Mane'e: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi ''''Mane’e''' adalah tradisi masyarakat di kepulauan talaud , Sulawesi Utara yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi tersebut dilakukan untuk memperinga...' |
|||
(9 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Mane’e''' adalah tradisi masyarakat di [[kepulauan talaud]]
== Asal Usul Mane’e ==
lahirnya tradisi Mane’e dilatar belakangi oleh sebuah gempa besar dan gempa besar tersebut yang memicu [[Tsunami]] pada tahun [[1628]]. Akibat bencana alam ini, [[pulau Kakorotan]] induk terbelah menjadi tiga bagian, yaitu Pulau Kakorotan, [[Pulau Intata]] dan [[Pulau Malo]]. Hanya 8 warga yang selamat dari bencana dahsyat kala itu. Mereka merupakan cikal bakal empat suku yang kemudian mendiami Kepulauan Kakorotan-Intata, yakni [[Waleuala]], [[Pondo]], [[Melonca]] dan [[Parapa]].
Di masa kemalangan tersebut, datanglah kepada mereka dua orang asing. Di luar perkiraan, mereka mengerak-gerakkan dedaunan ke dalam air. Gerakan ‘aneh’ ini ternyata mengundang banyak ikan untuk datang ke pantai. Didorong rasa takjub, lantas penduduk memohon kepada pendatang asing itu agar diajari cara menangkap ikan seperti itu. Tak sampai di sini, pendatang asing itu juga bersedia mewariskan alat penangkap ikan tersebut sebelum kembali berlayar. Sejak saat itulah tradisi Mane'e diyakini dimulai.
== Tujuan Mane'e ==
Baris 9:
== Prosesi Tradisi Mane’e ==
Prosesi Tradisi Mane’e terdiri dari sembilan tahapan yang dilaksanakan secara berurutan dalam beberapa hari. Rangkaian tahapan itu meliputi [[Maraca Pundangi]] (memotong tali hutan), [[Mangolom Par’ra]] (permohonan kepada Tuhan), [Mattuda Tampa Pane’can]] (menuju lokasi acara), [[Mamabi’u Sammi]] (membuat alat tangkap dari janur kelapa yang dilingkarkan pada tali hutan), [[Mamoto’u Sammi]] (menebar janur), [[Mamole Sammi]] (menarik janur ke darat), [[Manganu Ina]] (mengambil hasil tangkapan/ikan), Matahia Ina (membagi hasil) dan Manarm’Ma Alama (ucapan syukur lewat makan bersama hasil tangkapan).<ref name=":0" /> Semua tahapan ini dilaksanakan secara bergotong-royong dengan melibatkan semua elemen masyarakat Kokorotan-Intata. Acara puncak Mane’e dimulai sehari sebelum hari pelaksanaan. Seorang [[Ratumbanua]] atau tetua adat setempat memimpin penyelenggaraan sebuah ritual bernama ‘Malahaan’ sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan. Pada ritual ini, semua perlengkapan yang akan digunakan dalam acara puncak Mane`e didoakan, seperti perahu dan tali hutan yang telah dililit janur. Tak ketinggalan, sejumlah warga pilihan yang akan terlibat langsung dalam prosesi tersebut juga diberikan restu agar diberi kekuatan.<ref name=":1">{{Cite news|url=https://travel.kompas.com/read/2015/05/11/120600627/Ribuan.Orang.Tangkap.Ikan.Bersama.dalam.Festival.Mane.e.di.Talaud|title=Ribuan Orang Tangkap Ikan Bersama dalam Festival Mane'e di Talaud|last=Buol|first=Ronny Adolof|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2019-04-24|editor-last=Asdhiana|editor-first=I Made}}</ref>
Dan perlengkapan acara adat berupa tali, sangat mendapat perhatian khusus dari penyelenggara. Karena unsur ini menjadi jantung dari prosesi itu. Tali yang digunakan haruslah diambil dari dalam hutan oleh beberapa orang kampung Kakorotan-Intata. Mereka kemudian bertugas merangkai penggalan-penggalan tali yang diambil dari hutan tersebut menjadi sebuah tali yang panjang. Tali dengan panjang sekitar 600 meter ini lantas dililit dengan janur dari ujung hingga pangkal.<ref name=":2" />
Sebelum menangkap ikan di perairan dangkal yang telah dikurung dengan jaring alami tersebut, Ratumbanua melafalkan sebuah mantra dalam bahasa setempat. Dalam situasi ini, setiap peserta Prosesi Adat Mane'e dituntut ketaatannya. Mereka tak boleh gaduh sendiri agar ikan-ikan tidak terlepas kembali ke laut. Mereka hanya diperkenankan berkerumun mengitari [[janur]] dengan tenang. Masalah busana pun juga tak luput diatur; warga tidak boleh memakai pakaian berwarna merah.<ref name=":1" />
== Referensi ==
{{Reflist}}
[[Kategori:Sulawesi Utara]]
|