Nawawi al-Bantani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dnhzndra (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Dasimarajo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(79 revisi perantara oleh 50 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Berbunga-bunga}}{{hatnote|"Syekh Nawawi" beralih ke halaman ini. Artikel ini membahas mengenai biografi [[Ulama]] besar [[Mazhab Syafi'i]] berkebangsaan [[Indonesia]]. Untuk [[Ulama]] besar [[Mazhab Syafi'i]] berkebangsaan [[Suriah]], lihat [[Abu Zakaria Muhyuddin an-Nawawi|Imam Nawawi]].}}
{{Infobox Ulama Muslim
|honorific_prefix = SyekhSyaikh Muhammad Nawawi al-Bantani
|image =Lukisan Syekh Nawawi al-Bantani oleh Kang Alam.jpg
|caption = Lukisan Syekh Nawawi al-Bantani oleh Kang Alam
|title =
lihat [[Nawawi al-Bantani#Gelar-gelar|Gelar-gelar]]
|kunya = Abu AbdulAbdil Mu'ti
|name = Muhammad Nawawi
|nasab = bin Umar
|nisbah = at-TanaraTanari al-Bantani al-Jawi
|parents = Umar (ayah)<br>Zubaedah (ibu)
|relatives =
|spouse =Nasimah<br>Hamdanah nyai nasimah (istri)
|children =Abdul Mu'ti, Nafisah, Maryam, Rubi'ah, Zuhrah
|birth_name = Muhammad Nawawi bin Umar
|birth_date = [[1813]] [[Masehi]]
|birth_place = {{flagicon|Kesultanan Banten}} [[Tanara, Serang|Tanara]], [[Kabupaten Serang|Serang]], [[Kesultanan Banten|Banten]]
|death_date = {{Death[[1897]] year and age|1897|1813|}}[[Masehi]]
|death_place = {{flagicon|Kesultanan Utsmaniyah}} [[Mekkah]], [[Hijaz]], [[Kesultanan Utsmaniyah]]
|death_cause =
|resting_place = [[Jannatul Mu'alla]], [[Mekkah]]
|other_names = Syekh Nawawi<br>Syekh Nawawi Banten
|nationality = {{flagicon|Kesultanan Banten}} [[Kesultanan Banten|Banten]]<br>{{negara|IndonesiaHindia Belanda}} [[IndonesiaHindia Belanda]]
|ethnicityera = 12 [[Suku Banten|BantenHijriyah]]
|era = 14 [[Hijriyah]]
|region = [[Mekkah]], [[Hijaz]]
|occupation = Imam [[Masjidil Haram]]
Baris 37:
|awards =
|influences =
|influenced = [[Hasjim Asy'ari]], [[Kholil al-Bangkalani]], [[Arsyad Thawil al-Bantani]], [[Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri]], [[Sulaiman Ar-Rasuli|Sulaiman ar-Rasuli]], [[Nawawi al-Bantani#Murid-muridnya|Dan Murid-murid Lainnya]]
|module =
|signature =
}}
 
'''Al-Imaam Al-'Allaamah Asy-Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani at-Tanari asy-Syafi'''i ({{lang-ar|الإمام العلامة الشيخ محمد نووي بن عمر الجاوي البنتني التناري الشافعي}})''' atau lebih dikenal '''Syekh Nawawi al-Bantani''' (lahir di [[Tanara, Serang]], sekitar tahun 1230 H/''[[Hijriyah]]'' atau 1813 M''[[Masehi]]'' - meninggalwafat di [[Mekkah]], [[Hijaz]], sekitar tahun 1314 H/''[[Hijriyah]]'' atau 1897 M''[[Masehi]]'') adalah salah seorang [[Ulama|'ulama besar]] asal [[Indonesia]] bertaraf [[Internasional]] yang menjadi Imam [[Masjidil Haram]] di [[Saudi Arabia]]. Ia bergelar ''al-Bantani'' karena berasal dari [[Banten]], [[Indonesia]]. Ia adalah seorang ulama dan intelektual yang sangat produktif menulis kitab, jumlah karyanya tidak kurang dari 115 kitab yang meliputi bidang ilmu [[fiqih]], [[tauhid]], [[tasawuf]], [[tafsir]], dan [[hadis]].
 
Karena kemasyhurannya, Syekh Nawawi al-Bantani kemudian dijuluki '''Sayyid Ulama al-Hijaz''' (Pemimpin Ulama Hijaz), '''al-Imam al-Muhaqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq''' (Imam yang Mumpuni ilmunya), '''A'yan Ulama al-Qarn al-Ram Asyar li al-Hijrah''' (Tokoh Ulama Abad 14 [[Hijriyah]]), hingga '''Imam Ulama al-Haramain''', (Imam 'Ulama Dua Kota Suci).
 
