Wawasan Nusantara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Membatalkan 1 suntingan oleh 182.1.125.169 (bicara). (TW) Tag: Pembatalan |
k Membalikkan revisi 23223499 oleh 2001:448A:7120:B432:5075:E10:B040:8BBE (bicara) Tag: Pembatalan |
||
(59 revisi perantara oleh 35 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[File:Indonesian_archipelagic_baselines.jpg|thumb|upright=1.5|Konsep modern "Wawasan Nusantara" memperdebatkan garis besar dasar kepulauan [[Indonesia]], yang menandai [[Perairan|wilayah perairan]] [[negara kepulauan]] ini, berdasarkan pasal 47 ayat 9 ''[[Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut|UNCLOS]].'']]
'''Wawasan Nusantara''' adalah cara pandang [[bangsa Indonesia]] terhadap rakyat, bangsa, dan wilayah negara kesatuan [[Indonesia|Republik Indonesia]]; yang meliputi daratan, laut, serta udara dan ruang di atasnya, sebagai satu kesatuan, [[Politik|kesatuan politik]], [[ekonomi]], [[Sosialisme|sosial]], [[budaya]], [[Pertahanan negara|pertahanan]], dan [[keamanan]].<ref name ="Swantara">{{Cite news|date= December 2012 |title=Swantara |work=Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) |url=http://www.lemhannas.go.id/images/Publikasi_Humas/Swantara/Swantara_03_Desember_2012.pdf |access-date=22 June 2020 |language = id}}</ref> Wawasan kebangsaan inilah yang selanjutnya menjadi cara pandang atau visi bangsa terhadap tujuan dan cita-cita nasionalnya.<ref name="Liputan-6-WN">{{Cite news|url=https://www.liputan6.com/news/read/3872870/tujuan-wawasan-nusantara-sebagai-geopolitik-indonesia-fungsi-dan-dasar-pemikirannya?related=dable|title=Tujuan Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia, Fungsi dan Dasar Pemikirannya|date=17 January 2019|work=Liputan 6|language=id|access-date=21 August 2019}}</ref>
Wawasan nusantara dimaksudkan untuk diadopsi sebagai sikap [[geopolitik]] Indonesia,<ref name="Liputan-6-WN"/> atau pengaruh [[geografi]]s nusantara terhadap politik regional dan [[hubungan internasional]], dipandang dari sudut pandang Indonesia yang mengadvokasi kepentingan nasional [[Indonesia|Republik Indonesia]]. Wawasan sikap geopolitik ''[[nusantara]]'' yang sering digunakan oleh [[pemerintah Indonesia]] untuk memperjuangkan integritas [[Laut|maritim]] nasional dalam beberapa masalah sengketa wilayah dengan negara tetangga.
Sejak pertengahan [[1980]]-an konsep wawasan nusantara telah dimasukkan dalam [[Kurikulum|kurikulum pendidikan Indonesia]] dan diajarkan dalam pendidikan geografi di [[Sekolah menengah pertama|sekolah menengah]]. Mata pelajaran wawasan nusantara juga diajarkan dalam ''[[Militer|kewiraan]]'' atau pendidikan kewarganegaraan dan kewarganegaraan di [[universitas]] untuk mendidik tentang [[kewarganegaraan]], [[nasionalisme]] dan sudut pandang geopolitik Indonesia.<ref name="Pasaribu">{{Cite web| title = BAB 7 Wawasan Nusantara | first= Rowland B. F. | last = Pasaribu | url = http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/36620/bab-07-wawasan-nusantara.pdf | work = Universitas Gunadarma |access-date = 22 June 2020 |language = id}}</ref>
Pada tahun [[2019]], kurikulum geografi sudah diajarkan hingga [[sekolah dasar]], yang dimana wawasan nusantara dijelaskan dengan penekanan pada proses [[Mitigasi bencana|mitigasi]], manajemen, dan respon bencana sebagai bagian dari ketahanan nasional. Hal ini sesuai dengan kondisi geografi dan [[geologi]] [[Indonesia]] sebagai [[negara kepulauan]] yang terletak tepat di atas [[Cincin Api Pasifik|cincin api]], yang rawan terhadap [[bencana alam]].<ref>{{Cite web| url = https://www.ugm.ac.id/id/berita/17561-komunitas.geografi.usulkan.mata.pelajaran.geografi.diajarkan.di.tingkat.dasar.dan.menengah | title = Komunitas Geografi Usulkan Mata Pelajaran Geografi Diajarkan di Tingkat Dasar dan Menengah | author = Ika | work = Universitas Gadjah Mada |date = 10 January 2019 |access-date = 22 June 2020 |language = id}}</ref>
== Etimologi dan definisi ==
[[File:Indonesian_Archipelago_and_Students.JPG|right|thumb|upright=1.25|Siswa mendapatkan penjelasan tentang konsep ''[[Nusantara]]'', di depan peta ''nusantara'' berlapis emas, Melambangkan tanah air [[Indonesia]] di balai kemerdekaan [[Monumen Nasional]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]].]]
