Suku Kayuagung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Herryz (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Abcdef242526 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(30 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox ethnic group|
| group =Suku Kayuagung
| native_name = {{small|''Jime Kiyagong''<br>''Komering Onyi''<br>''Jime Owam''}}
|image=
| native_name_lang =
|image_caption=
| image =
|poptime='''65.000 jiwa'''.<ref name=KA>{{cite web|url=https://joshuaproject.net/people_groups/12597/ID|title=Kayu Agung People in Indonesia|last=|first=|web=|publisher=www.joshuaproject.net|accessdate=3 April 2019}}</ref>
| image_caption =
|popplace=[[Sumatera Selatan]]<br> ([[Kabupaten Ogan Komering Ilir]], dan [[Palembang]]){{br}}
| image_alt =
|langs=[[Bahasa Kayuagung]] dan [[bahasa Indonesia]]
| image_uprigh =
|rels=Mayoritas [[Islam]] > 99,90%<br> sebagian kecil [[Kristen Protestan]] 0,10% <ref name=KA/>
| total = ±23.000-68.000
|related= [[Suku Ogan]], [[Suku Komering]], [[Suku Melayu]]
| total_year =
| total_source =
|poptime total_ref ='''65.000 jiwa'''.<ref name=KA>{{cite web|url=https://joshuaproject.net/people_groups/12597/ID|title=Kayu Agung People in Indonesia|last=|first=|web=|publisher=www.joshuaproject.net|accessdate=3 April 2019}}</ref>
| genealogy =
| regions = [[Kabupaten Ogan Komering Ilir|Ogan Komering Ilir]], [[Sumatera Selatan]]
| region1 =
| pop1 =
| ref1 =
| languages = [[Bahasa Kayuagung]]
| religions = [[File:Allah-green.svg|15px]] [[Islam|Islam Sunni]]
| related_groups = [[Suku Melayu-Indonesia|Melayu]]{{•}}[[Suku Lampung|Lampung]]
| footnotes =
}}
'''Suku Kayuagung''' atau '''Komering Kayuagung''' adalah suku asli [[Indonesia]] yang berasal dari kabupaten [[Kabupaten Ogan Komering Ilir|Ogan Komering Ilir]], provinsi [[Sumatera Selatan]]. Komunitas suku ini umumnya tinggalterdapat di Kotabeberapa wilayah/kecamatan di kabupaten Ogan Komering Ilir. Masyarakat Komering Kayuagung, Kabupatendengan jumlah yang signifikan dapat ditemukan di [[Kayuagung, Ogan Komering Ilir|kecamatan danKayuagung]] seputaranyang provinsimerupakan Sumateraibukota/pusat Selatanpemerintahan dari [[kabupaten Ogan Komering Ilir]]. Mayoritas masyarakat sub-suku Kayuagung memeluk agama Islam dan umumnya bekerja sebagai petani.<ref name=KAYUAGUNG>{{cite web|url=http://www.wacana.co/2012/03/suku-kayu-agung-sumatera-utara/|title=Suku Kayuagung, Sumatera Selatan|last=|first=|website=www.wacana.co|accessdate=6 April 2019}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Budaya dan adat istiadat yang masih
terjaga hingga kini ialah Adat Lamaran dan Tari Penguton Kayuagung. Suku Kayuagung adalah salah satu bagian dari kelompok etnik/subsuku etnis Komering.
 
