Kota Yogyakarta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(640 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{
{{redirect|Yogyakarta kota|kegunaan lain|Yogyakarta (disambiguasi)}}
{{Dati2
|settlement_type = Ibu kota
|nama = Kota Yogyakarta
|
|etimologi = Ayodhya + Karta
|translit_lang1_type1 = [[Hanacaraka]]
|translit_lang1_info1 = {{jav|ꦑꦸꦠ꧀ꦧꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ}}
|julukan = {{Hlist|Kota Perjuangan|Kota Gudeg|Kota Pelajar|Kota Budaya}}
|nama lain = {{hlist|Yogya|Jogja}}
|provinsi = [[Daerah Istimewa Yogyakarta]]
|foto = {{multiple image|border= infobox|total_width= 300|image_style= border:1;
|perrow = 1/2/2
|image1=Yogyakarta Indonesia Tugu-Yogyakarta-02.jpg
|caption1=<center>[[Tugu Yogyakarta]]
|image2=Kraton Yogyakarta Pagelaran.jpg
|caption2=<center>[[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat]]
|image3=Yogyakarta Indonesia Taman-Sari-01.jpg
|caption3=<center>[[Taman Sari Yogyakarta]]
|image4=GedungBankIndonesia.jpg
|caption4=<center>[[Bank Indonesia|Gedung Bank Indonesia]]
|image5=Malioboro Street, Yogyakarta.JPG
|caption5=<center>[[Jalan Malioboro]]
}}
|motto = {{jav|ꦩꦁꦲꦪꦸꦲꦪꦸꦤꦶꦁꦧꦮꦤ}}<br>[[Memayu hayuning bawana]]<br/>{{sub|Memperindah keindahan dunia}}
|slogan = Jogja Keren - ''The City Of Creative''<ref>{{Cite news|title=Sandiaga Uno Luncurkan Tagline Baru Yogyakarta The City Of Creative|url=https://ekbis.sindonews.com/read/562644/34/sandiaga-uno-luncurkan-tagline-baru-yogyakarta-the-city-of-creative-1633666255|access-date=23 November 2022|work=[[sindonews.com]]|date=08 Oktober 2021|language=id-ID|page=1|last=|first=Anonim|archive-date=2022-11-23|archive-url=https://web.archive.org/web/20221123005802/https://ekbis.sindonews.com/read/562644/34/sandiaga-uno-luncurkan-tagline-baru-yogyakarta-the-city-of-creative-1633666255|dead-url=no}}</ref>
|semboyan = "Berhati Nyaman"<br/>("Bersih, Sehat, Indah, dan Nyaman")
|lambang = Seal of the City of Yogyakarta.svg
|image_map =
|hari jadi = {{tanggal lahir dan umur|1756|10|7}}
|pendiri = [[Sri Sultan Hamengkubuwana I]]
|dasar hukum = UU No. 17 Tahun 1947
|tanggal = [[7 Juni]] [[1947]]
|jenis pemerintahan =
|nama walikota = [[Sugeng Purwanto]] (Pj.)
|nama wakil walikota = ''lowong''
|nama sekretaris daerah = Aman Yuriadijaya
|nama ketua DPRD = Danang Rudyatmoko
|luas = 32,5
|kemantren = 14
|kelurahan = 45
|penduduktahun = 30 Juni [[2024]]
|pendudukref = <ref name="DUKCAPIL"/>
|penduduk = 415021
|kepadatan = auto
|agama = {{ublist |item_style=white-space;
|83,71% [[Islam]]
|{{Tree list}}
* 15,91% [[Kristen]]
** 9,68% [[Katolik]]
** 6,23% [[Protestan]]
{{Tree list/end}}
|0,26% [[Agama Buddha|Buddha]] | 0,11% [[Hindu]] |0,01% Lainnya<ref name="DUKCAPIL"/>}}
|bahasa = [[Bahasa Indonesia]], [[Bahasa Jawa|Jawa]]
|demonim = ''Kawula Ngayogyakarta''
|IPM = {{increase}} 88,61 ([[2023]])<br> <span style="background:Yellow;color:#003135"> sangat tinggi </span><ref name="IPM">{{cite web | url =https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MjIwNSMy/-metode-baru--indeks-pembangunan-manusia--umur-harapan-hidup-hasil-long-form-sp2020-.html| title =Indeks Pembangunan Manusia, 2022-2023| website = [[Badan Pusat Statistik]] | access-date = 10 Oktober 2024}}</ref>
|dau = Rp 691.457.574.000,00 ([[2019]])
|dauref = <ref>{{cite web|url=http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2018/10/DAU.pdf|title=Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2019|website=www.djpk.kemenkeu.go.id|date=2019|accessdate=21 Januari 2021|archive-date=2020-01-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20200111010228/http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2018/10/DAU.pdf|dead-url=no}}</ref>
|flora = [[Kelapa|Kelapa gading]]<ref name="florafauna"/>
|fauna = [[Tekukur biasa]]<ref name="florafauna">Keputusan Wali Kotamadya Yogyakarta No. 2 Tahun 1998</ref>
|zona = [[WIB]]
|kodepos = [[Daftar kodepos di Indonesia|55000]]
|kodearea = +62 274
|SNI = YYK
|BPS_code = 34.71