Dalam [[bahasa Indonesia]], wawasan berarti penglihatan, pandangan atau konsep, sedangkan ''[[Nusantara]]'' secara umum merujuk pada [[Indonesia|kepulauan Indonesia]].<ref>{{Citation| last1 = Echols | first1 = John M. | last2 = Shadily | first2 = Hassan | title = Kamus Indonesia Inggris (An Indonesian-English Dictionary) | place = Jakarta | publisher = Gramedia | year = 1989|edition=1st| isbn = 979-403-756-7}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Nusantara|title=Hasil Pencarian - KBBI Daring|website=kbbi.kemdikbud.go.id|access-date=2018-07-20}}</ref>
Wawasan nusantara adalah sudut pandang [[Fundamentalisme|fundamental]] dari [[geopolitik]] [[Indonesia]]. Secara [[Terjemahan harfiah|harfiah]], wawasan nusantara berarti konsep kepulauan; secara [[Kontekstualisme|kontekstual]] istilah ini lebih tepat diterjemahkan sebagai visi nusantara Indonesia. Wawasan nusantara merupakan cara bagi Indonesia untuk melihat dirinya (secara [[geografi]]s) sebagai satu kesatuan dari aspek [[ideologi]], [[politik]], [[ekonomi]], [[Sosialisme|sosial budaya]], [[keamanan]], dan [[Pertahanan negara|pertahanan]].<ref name="JPWN">{{Cite news|url=http://www.thejakartapost.com/news/2013/01/29/wawasan-nusantara-vs-unclos.html|title='Wawasan nusantara' vs UNCLOS|last=Situmorang|first=Frederick|date=29 January 2013|work=Jakarta Post|access-date=30 September 2015|location=Jakarta}}</ref>
Wawasan Nusantara adalah wawasan nusantara dari [[geopolitik]] [[Indonesia]]. Ini adalah cara pandang [[Orang Indonesia|bangsa Indonesia]] terhadap dirinya sendiri, tanah airnya, dan nilai-nilai strategis di sekitarnya. Mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, dengan tetap menghormati setiap aspek ''[[Multikulturalisme|kebhinekaan]]'' daerah untuk mencapai tujuan nasional.<ref name="kompas-wn">{{Cite news| author=Arum Sutrisni Putri | date= 15 June 2020 | title = Asal Kata Wawasan Nusantara dan Arti Bagi Bangsa Indonesia|url = https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/15/173000969/asal-kata-wawasan-nusantara-dan-arti-bagi-bangsa-indonesia?page=all | work = Kompas.com |language=id}}</ref>
Konsep tersebut berupaya mengatasi tantangan [[geografi]]s yang melekat pada [[Indonesia]]; negara yang terdiri dari [[Daftar pulau di Indonesia menurut provinsi|ribuan pulau]] serta ribuan latar belakang sosial budaya masyarakatnya. Berhadapan dengan negara yang berkeinginan dan memperjuangkan persatuan nasional, [[perairan]] antar pulau harus dianggap sebagai penghubung bukan pemisah.<ref name="JPWN"/>
Selanjutnya wawasan nusantara berkaitan dengan landasan [[ideologi]]s dan [[konstitusional]], yaitu sebagai cara pandang dan sikap masyarakat Indonesia terhadap diri dan letak [[geografi]]snya, sesuai dengan ideologi nasional ''[[pancasila]]'' dan [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|UUD 1945]].<ref name="geopolitik">{{Cite book|last=Suradinata | first=Ermaya | year = 2005 | title = Hukum Dasar Geopolitik dan Geostrategi dalam Kerangka Keutuhan NKRI|location = Jakarta | publisher = Suara Bebas|pages=12–14|language=id}}</ref> Dalam pelaksanaannya, wawasan nusantara mengutamakan persatuan daerah dengan tetap menjunjung tinggi ''kebhinekaan'' untuk mencapai kerukunan sosial, kesejahteraan bersama, kemajuan, dan tujuan nasional lainnya.<ref name="geopolitik"/>
