T.B. Simatupang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(70 revisi perantara oleh 36 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Nama Batak|[[Suku Batak Toba|Toba]]|[[Simatupang]] [[Sianturi]]}}
{{Infobox Officeholder
| honorific-prefix =
| name =
| image = Kolonel Simatoepang Chef-staf van de TNI, uitgever van de order "staakt het vure…, Bestanddeelnr 344030 010.jpg
| imagesize =
| caption =
| order = ke-2
| office =
|
|
|
|
| successor = [[Jenderal Besar]] [[TNI]] [[Abdul
| birth_date = {{birth date|1920|1|28}}
| birth_place =
| death_date = {{death date and age|1990|1|1|1920|1|28}}
| death_place
| party =
| spouse
| children
| residence =
| alma_mater = [[KNIL]] (1940)
| allegiance = {{bulleted list|{{flag|Hindia Belanda}} (1941—1942)|{{flag|Kekaisaran Jepang}} (1943—1945)|{{flag|Indonesia}} (1945—1959)}}
|
|
|
| branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Army.svg|25px]] [[TNI Angkatan Darat]]
|
| unit = [[Zeni]]
| battles = [[Revolusi Nasional Indonesia]]{{tree list}}
**[[Agresi Militer Belanda II|Agresi Militer Belanda ke-2]]
| parents = {{ubl|Simon Simatupang gelar Mangaraja Soaduon (ayah)|Mina br. Sibuea (ibu)}}
| relations = {{ubl
|[[S.H. Simatupang|Sahala Hamonangan Simatupang]] (abang)
|[[Tapi Omas Ihromi|Tapi Omas Simatupang]] (adik)
|[[Batara Ningrat Simatupang]] (adik)
|[[Ali Budiardjo]] (ipar)}}
}}
[[Letnan Jenderal TNI|Letnan Jenderal]] [[TNI]] [[Purnawirawan|(Purn.)]] '''Tahi Bonar Simatupang'''
T.B. Simatupang pernah ditunjuk oleh [[Presiden Indonesia|Presiden]] [[Soekarno]] sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (KASAP) setelah [[Panglima Tentara Nasional Indonesia|Panglima Besar]] [[Jenderal]] [[Soedirman]] wafat pada tahun [[1950]]. Ia menjadi KASAP hingga tahun [[1953]]. Jabatan KASAP secara hierarki organisasi pada waktu itu berada di atas [[Kepala Staf Angkatan Darat]], [[Kepala Staf Angkatan Laut]], [[Kepala Staf Angkatan Udara]]<ref name="pasal6">''pasal 6'', UU No.3 Tahun 1948</ref> dan berada di bawah tanggung jawab [[Daftar Menteri Pertahanan Indonesia|Menteri Pertahanan]].<ref>''pasal 3'', UU No.3 Tahun 1948</ref>
T.B. Simatupang meninggal dunia pada tahun 1990 di Jakarta dan dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]]. Pada tanggal 8 November 2013, [[Presiden Indonesia|Presiden]] [[Susilo Bambang Yudhoyono]] memberikan gelar [[Pahlawan Nasional]] kepada
Pada tanggal 19 Desember 2016, atas jasa jasanya, Pemerintah Republik Indonesia, mengabadikan <!--beliau-->ia di pecahan uang logam rupiah baru, pecahan Rp. 500,-
==
Bonar, nama kecil T.B. Simatupang, dilahirkan di [[Sidikalang, Dairi|Sidikalang]], sekarang
Bonar menempuh pendidikannya di [[Hollandsch-Inlandsche School|HIS]]
Saat belajar sejarah, Bonar pernah mendebat guru sejarahnya hingga dia diusir, karena gurunya dianggap terlalu merendahkan kemampuan bangsa Indonesia. Gurunya tersebut, ''Meneer Haantjes'', menyatakan bahwa penduduk “Hindia Belanda” tidak mungkin bersatu mencapai kemerdekaan karena perbedaan besar di antara suku-suku, dan bahwa penduduk “Hindia Belanda” tidak mungkin membangun tentara yang modern untuk mengalahkan Belanda karena fisiknya yang pendek tidak mengizinkan untuk tentara yang baik. Bonar menyatakan bahwa ''Meneer Haantjes'' telah menyebarkan mitos yang ketidakbenarannya akan dibuktikan sejarah selanjutnya. Direktur sekolah, ''Meneer de Haan'', seorang [[Calvinisme|Calvinis]] yang taat, memberikan nasihat padanya agar dalam mengemukakan pendapat diusahakan tidak menyakiti hati orang lain. Semula Bonar merasa nasihat itu adalah nasihat orang yang berjiwa kolonial. Namun di kemudian hari,