== Asal usul & sejarah ==
 
Asal usul dan sejarah masyarakat Kayuagung tidak terlepas dari kelompok masyarakat/suku-suku disekitarnya. Tidak ada bukti sejarah yang jelas dan kuat, tetapi beberapa literatur menyatakan bahwa terbentuknya masyarakat Komering Kayuagung karena percampuran antar suku asli Sumatera Selatan yang mendiami sepanjang sungai Komering bagian hilir (suku Komering) dengan suku Lampung Abung/marga Abung (Abung Bunga Mayang) yang datang dari Lampung. Masyarakat Abung (Abung Siwo Mego) yang berasal dari provinsi Lampung tiba di Sumatera Selatan lalu menempati wilayah sungai Komering bagian hilir (tepatnya disekitar Kayuagung sekarang) dan bercampur dengan suku Komering yang telah mendiami wilayah tersebut. Karena adanya interaksi/komunikasi antar suku, asimilasi dan akulturasi budaya muncul pengaruh dari masyarakat Lampung Abung pada masyarakat Komering. Kayuagung Morge Siwe/Kayuagung Marga Sembilan kemungkinan berasal dari masyarakat Abung Siwo Mego yang memiliki sembilan marga juga. Ada juga yang menyatakan bahwa penduduk di sekitar sungai Komering bagian hilir (saat ini sekitar Kayuagung) itu ialah masyarakat keturunan Abung Bunga Mayang dari provinsi Lampung yang sudah lama bermigrasi ke daratan Sumatera Selatan dan menetap di sekitar sungai Komering (wilayah masyarakat Komering Kayuagung saat ini). Terlepas dari hal itu, pengaruh dari suku-suku lain disekitarnya juga cukup kuat. Kebudayaan dan adat-istiadat masyarakat Kayuagung cukup kuat dipengaruhi adat budaya Melayu dan Islam. Hal ini dapat dilihat dari kebudayaan dan adat-istiadat Kayuagung memiliki kemiripan/pengaruh budaya Melayu (terutama Palembang). Dari segi bahasa, logat intonasi masyarakat Kayuagung terdengar seperti logat Ogan tetapi lebih mendayu-mendayu. Pengaruh bahasa Melayu Palembang juga cukup kental dalam kosakata bahasa Komering dialek Kayuagung karena dapat ditemukan banyak kosakata yang sama. Dialek Kayuagung juga terdengar seperti dialek Pegagan dengan ciri khas "e" yang berbunyi seperti pada pengucapan kata "proses" (E talling/E tinggi). Meskipun begitu, adat-istiadat dan kebudayaan Kayuagung tidak berbeda jauh dengan masyarakat Komering lainnya tetapi tetap memiliki beberapa perbedaan dengan ciri khas masing-masing/keunikan tersendiri.
 
== Adat Istiadat & Kebudayaan ==
 
Suku Kayuagung menganut garis keturunan "Bilateral" dimana garis keturunannya bisa dari pihak bapak atau bisa juga dari pihak ibu.<ref name=KAYUAGUNG/> Adat dan budaya yang masih terjaga di suku Kayuagung ialah adat lamaran pernikahan dan tari penguton.
 
=== Adat Lamaran ===
 
Salah satu adat istiadat suku Kayuagung yang masih dijaga hingga saat ini adalah adat lamaran pernikahan. Adat yang yang sudah ada sejak abad 15 ini, bisebarkan dari Lampung, hingga akhirnya diadopsi oleh suku Kayuagung. Seorang tetua adat dan mantan sekretaris adat suku Kayuagung, Yusrizal, mengatakan bahwa proses pernikahan dalam suku Kayuagung terbilang lama.<ref name=NIKAH>{{cite web|url=http://palembang.tribunnews.com/amp/2016/11/27/adat-lamaran-kayuagung-hingga-kini-masih-eksis|title=Adat Lamaran Kayuagung Hingga Kini Masih Eksis|last=|first=|website=www.palembang.tribunnews.com|accessdate=6 April 2019}}</ref> Pertama yang dilakukan ialah ''Nyelabang'' dimana pihak laki-laki akan mengutus setidaknya dua orang (orangtuaorang tua) untuk mendatangi rumah calon mempelai perempuan. Dalam hal ini, pihak keluarga laki-laki akan menyampaikan niat bahwa anak bujangnya hendak menikahi anak gadis mereka, apakah disetujui oleh si perempuan dan keluarganya atau tidak. Jika setuju, akan disepakati proses pernikahan mana yang akan diadakan. Setidaknya ada 4 kategori pernikahan suku Kayuagung.<ref name=NIKAH/>
 