== Biografi ==
Syekh Nawawi lahir dalamdi tradisiKampung keagamaanTanara yang sangat kuat di KampungDesa Tanara, sebuah desa kecil di kecamatan [[Tirtayasa, Serang|Tirtayasa]], Kabupaten [[Serang]](dulu, [[Banten]]sekarang (Sekarang di Kampung Pesisir,Kecamatan [[Pedaleman, Tanara, Serang|Desa PadalemanTanara]]), KecamatanKabupaten [[TanaraSerang]], Serang[[Banten]]) pada tahun 1230 [[Hijriyah]] atau [[1815]] [[Masehi]], dengan nama Muhammad Nawawi bin 'Umar bin 'Arabi al-Bantani. Dia adalah sulung dari tujuh bersaudara, yaitu Ahmad Syihabudin, Tamim, Said, Abdullah, Tsaqilah dan Sariyah. Ia merupakan generasi ke-12 dari [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Sultan Maulana Hasanuddin]], [[Daftar Sultan Banten|raja pertama Banten]] Putra [[Sunan Gunung Jati]], [[Cirebon]]. Nasabnya melalui jalur [[Kesultanan Banten]] ini sampai kepada Nabi [[Muhammad]] {{SAW}}.
 
Ayah Syekh Nawawi merupakan seorang Ulama lokal di [[Banten]], Syekh Umar bin Arabi al-Bantani, sedangkan ibunya bernama Zubaedah, seorang ibu rumah tangga biasa.
 
Syaikh Nawawi menikah dengan Nyai Nasimah, gadis asal [[Tanara, Serang]] dan dikaruniai 3 orang anak: Nafisah, Maryam, Rubi'ah. Sang istri wafat mendahului dia.{{sfn|Majalah Alkisah edisi 15 Februari 2004|p=100}}
 
== Silsilah ==
Berikut adalah silsilah Syekh Nawawi al-Bantani sampai kepada [[Rasulullah]] {{SAW}}<ref>{{citeweb|last=Machrus|first=Mohammad|url=http://maahaddaarulfalah.blogspot.com/2014/03/silsilah-syekh-nawawi-tanara-al-bantani.html|title=Silsilah Syekh Nawawi Tanara al-Bantani|website=[http://maahaddaarulfalah.blogspot.com Yayasan Pondok Pesantren Daarul Falah - Ciloang]|date=2014|language=id|access-date=25 Mei 2017}}</ref> :
# Syekh Nawawi al-Bantani bin
# Syekh Umar al-Bantani bin
# Syekh Arabi al-Bantani bin
# Syekh Ali al-Bantani bin
# Syekh Jamad al-Bantani bin
# Syekh Janta al-Bantani bin
# Syekh Masbuqil al-Bantani bin
# Syekh Maskun al-Bantani bin
# Syekh Masnun al-Bantani bin
# Syekh Maswi al-Bantani bin
# Syekh Tajul Arsy al-Bantani (Pangeran Sunyararas) bin
# [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Sultan Maulana Hasanuddin]] bin
# [[Sunan Gunung Jati|Sultan Syarif Hidayatullah]] bin
# [[Syarif Abdullah Umdatuddin|Syarif Abdullah Umdatuddin Azmatkhan]] bin
# [[Ali Nurul Alam|Sayyid Ali Nurul Alam Azmatkhan]] bin
# [[Jamaluddin Akbar al-Husaini|Sayyid Jamaluddin Akbar Azmatkhan al-Husaini]] (Syekh Jumadil Kubro) bin
# Sayyid Ahmad Jalal Syah Azmatkhan bin
# Sayyid Abdullah Azmatkhan bin
# [[Azmatkhan|Sayyid Abdul Malik Azmatkhan]] bin
# Sayyid Alawi Ammil Faqih ([[Hadramaut]]) bin
# [[Muhammad Shahib Mirbath|Sayyid Muhammad Shahib Mirbath]] ([[Hadramaut]]) bin
# [[Ali Khali' Qasam|Sayyid Ali Khali' Qasam]] bin
# Sayyid Alawi ats-Tsani bin
# Sayyid Muhammad Sohibus Saumi'ah bin
# Sayyid Alawi Awwal bin
# Sayyid al-Imam 'Ubaidillah bin
# [[Ahmad al-Muhajir|Sayyid Ahmad al-Muhajir]] bin
# Sayyid 'Isa Naqib ar-Rumi bin
# Sayyid Muhammad an-Naqib bin
# [[Ali bin Ja'far|Sayyid al-Imam Ali Uradhi]] bin
# [[Ja'far ash-Shadiq|Sayyidina Ja'far ash-Shadiq]] bin
# [[Muhammad al-Baqir|Sayyidina Muhammad al-Baqir]] bin
# [[Ali bin Husain|Sayyidina Ali Zainal Abidin]] bin
# [[Husain bin Ali|Sayyidina Husain]] bin
# [[Ali bin Abi Thalib|Sayyidina Ali bin Abi Thalib]] dan [[Fatimah az-Zahra|Sayyidah Fatimah az-Zahra]] binti
# [[Muhammad|Sayyidina Muhammad]] {{SAW}}
 
== Pendidikan ==
Baris 98 ⟶ 59:
 