Dua negarawan Indonesia dipuji atas pengembangan konsep geopolitik Indonesia ini; mereka adalah [[Djoeanda Kartawidjaja]], dikreditkan untuk [[Deklarasi Djuanda|Deklarasi Djuanda 1957]] dan [[Mochtar Kusumaatmadja]], mantan [[Daftar Menteri Luar Negeri Indonesia|menteri luar negeri Indonesia]] ([[1978]]-[[1988]]) yang memperjuangkan wawasan nusantara agar diterima secara internasional.<ref>{{Cite web|last=Hanggoro|first=Hendaru Tri |title=Perintis Gagasan Wawasan Nusantara |website=Historia |url=https://historia.id/politik/articles/perintis-gagasan-wawasan-nusantara-PzKe6|language=id |access-date= 22 June 2020 }}</ref>
== Latar belakang ==
=== Sejarah ===
[[File:Borobudur ship.JPG|thumb|right|Gambar kapal abad ke-9 di [[relief]] [[Borobudur]], yang menegaskan masa lalu [[Indonesia]] sebagai kekuatan maritim regional.]]
Dalam [[sejarah Indonesia]], kerajaan kuno asli yang naik menjadi ''[[Hegemoni|hegemon]]'' regional biasanya adalah ''[[talasokrasi]]''; seperti [[Sriwijaya]] (abad ke-7 hingga ke-12) dan [[Majapahit]] (abad 14 hingga 15).<ref>{{Cite journal|url=https://www.persee.fr/doc/befeo_0336-1519_2016_num_102_1_6231|first=Hermann |last=Kulke |title= Śrīvijaya Revisited: Reflections on State Formation of a Southeast Asian Thalassocracy |journal=Bulletin de l'École française d'Extrême-Orient, Persee |year= 2016|volume=102 |pages=45–95 |doi=10.3406/befeo.2016.6231 }}</ref> Hal ini tidak terlepas dari letak kepulauan [[Indonesia]] yang strategis sebagai penghubung [[perdagangan]] global kuno yang menghubungkan dua pusat peradaban [[Asia]]; [[Sejarah India|India kuno]] dan [[Kekaisaran Tiongkok (1915–1916)|Tiongkok kekaisaran]], terlibat aktif dalam perdagangan rempah-rempah global, yang juga merupakan bagian penting dari jalan sutra maritim kuno.
Pada masa [[Hindia Belanda]], ''Ordonantie'' ([[Hukum di Belanda|Hukum Belanda]]) tahun [[1939]], disebutkan tentang penetapan [[laut teritorial]] sepanjang 3 mil laut dengan penarikan garis pangkal berdasarkan pasang surut atau kontur pulau. Ketentuan ini menciptakan perairan internasional di banyak bagian laut antara [[Daftar pulau di Indonesia menurut provinsi|pulau-pulau Indonesia]] (misalnya di tengah [[Laut Jawa]] dan [[Laut Banda]]) yang berada di luar [[yurisdiksi]] nasional.
[[Orang Indonesia|Bangsa Indonesia]] berbagi pengalaman sejarah tentang perpecahan daerah, yang harus dihindari demi kelangsungan hidup bangsa. Hal ini karena kemerdekaan nasional telah dicapai melalui semangat persatuan di antara bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, semangat ini harus terus dipupuk dan dipertahankan demi persatuan bangsa untuk menjaga dan melindungi keutuhan wilayah ''[[Indonesia|NKRI]]''.<ref name="latar belakang"/>
Setelah kemerdekaan, [[Indonesia]] menemukan dirinya sebagai penjaga jalur pelayaran utama dunia yang menghubungkan [[Samudra Pasifik]] dengan [[Samudra Hindia]], menghubungkan [[Asia Timur]] dengan [[Timur Tengah]] dan [[Australia]]. Jalur utama tersebut adalah [[Selat Malaka]], [[Selat Karimata]], [[Selat Sunda]], [[Selat Makassar]], [[Selat Lombok]], dan [[Selat Ombai]]. Berada pada jalur perhubungan jalur perdagangan maritim global, membuat [[Perairan|perairan Indonesia]] rawan terlibat dalam perebutan kekuatan global antar kekuatan ''[[Laut|maritim]]'' global. Dengan demikian, memastikan keamanan perairan [[teritori]]alnya merupakan prioritas nasional.