==== Sitinong-tinong ====
 
Istilah Sitinong-tinong ini diartikan sebagai lamaran yang tidak perlu memakai adat. Proses lamaran pernikahan hingga Ijab pernikahan dilakukan secara sederhana dan cepat. Hal ini dilakukan biasanya untuk menjaga nama baik kedua belah pihak. Kasus kehamilan sebelum pernikahan, bisa menjadi salah satu penyebab diadakan adat lamaran Sitinong-tinong. Selain itu, alasan calon mempelai laki-laki dalam masa tugas pekerjaan yang mendesak, bisa juga mengadakan adat lamaran Sitinong-tinong.<ref name=NIKAH/>
 
==== Sipinong-pinong ====
 
Kategori kedua ialah Sipinong-pinong. Untuk kategori kedua ini kebanyakan diadakan dimalam hari, dan prosesnya membutuhkan waktu selama empat hari. Dimulai dengan Ijab Kabul yang diadakan di rumah pihak laki-laki. Setelah selesai ijab, pengantin perempuan akan dihantarkan kembali ke rumah orang tuanya oleh pihak laki-laki. Setelah itu, si istri akan menginap di rumah orangtuanya selama empat hari lamanya (disebut juga ''Anan Tuwui''), sedangkan sang suami harus kembali ke rumahnya. Namun, selama proses ini, sang suami harus menghantarkan makanan dan lauk-pauk setiap pagi hari selama empat hari.<ref name=NIKAH/>
 
Baris 26 ⟶ 47:
 
==== Pinang Dibelah Dua ====
 
Adat yang ketiga adalah adat Pinang Dibelah Dua. Ini merupakan istilah sederhana bagi suku Kayuagung, yang artinya ialah perbagian sama rata, dan dimaknai sebagai persedekahan dalam waktu bersamaan. Adat yang satu ini dilakukan atas kesepakatan bersama dimana pihak laki-laki (''upaian'') dan pihak perempuan sama-sama mengundang sanak saudara masing-masing dan melangsungkan pernikahan di rumah pengantin laki-laki.<ref name=NIKAH/>
 
Baris 31 ⟶ 53:
 
==== Mabang Handak ====
 
Yang terakhir adalah adat Mabang Handak. Arti dari Mabang Handak adalah "burung putih", ini merupakan simbol kekayaan atau orang ningrat. Adat yang keempat bisa diartikan sebagai adat persedekahan yang umumnya hanya bisa diadakan oleh orang kaya atau bangsawan. Lamanya adat ini bisa memakan waktu selama tujuh hari.<ref name=NIKAH/>
 
Baris 38 ⟶ 61:
 
=== Tari Penguton ===
Tari Penguton berasal dari kata "Uton" yang dalam bahasa Kayuagung artinya ialah Penyambutan.<ref name=UTON>{{cite web|url=http://etnikom.com/tari-penguton-kayuagung/|title=Tari Penguton Kayuagung|last=|first=|website=www.etnikom.com|accessdate=6 April 2019}}</ref> Tari Penguton adalah sebuah tarian khas suku Kayuagung dalam menyambut tamu yang datang ke Kota Kayuagung. Tarian ini umumnya dilakukan oleh sembilan orang yang dalam bahasa Kayuagung disebut "Horge Siwe". Diyakni bahwa tarian ini adalah cikal bakal lahirnya [[Tari Gending Sriwijaya]].<ref name=UTON/> Pada umumnya dibawakan oleh kaum perempuan saja.
 
Tari Penguton berasal dari kata "Uton" yang dalam bahasa Kayuagung artinya ialah Penyambutan.<ref name=UTON>{{cite web|url=http://etnikom.com/tari-penguton-kayuagung/|title=Tari Penguton Kayuagung|last=|first=|website=www.etnikom.com|accessdate=6 April 2019|archive-date=2019-04-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20190407093531/http://etnikom.com/tari-penguton-kayuagung/|dead-url=yes}}</ref> Tari Penguton adalah sebuah tarian khas suku Kayuagung dalam menyambut tamu yang datang ke Kota Kayuagung. Tarian ini umumnya dilakukan oleh sembilan orang yang dalam bahasa Kayuagung disebut "HorgeMorge Siwe". Diyakni bahwa tarian ini adalah cikal bakal lahirnya [[Tari Gending Sriwijaya]].<ref name=UTON/> Pada umumnya dibawakan oleh kaum perempuan saja.
Tari Penguton muncul pada tahun 1889, yang kemudian pada tahun 1920, tari ini disempurnakan kembali oleh keluarga Pangeran Bakri untuk menyambut kedatangan Gubernur Hindia-Belanda yakni '''Gouveneur General Limberg Van Stirem Bets''' ke kawasan Kayuagung.<ref name=UTON/> Sejak masa itu pula, tari Penguton menjadi tari khas Kayuagung dan dijadikan sebagai ''Tari Sekapur Sirih Kayuagung''.<ref name=UTON/>
 