== Guru-Gurunya ==
Berikut adalah para ulama yang pernah ditimba ilmunya oleh Syekh Nawawi:<ref name=':5'>{{citeweb|last=Khoirul|first=A.|url=http://www.nu.or.id/post/read/11185/para-ulama-makkah-pun-berguru-kepadanya|title=Ulama Makkah Pun Berguru Kepadanya|date=1 Februari 2008|website=nu.or.id|language=id|access-date=25 Mei 2017}}</ref> :
*# Syekh Umar bin Arabi al-Bantani (Ayahnya)
*# K.H. Sahal al-Bantani
*# [[Baing Yusuf|Syekh Baing Yusuf]] [[Purwakarta]]
*# [[Syaikh Achmad Khotib Al-Syambasi|Syekh Ahmad Khatib asy-Syambasi]]
*# [[Syaikh Ahmad Zaini Dahlan|Syekh Ahmad Zaini Dahlan]]
*# Syekh Abdul Ghani al-Bimawi
*# Syekh Yusuf Sumbulaweni
*# Syekh Abdul Hamid Daghestani
*# Syekh Sayyid Ahmad Nahrawi
*# Syekh Ahmad Dimyati
*# Syekh Muhammad Khatib Duma al-Hambali
*# Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Maliki
*# [[Junaid al-Batawi|Syekh Junaid al-Batawi]]
*# Syekh Zainuddin Aceh
*# Syekh Syihabuddin
*# Syekh Yusuf bin [[Muhammad Arsyad al-Banjari]]
*# [[Abdus Samad al-Palimbani|Syekh Abdush Shamad bin Abdurahman al-Falimbani]]
*# Syekh Mahmud Kinan al-Falimbani
*# Syekh Aqib bin Hasanuddin al-Falimbani
*# Dan lain sebagainya.
 
== Peranan dan Perjuangan ==
=== Nasionalisme dan Pengabdian di Masjidil Haram ===
Setelah tiga tahun bermukim di [[Mekkah]], Syekh Nawawi pulang ke [[Banten]] sekitar tahun [[1828]] [[Masehi]]. Sampai di tanah air dia menyaksikan praktik-praktik ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan penindasan yang dilakukan pemerintah [[Hindia Belanda]] terhadap rakyat. Tak ayal, gelora jihad pun berkobar. Sebagai intelektual yang memiliki komitmen tinggi terhadap prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran, Syekh Nawawi kemudian berdakwah keliling [[Banten]] mengobarkan perlawanan terhadap penjajah sampai pemerintah [[Belanda]] membatasi gara-geriknya, seperti dilarang berkhutbah di masjid-masjid.<ref name=':4'>{{cite episode |title=Syekh Nawawi al-Bantani |series=Perjalanan 3 Wanita |first1= |last1=Salmah |first2= |last2=Rimma |first3= |last3=Vidia |network=[[Trans TV]] |date=10 Juli 2007}}</ref>. Bahkan belakangan dia dituduh sebagai pengikut [[Pangeran Diponegoro]] yang ketika itu sedang mengobarkan perlawanan terhadap penjajahan [[Belanda]] ([[1825]] - [[1830]] [[Masehi]]), hingga akhirnya ia kembali ke [[Mekkah]] setelah ada tekanan pengusiran dari [[Belanda]], tepat ketika puncak terjadinya [[Perang Diponegoro|Perlawanan Pangeran Diponegoro]] pada tahun [[1830]]. Begitu sampai di Mekkah dia segera kembali memperdalam ilmu agama kepada guru-gurunya.<ref name=':2' />
 
Syekh Nawawi mulai masyhur ketika menetap di Syi'ib 'Ali, Mekkah. Dia mengajar di halaman rumahnya. Mula-mula muridnya cuma puluhan, tetapi semakin lama jumlahnya kian banyak. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia. Hingga jadilah Syekh Nawawi al-Bantani sebagai ulama yang dikenal piawai dalam ilmu agama, terutama tentang [[tauhid]], [[fiqih]], [[tafsir]], dan [[tasawwuf]].
Baris 134 ⟶ 95:
Selain pelajaran agama, Syekh Nawawi juga mengajarkan makna kemerdekaan, anti [[Kolonialisme]] dan [[Imperialisme]] dengan cara yang halus. Mencetak kader patriotik yang di kemudian hari mampu menegakkan kebenaran. Perjuangan yang dilakukan Syekh Nawawi memang tidak dalam bentuk revolusi fisik, namun lewat pendidikan dalam menumbuhkan semangat kebangkitan dan jiwa nasionalisme.
 