Pada tanggal [[13 Desember]] [[1957]], [[Pemerintah Indonesia]] mengumumkan [[Deklarasi Djuanda]] tentang wilayah perairan [[Indonesia|Republik Indonesia]]. Dalam deklarasi ini, batas laut tidak lagi didasarkan pada garis [[Pasang laut|pasang surut]], tetapi pada garis pangkal lurus yang diukur dari garis batas yang menghubungkan titik-titik terluar pulau-pulau yang termasuk dalam wilayah [[Indonesia|Negara Kesatuan Republik Indonesia]].<ref name="JP-Archipelago">{{Cite news| title = The archipelagic-state concept a quid pro quo | author1= Damos Dumoli Agusman | author2= Gulardi Nurbintoro | url = https://www.thejakartapost.com/academia/2019/12/14/the-archipelagic-state-concept-a-quid-pro-quo.html | newspaper =The Jakarta Post |date = 14 December 2019 |access-date = 22 June 2020}}</ref> Hal ini menghapus [[perairan internasional]] antara [[Daftar pulau di Indonesia menurut provinsi|pulau-pulau Indonesia]], sehingga meningkatkan klaim wilayah perairan.
Penetapan wilayah perairan ditingkatkan dari 3 mil laut menjadi 12 mil laut yang Indonesia klaim. [[Zona Ekonomi Eksklusif|Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)]] sebagai rezim [[Hukum internasional|Hukum Internasional]], di mana batas-batas kepulauan 200 mil diukur dari garis pangkal perairan teritorial [[Indonesia]]. Dengan [[Deklarasi Djuanda]], maka secara hukum dan formal Indonesia menjadi satu kesatuan yang utuh dari daratan dan lautan.
=== Sosial budaya ===
[[File:Ethnic Map in the National Museum of Indonesia.jpg|thumb|right|Peta di [[Museum Nasional Indonesia|Museum Nasional]] yang menampilkan persebaran dan keragaman etnis di Indonesia.]]
Indonesia terdiri dari ratusan [[Suku bangsa di Indonesia|suku bangsa]] yang masing-masing memiliki [[adat]], [[Daftar bahasa di Indonesia|bahasa]], [[Agama di Indonesia|agama]], dan [[Keyakinan dan kepercayaan|sistem kepercayaan]] yang berbeda. Secara alami, kehidupan berbangsa yang berkaitan dengan interaksi antar kelompok, mengandung potensi konflik atas perbedaan keragaman budaya tersebut.<ref name="latar belakang"/>
=== Aspek Teritorial Nusantara ===
Faktor [[geografi]]s, pengaruh dan pengaruhnya merupakan fenomena yang perlu dicermati, karena [[Indonesia]] kaya akan berbagai [[sumber daya alam]] serta keanekaragaman suku bangsanya.<ref name="latar belakang"/>
=== Filosofi pancasila ===
[[File:Garuda Pancasila.jpg|thumb|right|''[[Lambang negara Indonesia|Garuda Pancasila]]'' emas di [[Monumen Nasional]] berlambang ''[[Pancasila]],'' sebagai [[Ideologi politik|ideologi nasional Indonesia]].]]
''[[Pancasila]]'' yaitu nilai-nilai yang mendasari berkembangnya konsep wawasan nusantara. Nilai-nilai ini adalah:<ref name="latar belakang">{{cite book|last=Sunardi |first= R.M. | year= 2004 |title=Pembinaan Ketahanan Bangsa dalam Rangka Memperkokoh Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia | location = Jakarta | publisher=Kuaternita Adidarma | isbn=9799824109| pages=179–180 | language=id}}</ref>
# Pelaksanaan [[hak asasi manusia]], seperti kebebasan [[Agama|beragama]]; memberikan kesempatan untuk mengamalkan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing.
# Memprioritaskan kepentingan seluruh masyarakat yang lebih besar daripada kepentingan individu atau kelompok.
# Pengambilan keputusan berdasarkan ''[[musyawarah]]'' untuk ''[[Musyawarah|mufakat]]''.
== Tujuan ==
[[File:Law_of_the_Sea_Convention.svg|thumb|upright=1.5|[[Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut|Konvensi Hukum Laut]] sebagaimana dijelaskan dalam [[Deklarasi Djuanda]].]]