Pada bulan Mei [[1940]], [[Belanda|Negeri Belanda]] diinvasi oleh pasukan [[Nazi Jerman]], Angkatan Darat Kerajaan Belanda (KL, ''Koninlijke Leger'') dibubarkan dan senjatanya dilucuti, demikian pula akademi militer kerajaan (KMA: ''Koninlijke Militaire Academie'') di Breda dan diungsikan ke [[Kota Bandung|Bandung]], [[Hindia Belanda]]. Bonar yang baru usai menyelesaikan pendidikan menengahnya di AMS Batavia, memutuskan mengikuti ujian masuk KMA untuk membuktikan ucapan gurunya tentang mitos orang Indonesia tidak akan pernah merdeka dan tidak bisa membangun angkatan perang tidak benar.
Bonar lulus KMA pada tahun [[1942]] dengan mendapatkan gelar taruna mahkota dengan mahkota perak karena dinilai berprestasi khususnya di bidang teori. Rekan seangkatannya di KMA antara lain [[Abdul Haris Nasution|A.H. Nasution]] dan [[Alex Kawilarang|lex Kawilarang]]. Pada masa itu
Bonar menikah dengan Sumarti Budiardjo yang merupakan adik dari teman seperjuangannya [[Ali Budiardjo]]. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak, yaitu: Tigor, Toga, Siadji, dan Ida Apulia. Salah seorang di antaranya meninggal. Ia dikarunia empat cucu, yaitu: Satria Mula Habonaran, Larasati Dameria, dan Kezia Sekarsari, serta Hizkia Tuah Badia.
== Karier militer ==
Karier militer Bonar diawali saat diterima menjadi kadet di KMA, Bandung pada tahun 1940. Setelah menempuh pendidikan selama 2 tahun dengan mengambil kecabangan [[Zeni]], Bonar pun lulus sebagai perwira muda yang yang termasuk 5 besar lulusan terbaik. Namun belum sempat ditugaskan di [[Koninklijk Nederlands-Indische Leger|KNIL]] (''Koninlijke Nederlands Indische Leger''), pasukan Jepang keburu merebut kekuasaan di Hindia Belanda dan KNIL pun dibubarkan dan senjatanya dilucuti. Bonar dan beberapa temannya sesama perwira pribumi direkrut Jepang dan ditempatkan di Resimen Pertama di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] dengan pangkat Calon Perwira.
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia]] pada [[17 Agustus]] [[1945]], Bonar bergabung dengan [[Tentara Keamanan Rakyat|TKR]] (Tentara Keamanan Rakyat), dan kemudian turut bergerilya bersama Panglima Besar [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] [[Soedirman|Jenderal Soedirman]] melawan pasukan [[Belanda]] yang berniat menguasai kembali bekas koloninya tersebut. Selama [[Perang Kemerdekaan Indonesia|perang kemerdekaan Indonesia]] tersebut, ia pun diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Perang (WAKASAP) RI pada tahun [[1948]] hingga [[1949]]. Dalam kedudukannya tersebut, Bonar ikut mewakili TNI dalam delegasi Republik Indonesia menghadiri [[Konferensi Meja Bundar]] (KMB) di [[Den Haag]], Negeri Belanda. Misi utama mereka adalah mendesak Belanda menghapus KNIL dan menjadikan TNI sebagai inti kekuatan tentara Indonesia. Ketika Jenderal Soedirman wafat pada tahun [[1950]], Bonar dalam usia yang sangat muda (29 tahun) diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang RI (KSAP) dengan pangkat [[
