Prasasti Kota Kapur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 120.188.92.208 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh OrophinBot
Tag: Pengembalian
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(29 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
 
{{noref}}
{{refimprove}}
[[Berkas:Prasasti Kota Kapur.jpg|ka|jmpl|170px|Prasasti Kota Kapur]]
'''Prasasti Kota Kapur''' adalah [[prasasti]] berupa tiang batu bersurat yang ditemukan di pesisir barat [[Pulau Bangka]], di sebuahdesa dusun[[Kota kecilKapur, yangMendo bernamaBarat, "Kotakapur"Bangka|Kota Kapur]], [[Mendo Barat, Bangka|Mendo Barat]], [[Kabupaten Bangka]].<ref name="Yudono">Yudono J. [http://oase.kompas.com/read/2010/12/28/22355692/Prasasti.Kota.Kapur.Tersimpan.di.Belanda Prasasti Kota Kapur Tersimpan di Belanda] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110112081743/http://oase.kompas.com/read/2010/12/28/22355692/Prasasti.Kota.Kapur.Tersimpan.di.Belanda |date=2011-01-12 }}. Artikel pada Kompas Daring edisi Selasa, 28 Desember 2010. Pranala cadangan: ''[http://dongengarkeologi.blogspot.com/2011/01/prasasti-kota-kapur-tersimpan-di.html Prasasti Kota Kapur Tersimpan di Belanda] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160305063038/http://dongengarkeologi.blogspot.com/2011/01/prasasti-kota-kapur-tersimpan-di.html |date=2016-03-05 }}''</ref>. Tulisan pada prasasti ini ditulis dalam aksara [[aksara Pallawa|Pallawa]] dan menggunakan bahasa [[Bahasa Melayu Kuno|Melayu Kuno]], serta merupakan salah satu dokumen tertulis tertua ber[[bahasa Melayu]]. Prasasti ini dilaporkan penemuannya oleh [[J.K. van der Meulen]] pada bulan Desember 1892, dan merupakan prasasti pertama yang ditemukan mengenai [[Sriwijaya|Kedatuan Sriwijaya]].
 
Orang pertama yang menganalisis prasasti ini adalah [[H. Kern]], seorang ahli [[epigrafi]] bangsa Belanda yang bekerja pada ''Bataviaasch Genootschap'' di [[Batavia]]. Pada mulanya ia menganggap "Śrīwijaya" adalah nama seorang raja. [[George Coedes|George Coédes]]-lah yang kemudian berjasa mengungkapkan bahwa Śrīwijaya adalah nama sebuah kerajaan di SumatraSumatera pada abad ke-7 Masehi, suatu kerajaan yang kuat dan pernah menguasai bagian barat Nusantara, [[Semenanjung Malaya]], dan [[Thailand]] bagian selatan.
 
Hingga tahun 2012, prasasti Kota Kapur berada di ''[[Rijksmuseum]]'' (Museum Kerajaan) Amsterdam, negeri [[Belanda]] dengan status dipinjamkan oleh [[Museum Nasional Indonesia]].<ref name="Yudono"/>.
 
== Isi prasasti ==
Prasasti Kota Kapur adalah salah satu dari lima batu prasasti kutukan yang dibuat oleh [[Dapunta Hyang]], seorang penguasa dari ''[[Sriwijaya|Kadātuan Śrīwijaya]]''.{{Butuh rujukan}} Isi di dalamnya membahas mengenai [[kutukan]] dan ancaman bagi penduduk yang tinggal di wilayah [[Kota Kapur, Mendo Barat, Bangka|Kota Kapur]]. Selain itu, di dalamnya juga dibahas mengenai keberangkatan pasukan Sriwijaya untuk memperluas wilayah kekuasaan di Pulau Jawa dengan menaklukkan [[Tarumanagara]].<ref>{{Cite book|last=Syarifuddin, dkk.|date=Februari 2023|url=https://repository.unsri.ac.id/91572/2/A4_Buku%20Koleksi%20Museum%20Negeri%20Sumatera%20Selatan%20%28revisi%29.pdf|title=Koleksi Museum Negeri Sumatera Selatan|location=Palembang|publisher=Bening Media Publishing|isbn=978-623-8006-53-3|pages=50|url-status=live}}</ref> Di dalamnya berulang disebutkan kata ''çrivijaya.'' Berikut ini isi lengkap dari Prasasti Kota Kapur, sebagaimana ditranskripsikan dan diterjemahkan oleh Coédes:.
 