|nomor_polisi = {{unbulleted list|AB|YB (khusus [[becak]])<ref name="tnktb">{{Cite document|title=Peraturan Walikota No. 25 Tahun 2010|url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/32119|access-date=2022-11-10|archive-date=2022-11-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20221110055630/https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/32119|dead-url=no}}</ref>|YK (khusus [[andong]]<ref name="tnktb"/>)}}
|koordinat = {{coord|-7.800456766490443|110.39128022985493|type:city | display = title,inline}}
|pushpin_map =
|pushpin_label =
|pushpin_label_position =
|web = {{URL|http://www.jogjakota.go.id}}
}}
'''Kota Yogyakarta''' (
Salah satu
== Etimologi ==
Nama Yogyakarta
=== Pusaka Daerah ===
==== Tombak Kyai Wijoyo Mukti ====
Tombak Kyai Wijoyo Mukti merupakan pusaka pemberian Raja Kraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Tombak ini dibuat tahun 1921 semasa pemerintahan [[Sri Sultan Hamengku Buwono VIII]]. Senjata yang sering dipergunakan para prajurit ini mempunyai panjang 3 meter. Tombak dengan pamor ''wos wutah wengkon'' dengan ''dhapur kudhuping gambir'' ini, landeannya sepanjang 2,5 meter terbuat dari kayu walikun, yakni jenis kayu yang sudah lazim digunakan untuk gagang tombak dan sudah teruji kekerasan dan keliatannya.
Sebelumnya tombak ini disimpan di bangsal Pracimosono dan sebelum diserahkan terlebih dahulu dijamasi oleh KRT. Hastono Negoro, di dalem Yudonegaran. Pemberian nama Wijoyo Mukti baru dilakukan bebarapa hari menjelang upacara penyerahan ke Pemkot Yogyakarta, pada peringatan hari ulang tahun ke-53 Pemerintah
Tombak Kyai Wijoyo Mukti melambangkan kondisi Wijoyo Wijayanti. Artinya, kemenangan sejati pada masa depan, di mana seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan kesenangan lahir
=== Identitas Daerah ===
[[file:Wordmark of the City of Yogyakarta.svg|jmpl|ki|200px|''City branding'' Kota Yogyakarta, diluncurkan pada tanggal 28 Oktober 2021. Huruf YK yang mengarah ke atas melambangkan dinamis, akseleratif, menghasilkan karya dan pelayanan yang baik, serta gotong royong. Warna merah diturunkan dari logo Jogja Istimewa melambangkan spirit berani dan menjunjung spirit Indonesia Raya.<ref>{{Cite web|last=Yanuarwati|first=Wulan|date=2021-10-28|title=Kota Jogja Punya Logo Baru, Ini Filosofi dan Link Downloadnya - Harian Merapi|url=https://www.harianmerapi.com/news/pr-401547907/kota-jogja-punya-logo-baru-ini-filosofi-dan-link-downloadnya|website=Kota Jogja Punya Logo Baru, Ini Filosofi dan Link Downloadnya - Harian Merapi|language=id|access-date=2022-07-07|archive-date=2022-07-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20220707005234/https://www.harianmerapi.com/news/pr-401547907/kota-jogja-punya-logo-baru-ini-filosofi-dan-link-downloadnya|dead-url=no}}</ref>]]
Sesuai dengan Keputusan Wali Kotamadya Yogyakarta Nomor 2 tahun 1998, pemerintah kota Yogyakarta menetapkan [[kelapa|kelapa gading]] dan [[tekukur biasa]] sebagai flora dan fauna resmi kota Yogyakarta. Penetapan tersebut dilakukan dalam rangka menumbuhkan kebanggaan dan maskot daerah.<ref name=identitas>{{Cite web|last=|first=Anonim|date=|title=Logo dan Identitas|url=https://www.jogjakota.go.id/pages/lambang-dan-identitas|website=jogjakota.go.id|language=id|access-date=2022-11-05|archive-date=2022-12-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20221204214859/https://jogjakota.go.id/pages/lambang-dan-identitas|dead-url=no}}</ref>
==== Kelapa Gading ====
Keberadaan pohon kelapa gading begitu melekat pada kehidupan masyarakat kota Yogyakarta. Kelapa gading dikenal sebagai tanaman raja serta mempunyai nilai filosofis dan budaya yang sangat tinggi, sebagai kelengkapan pada upacara tradisional/religius, mempunyai makna simbolis dan berguna sebagai obat tradisional.<ref name=identitas/>
==== Tekukur ====
Burung tekukur (''Streptopelia chinensis'') adalah jenis burung [[merpati]] kecil yang mempunyai paruh, berekor agak panjang, berdarah panas, dan bereproduksi dengan cara bertelur. Burung ini termasuk ke dalam genus ''[[streptopelia]]'' dari famili [[Columbidae]].