=== Peristiwa 17 Oktober 1952 ===
Selama masa jabatannya tersebut, terjadi [[peristiwa 17 Oktober 1952]], di mana terjadi gelombang demonstrasi di Jakarta yang menuntut pembubaran parlemen. Moncong-moncong meriam dihadapkan oleh militer menghadap ke [[Istana Negara]], suatu upaya militer untuk menekan Presiden Soekarno. Terbersit kabar juga bahwa Kolonel Bambang Soepeno menemui Presiden Soekarno menyampaikan tekad para panglima Divisi untuk meminta agar Kolonel Abdul Haris Nasution dicopot dari jabatannya sebagai [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat|KSAD (Kepala Staf TNI Angkatan Darat)]]. Bonar selaku KSAP bersama [[Menteri pertahanan|Menteri Pertahanan]] [[Hamengkubuwana IX|Sultan Hamengkubuwono IX]] dan KSAD Kolonel A.H. Nasution menemui Presiden untuk mengkonfirmasi kebenaran berita tersebut dan sikap presiden mengenai usulan [[Bambang Soepeno]]. Presiden [[Soekarno]] menyatakan bila itu memang benar dia mempersilahkan diganti. Tanpa ragu Bonar menyatakan bahwa Presiden telah melakukan kesalahan yang sangat besar dan mendasar. Sistem di Angkatan Bersenjata akan terganggu bila panglima divisi bisa meminta KSAD untuk dicopot, dan seterusnya, Panglima Divisi bisa dicopot bila ada pengaduan dari bawahannya. Bonar tegas menyatakan kepada Presiden, selama dia menjabat KSAP, dia tidak akan membiarkan itu terjadi.<ref>Simatupang, TB. 1972. Dua Puluh Tahun setelah Peristiwa 17 Oktober 1952,</ref>
=== Akhir Karier Militer ===
Presiden Soekarno menghapuskan jabatan KSAP pada tahun [[1953]]. kemudian pada tahun [[1954]]-[[1959]], Bonar diangkat sebagai Penasihat Militer di [[Departemen Pertahanan]] RI. Setelah
== Aktivitas di luar militer ==
T.B. Simatupang pernah mengatakan bahwa ada tiga '''Karl''' yang memengaruhi hidup dan pikirannya, yaitu [[Carl von Clausewitz]], seorang ahli strategi kemiliteran, [[Karl Marx]], dan [[Karl Barth]], teolog [[Protestan]] terkemuka [[abad ke-20]]. Seluruh kehidupan T.B. Simatupang mencerminkan peranan ketiga pemikir besar itu. Setelah melepaskan tugas-tugas aktifnya sebagai militer, T.B. Simatupang terjun ke pelayanan Gereja dan aktif menyumbangkan pemikiran-pemikirannya tentang peranan Gereja di dalam masyarakat.
Dalam aktivitas gerejawinya itu, ia pernah menjabat sebagai Ketua [[Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia]], Ketua Majelis Pertimbangan [[PGI]], Ketua [[Dewan Gereja-gereja Asia]], Ketua [[Dewan Gereja-gereja se-Dunia]], dll.
Di lingkungan kemasyarakatan, T.B. Simatupang menjabat sebagai Ketua Yayasan [[Universitas Kristen Indonesia]] dan Ketua Yayasan Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (IPPM). Ia bahkan merupakan salah satu pencetus lembaga pendidikan ini, ketika di Indonesia belum banyak orang yang memikirkannya. T.B. Simatupang percaya bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin-pemimpin yang menguasai ilmu manajemen di dalam perusahaan maupun di tengah masyarakat
Pada [[1969]], T.B. Simatupang dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa dari [[Universitas Tulsa|Universitas Tulsa, Oklahoma]], Amerika Serikat.▼
▲Pada [[1969]] Simatupang dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Tulsa, Oklahoma, Amerika Serikat.
