Suku Dayak Modang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
DYAHSARS (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k Etnik
 
(21 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{ethnic group|
'''Suku Dayak Modang''' adalah bagian dari suku [[Suku Dayak|Dayak]] yang mendiami wilayah [[Kabupaten Kutai]], [[Kalimantan Timur|Provinsi Kalimantan Timur]]. Suku Dayak Modang terutama menempati Kecamatan Kembang Janggut, [[Long Beleh Modang, Kembang Janggut, Kutai Kartanegara|Long Beleh]], [[Muara Ancalong, Kutai Timur|Muara Ancalong]], dan [[Muara Wahau, Kutai Timur|Muara Wahau]]. Y. Mallinckrodt mengemukakan bahwa masyarakat Dayak Modang adalah sub kelompok orang [[Suku Dayak Bahau|Bahau]]. Tetapi, saat ini Dayak Modang dianggap sebagai kelompok tersendiri atau lepas dari kelompok Bahau.<ref name=":0">{{Cite book|title=Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z|last=Melalatoa|first=M. Junus|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI|year=1995|isbn=|location=Jakarta|page=578-579}}</ref> Jumlah populasi suku Dayak Modang sekitar 15.000 (1981 Wurm and Hattori).<ref>{{Cite book|title=Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia|last=Hidayah|first=Zulyani|publisher=Yayasan Pustaka Obor indonesia|year=2015|isbn=|location=Jakarta|page=264}}</ref>
|group=Suku Dayak Modang
| native_name = ''Modang''
|image=[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Zes Modang meisjes te Long Tesak Koetai TMnr 10005821.jpg|jmpl|290x290px|Enam gadis Modang di Long Tesak, Kutai sekitar tahun 1898-1900.]]
|poptime=kurang lebih '''15.000'''
|popplace=[[Kalimantan Timur]]
|langs= [[Bahasa Modang]], [[Bahasa Indonesia]]
|rels=[[Kristen Protestan]], [[Kristen Katolik]], [[Agama asli Nusantara|Bungan]]
|related=[[suku Dayak Wehea|Dayak Wehea]], [[Suku Dayak Kayan|Dayak Kayan]]
}}
 
 
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Kleurenlithos getiteld Orang-Boekit uit de Afdeeling Amoentai en Dajaksche vrouw uit Longwai van haar werk huiswaarts keerend TMnr 5795-30.jpg|jmpl|300px|[[Litografi]] berjudul ''Orang-Boekit uit de Afdeeling Amoentai en Dajaksche vrouw uit Longwai'' ("Orang Bukit/Dayak Meratus dari ''afdeeling'' [[Amuntai]] dan wanita Dayak Modang dari [[Long Wai]]") berdasarkan gambar oleh [[Carl Bock]] (1887)]]
 
'''Suku Dayak Modang''' adalah bagian dari suku [[Suku Dayak|Dayak]] yang mendiami wilayah [[Kabupaten Kutai Kartanegara]] dan [[Kabupaten Kutai Timur]], [[Kalimantan Timur|Provinsi Kalimantan Timur]]. Suku Dayak Modang terutama menempati Kecamatan:
# [[Kembang Janggut, Kutai Kartanegara|Kembang Janggut]] (desa [[Long Beleh Modang, Kembang Janggut, Kutai Kartanegara|Long Beleh Modang]])
# [[Muara Ancalong, Kutai Timur|Muara Ancalong]]
# [[Muara Wahau, Kutai Timur|Muara Wahau]]
 