Tekukur yang memiliki suara merdu dan tubuh yang indah diyakini mampu memberikan suasana kedamaian bagi yang mendengar. Tekukur juga menjadi kesayangan para pangeran di lingkungan keraton.<ref name=identitas/>
== Sejarah ==
=== Masa awal ===
{{main|Sejarah Yogyakarta|Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat#Sejarah}}
Berdirinya kota Yogyakarta tidak lepas dari [[Perjanjian Giyanti]] pada Tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jenderal [[Jacob Mossel]]. Perjanjian tersebut berisi tentang pembagian wilayah [[Kesultanan Mataram]], dimana wilayah Mataram bagian timur masih menjadi milik [[Kasunanan Surakarta Hadiningrat]] yang kala itu dipimpin oleh Susuhunan [[Pakubuwana III]], dan bagian barat menjadi hak [[Hamengkubuwana I|Pangeran Mangkubumi]]. Wilayah tersebut dibatasi oleh [[Sungai Opak]]. Pangeran Mangkubumi pun diakui menjadi Raja pada wilayah tersebut dengan Gelar ''Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwana Senopati Ing Ngalaga Abdul Rahman Sayidin Panatagama Khalifatullah''. Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengkubuwana I segera menetapkan bahwa Daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama ''"Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat"'', sebulan setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti.<ref name=jogjakota>{{cite web|url=https://www.jogjakota.go.id/pages/sejarah-kota|title=Sejarah Kota|website=jogjakota.go.id|publisher=Pemerintah Kota Yogyakarta|accessdate=21 September 2022|archive-date=2022-08-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20220829013412/https://www.jogjakota.go.id/pages/sejarah-kota|dead-url=no}}</ref>
Pangeran Mangkubumi memilih wilayah Hutan Beringin (''Pabringan''), dimana pada wilayah tersebut terdapat sebuah desa bernama ''Pacethokan'' dan Pesanggrahan Gerjiwati (Garjitawati) yang dibuat oleh Susuhunan [[Pakubuwono II|Pakubuwana II]]. Pangeran Mangkubumi pun mengubah nama wilayah tersebut menjadi ''Ayodya''. Setelah perubahan nama tersebut, Pangeran Mangkubumi segera memerintahkan kepada rakyat untuk membabat hutan tersebut agar dapat didirikan keraton. Calon keraton baru tersebut terletak di suatu kawasan di antara [[Kali Winongo]] dan [[Kali Code]]. Lokasi tersebut dinilai strategis dari sisi pertanahan dan keamanan. Sebelum pembangunan keraton selesai, pemerintahan sementara dipusatkan di daerah [[Gamping, Sleman|Gamping]], tepatnya di [[Petilasan Keraton Ambarketawang|Pesanggrahan Ambarketawang]].<ref name=jogjakota/>
Pada tanggal 7 Oktober 1756, bangunan keraton selesai dibangun, sekaligus menjadi tanggal pemindahan pusat pemerintahan dari Gamping ke keraton baru, yang kelak bernama [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat]]. Peristiwa pemindahan pusat pemerintahan Kesultanan Yogyakarta tersebut diperingati sebagai hari ulang tahun Kota Yogyakarta, sampai saat ini.<ref name=jogjakota/>
Hari jadi tersebut diwujudkan pula dengan surya sengkala ''[[Dwi Naga Rasa Tunggal]]'', yang memiliki nilai tahun 1756 Masehi. bermakna tentang kesatuan kegotong-royongan, serta kewibawaan, kesaktian, dan kesucian seorang raja atau pemimpin, dan sebagai tolak bala serta keyakinan akan keselamatan, ketenteraman, dan harapan pencapaian kemakmuran sebuah kerajaan yang dibangun, Sengkalan tersebut juga ditandai dengan adanya ''[[Sengkalan|sengkalan memet]]'' berbentuk relief dua ekor ular naga yang kini masih ada di Regol Gadhung Mlathi Keraton Yogyakarta.
