Mahmud Syah III dari Johor: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 125.163.147.165) dan mengembalikan revisi 14109849 oleh HsfBot |
|||
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 20:
| occupation =
}}
'''[[Paduka Sri]] [[al-Wakil]] [[al-Imam]] [[Sultan]] [[Mahmud Riayat Syah]] [[Zilullah fil-Alam]] [[Khalifat ul-Muminin]] [[ibni]] [[al-Marhum]] [[Sultan]] [[Abdul Jalil Syah]]''' atau lebih dikenal dengan '''Sultan Mahmud Syah III''' ({{lahirmati|[[Kota Tanjungpinang|Hulu Riau]]|24|3|1756|[[Daik, Lingga, Lingga|Daik, Lingga]]|12|1|1811}}<ref group='catatan>Terdapat beberapa versi terkait tahun kematiannya, di antaranya adalah menurut catatan [[Christopher Buyers]] di halaman website [https://www.royalark.net/Malaysia/johor4.htm RoyalArk]-nya menuliskan Sultan Mahmud Syah III wafat pada tanggal 12 Januari 1811. Sedangkan [[C.H. Wake]] dalam ''[[:en:Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society|Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society]]'' yang berjudul '''Raffles and the Rajas: the Founding of Singapore in Malaysian and British Colonial History''' menuliskan bahwa sultan Mahmud III mangkat pada tanggal 12 Januari 1812.</ref>) adalah [[Sultan Johor|Sultan dan Yang di-Pertuan Besar]] [[Johor]]-[[Pahang]]-[[Kesultanan Riau-Lingga|Riau-Lingga]] ke-15 yang memerintah dari tahun 1770 sampai 1811.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.royalark.net/Malaysia/johor4.htm |title=Johor - Genealogy of Bendahara dynasty (4)|last=Buyers |first=Christopher |date=2009 |website=www.royalark.net |publisher= |access-date=2017-11-09}}</ref>
Selama masa kekuasaannya, Mahmud Syah III selaku sultan didampingi oleh empat orang [[Yang Dipertuan Muda|Yang di-Pertuan Muda]] (YDM), yakni secara berturut-turut YDM [[:ms:Daeng Kemboja|Daeng Kemboja]] (1745-1777), YDM [[Raja Haji Fisabilillah]] (1777-1784), YDM Raja Ali (1784-1805), dan YDM Raja Jaafar (1805-1831).<ref name=":2">{{cite web |last=Admin |url=http://umrah.ac.id/archives/2039 |title=Abdul Malik, 'Kearifan Sultan Mahmud Syah III' |date=2012-10-16 |access-date=2017-11-09 |archive-url=
== Biografi ==
=== Kehidupan awal ===
Lahir pada tanggal 24 Maret 1756, Mahmud Syah III adalah anak bungsu dari [[sultan Johor]] ke-13, [[:en:Abdul Jalil Muazzam Shah of Johor|Abdul Jalil Muazzam Syah]] dengan istri keduanya, Tengku Puteh binti [[Daeng Chelak]].<ref name=":1" /> Mahmud Syah III adalah adik sultan Johor ke-14, [[:en:Ahmad Riayat Shah of Johor|Ahmad Riayat Syah]] (berkuasa dari tahun 1761-1770).<ref name=":3">{{cite web |last=Swastiwi |first=Anastasia Wiwik |url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/2015/02/10/mengenal-lebih-dekat-sultan-mahmud-syah-iii-1761-1812/ |title=Mengenal Lebih Dekat Sultan Mahmud Syah III |date=2015-02-10 |access-date=2017-11-09 |archive-url=
=== Keluarga ===
Baris 33:
# Encik Makoh binti Encek Jaafar (''Daeng Maturang'', seorang pembesar [[Bugis]]). Dari pernikahan ini lahir [[Hussain Syah dari Johor]] ([[sultan Johor]] setelahnya yang diangkat oleh kolonial [[Inggris]]).<ref>{{Cite web|url=https://www.royalark.net/Malaysia/johor5.htm |title=Johor - Genealogy of Bendahara dynasty (5)|last=Buyers |first=Christopher |date=2009 |website=www.royalark.net |publisher= |access-date=2017-11-09}}</ref>
# Encik Mariam (meninggal di [[Lingga]], 1831) binti Dato' Hassan (pembesar [[Bugis]] dari [[Kabupaten Sidenreng Rappang|Sidenreng]], [[Sulawesi Selatan]]), menikah tahun 1780. Dari pernikahan ini lahir [[Abdul Rahman Muazzam Syah dari Lingga]] ([[sultan Johor]] setelahnya & [[sultan Lingga|sultan Riau-Lingga]] pertama) dan Tengku Putri Bulang.
