Khalid al-Baghdadi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
FDGJ17 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k ~PL
 
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{noref}}
{{Infobox Ulama Muslim
|notability = Khalid al-Baghdadi
Baris 79 ⟶ 80:
Dia adalah seorang mistikus [[Kesultanan Utsmaniyah]], yang diyakini oleh para pengikutnya telah mampu melakukan perjalanan waktu (Tayyi Zaman). Buku-bukunya yang paling terkenal adalah Mecd-i Talid (Big Birth) dan Shems'u Shumus (The Sun of All Suns).
 
== Awal Hidup ==
 
Beliau dilahirkan pada tahun 1779 di desa Karadag, dekat kota Sulaymaniyyah, di tempat yang sekarang bernama [[Irak]]. Dia dibesarkan dan dididik di Sulaymaniyyah, di mana ada banyak sekolah dan banyak masjid dan yang dianggap sebagai kota pendidikan utama pada masanya.
Baris 93 ⟶ 94:
Dia kemudian memasuki pengasingan, meninggalkan semua yang telah dia pelajari, terlibat dalam tindakan saleh dan memperbanyak dzikir.
 
== Kebangkitan untuk Mengikuti Jalan Sufi ==
 
Pada 1805 Maulana Khalid memutuskan untuk melakukan haji, dan perjalanan yang ia lakukan sebagai hasilnya mengubah aspirasinya ke tasawuf. Dalam perjalanannya ia berhenti di Madinah selama beberapa hari dan bertemu dengan orang suci Yaman yang tidak dikenal, yang secara profetis memperingatkan untuk tidak mengutuk dengan tergesa-gesa apa pun yang mungkin dilihatnya di Mekah yang tampaknya bertentangan dengan syariah. Dia melakukan perjalanan ke Tihamah dan Hijaz melalui Mosul dan Yarbikir dan ar-Raha dan Aleppo dan akhirnya Damaskus. Di sana ia menghabiskan beberapa waktu, bertemu dengan para ulama dan belajar dengan master pengetahuan kuno dan modern, sarjana hadits, Syaikh Muhammad al-Kuzbari. Dia menerima otorisasi dalam Tarekat Qadiri dari Syaikh al-Kuzbari dan wakilnya, Syekh Mustafa al-Kurdi, yang melakukan perjalanan bersamanya sampai dia mencapai Madinah. Begitu tiba di Mekah, dia pergi ke Ka'bah di mana dia melihat seorang pria duduk dengan punggung menghadap ke struktur suci dan menghadapnya. Melupakan nasihatnya, dia dengan hati-hati menegur lelaki itu, yang bertanya, "Tidak tahukah kamu, bahwa nilai orang beriman itu lebih besar di mata Allah daripada nilai Ka'bah?" Bertobat dan kewalahan, Mawlana Khalid meminta pengampunan dan memohon orang asing itu untuk menerimanya sebagai murid. Seorang Pria tersebut menolak dan mengatakan kepadanya bahwa gurumu menunggumu di India.
Baris 99 ⟶ 100:
Setelah haji dia kembali ke Sulaymaniya dan tugas-tugasnya di madrasah tetapi dalam hati gelisah oleh keinginan untuk menemukan gurunya yang ditakdirkan. Akhirnya, pada 1809, seorang darwis India bernama Mirza Rahim-Allah 'Azimabadi mengunjungi Sulaymaniyah. Syekh Khalid bertanya kepadanya tentang pemandu yang sempurna untuk menunjukkan jalannya dan Syekh Mirza mengatakan kepadanya, "Ada satu Syekh yang sempurna yang mengamati karakter Nabi dan merupakan pemandu dalam berma`rifat. Datanglah ke pondoknya di Jehanabad (India) karena dia memberi tahu saya sebelum saya pergi, 'Kamu akan bertemu seseorang, bawa dia kembali bersamamu.' Dia merekomendasikan Maulana Khalid bepergian ke India dan mencari inisiasi dari seorang syekh Naqsyabandi dari Delhi, Syekh [[Ghulam Ali Dehlavi]]. Mawlana Khalid segera berangkat.
 