=== Masa Hindia Belanda dan Inggris ===
[[Berkas:KITLV 12578 - Kassian Céphas - Cityscape in Jogjakarta - Around 1896.tif|jmpl|ki|Suasana kota Yogyakarta pada tahun 1896.]]
Ketika pemerintah Belanda datang menguasai Nusantara, wilayah Kesultanan Yogyakarta dijadikan keresidenan dengan ibu kota di Kabupaten Kota Kasultanan, maka dibuat kesepakatan birokrasi antara Belanda dengan Keraton. Dari keputusan tersebut, muncul Residen dan Patih untuk menjembatani birokrasi antara pihak Belanda dengan pihak Keraton. Fungsinya adalah sebagaimana kedutaan besar sekarang. Di antara keduanya, perlu menguasai bahasa Jawa dan Belanda.
Danureja I dipilih sebagai Patih pertama untuk tugas di Pemerintahan Hindia-Belanda dan J.M. van Rhijn sebagai Residen pertama untuk Yogyakarta.
Posisi Residen disini setara dengan Patih, di mana ia harus mengabdi kepada raja. Residen memiliki loyalitas ganda kepada kompeni dan kepada rajanya, sebagaimana fungsi kerja Patih di Jawa<ref name=yogyakarta/>. Residen Yogyakarta bertempat tinggal di Gedung Residen yang terletak di sisi barat [[Benteng Vredeburg]], di mana kini dikenal sebagai [[Gedung Agung]].<ref name=yogyakarta>{{cite web|url=https://nationalgeographic.grid.id/amp/132902157/peran-residen-sebagai-utusan-belanda-di-keraton-yogyakarta-abad-ke-18|title=Peran Residen Sebagai Utusan Belanda di Keraton Yogyakarta Abad Ke-18|website=nationalgeographic.grid.id|publisher=National Geographic|accessdate=21 September 2022|archive-date=2022-09-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20220921153148/https://nationalgeographic.grid.id/amp/132902157/peran-residen-sebagai-utusan-belanda-di-keraton-yogyakarta-abad-ke-18|dead-url=no}}</ref>
Kasultanan Yogyakarta diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda (termasuk pula Kabupaten Kasultanan) sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangga sendiri. Pemerintahan tersebut diatur kontrak politik yang dilakukan pada tahun 1877, 1921, dan 1940. Selain itu, wilayah Kasultanan (yang kemudian terbagi menjadi Kasultanan dan Pakualaman pada tahun 1811) juga dimasukkan ke dalam sebuah wilayah otonomi ''[[vorstenlanden]]'' oleh Hindia Belanda, Bersama dengan [[Kesunanan Surakarta Hadiningrat|Kasunanan]] dan [[Mangkunegaran]] di [[Surakarta]].<ref name=dpad/>
Tahun 1811, Inggris menaklukkan Hindia Belanda. Di masa ini terjadi peristiwa ''[[Geger Sepoy]]'', di mana pasukan Inggris dibantu dengan pasukan [[Sepoy]] dari [[India]] dan beberapa pasukan dari [[Mangkunegaran]] menyerang Keraton. Hasilnya, Pada tahun 1813, wilayah Yogyakarta kembali terpecah. Kali ini, berdiri sebuah kadipaten bernama [[Kadipaten Pakualaman]] yang didirikan oleh [[Paku Alam I|Pangeran Notokusumo]] yang diangkat oleh Inggris. Notokusumo sendiri adalah adik dari [[Sultan Hamengkubuwana II]], dan kemudian bergelar Adipati Paku Alam I<ref name=dpad>{{cite web|url=http://dpad.jogjaprov.go.id/article/news/vieww/sejarah-singkat-daerah-istimewa-yogyakarta-1482|title=Sejarah Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta|website=dpad.jogjaprov.go.id|publisher=Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta|accessdate=21 September 2022|archive-date=2022-09-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20220921153156/http://dpad.jogjaprov.go.id/article/news/vieww/sejarah-singkat-daerah-istimewa-yogyakarta-1482|dead-url=no}}</ref>. Ia mendapatkan tanah dari Kesultanan meliputi sebuah kemantren di dalam kota Yogyakarta, berada di antara [[Kali Code]] dan Kali Manunggal. Di tanah tersebut kemudian didirikan istana [[Pura Pakualaman]] (sekarang menjadi wilayah kemantren [[Pakualaman, Yogyakarta|Pakualaman]]). Inggris juga mengangkat [[Tan Jin Sing]], kapitan Tionghoa yang berasal dari [[Kedu]], sebagai ''Bupati Nayaka'' dalam Kabupaten Kota Yogyakarta dengan gelar KRT. Secodiningrat.<ref name=eka>Sutirman Eka Ardhana. 21 November 2013. [http://tirmankalis.blogspot.co.id/2013/11/lurahing-pacino-kapitan-tan-jin-sing.html Lurahing Pacino Kapitan Tan Jin Sing] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230307130335/http://tirmankalis.blogspot.com/2013/11/lurahing-pacino-kapitan-tan-jin-sing.html |date=2023-03-07 }}.</ref>