Di sampingDisamping itu, upaya pembinaan yang dilakukan Syekh Nawawi terhadap komunitas al-Jawwi di [[Mekkah]] juga menjadi perhatian serius dari pemerintahan [[Belanda]] di [[Indonesia]]. Produktivitas komunitas al-Jawwi untuk menghasilkan alumni-alumni yang memiliki integritas keilmuan agama dan jiwa nasionalisme, menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Belanda. Untuk mengantisipasi ruang gerak komunitas al-Jawwi ini maka pemerintah [[Belanda]] mengutus penasihat pemerintah, [[Christian Snouck Hurgronje]] untuk berkunjung ke Mekkah pada tahun [[1884]] - [[1885]]. Kedatangan Snouck ini bertujuan untuk meneliti lebih lanjut dan melihat secara langsung berbagai hal yang telah dilakukan oleh ulama Indonesia yang tergabung dalam komunitas al-Jawwi.<ref name=':3' />
=== Pendapat Penentangan di Arab Saudi ===
Meskipun saat itu [[Arab Saudi]] Kerajaan Arab Saudi melarang ziarah kubur dengan alasan bidah, namun Syekh Nawawi tidak menentang praktik ini. Pendapat ini dilandasi temuan Syekh Nawawi tentang ketentuan hukumnya dalam ajaran Islam. Syekh Nawawi bahkan menganjurkan umat Islam untuk menghormati makam-makam orang yang berjasa dalam sejarah Islam, termasuk makam Nabi {{SAW}} dan para sahabat. Menurut Syekh Nawawi, Mengunjungi makam Nabi {{SAW}} adalah praktik ibadah yang identik dengan bertemu muka (''tawajjuh'') dengan Nabi {{SAW}} dan mengingatkan kebesaran perjuangan dan prestasi yang patut untuk diteladani.<ref name=':3' />
 
== Murid-Muridnya ==
Di antara murid-murid Syekh Nawawi yang menjadi ulama berpengaruh antara lain:<ref name=':3' /><ref name=':5' /> :
*# [[Muhammad Mahfudz at-Tarmasi|Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi]]<ref name='":1'" />
*# [[Kholil al-Bangkalani|Syekh Kholil al-Bangkalani]], [[Madura]]<ref>{{citeweb|url=http://www.dokumenpemudatqn.com/2013/04/biografi-singkat-syekh-kholil-bangkalan.html|title=Biografi Singkat Syekh Kholil Bangkalan|date=6 April 2013|website=dokumenpemudatqn.com|language=id|access-date=25 Mei 2017}}</ref>
*# [[Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri|Syekh Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri]]
*# [[Asnawi al-Bantani|Syekh Tubagus Muhammad Asnawi al-Bantani]], [[Caringin, Labuan, Pandeglang]]
*# [[Arsyad Thawil al-Bantani|Syekh Arsyad Thawil al-Bantani]] - Pejuang [[Geger Cilegon 1888]] dan Penyebar [[Islam]] di [[Sulawesi Utara]]{{sfn|BantenPos edisi 25 November 2013|p=15}}
# [[Hasan Mustapa|Syekh Hasan Mustopa al-Qoruti]]
*# Syekh Abu al-Faidh Abdus Sattar bin Abdul Wahhab ad-Dahlawi, [[Delhi]], [[India]] - Pengajar di [[Masjidil Haram]]<ref>{{citeweb|last=Nasrullah|first=Nasih|url=http://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/17/02/21/olpnzt320-terungkap-manuskrip-langka-ulama-india-akui-kepakaran-syekh-nawawi|title=Terungkap Manuskrip Langka Ulama India Akui Kepakaran Syekh Nawawi|date=21 Februari 2017|website=republika.co.id|language=id|access-date=26 Mei 2017}}</ref>
*# Sayyid Ali bin Ali al-Habsy - Pengajar di [[Masjidil Haram]]
* Syekh Muhammad Zainuddin bin Badawi as-Sumbawi, [[Sumbawa]], [[Nusa Tenggara Barat]]
*# Syekh AbdulMuhammad QadirZainuddin bin MustafaBadawi alas-FathaniSumbawi, [[PattaniSumbawa]], [[ThailandNusa Tenggara Barat]]
*# Syekh Abdul HaqQadir bin Abdul HannanMustafa al-BantaniFathani, - Cucu Syekh[[Pattani]], Nawawi[[Thailand]]
# Syekh Abdul Haq bin Abdul Hannan al-Bantani - Cucu Syekh Nawawi
* K.H. Saleh Darat as-Samarani
# [[Sholeh Darat as-Samarani|Syekh Sholeh Darat as-Samarani]]
*# [[Hasjim Asy'ari|K.H. Hasyim Asyari]], [[Jombang]] - Pendiri [[Nahdlatul Ulama]]
*# [[Ahmad Dahlan|K.H. Ahmad Dahlan]], [[Yogyakarta]] - Pendiri [[Muhammadiyah]]<ref>{{cite book|last=Amin|first=Samsul Munir|date=2009|title=Sayyid Ulama Hijaz, Biografi Syaikh Nawawi al-Bantani|url=https://books.google.co.id/books?id=JlNNXu-7kG0C&pg=PA96&lpg=PA96&dq=ahmad+dahlan+murid+syekh+nawawi&source=bl&ots=sTyi3qGQPL&sig=uqaMzqwLxuDA_MfeHCdt5Tf6TYE&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjKy-T1xYrUAhXCxFQKHcvMAsYQ6AEIKDAL#v=onepage&q=ahmad%20dahlan%20murid%20syekh%20nawawi&f=false|location=Yogyakarta|publisher=Pustaka Pesantren|page=96|isbn=9789798452475}}</ref>
* [[Kiai Hasan Genggong|K.H. Hasan Genggong]] - Pendiri [[Pesantren Zainul Hasan Genggong]]
# [[Sulaiman Ar-Rasuli|Syekh Sulaiman Arrasuli]] - Pendiri [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah|PERTI]]
* K.H. Mas Abdurahman - Pendiri [[Universitas Mathla'ul Anwar|Mathla'ul Anwar]]
*# [[Kiai Hasan Genggong|K.H. Hasan Genggong]] - Pendiri [[Pesantren Zainul Hasan Genggong]]
* [[Raden Asnawi|K.H. Raden Asnawi]], [[Kudus]]
*# K.H. Mas Abdurahman - Pendiri [[Universitas Mathla'ul Anwar|Mathla'ul Anwar]]
* [[Abdul Karim Amrullah|Haji Abdul Karim Amrullah]], [[Sumatera Barat]]
*# [[Raden Asnawi|K.H. ThahirRaden JamaluddinAsnawi]], [[SingapuraKudus]]
*# [[Abdul Karim Amrullah|Haji Abdul Karim Amrullah]], [[Sumatera Barat]]
* K.H. Dawud, [[Perak, Malaysia]]
*# [[Hasan Asyari|K.H. HasanThahir Asyari]]Jamaluddin, [[BaweanSingapura]]
*# K.H. NajihunDawud, [[MaukPerak, TangerangMalaysia]]
*# [[Hasan Asyari|K.H. AbdulHasan GhaffarAsyari]], [[Tirtayasa, SerangBawean]]
*# K.H. IlyasNajihun, [[KragilanMauk, SerangTangerang]]
*# [[Ki Wasyid|K.H. Wasyid]]Abdul - PejuangGhaffar, [[Geger CilegonTirtayasa, 1888Serang]]
# K.H. Ilyas, [[Kragilan, Serang]]
* [[Ki Tubagus Ismail|K.H. Tubagus Ismail]] - Pejuang [[Geger Cilegon 1888]]
*# [[Ki Wasyid|K.H. Arsyad Qashir al-BantaniWasyid]] - Pejuang [[Geger Cilegon 1888]]
*# [[Ki Tubagus Ismail|K.H. AbdurrahmanTubagus Ismail]] - Pejuang [[Geger Cilegon 1888]]
*# K.H. HarisArsyad Qashir al-Bantani - Pejuang [[Geger Cilegon 1888]]
*# K.H. AqibAbdurrahman - Pejuang [[Geger Cilegon 1888]]
*# [[KiSyekh Tubagus IsmailBantam|K.H. Tubagus IsmailHaris]] - Pejuang [[Geger Cilegon 1888]]
* Dan lain sebagainya.
# K.H. Aqib - Pejuang [[Geger Cilegon 1888]]
*# Dan lain sebagainya.
 