'''Suku Dayak Modang''' adalah bagian dari suku [[Suku Dayak|Dayak]] yang mendiami wilayah [[Kabupaten Kutai]], [[Kalimantan Timur|Provinsi Kalimantan Timur]]. Suku Dayak Modang terutama menempati Kecamatan Kembang Janggut, [[Long Beleh Modang, Kembang Janggut, Kutai Kartanegara|Long Beleh]], [[Muara Ancalong, Kutai Timur|Muara Ancalong]], dan [[Muara Wahau, Kutai Timur|Muara Wahau]]. Y. Mallinckrodt mengemukakan bahwa masyarakat Dayak Modang adalah sub kelompok orang [[Suku Dayak Bahau|Bahau]]. Tetapi, saat ini Dayak Modang dianggap sebagai kelompok tersendiri atau lepas dari kelompok Bahau.<ref name=":0">{{Cite book|title=Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z|last=Melalatoa|first=M. Junus|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI|year=1995|isbn=|location=Jakarta|page=578-579}}</ref> Jumlah populasi suku Dayak Modang sekitar 15.000 (1981 Wurm and Hattori).<ref>{{Cite book|title=Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia|last=Hidayah|first=Zulyani|publisher=Yayasan Pustaka Obor indonesia|year=2015|isbn=|location=Jakarta|page=264}}</ref>
 
== Asal Usul ==
Suku Dayak Modang berasal dari daerah Apo Kayan, yang merupakan daerah yang seolah-olah menjadi pusat pulau Kalimantan. Daerah ini berbatasan dengan [[Sarawak|Serawak]], [[Malaysia Timur]]. Saat ini, daerah Apo Kayan menjadi bagian wilayah [[Kabupaten Bulungan]], [[Kalimantan Utara|Provinsi Kalimantan Utara]]. Masyarakat Modang menjadi kelompok awal yang meninggalkan Apo Kayan dibanding sub kelompok Bahau lainnya. Kemudian, orang Modang mendiami wilayah di sekitar aliran [[Sungai Belayan]], [[Sungai Kelinjau]], dan [[Sungai Telen]]. Ketiga sungai tersebut adalah anak [[Sungai Mahakam]]. Selama perjalanan dalam migrasi tersebut mereka bertemu dengan budaya lain dan membetuk budaya yang bervariasi atau membentuk budaya yang berbeda dari kelompok asalnya (kelompok Bahau).<ref name=":0" />
 
== Kehidupan ==
Baris 9 ⟶ 29:
Kekerabatan yang dianut suku Dayak Modang adalah bilateral, yang artinya menarik garis keturunan baik pada pihak ayah maupun ibu. Sesudah menikah, sepasang pengantin bebas menentukan tempat tinggal, apakah di lingkungan kerabat suami atau istri.<ref name=":0" />
 
== Bahasa ==
Masyarakat Dayak Modang menggunakan [[bahasa Modang]] dalam percakapan sehari-harinya.
 
Baris 15 ⟶ 35:
 
=== Hudoq ===
[[Hudoq|Tari Hudog]] adalah tarian yang menggunakan topeng dan terdapat kepercayaan bahwa saat melaksanakan tari Hudoq para dewa utusan Sang Pencipta datang ke dunia untuk membantu kehidupan manusia, membantu mengusir hama penyakit padi dan segala hal buruk yang akan menimpa kampung. Penari Hudoq mengenakan kostum yang berasal dari daun pisang hingga menutupi mata kaki dan memakai topeng kayu yang menggambarkan ekspresi tokoh – tokoh yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Dayak.<ref name=":1" /> Hudoq dimulai dengan ''Sakaeng Ngaweit'', yaitu ritual monolog yang mempunyai tujuan untuk menyampaikan permohonan. SetelahSesudah itu, sekelompok ibu/perempuan dewasa menari dan melantunkan syair, membentuk arak-arakan di sepanjang jalan menuju rumah adat (lamin adat atau Maeso Puen).<ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/hudoq/|title=HUDOQ|last=ditindb|date=2015-12-17|website=Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya|language=id-ID|access-date=2019-04-10}}</ref> Pada zaman dahulu, sebagian masyarakat percaya bahwa orang yang sakit akan lekas sembuh apabila terkena kibasan kostum dari penari Hudoq tersebut.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Herjayanti|first=Risna|year=2014|title=MAKNA SIMBOLIK TARI HUDOQ PADA UPACARA PANEN BAGI MASYARAKAT SUKU DAYAK GA’AY KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR|url=|journal=Universitas Negeri Yogyakarta|volume=|issue=|pages=|doi=}}</ref>
 
=== Ngewae ===
Baris 48 ⟶ 68:
 