# Wawasan nusantara sebagai konsep ketahanan nasional; yaitu sebagai konsep dalam [[Pembangunan nasional Indonesia|pembangunan nasional]], [[keamanan]], [[Pertahanan negara|pertahanan]], dan [[Wilayah|kewilayahan]].<ref name="status">{{cite book| first =Alfandi |last =Widoyo | year = 2002 | title = Reformasi Indonesia: Bahasan dari Sudut Pandang Geografi Politik dan Geopolitik | location = Yogyakarta | publisher = Gadjah Mada University | isbn =9794205168|language=id}}</ref>
# Wawasan nusantara sebagai perspektif pembangunan; ruang lingkup [[Politik|kesatuan politik]], kesatuan ekonomi, kesatuan sosial ekonomi, [[Sosialisme|kesatuan sosial politik]], serta kesatuan pertahanan dan keamanan.
# Wawasan nusantara sebagai visi pertahanan dan keamanan negara; sebagai pandangan [[geopolitik]] [[Indonesia]] dalam ruang lingkup tanah airnya sebagai satu kesatuan yang meliputi seluruh wilayahnya.<ref name="status"/>
# Wawasan nusantara sebagai visi teritorial; yang secara jelas mendefinisikan batas-batas [[Indonesia|negara Indonesia]], untuk menghindari perselisihan dengan negara tetangga.
Batas dan tantangan Indonesia adalah:
* Risalah sidang ''[[Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan|BPUPK]]'' pada tanggal [[29 Mei]]-[[1 Juni]] [[1945]] membahas tentang wilayah [[Indonesia|Negara Kesatuan Republik Indonesia]] yang akan datang dan menyebutkan beberapa pendapat para pendiri.<ref>{{Cite act|type=Undang-Undang|index=12|year=2011|article=9|title=Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan|url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39188/uu-no-12-tahun-2011}}</ref> [[Soepomo|Dr Soepomo]] mengatakan wilayah Indonesia termasuk perbatasan bekas [[Hindia Belanda]]. [[Mohammad Yamin]] mengatakan bahwa wilayah Indonesia termasuk [[Sumatra]], [[Jawa]], [[Kepulauan Nusa Tenggara]], [[Kalimantan]], [[Sulawesi]], [[Kepulauan Maluku|Maluku]], [[Semenanjung Malaka]], [[Pulau Timor|Timor]], dan [[Papua Barat]]. [[Soekarno]] menyatakan bahwa kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.<ref>{{cite book|last1=Evita|first1=Andi Lili|First2=Helen|Last3=Johari|First3=Hendi|Last4=Ayu Ratih|First4=I Gusti Agung|Last5=Sunarti|First5=Linda|Last6=Sitompul|First6=Martin|Last7=Kamila|First7=Raisa|Last8=Ahmad|First8=Taufik|editor1-first=Mukhlis|editor1-last=Paeni|editor2-first=Kasijanto|editor2-last=Sastrodinomo|title=Gubernur Pertama Di Indonesia|publisher=Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=978-602-1289-72-3}}</ref><ref>Iswara N. Raditya, [https://tirto.id/peran-BPUPK-dan-ppki-di-seputar-hari-lahir-pancasila-cpMp Peran BPUPKI dan PPKI di Seputar Hari Lahir Pancasila], Tirto.id, 1 Juni 2017</ref>
* ''Ordonantie''<ref>{{Cite web|title=Sejarah|url=https://anri.go.id/profil/sejarah|website=anri.go.id|language=id|access-date=2022-11-05}}</ref> ([[Hukum di Belanda|Hukum Belanda]]) tahun [[1939]], menyebutkan tentang penetapan [[laut teritorial]] yang sepanjang 3 mil laut dengan menggambar garis dasar berdasarkan kontur [[Pasang laut|pasang surut]] di pulau hingga ke darat. Ketentuan ini menjadikan Indonesia bukan negara kesatuan, karena di banyak bagian laut antara [[Daftar pulau di Indonesia menurut provinsi|pulau-pulau Indonesia]] (misalnya [[Laut Jawa]] dan [[Laut Banda]]) terdapat beberapa [[perairan internasional]] yang berada di luar [[yurisdiksi]] nasional.