Yogyakarta juga menjadi pusat perkembangan kebangkitan nasional. Berlakunya [[politik etis]] di Hindia Belanda pada awal abad ke-20 memunculkan tokoh-tokoh terpelajar yang berpengaruh terhadap pergerakan nasional saat itu. Mereka menjadikan Yogyakarta sebagai basis kegiatan tersebut. Salah satunya dengan diselenggarakannya kongres nasional [[Boedi Oetomo]] yang pertama pada tanggal 3-5 Oktober 1908 di gedung sekolah ''Kweekschool'' yang terletak di sekitar [[Jetis, Yogyakarta|Jetis]] (kini menjadi gedung [[SMA Negeri 11 Yogyakarta]])<ref>{{Cite book|last=Akira Nagazumi|first=|date=1989|url=https://books.google.co.id/books?id=tX0eAAAAMAAJ&q=%22ternyata+masih+mengundang+diskusi+yang+bersifat+polemis.%22&dq=%22ternyata+masih+mengundang+diskusi+yang+bersifat+polemis.%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj5po_P-MLrAhUEbn0KHYZYDCMQ6AEwAHoECAAQAg|title=Bangkitnya nasionalisme Indonesia: Budi Utomo, 1908-1918|location=|publisher=Grafitipers|isbn=978-979-444-066-7|pages=v|language=id|url-status=live|access-date=2023-03-09|archive-date=2023-09-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20230919132538/https://books.google.co.id/books?id=tX0eAAAAMAAJ&q=%22ternyata+masih+mengundang+diskusi+yang+bersifat+polemis.%22&dq=%22ternyata+masih+mengundang+diskusi+yang+bersifat+polemis.%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj5po_P-MLrAhUEbn0KHYZYDCMQ6AEwAHoECAAQAg|dead-url=no}}</ref>. Selain itu, berdiri pula organisasi [[Muhammadiyah]] yang dibentuk oleh KH [[Ahmad Dahlan]], penghulu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada tahun 1912, yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan Islam.<ref>{{Cite book|last=M. Nasruddin Anshoriy Ch|first=|date=2010|url=https://books.google.co.id/books?id=q7qfoC748V0C&pg=PA56&dq=ahmad+dahlan+muhammadiyah+%221912%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiByYPg78LrAhXRV30KHcN7DeAQ6AEwBXoECAUQAg#v=onepage&q=ahmad%20dahlan%20muhammadiyah%20%221912%22&f=false|title=Matahari pembaruan: rekam jejak K.H. Ahmad Dahlan|location=|publisher=Galangpress Group|isbn=978-602-97032-1-4|pages=56-57|language=id|url-status=live|access-date=2023-03-09|archive-date=2023-09-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20230919132540/https://books.google.co.id/books?id=q7qfoC748V0C&pg=PA56&dq=ahmad+dahlan+muhammadiyah+%221912%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiByYPg78LrAhXRV30KHcN7DeAQ6AEwBXoECAUQAg#v=onepage&q=ahmad%20dahlan%20muhammadiyah%20%221912%22&f=false|dead-url=no}}</ref>
=== Masa Pendudukan Jepang ===
Pendudukan Jepang di Yogyakarta berlangsung sejak tanggal 6 Maret 1942. Mereka menempati gedung-gedung pemerintah yang semula ditempati pemerintah Belanda. Pendudukan tentara Jepang atas Kota Yogyakarta berjalan sangat lancar tanpa ada perlawanan.<ref name=beritadaerah>{{cite web|url=https://www.beritadaerah.co.id/2020/07/20/yogjakarta-kota-yang-menyimpan-kisah-perjuangan-bangsa-indonesia/|title=Yogjakarta, Kota Yang Menyimpan Kisah Perjuangan Bangsa Indonesia|website=beritadaerah.co.id|publisher=|accessdate=29 September 2022|archive-date=2022-08-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20220814083613/https://www.beritadaerah.co.id/2020/07/20/yogjakarta-kota-yang-menyimpan-kisah-perjuangan-bangsa-indonesia/|dead-url=no}}</ref>
Pemerintah Jepang memberlakukan UU nomor 1 tahun 1942 bahwa kedudukan pimpinan daerah tetap diakui tetapi berada di bawah pengawasan ''Kooti Zium Kyoku Tjokan'' (Gubernur Jepang) yang berkantor di Gedung ''Tjokan Kantai'' (Gedung Agung).