Tari Penguton muncul pada tahun 1889, yang kemudian pada tahun 1920, tari ini disempurnakan kembali oleh keluarga Pangeran Bakri untuk menyambut kedatangan Gubernur Hindia-Belanda yakni '''Gouveneur General Limberg Van Stirem Bets''' ke kawasan Kayuagung.<ref name=UTON/> Sejak masa itu pula, tari Penguton menjadi taritarian khas Suku Kayuagung dan dijadikan sebagai ''Tari Sekapur Sirih Kayuagung''.<ref name=UTON/>
Diperankan oleh 9 orang sebagai simbol perwakilan dari sembilan dusun yang ada di kota Kayuagung, sebagai lokasi suku Kayuagung. Kesembilan dusun tersebut adalah Kayuagung asli, Kotaraya, Perigi, Jua-jua, Kedaton, Mangunjaya, Sidakersa, Sukadana dan Paku.<ref name=MORGESIWE>{{cite web|url=https://www.morgesiwe.com/2016/03/pengertian-morge-siwe.html?m=1|title=Pengertian Morge Siwe|last=|first=|website=www.morgesiwe.com|accessdate=6 April 2019}}</ref> Untuk menarikan tarian, akan diiringi oleh musik perkusi berupa [[gamelan]], [[gong]] dan [[gendang]].<ref name=UTON/>
 
Diperankan oleh 9 orang sebagai simbol perwakilan dari sembilan dusun yang ada di kota Kayuagung, sebagai lokasi suku Kayuagung. Kesembilan dusun tersebut adalah Kayuagung asliAsli, Kotaraya, Perigi, Jua-jua, Kedaton, Mangunjaya, Sidakersa, Sukadana dan Paku.<ref name=MORGESIWE>{{cite web|url=https://www.morgesiwe.com/2016/03/pengertian-morge-siwe.html?m=1|title=Pengertian Morge Siwe|last=|first=|website=www.morgesiwe.com|accessdate=6 April 2019}}</ref> Untuk menarikan tarian, akan diiringi oleh musik perkusi berupa [[gamelan]], [[gong]] dan [[gendang]].<ref name=UTON/>
 
== Bahasa ==
Suku Kayuagung memiliki bahasa sendiri yakni bahasa Kayuagung, secara khusus di Kayuagung bahasa ini digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa ini masih sangat mirip dengan bahasa Melayu Palembang dengan intonasi yang sedikit mendayu-dayu. Selain itu dialek suku Kayuagung juga berdialek Ogan, sebagai suku yang paling dekat dengam suku Kayuagung.<ref name=BAHASA2>{{cite web|url=https://lifestyle.okezone.com/amp/2017/03/14/406/1642096/yuk-kenali-suku-suku-di-sumatera-selatan-part-1?page=2|title=Yuk, Kenali Suku-suku di Sumatera Selatan|last=|first=|website=www.lifestyle.okezone.com|accessdate=6 April 2019}}</ref>
 