== Kisah Syekh Nawawi dan Murid-muridnya ==
Baris 174 ⟶ 140:
== Gelar-gelar ==
Di antara gelar kehormatan yang disematkan kepada Syekh Nawawi al-Bantani adalah sebagai berikut:<ref name=':1' />
# '''al-Sayyid al-'Ulama al-Hijaz''' (tokoh ulama [[Hijaz]]) atau '''Sayyidul Hijaz''' (penjaga [[Hijaz]])<ref name=':2' /><ref>{{citeweb|url=http://www.santridayah.com/2014/10/syekh-nawawi-al-bantani-dengan-julukan-sayyidul-hijaz|title=Syekh Nawawi al-Bantani dengan Julukan Sayyidul Hijaz|date=28 Oktober 2014|website=santridayah.com|language=id|access-date=25 Mei 2017|archive-date=2017-06-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20170625152522/http://www.santridayah.com/2014/10/syekh-nawawi-al-bantani-dengan-julukan-sayyidul-hijaz|dead-url=yes}}</ref>
# '''Nawawi at-Tsani''' ([[Abu Zakaria Muhyuddin an-Nawawi|Nawawi]] kedua). Orang pertama yang memberi gelar ini pada Syekh Nawawi adalah [[:ms:Wan Ahmad bin Muhammad Zain|Wan Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathani]]<ref name=':2'>{{citeweb|last=Maharani|first=Ardini|url=http://m.bintang.com/lifestyle/read/2380645/imam-besar-masjidil-haram-dari-banten-keturunan-cucu-rasulullah|title=Imam Besar Masjidil Haram dari Banten, Keturunan Cucu Rasulullah|website=bintang.com|date=2 Desember 2015|language=id|access-date=25 Mei 2017|archive-date=2017-07-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20170723205445/http://m.bintang.com/lifestyle/read/2380645/imam-besar-masjidil-haram-dari-banten-keturunan-cucu-rasulullah|dead-url=yes}}</ref>
# '''al-Imam wa al-Fahm al-Mudaqqiq''' (tokoh dan pakar dengan pemahaman yang sangat mendalam)
# '''A'yan 'Ulama al-Qarn ar-Ram 'Asyar Li al-Hijrah''' (tokoh ulama abad 14 [[Hijriyah]])
Baris 184 ⟶ 150:
 