Pusat kekuatan tentara Jepang ditempatkan di Kotabaru dan di Benteng Vredeburg.<ref name=beritadaerah/>
=== Masa Kemerdekaan ===
[[Berkas:Guerillas return to Yogyakarta, Kota Jogjakarta 200 Tahun, plate after page 64.jpg|jmpl|ki|Potret para pasukan gerilya di kota Yogyakarta pada tahun 1949.]]
Yogyakarta menjadi [[ibu kota]] [[Indonesia]] pada tahun 1946 hingga 1948, dilatarbelakangi oleh situasi keamanan ibu kota [[Jakarta]] (saat itu masih disebut [[Batavia]]) yang memburuk dengan terjadinya saling serang antara kelompok pro-kemerdekaan dan kelompok pro-Belanda. Alhasil, Presiden [[Soekarno]] memberikan perintah rahasia kepada [[Balai Yasa Manggarai]] untuk segera menyiapkan rangkaian kereta api demi menyelamatkan para petinggi negara. Pada tanggal 3 Januari 1946 diputuskan bahwa Presiden Soekarno dan Wakil Presiden [[Hatta]] beserta beberapa menteri/staf dan keluarganya meninggalkan Jakarta dan pindah ke [[Yogyakarta]] sekaligus pula memindahkan ibu kota. Yogyakarta juga menjadi tempat terjadinya [[Serangan Umum 1 Maret 1949]], serangan mempertahankan kemerdekaan yang dipimpin langsung oleh [[Hamengkubuwono IX|Sri Sultan Hamengkubuwono IX]] saat itu.
Pada tahun 1947, terbit Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947 pasal I yang menyatakan status Kota Praja Yogyakarta. Pasal tersebut menyebutkan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang meliputi wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari [[Kabupaten Bantul]] yang sekarang menjadi [[Kotagede, Yogyakarta|Kecamatan Kotagede]] dan [[Umbulharjo, Yogyakarta|Umbulharjo]] ditetapkan sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Tanggal ditetapkannya undang-undang ini diperingati sebagai hari jadi pemerintahan Kota Yogyakarta setiap tahunnya.<ref name=jogjakota/>
Untuk melaksanakan otonomi tersebut, pemerintah mengangkat M. Enoch sebagai wali kota pertama. Pada awalnya, wali kota mengalami kesulitan karena wilayah tersebut masih merupakan bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan statusnya belum dilepas. Hal itu semakin nyata dengan adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, di mana Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Tingkat I dan Kotapraja Yogyakarta sebagai Tingkat II yang menjadi bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta.<ref name=jogjakota/>
=== Masa setelah Kemerdekaan ===
Di era wali kota Mr. [[Soedarisman Poerwokoesoemo]], Yogyakarta memiliki Badan Pemerintah Harian dan Badan Legislatif yang bernama DPR-GR dengan anggota 25 orang, di mana badan tersebut dipimpin pula oleh wali kota. DPRD Kota Yogyakarta baru dibentuk pada tanggal 5 Mei 1958 dengan anggota 20 orang sebagai hasil Pemilu 1955.<ref name=jogjakota/>
Dengan kembali ke UUD 1945 melalui Dekret Presiden 5 Juli 1959, maka Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 diganti dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Undang-undang tersebut mengatur pemisahan tugas Kepala Daerah dan DPRD, serta pembentukan Wakil Kepala Daerah dan badan Pemerintah Harian. sebutan Kota Praja Yogyakarta diganti dengan Kotamadya Yogyakarta.<ref name=jogjakota/>
=== Masa kini ===
pada tahun 1999, terbitlah Undang-undang nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur kewenangan Daerah menyelenggarakan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab. Dengan berlakunya undang-undang tersebut, sebutan untuk Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta diubah menjadi Kota Yogyakarta, sedangkan untuk pemerintahannya disebut denan Pemerintahan Kota Yogyakarta dengan Wali kota Yogyakarta sebagai Kepala Daerahnya.<ref name=jogjakota/>
== Geografi ==
[[Berkas:
Letak Kota Yogyakarta
Meski terletak di lembah, kota ini jarang mengalami banjir karena sistem drainase yang tertata rapi yang dibangun oleh pemerintah kolonial, ditambah dengan giatnya penambahan saluran air yang dikerjakan oleh Pemkot Yogyakarta.
===
Sejak awal berdirinya, Yogyakarta telah memiliki penataan kota yang cukup baik. Arah perkembangan kota didasarkan pada [[Garis Imajiner Yogyakarta]], yang membentang dari arah utara menuju ke selatan, satu garis lurus dengan keraton. Disini dibangun beberapa fasilitas umum seperti pasar, kantor pemerintahan, dan perkampungan abdi dalem yang dibedakan menjadi perkampungan ''jeron beteng'' (di dalam benteng baluwarti) dan ''jaba beteng'' (di luar benteng baluwarti).