=== Jantung Utang ===
[[Jatung Utang|Jantung utang]] artinya adalah kayu yang dipukul. Jantung Utang adalah sejenis alat musik pukul yang terdiri dari bilah-bilah kayu. Alat musik ini dimiliki oleh suku Dayak Kenyah, tetapi seiring dengan perpindahan suku [[Suku Dayak Kenyah|Dayak Kenyah]] dari pedalaman ke daerah lain, Jantung Utang dapat ditemukan pada suku Dayak Modang, Bahau, Segai, Tumbit, Kayan, Brusu, dan lain-lain. <ref>{{Cite book|title=Peralatan hiburan dan Kesenian Trasisional Daerah Kalimantan Timur|last=|first=Suwardi|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|year=1986|isbn=|location=Samarinda|page=50-53|last2=Achmat|first2=Hasjim}}</ref>
 
== Ritual ==
 
=== Ritual Pelekatan Nama ===
Nama merupakan doaDoa dan harapan agartercermin pada nama seseorang, artinya seseorang yang menyandang nama tersebut diharapkan akan memperoleh hal-hal yang baik dalam kehidupan. Pemberian nama pada suku Dayak Modang, disertai dengan prosesi pelekatan nama. Ritual ''Nen Kaeg Heig Metae''yang atau(yang mewujudkan permohonan kepada Yang Maha Kuasa) menjadi permulaan dari prosesi pelekatan namanamapada tersebutsuku Dayak Modang. Sesudah selesai merapalkan manteramantra atau doa-doa dengan posisi menghadap ke sungai Mahakam, pimpinan upacara adat menaruhmeletakkan sembilan telur ayam kampung ke ujung setiap tongkat mambu yang telah ditancapkan dengan berjejer, yang dibagianpada bagian bawahnya terdapat sirih, rokokberas, dan berasrokok. Setelah itu, dilakukan penyembelihan seekor ayam jantan yang berwarna merah, darahnyadarah diayam tersebut sanggadisangga dalam piring putih yang berisi beras dan telur, yang kemudian akan ditaruh di Mahakam. TabuhanBunyi gonggendang dan gendangtabuhan gong mengiringi seluruh rangkaian ritual pelekatan nama.
 
Kemudian, orang tua membawa anak laki-lakinya yang akan diberi nama menuju ke tempat pelaksanaan adat atau. Tempat ini disebut dengan ''Hewat'' yang mempunyai alasberalaskan tikar purun. Ibu memasang gelang manik pada anak tersebut. Pemasangan ini bermakna sebagai ikatan hubungan. Selanjutnya, dilaksanakan prosesi ''Me et Jiem'' atau pemotongan rambut anak oleh tetua adat, yang mempunyai arti penataan awal tata adat kehidupan atau merupakan ungkapan proses pertumbuhan. Setelah prosesi ''Me et Jiem'' usai, dilakukan ritual ''Net Leug'' atau memohon calon nama untuk anak melalui saranaperantara daun pisang ambon yang telah dibentuk menjadi kotak berukurandengan ukuran 3x4 cm sebanyak tiga rangkap.
 
Pemimpin upacara memegang dua potong daun pisang ambon itu dalam posisi berdiri. Daun tersebut dilemparkan keatas dan dibiarkan jatuh ke tanah sembari mengucap doa. Posisi daun yang baru jatuh tersebut dilihat, apabila kedua daun terlentang atau tertelungkup berarti terdapat pertanda Tidak, sehingga prosesi harus dilaksanakan lagi. Apabila posisi daun pisang yang dijatuhkan salah satu terlentang dan yang lainnya tertelungkup, itu berarti nama yang sudah diajukan pihak keluarga mendapat jawaban Ya dari leluhur mereka atau telah mendapat persetujuan.
 