== Karya-Karyanya ==
Kepakaran Syekh Nawawi tidak diragukan lagi. Ulama asal Mesir, Syekh 'Umar 'Abdul Jabbar dalam kitabnya ''"al-Durus min Madhi al-Ta'lim wa Hadlirih bi al-Masjidil al-Haram”'' (beberapa kajian masa lalu dan masa kini tentang Pendidikan Masa kini di Masjidil Haram) menulis bahwa Syekh Nawawi sangat produktif menulis hingga karyanya mencapai seratus judul lebih yang meliputi berbagai disiplin ilmu. Banyak pula karyanya yang berupa syarah atau komentar terhadap kitab-kitab klasik.
 
Sebagian dari karya-karya Syekh Nawawi '''(yang masih berbahasa arab)''' di antaranya adalah sebagai berikut:
<ref name=':1'>{{citeweb|url=http://www.majeliswalisongo.com/2016/03/biografi-lengkap-syaikh-nawawi-al.html?m=1|title=Biografi Sayyidi Asy-Syaikh Al-Faqih Nawawi Al-Bantani Al-Jawi|date=5 Maret 2016|website=majeliswalisongo.com|language=id|access-date=25 Mei 2017|archive-date=2017-02-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20170205004310/http://www.majeliswalisongo.com/2016/03/biografi-lengkap-syaikh-nawawi-al.html?m=1|dead-url=yes}}</ref>
 
# al-Tsamar al-Yani'ah syarah al-Riyadl al-Badi'ah
Baris 210 ⟶ 176:
# Tîjân al-Darâry syarah Matan al-Baijûry
# Fath al-Mujîb syarah Mukhtashar al-Khathîb
# Murâqah Shu’ûd al-Tashdîq syarah Sulam[[Sullam At-Taufiq|Sullam al-Taufîq]]
# Kâsyifah al-Sajâ syarah [[Safinatun Najah|Safînah al-Najâ]]
# al-Futûhâh al-Madaniyyah syarah al-Syu’b al-Îmâniyyah
# ‘Uqûd al-Lujain fi Bayân Huqûq al-Zaujain
Baris 229 ⟶ 195:
 
Karya tafsirnya, al-Munir, sangat monumental, bahkan ada yang mengatakan lebih baik dari [[Tafsir al-Jalalain]], karya Imam [[Jalaluddin as-Suyuthi]] dan Imam [[Jalaluddin al-Mahalli]] yang sangat terkenal. Sementara Kasyifah al-Saja merupakan syarah atau komentar terhadap kitab fiqih [[Safinatun Najah]], karya Syekh Salim bin Sumeir al-Hadhramy. Karya-karya dia di bidang Ilmu Akidah misalnya adalah Tijan ad-Darary, Nur al-Dhalam, Fath al-Majid. Sementara dalam bidang Ilmu Hadits misalnya Tanqih al-Qaul. Karya-karya dia di bidang Ilmu Fiqih yakni Sullam al-Munajah, Nihayah al-Zain, Kasyifah al-Saja, dan yang sangat terkenal di kalangan para santri pesantren di [[Jawa]] yaitu Syarah ’Uqud al-Lujain fi Bayan Huquq al-Zaujain. Adapun Qami'u al-Thugyan, Nashaih al-'Ibad dan Minhaj al-Raghibi merupakan karya tasawwuf.{{sfn|Majalah Alkisah edisi 14 September 2003|p=7}}
 
Sebagian dari karya-karya Syekh Nawawi yang '''sudah diterjemahkan ke dalam berbahasa Indonesia''' di antaranya adalah sebagai berikut :
 
# Fathul Majid (Panduan Permunian Tauhid), diterbitkan oleh PT. Manawa Hijrah Pustaka
# Hilyatush Shibyan (Ilmu Tajwid Lanjutan), diterbitkan oleh PT. Manawa Hijrah Pustaka
# Tanqihul Qaul (Panduan Evaluasi Diri Meraih Keutaman Hidup), diterbitkan oleh PT. Manawa Hijrah Pustaka
# Sullamul Munajat (Kunci Keselamatan Dunia Akhirat), diterbitkan oleh PT. Manawa Hijrah Pustaka
# Maroqil Ubudiyyah (Jalan Menggapai Kedekatan Ilahi), diterbitkan oleh PT. Manawa Hijrah Pustaka
# Nashoihul Ibad (Pesan-Pesan Pencerahan Jiwa), diterbitkan oleh PT. Manawa Hijrah Pustaka
# Qomiuth Thughyan (77 Bukti Keimanan dlm Kehidupan), diterbitkan oleh PT. Manawa Hijrah Pustaka
 