* [[Deklarasi Djuanda]], [[13 Desember]] [[1957]] merupakan pengumuman [[pemerintah Indonesia]] tentang wilayah perairan [[Indonesia|Negara Kesatuan Republik Indonesia]] yang menyatakan:<ref>{{Cite web|last=itssin|date=2019-12-15|title=Deklarasi Djuanda dalam Sejarah Nusantara|url=https://www.its.ac.id/news/2019/12/15/deklarasi-djuanda-dalam-sejarah-nusantara/|website=ITS News|language=en|access-date=2022-11-05}}</ref>
# Penarikan batas laut tidak lagi berdasarkan garis [[Pasang laut|pasang surut]], tetapi pada suatu garis pangkal lurus yang diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik terluar pulau-pulau yang termasuk dalam wilayah [[Indonesia|Negara Kesatuan Republik Indonesia]].<ref>{{Cite web|title=DEKLARASI DJUANDA|url=https://business-law.binus.ac.id/2019/06/28/deklarasi-djuanda/|website=Business Law|access-date=2022-11-05}}</ref>
# Penetapan [[Perairan|wilayah perairan]] ditingkatkan dari 3 mil laut menjadi 12 mil laut.
# [[Zona Ekonomi Eksklusif|Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)]]<ref>{{Cite web|last=RI|first=Setjen DPR|title=J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat|url=https://www.dpr.go.id/jdih/index/id/781|website=www.dpr.go.id|language=id|access-date=2022-11-05|archive-date=2022-11-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20221105093013/https://www.dpr.go.id/jdih/index/id/781|dead-url=yes}}</ref> sebagai rezim [[hukum internasional]], dimana batas kepulauan 200 mil diukur dari garis pangkal [[perairan]] teritorial [[Indonesia]]. Dengan [[Deklarasi Djuanda]], maka secara legal dan formal Indonesia menjadi satu kesatuan dan tidak terpecah-pecah lagi.
== Objektif ==
Tujuan wawasan nusantara terdiri dari dua pandangan objektif, yaitu:
# Tujuan nasional yang tertuang dalam pembukaan [[Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945|Undang-Undang Dasar 1945]]<ref>{{Cite news|last=Lisfianti|first=Widya|date=2021-09-13|title=Pembukaan UUD 1945: Sifat, Makna Tiap Alinea dan Pokok Pikiran Pancasila|url=https://www.tribunnews.com/pendidikan/2021/09/13/pembukaan-uud-1945-sifat-makna-tiap-alinea-dan-pokok-pikiran-pancasila|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2022-01-28|editor-last=Daryono}}</ref> menjelaskan bahwa tujuan kemerdekaan [[Indonesia]] adalah: "''melindungi segenap [[Orang Indonesia|bangsa Indonesia]], mewujudkan kesejahteraan umum, meningkatkan pendidikan nasional, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial"''.<ref name="sistem">{{Cite news|last=Maarif|first=Syamsul Dwi|date=2021-09-27|title=Sistematika UUD 1945 Sebelum dan Sesudah Amandemen|url=https://tirto.id/sistematika-uud-1945-sebelum-dan-sesudah-amandemen-gjnu|work=Tirto.id|language=id|access-date=2022-01-28}}</ref><ref>{{Cite web|last=Asshiddiqie|first=Jimly|title=Status Keberlakuan Penjelasan UUD 1945|url=https://hukumonline.com/klinik/a/status-keberlakuan-penjelasan-uud-1945-lt5ef082a1cefb0|website=Hukumonline.com|language=id|access-date=2022-01-28}}</ref>
# Tujuan lahiriah adalah untuk menjamin kesatuan seluruh aspek kehidupan baik alam maupun sosial.