Kemudian dilaksanakan ritual ''Ensoet Kenean'' atau pemasanganmemakaikan pakaian adat dan pusaka warisan kepada anak yang dilakukan oleh para tetua. Ritual tersebut merupakan simbol ikatanmelambangkan hubungan kekerabatan turun temurun yang memiliki makna penguatan identitas. Untuk mewujudkan rasa syukur, dilangsungkanritualdilangsungkan ritual ''Newag Jip Edat'' atau pemotongan hewan berupa babi jantan yang diganti dengan dua ekor ayam jantan. Ritual ''Newag Jip Edat'' ini merupakan penghantar adat yang telah dikukuhkanditetapkan kepada Yang Maha Kuasa dan leluhur. Darah dari ayam tersebut akan dioleskan ke kepalatangan, tangankaki, dan kakikepala pada anak dan orang tuanya, serta dioleskan pula ke benda-benda pusaka keluarga, antara lain Mandau, sebagai lambang pengukuhan secara spiritual.
 
Setelah ritual ''Ensoet Kenean'' selesai, akan dilaksanakan tarian adat Ngewai, yakni para tetua dan seluruh keluarga menari mengelilingi tempat ritual adat sbanyak delapan kali putaran. Tarian tersebut menggambarkan tahap-tahap proses kehidupan alam fana hingga alam baka. Ritual penetral lingkungan (yang dimaksudkan untuk menghilangkan hal-hal yang akan mengganggu kehidupan) akan menjadi penutup prosesi pemberian nama. Pada prosesi ini seusai membaca mantera, seorang tetua adat mengibas-ngibaskan rangkaian daun temali, daun bambu, peredang dan anak ayam ke lingkungan sekitar, termasuk kepada keluarga yang hadir pada ritual itu. Setiap anggota keluarga juga diminta untuk meludahi daun-daun tersebut. Berikutnya, anak ayam itu disembelih di bawah tongkat bambu, lalu tetua adat melihat isi perutnya, untuk mengetahui apakah para leluhur berkenan tidak atas upacara adat yang telah dilaksanakan.<ref>{{Cite web|url=https://humas.kukarkab.go.id/read/news/2014/8301/ritual-pelekatan-nama-dayak-modang-meriahkan-eifaf.html|title=Ritual Pelekatan Nama Dayak Modang, Meriahkan EIFAF|last=Kukar|first=Humas|website=humas.kukarkab.go.id|language=Indonesia|access-date=2019-04-10}}</ref>
 
Setelah ritual ''Ensoet Kenean'' selesai, akan dilaksanakan tarian adat Ngewai, yakni para tetua dan seluruh keluarga menari mengelilingi tempat ritual adat sbanyaksebanyak delapan kali putaran. Tarian tersebut menggambarkan tahap-tahap proses kehidupan alam fana hingga alam baka. Ritual penetral lingkungan (yang dimaksudkan untuk menghilangkan hal-hal yang akan mengganggu kehidupan) akan menjadi penutup prosesi pemberian nama. Pada prosesi ini seusai membaca manteramantra, seorang tetua adat mengibas-ngibaskan rangkaian daun temalibambu, daun bambutemali, peredang dan anak ayam ke lingkungan sekitar, termasuk kepada keluarga yang hadir pada ritual itu. Setiap anggota keluarga juga diminta untuk meludahi daun-daun tersebut. Berikutnya, anak ayam itu disembelih di bawah tongkat bambu, lalu tetua adat melihat isi perutnya, untuk mengetahui apakah para leluhur berkenan tidak atas upacara adat yang telah dilaksanakan.<ref>{{Cite web|url=https://humas.kukarkab.go.id/read/news/2014/8301/ritual-pelekatan-nama-dayak-modang-meriahkan-eifaf.html|title=Ritual Pelekatan Nama Dayak Modang, Meriahkan EIFAF|last=Kukar|first=Humas|website=humas.kukarkab.go.id|language=Indonesia|access-date=2019-04-10|archive-date=2019-04-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20190410071038/https://humas.kukarkab.go.id/read/news/2014/8301/ritual-pelekatan-nama-dayak-modang-meriahkan-eifaf.html|dead-url=yes}}</ref>
<br />
 
== Referensi ==
Baris 69 ⟶ 87:
 
[[Kategori:Suku bangsa di Kalimantan Timur]]
[[Kategori:SukuKelompok bangsaetnik di Indonesia|Dayak Modang]]
[[Kategori:Suku Dayak]]