Kedatangan Belanda di Yogyakarta turut mewarnai penataan kota. Belanda membangun Benteng Rustenburg di sisi timur laut keraton pada 1767 (kemudian dikenal dengan [[Benteng Vredeburg]]), dilanjutkan dengan membangun beberapa fasilitas seperti gedung ''Nederlandsch-Indische Levensverzekeringen en Lijfrente Maatschappij'' atau ''NILLMIJ'' (kini menjadi gedung Bank [[Bank Negara Indonesia|BNI]]), gedung ''Post, Telegraaf en Telefoonkantoor'' (kini menjadi Kantor Pos Besar Yogyakarta), gedung ''De Javasche Bank'' (kini menjadi gedung [[Bank Indonesia]] Yogyakarta), dan Gedung Residen Yogyakarta (kini menjadi [[Gedung Agung|Istana Kepresidenan Gedung Agung]]) di sekitar garis imajiner tersebut.<ref>Tim Penyusun Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2017. ''Ragam Penanda Zaman: Memaknai Keberlanjutan Merawat Jejak Keberagaman''. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.</ref>
Belanda juga mengatur beberapa pemukiman untuk masyarakat non-pribumi pada masa itu. Etnis Eropa tinggal di wilayah bernama ''loji kecil'' dan Bintaran yang terletak di sebelah timur benteng. Etnis Cina tinggal di kampung [[Kampung Ketandan|Ketandan]] yang dibangun oleh [[Hamengkubuwana III|Sri Sultan Hamengkubuwono III]]. Perkampungan Ketandan terletak di sisi utara Pasar Besar ([[Pasar Beringharjo]]). Sedangkan etnis Arab tinggal di kampung Sayidan yang terletak di barat Sungai Code, di dekat [[Gondomanan, Yogyakarta|Gondomanan]]. Berkembangnya penduduk etnis Eropa di Yogyakarta membuat Belanda kembali membangun kawasan permukiman Eropa atas izin [[Hamengkubuwana VII|Sri Sultan Hamengkubuwono VII]] di timur Sungai Code, dekat Gondolayu. Pembangunan dimulai pada tahun 1917 dan selesai pada tahun 1922, di mana wilayah tersebut diberi nama ''Nieuwe Wijk''. Pembangunan kawasan ini mengusung konsep kota taman (''garden city'') seperti halnya kawasan [[Menteng, Jakarta Pusat|Menteng]] di Jakarta. Pada masa sekarang, kawasan tersebut menjadi wilayah dari kelurahan [[Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta|Kotabaru]] di kemantren [[Gondokusuman, Yogyakarta|Gondokusuman]], serta menjadi kawasan cagar budaya.<ref>Priyatmoko, Heri. 2019. ''Toponim Kota Yogyakarta''. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.</ref>
Kini, segala perencanaan penataan ruang kota dituangkan dalam Rencana Strategis yang disusun oleh Dinas Pertanahan dan Tata Ruang kota. Biasanya rencana-rencana strategis ini disusun untuk tiga bahkan lima tahun.
=== Batas Wilayah ===
Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya, sehingga batas-batas administrasi sudah tidak terlalu menonjol. Meski begitu, Pemerintah kota Yogyakarta tetap membangun beberapa gapura batas kota dan memasang papan penanda batas wilayah kota Yogyakarta di perbatasan. Terdapat dua gapura kota Yogyakarta, yakni di Jalan Magelang (sisi utara) dan Jalan Adisutjipto (sisi timur). Sedangkan di beberapa titik perbatasan dipasang papan penanda bertuliskan "Batas Wilayah Kota Yogyakarta", serta lampu berbentuk wayang dengan tulisan "Jogja Berhati Nyaman".