<ref>{{Cite web|title=Hari Lahir Pancasila: Sejarah dan Maknanya|url=https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-lampung/baca-artikel/15075/Hari-Lahir-Pancasila-Sejarah-dan-Maknanya.html|website=www.djkn.kemenkeu.go.id|access-date=2022-11-05}}</ref> Dapat disimpulkan bahwa tujuan [[Orang Indonesia|bangsa Indonesia]] adalah menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan daerah, juga untuk menegakkan dan membina kesejahteraan bersama, perdamaian, dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia di seluruh dunia.<ref>{{Cite web|title=Aspek Sosial Budaya {{!}} Indonesia Baik|url=https://indonesiabaik.id/infografis/aspek-sosial-budaya-24|website=indonesiabaik.id|access-date=2022-11-05}}</ref>
== Implementasi ==
=== Aspek politik ===
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan wawasan nusantara:<ref name="implementasi">{{cite book|last=Sumarsono | first=S. |display-authors=etal|year=2001 |title =Pendidikan Kewarganegaraan |location =Jakarta |publisher =Gramedia Pustaka Utama |pages =12–17|language=id}}</ref>
# Penyelenggaraan kehidupan politik diatur dalam [[undang-undang]], seperti [[Partai politik|Undang-Undang Partai Politik]], [[Undang-Undang Pemilihan Umum]], dan [[Pemilihan presiden|Undang-Undang Pemilihan Presiden]]. Pelaksanaan undang-undang ini harus sesuai dengan undang-undang dan mengutamakan persatuan bangsa. Misalnya, dalam pemilihan presiden, anggota ''[[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|DPR]]'' dan [[kepala daerah]] harus menerapkan prinsip [[demokrasi]] dan keadilan, agar tidak merusak persatuan bangsa.<ref>{{Cite web|last=Ahmad|date=2021-10-28|title=Wawasan Nusantara: Pengertian, Asas, Tujuan, Fungsi dan Implementasi|url=https://www.gramedia.com/literasi/wawasan-nusantara/|website=Gramedia Literasi|language=id-ID|access-date=2022-11-05}}</ref>
# Penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di [[Indonesia]] harus sesuai dengan hukum yang berlaku. Semua warga negara Indonesia harus memiliki [[Hukum|dasar hukum]] yang sama bagi setiap [[Kewarganegaraan|warga negara]], tanpa terkecuali. Di Indonesia banyak produk hukum yang dapat dikeluarkan oleh [[provinsi]] dan ''[[kabupaten]]'' dalam bentuk [[Peraturan Daerah (Indonesia)|peraturan daerah (perda)]] yang tidak bertentangan dengan hukum nasional yang berlaku.<ref>{{Cite web|title=Implementasi Wawasan Nusantara dalam Bermasyarakat - OSF|url=https://osf.io/dftje/download|website=osf.io}}</ref>
# Mengembangkan sikap ''[[Hak asasi manusia|HAM]]'' dan sikap ''[[pluralisme]]'' untuk mempersatukan perbedaan [[Suku bangsa di Indonesia|suku]], [[Agama di Indonesia|agama]], dan [[Daftar bahasa di Indonesia|bahasa]], sehingga dapat menumbuhkan sikap [[toleransi]].
# Memperkuat komitmen politik kepada [[partai politik]] dan [[Lembaga negara|lembaga pemerintah]] untuk meningkatkan semangat [[nasionalisme]], persatuan dan kesatuan.
# Meningkatkan peran [[Indonesia]] di kancah internasional dan memperkuat [[korps]] [[Diplomasi|diplomatik]] sebagai upaya menjaga wilayah Indonesia, terutama [[Daftar pulau terluar Indonesia|pulau-pulau terluar]] dan [[Daftar pulau di Indonesia menurut provinsi|pulau-pulau tak berpenghuni]].
===
[[File:Ship-IMG 3429.JPG|thumb|right|Sebuah [[kapal layar]] bertiang ''[[pinisi]]'' yang tinggi, secara tradisional menghubungkan [[Pelabuhan|pelabuhan-pelabuhan]] di [[Indonesia|kepulauan Indonesia]].]]