# Raja Hamidah (''Tengku Putri'', 1764-5 Agustus 1844) binti [[Raja Haji Fisabilillah]], menikah di [[Riau]] tahun 1804 dengan [[Pulau Penyengat]] sebagai mas kawinnya.<ref name=":4">{{cite web |last=Arman |first=Dedi |url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/2016/12/23/lintasan-sejarah-dari-bintan-sampai-berakhirnya-kerajaan-riau-lingga/ |title=Lintasan Sejarah Dari Bintan sampai Berakhirnya Kerajaan Riau Lingga |date=2016-12-23 |access-date=2017-11-09 |archive-url=
== Awal pemerintahan ==
Baris 49:
Pada bulan Juni 1785, Belanda mengirim David Ruhde ke Hulu Riau untuk memegang jabatan [[Residen]] Belanda. Kehadiran Belanda di Riau-Lingga tersebut tidak disenangi oleh Sultan Mahmud.{{sfn|Ghazali, 2011|p=88}}
Sultan Mahmud Syah III kemudian secara diam-diam mengirim utusannya, Encik Talib, ke [[Kota Belud|Tempasuk]] di [[Sabah]], [[
Pada tanggal 13 Mei 1787, pasukan Sultan Mahmud (beserta pasukan Raja Ismail dari Tempasuk) menyusup ke selatan [[Kuala Terusan, Pangkalan Kerinci, Pelalawan|Terusan Riau]] melalui [[Pulau Penyengat|Penyengat]] dan [[Senggarang, Tanjung Pinang Kota, Tanjung Pinang|Senggarang]]. Saat malam tiba, pasukan Sultan mulai menampakan diri dari benteng kecil di bukit, kemudian maju dari arah gunung merapat ke kapal besar yang mengangkut barang dagangan sehingga pertempuran tidak terelakkan lagi.{{sfn|Netscher, 1879|p=}}<ref name=":5">{{citeweb|url=https://m.kumparan.com/maulana-ramadhan/kisah-kepahlawanan-sultan-mahmud-riayat-syah-di-bumi-nusantara |title=Kisah Kepahlawanan Sultan Mahmud Riayat Sayh di Bumi Nusantara |last=Ramadhan |first=Maulana |date=2017-11-09 |website=[[Kumparan.com]] |access-date=2017-11-10 }}</ref> Mereka menggempur dan menghabisi satu [[garnisun]] Belanda di [[Kota Tanjungpinang|Hulu Riau]]. Bantuan ini berhasil mengalahkan Belanda di Riau-Lingga pada bulan Mei 1787.
Akibat dari serangan itu banyak pasukan Belanda yang melarikan diri. Bahkan, seorang residen Belanda di [[Kota Tanjungpinang|Hulu Riau]], David Ruhde, melarikan diri ke [[Melaka, Malaysia|Melaka]].<ref name=":5" /> Tentang peristiwa tersebut, [[Raja Ali Haji]] menguncinya di dalam [[Tuhfat al-Nafis]]:<ref name=":6">{{cite web |last=Admin |first= |url=http://umrah.ac.id/archives/2856 |title=Sultan Mahmud Riayat Syah: Berhijrah ke Lingga demi Kelangsungan Perjuangan |date=2013-11-11 |access-date=2017-11-10 |archive-url=
{{cquote2|''Seekor'' Holanda pun tiada lagi tinggal dalam Negeri Riau setelah diserang pasukan Sultan Mahmud Riayat Syah itu. }}
Baris 60:
Bersamaan dengan Sultan Mahmud III, gelar pahlawan nasional juga dianugerahkan kepada tiga tokoh lainnya, yaitu [[Muhammad Zainuddin Abdul Madjid]] (pendiri [[Nahdlatul Wathan]]), [[Lafran Pane]] (pendiri [[Himpunan Mahasiswa Islam]]), dan [[Malahayati]] (pejuang dari [[Kesultanan Aceh]]).<ref>{{citeweb|url=http://www.thejakartapost.com/life/2017/11/11/getting-to-know-the-newly-named-national-heroes.html |title=Getting to know the newly named national heroes |trans-title=Mengenal Nama Pahlawan Nasional Baru |last=Valentina |first=Jessicha |date=2017-11-11 |website=[[The Jakarta Post]] |access-date=2017-11-23 }}</ref>
== Dalam budaya populer ==
* Dalam film ''[[Raja Ali Haji: Mata Pena Mata Hati]]'' (2009), Mahmud Syah III dari Johor diperankan oleh [[Cok Simbara]].
== Catatan ==
|