== Karamah ==
Baris 234 ⟶ 210:
Pada suatu waktu di sebuah perjalanan dalam ''syuqduf'' (rumah-rumahan di punggung unta) Syekh Nawawi pernah mengarang kitab dengan menggunakan telunjuknya sebagai lampu. Hal tersebut terjadi karena tidak ada cahaya dalam ''syuqduf'' yang ia tumpangi, sementara aspirasi untuk menulis kitab tengah kencang mengisi kepalanya. Syekh Nawawi kemudian berdoa kepada [[Allah]] agar telunjuk kirinya dapat menjadi lampu, menerangi jari kanan yang akan digunakannya untuk menulis. Kitab yang kemudian lahir dengan nama '''''Maraqi al-'Ubudiyyah''''' syarah Matan '''''Bidayah al-Hidayah''''' itu harus dibayarnya dengan cacat pada jari telunjuk kiri, karena cahaya yang diberikan Allah pada telunjuk kirinya itu membawa bekas yang tidak hilang.<ref name=':0'>{{citeweb|last=Wicaksono|first=Bayu Aji|url=http://m.viva.co.id/berita/nasional/639044-kisah-syekh-nawawi-kaki-bisa-menyala-jasadnya-tetap-utuh|title=Kisah Syekh Nawawi: Kaki Bisa Menyala, Jasadnya Tetap Utuh|date=17 Juni 2015|website=viva.co.id|language=id|access-date=25 Mei 2017}}</ref>
 
=== Melihat Ka'bah dari Tempat Lain yang Jauh ===
Karamah lain Syekh Nawawi juga diperlihatkannya di saat ia mengunjungi Masjid [[Pekojan]], [[Jakarta]]. Masjid yang dibangun oleh Sayyid Utsman bin 'Agil bin Yahya al-'Alawi (mufti [[Betawi]] keturunan [[Rasulullah]] {{SAW}}) itu ternyata memiliki kiblat yang salah. Padahal yang menentukan kiblat bagi mesjid itu adalah Sayyid Utsman sendiri{{sfn|Majalah Alkisah edisi 15 Februari 2004|p=108}}.
 
Tak ayal, saat Syekh Nawawi yang dianggapnya hanya seorang anak remaja tak dikenal menyalahkan penentuan kiblat, Sayyid Utsman sangat terkejut. Diskusipun terjadi antara keduanya, Sayyid Utsmân tetap berpendirian bahwa kiblat Mesjid Pekojan tersebut sudah benar, sementara Syekh Nawawi remaja berpendapat arah kiblat haruslah dibetulkan. Saat kesepakatan tidak bisa diraih karena masing-masing mempertahankan pendapatnya dengan keras, Syekh Nawawi remaja menarik lengan baju Sayyid Utsmân dan dirapatkan tubuhnya agar bisa saling mendekat, kemudian berkata:
 
{{cquote2|"Lihatlah Sayyid!, itulah Ka'bah tempat Kiblat kita. Lihat dan perhatikanlah! Tidakkah Ka'bah itu terlihat amat jelas? Sementara Kiblat masjid ini agak ke kiri. Maka perlulah kiblatnya digeser ke kanan agar tepat menghadap ke arah Ka'bah."}}
 
Sayyid Utsman termangu. Ka'bah yang ia lihat dengan mengikuti telunjuk Syekh Nawawi remaja memang terlihat jelas. Sayyid Utsman merasa takjub dan menyadari bahwa remaja yang bertubuh kecil di hadapannya itu telah dikaruniai kemuliaan, yakni terbukanya ''nur basyariyyah''. Yang dengan karamah itu, di manapun dia berada Ka'bah akan tetap terlihat.{{sfn|Majalah Alkisah edisi 15 Februari 2004|p=103}} Dengan penuh hormat Sayyid Utsman langsung memeluk tubuh kecil Syekh Nawawi. Sampai saat ini di Masjid Pekojan akan terlihat kiblat digeser dan tidak sesuai aslinya.{{sfn|Majalah Alkisah edisi 15 Februari 2004|p=103}}
=== Jasad yang Tetap Utuh ===
Telah menjadi kebijakan Pemerintah [[Arab Saudi]] bahwa orang yang telah dikubur selama setahun kuburannya harus digali. Tulang belulang si mayat kemudian diambil dan disatukan dengan tulang belulang mayat lainnya. Selanjutnya semua tulang itu dikuburkan di tempat lain di luar kota dan lubang kubur yang dibongkar dibiarkan tetap terbuka hingga datang jenazah berikutnya terus silih berganti. Kebijakan tersebut dijalankan tanpa pandang bulu hingga menimpa pula pada makam Syekh Nawawi. Setelah kuburnya genap berusia satu tahun, datanglah petugas dari pemerintah kota untuk menggali kuburnya. Tetapi yang terjadi adalah hal yang tak lazim. Para petugas kuburan itu tak menemukan tulang belulang seperti biasanya, yang mereka temukan adalah satu jasad yang masih utuh. Tidak kurang satu apapun, tidak lecet dan tidak ada tanda-tanda pembusukan seperti lazimnya jenazah yang telah lama dikubur. Bahkan kain kafan penutup jasad Syekh Nawawi tidak sobek dan tidak lapuk sedikitpun.<ref name=':0' />
 