== Perjalanan di India ==
 
Dia mencapai Delhi sekitar satu tahun (1809). Perjalanannya membawanya melalui Rey, Teheran, dan provinsi-provinsi lain di Iran. Dia kemudian melakukan perjalanan ke kota Herat di Afghanistan, diikuti oleh Kandahar, Kabul, dan Peshawar. Para ulama besar dari semua kota yang ditemuinya ini akan sering menguji pengetahuannya dalam ilmu-ilmu Hukum Ilahi (syari'a) dan Kesadaran Ilahi (ma`rifat), dan orang-orang dari logika, matematika, dan astronomi selalu menganggapnya sangat berpengetahuan luas. .
 
Dia pindah ke Lahore, di mana dia bertemu dengan Syaikh Thana'ullah an-Naqsybandi dan meminta doanya. Dia mengenang, "Saya meninggalkan Lahore, melintasi gunung dan lembah, hutan, dan gurun sampai saya mencapai Kesultanan Delhi yang dikenal sebagai Jehanabad. Butuh satu tahun untuk mencapai kotanya. Empat puluh hari sebelum saya tiba, Shaykh Abdullah ad-Dehlawi memberi tahu para pengikutnya. , 'Pengganti saya akan datang.' "
 
Dia diinisiasi ke dalam tarekat Naqsyabandi oleh Shah Abdullah. Dalam lima bulan ia menyelesaikan semua tahap perjalanan spiritual seperti yang disyaratkan oleh Naqsyabandi dan bahwa dalam setahun ia mencapai tingkat kesucian tertinggi (al-wilaya al-kubra). Dia kemudian dikirim kembali ke Sulaymaniyah oleh Shah Abdullah, diberi otoritas penuh untuk bertindak sebagai khalifahnya di Asia barat dan untuk memberikan inisiasi tidak hanya di Naqsyabandi tetapi juga dalam tarekat Qadiri, Suhrawardi, Kubrawi dan Chishti.
 
Setelah bertahan dari permusuhan dari syekh saingan di Sulaymaniya, ia melakukan perjalanan ke Baghdad dan Damaskus di mana ia mengajarkan cara Naqsyabandi dengan kesuksesan yang besar.
 
== Akhir Hidup ==
 
Dia tetap di Damaskus selama sisa hidupnya, mengangkat Sheikh Ismail sebagai kepala khalifa sebelum dia meninggal pada Juni 1827. Dia dimakamkan di salah satu kaki bukit Jabal Qasiyun, di tepi perempatan Turki Damaskus. Kemudian sebuah bangunan didirikan di atas makam, terdiri dari zawia dan perpustakaan yang masih sering dikunjungi.
 
== Prestasi dan Warisan ==
Maulana Khalid mewariskan metode baru dalam naqsyabandi sehingga pengikutnya sering disebut Khalidiyah, cabang baru dari tatanan Naqshbandi. Banyak dari signifikansinya terletak pada memberikan penekanan baru pada prisnsip Islam tradisional dan praktik Naqsyabandi, terutama ketaatan terhadap syariah dan sunnah dan menghindari dzikir vokal dalam setiap kinerja dzikir. Beberapa unsur ajarannya kontroversial, bahkan di antara Naqsybandi lainnya, terutama adalah penafsirannya tentang praktik rabita - yang menghubungkan, dalam mengimajinasikan wajah guru meskipun sang guru telah wafat, agar hati Murid senantiasa dengan hati guru. Dia menyatakan bahwa rabitah harus dipraktekkan secara eksklusif dengan mengacu pada dirinya sendiri, bahkan setelah kematiannya.
 
Baris 122 ⟶ 123:
Muwlana Khalid memiliki dampak nyata pada kehidupan keagamaan Kurdistan di desa asalnya. Bagi orang Kurdi, praktik Islam secara tradisional berhubungan dengan keanggotaan dalam persaudaraan sufi, dan tarekat Qadiri mendominasi di sebagian besar wilayah Kurdi. Dengan munculnya Khalidiyah, Qadiriyyah kehilangan keunggulan mereka terhadap Naqsyabandi. Identitas Kurdi menjadi terkait dengan cabang Khalidiyah dari Naqsyabandi, dan ini, ditambah dengan sifat turun-temurun dari kepemimpinan Ordo di Kurdistan, menjelaskan keunggulan berbagai keluarga Naqsyabandi di Kurdistan hingga saat ini.
 
== Pranala luar ==
==Pranara Luar==
 
* http://maktabah.org/blog/?p=2983
* http://www.hakikatkitabevi.net/?HKLanguage=en
*
 
 
{{Uncategorized|date=Januari 2023}}