=== Naskah Asliasli ===
Adapun alihaksara prasasti ini sebagai berikut.
# ''Siddha titam hamba nvari i avai kandra kayet ni paihumpaan namuha ulu lavan tandrun luah makamatai tandrun luah vinunu paihumpaan hakairum muah kayet ni humpa unai tunai.''
# ''Umentern bhakti ni ulun haraki. unai tunai kita savanakta devata mahardika sannidhana. manraksa yan '''kadatuan çrivijaya'''. kita tuvi tandrun luah vanakta devata mulana yan parsumpahan.''
# ''paravis. kadadhi yan uran didalanna bhami paravis hanun. Samavuddhi lavan drohaka, manujari drohaka, niujari drohaka talu din drohaka. tida ya.''
# ''Marppadah tida ya bhakti. tida yan tatvarjjawa diy aku. dngan diiyan nigalarku sanyasa datua. dhava vuathana uran inan nivunuh ya sumpah nisuruh tapik ya mulan parvvanda datu '''çriwi-'''''
# '' '''jaya'''. Talu muah ya dnan gotrasantanana. tathapi savankna yan vuatna jahat. makalanit uran. makasuit. makagila. mantra gada visaprayoga. udu tuwa. tamval.''
# ''Sarambat. kasihan. vacikarana.ityevamadi. janan muah ya sidha. pulan ka iya muah yan dosana vuatna jahat inan tathapi nivunuh yan sumpah talu muah ya mulam yam manu-''
# ''ruh marjjahati. yan vatu nipratishta ini tuvi nivunuh ya sumpah talu, muah ya mulan. saranbhana uran drohaka tida bhakti tatvarjjava diy aku, dhava vua-''
# ''tna niwunuh ya sumpah ini gran kadachi iya bhakti tatvjjava diy aku. dngan di yam nigalarku sanyasa dattua. çanti muah kavuatana. dngan gotrasantanana.''
# ''Samrddha svasthi niroga nirupadrava subhiksa muah vanuana paravis chakravarsatita 608 din pratipada çuklapaksa vulan vaichaka. tatkalana''
# ''Yan manman sumpah ini. nipahat di velana yan vala '''çrivijaya''' kalivat manapik yan bhumi java tida bhakti ka '''çrivijaya'''.''
 
=== Terjemahan ===
Baris 27 ⟶ 29:
# ''Bilamana di pedalaman semua daerah yang berada di bawah Kadātuan ini akan ada orang yang memberon­tak yang bersekongkol dengan para pemberontak, yang berbicara dengan pemberontak, yang mendengarkan kata pemberontak;''
# ''yang mengenal pemberontak, yang tidak berperilaku hormat, yang tidak takluk, yang tidak setia pada saya dan pada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu; biar orang-orang yang menjadi pelaku perbuatan-perbuatan tersebut mati kena kutuk biar sebuah ekspedisi untuk melawannya seketika di bawah pimpinan datu atau beberapa datu Śrīwijaya, dan biar mereka''
# ''dihukum bersama marga dan keluarganya. Lagipula biar semua perbuatannya yang jahat; seperti meng­ganggu :ketenteraman jiwa orang, membuat orang sakit, membuat orang gila, menggunakan mantra, racun, memakai racun upas dan tuba, ganja,''
# ''saramwat, pekasih, memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya, semoga perbuatan-perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah melakukan perbuatan jahat itu; biar pula mereka mati kena kutuk. Tambahan pula biar mereka yang menghasut orang''
# ''supaya merusak, yang merusak batu yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena kutuk; dan dihukum langsung. Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak setia pada saya, biar pelaku perbuatan tersebut''
# ''mati kena kutuk. Akan tetapi jika orang takluk setia kepada saya dan kepada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan keluarganya''
# ''dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebas­an dari bencana, kelimpahan segala­nya untuk semua negeri mereka ! Tahun Śaka 608, hari pertama paruh terang bulan Waisakha''. (28 Februari 686 Masehi), padaP''ada saat itulah''
# ''kutukan ini diucapkan; pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Śrīwijaya baru berangkat untuk menyerang bhūmi jāwa yang tidak taklukMelakukan kepadaTindakan Śrīwijaya.:''
 
Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu yang berbentuk tugu bersegi-segi dengan ukuran tinggi 177 &nbsp;cm, lebar 32 &nbsp;cm pada bagian dasar, dan 19 &nbsp;cm pada bagian puncak.
 
== Arti penting ==
Prasasti Kota Kapur adalah prasasti Śrīwijaya yang pertama kali ditemukan, jauh sebelum [[Prasasti Kedukan Bukit]] yang baru ditemukan di [[Palembang]] pada tanggal 29 November 1920, dan [[Prasasti Talang Tuwo]] yang ditemukan beberapa hari sebelumnya yaitu pada tanggal 17 November 1920. Berdasarkan prasasti ini Sriwijaya diketahui telah menguasai bagian selatan Sumatra, [[Pulau Bangka]] dan [[Pulau Belitung|Belitung]] hingga [[Lampung]]. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum "Bhumi Jawa" yang tidak berbakti (tidak mau tunduk) kepada Sriwijaya. Peristiwa ini cukup bersamaan waktunya dengan perkiraan runtuhnya [[TarumaKerajaan Tarumanagara|Tarumanagara]] di Jawa bagian barat dan Holing ([[Kalingga]]) di Jawa bagian tengah. Ada kemungkinan hal tersebut akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di [[Selat Malaka]], [[Selat Sunda]], [[Laut Cina Selatan]], [[Laut Jawa]], dan [[Selat Karimata]].
 
Prasasti Kota Kapur ini, beserta penemuan-penemuan arkeologi lainnya di daerah tersebut, merupakan peninggalan masa [[Sriwijaya]] dan membuka wawasan baru tentang masa-masa [[Hindu]]-[[Budha]] pada masa itu. Prasasti ini juga membuka gambaran tentang corak masyarakat yang hidup pada [[abad ke-6]] dan [[abad ke-7]] dengan latar belakang agama Buddha.
Baris 45 ⟶ 47:
* [[Prasasti Kedukan Bukit]]
* [[Prasasti Telaga Batu]]
* [[Prasasti Karang Brahi|Prasasti Karang Berahi]]
 
== Rujukan ==
Baris 50 ⟶ 53:
 
{{DEFAULTSORT:Kota Kapur}}
[[Kategori:KepulauanPrasasti di Bangka Belitung|Kota Kapur]]
[[Kategori:PrasastiMendo diBarat, Indonesia|Kota KapurBangka]]
[[Kategori:Kerajaan Sriwijaya]]