Terang saja kejadian tersebut mengejutkan para petugas. Mereka lari berhamburan mendatangi atasannya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Setelah diteliti, sang atasan kemudian menyadari bahwa makam yang digali itu bukan makam orang sembarangan. Langkah strategis lalu diambil, yaitu larangan dari pemerintah untuk membongkar makam Syekh Nawawi. Jasadnya lalu dikuburkan kembali seperti sediakala, dan hingga sekarang makam Syekh Nawawi tetap berada di Ma'la, [[Mekah]].{{sfn|Majalah Alkisah edisi 15 Februari 2004|p=105}}
 
=== Shalat di Dalam Mulut Ular Besar ===
Suatu hari ketika dalam perjalanan, Syekh Nawawi istirahat di sebuah tempat untuk azan kemudian salat. Setelah ia azan ternyata tidak ada orang yang datang, akhirnya ia qamat lalu salat sendirian. Usai shalat Syekh Nawawi kembali melanjutkan perjalanan, tapi ketika menengok ke belakang, ternyata ada seekor ular raksasa dan mulutnya sedang menganga. Akhirnya ia tersadar bahwa ternyata ia salat di dalam mulut ular yang sangat besar itu.<ref>{{citeweb|last=Abdullah|url=http://www.nu.or.id/post/read/64902/kiai-nawawi-kisahkan-karomah-syekh-nawawi|title=Kiai Nawawi kisahkan Karomah Syekh Nawawi|date=11 Januari 2016|website=nu.or.id|language=id|access-date=25 Mei 2017}}</ref>
Baris 255 ⟶ 224:
Syekh Nawawi wafat di Mekah pada tanggal 25 [[Syawal]] 1314 [[Hijriyah]] atau [[1897]] [[Masehi]]. Makamnya terletak di [[Jannatul Mu'alla]], [[Mekah]]. Makam dia bersebelahan dengan makam anak perempuan dari Sayyidina [[Abu Bakar Ash-Shiddiq]], '''Asma΄ binti Abû Bakar al-Siddîq'''.{{sfn|Majalah Alkisah edisi 14 September 2003|p=5}}
 
Meski wafat di [[Jazirah Arab]], namun hingga kini setiap tahunnya selalu diadakan haul atau peringatan wafatnya Syekh Nawawi al-Bantani di tanah air, tepatnya di [[Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara]] di [[Tanara, Serang]], asuhan [[Maruf Amin|K.H. Ma'ruf Amin]].<ref>{{citeweb|last=Sofiyan|url=http://bantenraya.com/restarelax/wisata/194-wisata-ziarah-mengenal-dan-mengenang-syekh-nawawi-di-tanara|title=Wisata Ziarah Mengenal dan Mengenang Syekh Nawawi di Tanara|date=18 September 2012|website=bantenraya.com|language=id|access-date=26 Mei 2017|archive-date=2016-08-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20160801124731/http://bantenraya.com/restarelax/wisata/194-wisata-ziarah-mengenal-dan-mengenang-syekh-nawawi-di-tanara|dead-url=yes}}</ref><ref>{{citeweb|url=http://www.muslimedianews.com/2015/08/haul-syaikh-nawawi-al-bantani-14.html?m=1|title=Haul Syaikh Nawawi al-Bantani|date=13 Agustus 2015|website=muslimedianews.com|language=id|access-date=26 Mei 2017|archive-date=2018-07-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20180731093340/http://www.muslimedianews.com/2015/08/haul-syaikh-nawawi-al-bantani-14.html?m=1|dead-url=yes}}</ref>. Haul Syekh Nawawi selalu ramai dihadiri para [[santri]] [[Nusantara]], bahkan mancanegara.<ref>{{citeweb|last=Joewono|first=Beny N|url=http://nasional.kompas.com/read/2011/09/23/19502745/Presiden.Hadiri.Haul.Syeikh.Nawawi|title=Presiden Hadiri Haul Syeikh Nawawi|date=23 September 2011|website=nasional.kompas.com|language=id|access-date=26 Mei 2017}}</ref>.
 
== Referensi ==
Baris 290 ⟶ 259:
{{Navbox Ulama Ahli Fiqih Mazhab Syafi'i}}
 
[[Kategori:Ahli Fiqihfikih Indonesia|Nawawi al-Bantani]]
[[Kategori:Ahli tafsir (Al Qur'an) Indonesia|Nawawi al-Bantani]]
[[Kategori:Ahli hadis Indonesia]]
Baris 296 ⟶ 265:
[[Kategori:Ulama Indonesia|Nawawi al-Bantani]]
[[Kategori:Ulama Syafi'i Abad ke-14 H|Nawawi al-Bantani]]
[[Kategori:Imam Masjidil HaramMasjidilharam]]