# Kepulauan ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi, seperti posisi garis ''[[khatulistiwa]]'', wilayah laut yang luas, [[Hutan hujan|hutan tropis]] yang luas, hasil [[pertambangan]] dan minyak yang besar, serta memiliki penduduk dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu, pelaksanaan dalam kehidupan ekonomi harus berorientasi pada [[Pemerintah|sektor pemerintah]], [[pertanian]], dan [[industri]].<ref>{{Cite web|title=Implementasi wawasan nusantara menghadapi perkembangan geopolitik – lib.ui|url=https://lib.ui.ac.id/abstrakpdf?id=80716&lokasi=lokal|website=lib.ui.ac.id}}</ref>
# [[Pembangunan ekonomi]] harus
# Pembangunan ekonomi harus melibatkan peran serta masyarakat, antara lain dengan memberikan fasilitas kredit mikro dalam pengembangan usaha kecil.<ref>{{Cite web|title=Implementasi Wawasan Nusantara kepada aparatur pemerintah dalam pendistribusian komoditas beras|url=https://fh.unpatti.ac.id/implementasi-wawasan-nusantara-kepada-aparatur-pemerintah-dalam-pendistribusian-komoditas-beras-dapat-meningkatkan-ketahanan-pangan/|website=fh.unpatti.ac.id}}</ref>
===
[[File:Kecak Dance in Bali 6.jpg|thumb|Melestarikan [[Keanekaragaman hayati|keanekaragaman]] budaya untuk memperkuat jati diri bangsa sekaligus menjadi daya tarik wisata, seperti [[Kecak|tari kecak]] di [[Bali]].]]
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan [[Sosialisme|sosial budaya]], yaitu
# Mengembangkan kehidupan nasional yang [[Harmonisa|harmonis]] antara masyarakat yang berbeda; dalam hal [[budaya]], status [[Sosialisme|sosial]], dan [[wilayah]]. Sebagai contoh, [[Pendidikan di Indonesia|pemerataan pendidikan]] di semua daerah dan [[Wajib belajar|program wajib belajar]] yang harus mengutamakan daerah tertinggal.<ref>{{Cite web|title=Implementasi Wawasan Nusantara dalam meningkatkan rasa nasionalisme|url=https://ejournal.upi.edu/index.php/civicus/article/view/45641|website=ejournal.upi.edu}}</ref>
# Pengembangan budaya Indonesia, untuk melestarikan dan memelihara [[Keanekaragaman hayati|keanekaragaman]] [[budaya Indonesia]], yang dapat dijadikan daya tarik wisata yang memberikan nilai ekonomi bagi daerah. Misalnya dengan pelestarian budaya, pengembangan [[museum]] dan situs budaya.<ref>{{Cite web|date=2022-01-19|title=Wawasan Nusantara Pengertian, Tujuan, Isi, Implementasi dan Asas - Nasional Katadata.co.id|url=https://katadata.co.id/safrezi/berita/61e78ea37a8ee/wawasan-nusantara-pengertian-tujuan-isi-implementasi-dan-asas|website=katadata.co.id|language=id|access-date=2022-11-05}}</ref>
=== Aspek pertahanan dan keamanan ===
[[File:IndonesianMarines.jpg|thumb|Membangun [[angkatan bersenjata]] [[Tentara Nasional Indonesia]] yang profesional merupakan implementasi di bidang [[Pertahanan negara|pertahanan]] dan [[keamanan]].]]
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aspek [[Pertahanan negara|pertahanan]] dan [[keamanan]], yaitu:
# Kegiatan pembangunan pertahanan dan keamanan harus memberikan kesempatan kepada setiap [[Kewarganegaraan|warga negara]] untuk berpartisipasi. Kegiatan seperti menjaga ketertiban tempat tinggal, meningkatkan disiplin sosial, melaporkan masalah keamanan kepada [[Polisi|pihak berwenang]] adalah kewajiban warga negara.<ref>{{Cite web|title=Implementasi Wawasan Nusantara pada Konstelasi Bangsa|url=https://mmc.kalteng.go.id/berita/read/6582/implementasi-pada-konstelasi-bangsa|website=mmc.kalteng.go.id}}</ref>
# Membangun rasa persatuan bangsa, sehingga ancaman suatu daerah atau pulau dirasakan sebagai ancaman bagi seluruh bangsa. Rasa persatuan bangsa ini dapat diciptakan dengan membangun solidaritas dan hubungan yang erat antarwarga daerah yang berbeda.
# Membangun [[angkatan bersenjata]] [[Tentara Nasional Indonesia]] yang profesional dan menyediakan fasilitas yang memadai dan prasarana untuk kegiatan keamanan di wilayah [[Indonesia]], khususnya [[Daftar pulau terluar Indonesia|pulau-pulau terluar]] dan wilayah perbatasan Indonesia.
== Lihat pula ==
* [[Indonesia]]
* [[Deklarasi Djuanda]]
== Referensi ==
{{ref-list}}
== Pranala luar ==
[[Kategori:Pendidikan|Wawasan Nusantara]]
[[Kategori:Nusantara]]
[[Kategori:Geopolitik]]
|