Selain bahasaSuku Kayuagung itumemiliki bahasa sendiri yakni bahasa Kayuagung, beberapasecara etniskhusus di Kayuagung menggunakanbahasa ini digunakan sebagai bahasa lainsehari-hari. diBahasa ini termasuk salah satu varian/dialek dari [[bahasa Komering]]. Kosakata bahasa ini mempunyai kemiripan dan beberapa daerahpersamaan dengan bahasa Melayu Palembang. Logat dari bahasa ini memiliki kemiripan dengan logat Ogan. Selain itu, dialek Kayuagung juga terdengar seperti dialek/bahasa lainnya di desaSumatera TanjungSelatan Rancingseperti Musi dan desaPegagan Celikah,dengan masyarakatciri sukukhas Kayuagungakhiran menggunakankata bahasadiakhiri Pegagan.huruf "E" dengan pengucapan seperti "ember" (e talling)<ref name=BAHASABAHASA2>{{cite web|url=https://okikablifestyle.bpsokezone.go.idcom/statictableamp/20162017/03/2114/22406/nama1642096/yuk-namakenali-suku-bahasa-yang-digunakan-dan-lokasi-tempat-tinggalsuku-di-kabupatensumatera-oganselatan-komeringpart-ilir.html1?page=2|title=Nama-namaYuk, Kenali Suku Bahasa yang Digunakan dan Lokasi Tempat Tinggal-suku di KabupatenSumatera OKISelatan|last=|first=|website=www.okikablifestyle.bpsokezone.go.idcom|accesadateaccessdate=6 April 2019}}</ref>.
 
Selain bahasa Kayuagung itu sendiri, beberapa etnis Kayuagung menggunakan bahasa lain di beberapa daerah, seperti di desa Tanjung Rancing dan desa Celikah, masyarakat suku Kayuagung menggunakan bahasa Pegagan<ref name=BAHASA>{{cite web|url=https://okikab.bps.go.id/statictable/2016/03/21/22/nama-nama-suku-bahasa-yang-digunakan-dan-lokasi-tempat-tinggal-di-kabupaten-ogan-komering-ilir.html|title=Nama-nama Suku Bahasa yang Digunakan dan Lokasi Tempat Tinggal di Kabupaten OKI|last=|first=|website=www.okikab.bps.go.id|accesadate=6 April 2019}}</ref>. Namun juga sebagian ada juga yang menggunakan bahasa Ogan, banyak dari masyarakat Kayuagung (terutama anak muda) juga menggunakan bahasa Melayu Palembang sebagai bahasa sehari-hari/bahasa dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini dikarenakan bahasa Melayu Palembang dijadikan lingua franca di Sumatera Selatan atau bahasa pemersatu di Sumatera Selatan. Meski begitu, bahasa Indonesia masih menjadi bahasa utama untuk komunikasi sehari-hari antar etnis yang berbeda.
 
== Agama ==
 
Bisa dikatakan bahwa hampir semua sukumasyarakat Kayuagung memeluk agama [[Islam]]. Namun, masih banyak diantara mereka yang masih memegang kepercayaan lama yang percaya pada roh-roh. Sebagai contoh, pada saat memandikan mayat salah seorang warga yang meninggal dunia, mereka akan memandikannya disertai dengan campuran berbagai macam bunga berwarna-warni. Hal ini dilakukan supaya arwah yang meninggal lupa untuk kembali ke rumah melainkan pergi ke alam baka.<ref name=KAYUAGUNG/> Beberapa warga juga percaya bahwa arwah-arwah orang meninggal bisa tinggal ditempat-tempat keramat.<ref name=BAHASA2/>
 
== Pekerjaan ==
 
Kebanyakan masyarakat suku Kayuagung bekerja sebagai petani, namun menggarap pertanian lebih dilakukan pada musim penghujan karena kawasan Ogan Komering Ilir dan secara khusus kawasan [[Kota Kayu Agung, Ogan Komering Ilir|Kota Kayu Agung]] berupa rawa. Beberapa warga juga menjadi pedagang khususnya di kota Kayu Agung, dan ada juga yang membuat gerabah.<ref name=KAYUAGUNG/>
 
== Referensi ==
Baris 60 ⟶ 87:
{{Suku bangsa di Indonesia}}
 
[[Kategori:SumatraKelompok Selatanetnik di Indonesia|Kayuagung]]
[[Kategori:Suku bangsa di IndonesiaSumatera Selatan]]
[[Kategori:Kabupaten Ogan Komering Ilir]]