saling terikat yang merupakan pakaian kehormatan niniak mamak yang digunakan sebagai penutup kepala, memiliki lipatan yang berjumlah delapan, mengumpamakan niniak mamak sebagai sebatang pohon besar di tengah kota.{{sfn|Dina Herlina Sari|2015|pp=10}}
 
Saluak dipakai oleh penghulu. Dalam pemakaiannya, tidak sembarangan orang yang boleh menggunakannya, hanya penghulu yang dianggap sudah memiliki ilmu serta memahami setiap tugas dan tanggung jawabnya.{{sfn|Dina Herlina Sari|2015|pp=10–11}}
== Cara pemakaian ==
Cara pemakaian saluak tergantung pada tingkatan niniak mamak dalam menjalankan adat di masing-masing kenagarian, cara pemakaian saluak yaitu dengan dimiringkan ke arah kiri dan bagian pusar soluak berada ditengah dahi sejajar dengan tulang hidung. Hal ini sesuai dengan pendapat Riza (1996/1997: 37) mengatakan bahwa “Saluak dikenakan dengan cara memiringkan ke kiri”{{sfn|Dina Herlina Sari|2015}}
 
== Rujukan ==
Baris 39 ⟶ 36:
{{refbegin}}
* {{cite journal|title=Studi Tentang Saluak Penghulu di Kota Payakumbuh|url=https://media.neliti.com/media/publications/75624-ID-studi-tentang-saluak-penghulu-di-kota-pa.pdf|author=Dina Herlina Sari|publisher=Universitas Negeri Padang|work=Journal Home Economic and Tourism|year=2015|volume=8|issue=1|ref= {{sfnRef|Dina Herlina Sari|2015}}}}
* {{cite web|title=Koleksi Saluak di Museum Adityawarman|url=http://www.museumadityawarman.org/more-koleksii?id=574|author=Ira Rachmawati |publisher=Museum Adityawarman|year=2018|ref= {{sfnRef|Museum Adityawarman|2018}}|access-date=2019-03-07|archive-date=2019-04-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20190403063518/http://www.museumadityawarman.org/more-koleksii%3Fid%3D574|dead-url=yes}}
* {{cite book|title=Tata Cara Perkawinan Adat Istiadat Minangkabau|author1=Nazif Basir|authorlink1=Nazif Basir|author2=Elly Kasim|authorlink2=Elly Kasim|url=https://books.google.co.id/books?id=PI9uAAAAMAAJ&q=Saluak+minangkabau&dq=Saluak+minangkabau&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjwqOm6qPDgAhVo6XMBHZ4HBFIQ6AEIMzAC|year=1997|publisher=Elly Kasim Collections|ref= {{sfnRef|Nazif Basir|Elly Kasim|1997}}}}
* {{cite journal|title=Nama dan Makna Bagian-Bagian Pakaian Penghulu Minangkabau Di Kenagarian Kacang Kecamatan X Koto Singkarak Kabupaten Solok |url=http://ejournal.unp.ac.id/index.php/ibs/article/viewFile/9869/7339|author=Nadya Amelia|publisher=Universitas Negeri Padang|work=Jurnal Bahasa dan Sastra|year=2017|volume=5|issue=1|ref= {{sfnRef|Nadya Amelia|2017}}}}
* {{cite book|title=Pakaian Adat Tradisional Daerah Provinsi Sumatera Barat|author=Anwar Ibrahim|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/8265/1/PAKAIAN%20TRADISIONAL%20SUMATERA%20BARAT.pdf|year=1986|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional |work=Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah|ref= {{sfnRef|Anwar Ibrahim|1986}}}}
* {{cite book|title=Degradasi Makna Simbolik Busana Adat Minangkabau|author=Afifah Asriati|url=http://repository.unp.ac.id/707/1/AFIFAH%20ASRIATI_125_13.pdf|year=2011|work=Univeristas Negeri Padang|ref= {{sfnRef|Afifah Asriati|2011}}}}
 
== Pranala luar ==
* {{cite web|title=Koleksi Saluak di Museum Adityawarman|url=http://www.museumadityawarman.org/more-koleksii?id=574|author=Ira Rachmawati |publisher=Museum Adityawarman|year=2018|ref= {{sfnRef|Museum Adityawarman|2018}}}}
* https://roots.sg/Roots/learn/collections/listing/1129377 {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190730010605/https://roots.sg/Roots/learn/collections/listing/1129377 |date=2019-07-30 }}
 
* http://repository.unp.ac.id/17885/1/buku%20pakaian%20penganten.pdf
* {{cite web|title=Hiasan Kepala Laki-Laki Minang: Saluak, Peci, Deta|author=Safitri Ahmad|url=http://jamgadang04.com/hiasan-kepala-laki-laki-minang-saluak-peci-deta/.html|date=1 Februari 2018|ref= {{sfnRef|Safitri Ahmad|1 Februari 2018}}}}
 
 
[[Kategori:Pakaian adat Minangkabau]]
[[Kategori:Pakaian Indonesia]]
[[Kategori:Penutup kepala]]