== Karya tulis ==
Daftar di bawah ini adalah buku atau tulisan yang pernah dibuat oleh
* ''Soal-soal Politik Militer di Indonesia'' (1956)
* ''Laporan dari Banaran: Kisah Pengalaman Seorang Prajurit selama Perang Kemerdekaan'' (1960)
* ''Pemerintah, Masjarakat, Angkatan Perang: Pidato-pidato dan karangan-karangan 1955-1958'' (1960)
*
* ''Capita Selecta Masalah Hankam'' (1967)
* ''Pengetahuan Militer Umum'' (1968)
* ''Pengantar Ilmu Perang di Indonesia'' (1969)
* ''Diskusi Tjibulan II: Dukungan dan Pengawasan Masjarakat dalam Pembangunan, 9-11 Djanuari 1970'' (disusun bersama oleh Anwar Harjono, H. Rosihan Anwar, T.B. Simatupang) (1970)
* ''Kejakinan dan Perdjuangan: Buku Kenangan untuk Letnan Djenderal Dr. T.B. Simatupang'' (1972)
* ''Keselamatan Masakini'' [disusun oleh T.B. Simatupang, bersama [[S.A.E. Nababan]] dan Fridolin Ukur (1973)
* ''Buku Persiapan Sidang Raya Dewan Gereja-Gereja Sedunia'', 1975 (1974)
* ''Ketahanan Nasional dalam Situasi Baru di Asia Tenggara: Ceramah pada tanggal 30 Juni 1975 di Gedung Kebangkitan Nasional, Jakarta'' (1975) * ''Ceramah Letnan Jenderal TNI (Purn) Dr. T.B. Simatupang di AKABRI Bagian Darat, tanggal 4 November 1981'' [microform] (1981)
* ''Pelopor dalam Perang, Pelopor dalam Damai'' (1981)
* ''Arti Sejarah Perjuangan Kemerdekaan: Ceramah tanggal, 14 Oktober 1980 di Gedung Kebangkitan Nasional Jakarta'' (1981)
* ''Iman Kristen dan Pancasila'' (1984)
* ''Harapan, Keprihatinan dan Tekad: Angkatan 45 Merampungkan Tugas Sejarahnya'' (1985)
* ''Kehadiran Kristen dalam Perang, Revolusi dan Pengembangan: Berjuang Mengamalkan Pancasila dalam Terang Iman'' (1986)
* ''Percakapan dengan Dr. T.B. Simatupang'' (penyunting: H.M. Victor Matondang) (1986)
* ''Peranan Angkatan Perang dalam Negara Pancasila yang Membangun'' (1980)
* ''Peranan Agama-agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam Negara Pancasila yang Membangun'' (1987)
* ''Dari Revolusi ke Pembangunan'' (1987)
* ''70 tahun Dr. T.B. Simatupang: Saya adalah Orang yang Berhutang'' [penyunting: Samuel Pardede] (1990)
* ''Penghayatan Kesatuan Bangsa dalam rangka Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan Pancasila Menuju Tinggal Landas'' (1990)
* ''Membuktikan Ketidakbenaran Suatu Mitos: Menelusuri Makna Pengalaman Seorang Prajurit Generasi Pembebas bagi Masa Depan Masyarakat, Bangsa, dan Negara'' (1991)
== Galeri ==
<gallery>
Berkas:Tahi Bonar Simatupang - TMP Kalibata 2.jpg|pra=|Makam Tahi Bonar Simatupang (T.B. Simatupang) di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta Selatan
Berkas:Tahi Bonar Simatupang - TMP Kalibata 1.jpg|pra=|Makam Tahi Bonar Simatupang (T.B. Simatupang) di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta Selatan
</gallery>
== Referensi ==
Baris 105 ⟶ 122:
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/282-ensiklopedi/290-tb-simatupang Biografi TB Simatupang pada situs web tokohindonesia.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140128184615/http://www.tokohindonesia.com/tokoh/article/282-ensiklopedi/290-tb-simatupang |date=2014-01-28 }}
{{Pahlawan Nasional Indonesia}}
{{Panglima TNI}}
{{DEFAULTSORT:
[[Kategori:
[[Kategori:pahlawan nasional Indonesia yang beragama Kristen]]
[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]]
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]]
[[Kategori:Tokoh Batak]]
[[Kategori:Tokoh Batak Toba]]
[[Kategori:Marga Simatupang]]
[[Kategori:Marga Sianturi]]
[[Kategori:Tokoh dari Dairi]]
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]]
[[Kategori:Tokoh Kristen Indonesia]]
[[Kategori:Teolog Indonesia]]
|