Adapun batas-batas administratif Yogyakarta adalah:
{{Batas USBT
|utara = [[Kabupaten Sleman]]
|selatan = [[Kabupaten Bantul]]
|barat = [[Kabupaten Sleman]] dan [[Kabupaten Bantul]]
|timur = [[Kabupaten Sleman]] dan [[Kabupaten Bantul]]
}}
=== Iklim & Cuaca ===
Kota Yogyakarta memiliki iklim yang sama dengan wilayah lain di Indonesia yaitu ber[[iklim tropis]], dengan tipe [[iklim muson tropis]] (''Am''). Angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin menyebabkan [[musim kemarau]]<ref>{{Cite web|last=NEWS|first=UNAIR|date=2022-04-22|title=Potensi Sinar Matahari Alami untuk Budidaya Mikroalga Di Yogyakarta|url=https://unair.ac.id/potensi-sinar-matahari-alami-untuk-budidaya-mikroalga-di-yogyakarta/|website=Universitas Airlangga Official Website|language=id-ID|access-date=2024-07-20}}</ref> di wilayah Kota Yogyakarta dan angin muson ini berlangsung pada periode [[Mei]] hingga [[Oktober]]. Sementara itu, angin muson barat–barat daya yang bersifat lembap dan membawa banyak uap air menyebabkan [[musim hujan|musim penghujan]] di wilayah Kota Yogyakarta dan angin muson ini bertiup pada periode [[November]] hingga [[April]]. Rata-rata curah hujan di wilayah Kota Yogyakarta adalah ±2012 milimeter per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 100–150 hari hujan per tahunnya. Tingkat kelembapan rata-rata per tahun di wilayah ini adalah ±77%.<ref>{{Cite web |url=https://www.jogjakota.go.id/pages/geografis |title=Salinan arsip |access-date=2020-08-30 |archive-date=2020-08-16 |archive-url=https://web.archive.org/web/20200816121549/https://jogjakota.go.id/pages/geografis |dead-url=no }}</ref>
{{Yogyakarta weatherbox}}
== Pemerintahan ==
===
{{utama|Daftar Wali Kota Yogyakarta}}
Wali Kota Yogyakarta ({{lang-jv|ꦮꦭꦶꦏꦸꦛꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ|Walikutha Ngayogyakarta}}) adalah pemimpin tertinggi di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Wali kota Yogyakarta bertanggungjawab kepada [[Gubernur]] Provinsi [[Daerah Istimewa Yogyakarta]].
Saat ini, [[wali kota]] atau kepala daerah yang menjabat di kota Yogyakarta adalah [[Singgih Raharjo]], yang ditunjuk menjadi pelaksana tugas wali kota Yogyakarta sejak 22 Mei 2023, menggantikan penjabat wali kota sebelumnya, [[Sumadi (birokrat)|Sumadi]]. Sedangkan jabatan wakil wali kota dikosongkan hingga [[Pemilihan umum Indonesia 2024|Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2024]].
{| class="wikitable" style="background:#eeee; float:center; text-align:center"
! colspan="2" |Wali kota
! Potret
! Awal
! Akhir
! Masa jabatan
! [[Wakil Wali Kota Yogyakarta|Wakil]]
|-
| style="background:#d3d3d3;" |
| <span>[[Singgih Raharjo]]<br/><small>(Penjabat)</small>
| [[Berkas:Penjabat Wali Kota Jogja, Singgih Raharjo.jpg|100px]]
| 22 Mei 2023
| ''Petahana''
| {{age in years and days|2023|5|22}}
| ''Lowong''
|}
=== Dewan Perwakilan ===
{{utama|Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Yogyakarta}}
Yogyakarta menjadi salah satu kota pertama di Indonesia yang menyelenggarakan [[pemilihan umum]] untuk anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah]] tingkat kotapraja. Pemilihan umum tersebut berlangsung sejak 16 Juli hingga 24 Desember 1951.<ref>{{cite book | title = Jogja Memilih: Sejarah Pemilu 1951 & 1955 DI Yogyakarta | first = Winardi, dkk. | date = 2020 | publisher = Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta | pages =}}</ref><ref>Vredeburg: [https://vredeburg.id/id/post/pemilihan-umum-anggota-dpr-daerah-di-yogyakarta-tahun-1951-refleksi-sistem-demokrasi-indonesia-masa-awal-kemerdekaan Pemilihan Umum Anggota DPR Daerah di Yogyakarta Tahun 1951: Refleksi Sistem Demokrasi Indonesia Masa Awal Kemerdekaan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230221110032/https://vredeburg.id/id/post/pemilihan-umum-anggota-dpr-daerah-di-yogyakarta-tahun-1951-refleksi-sistem-demokrasi-indonesia-masa-awal-kemerdekaan |date=2023-02-21 }}, diakses 21 Februari 2023</ref>
{{:Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Yogyakarta}}
===
{{
|float=right|width=280|caption={{center|Peta administrasi kota Yogyakarta}}|places=
{{location map~ |Indonesia Kota Yogyakarta
|lat=-7.782920 |long=110.355712
|label={{small|[[Tegalrejo, Yogyakarta|Tegalrejo]]}}
|position=top}}
{{location map~ |Indonesia Kota Yogyakarta
|lat=-7.782829|long=110.360830
|label={{small|[[Jetis, Yogyakarta|Jetis]]}}
|position=right}}
{{location map~ |Indonesia Kota Yogyakarta
|lat=-7.787078 |long=110.387417
|label={{small|[[Gondokusuman, Yogyakarta|Gondokusuman]]}}
|position=left}}
{{location map~ |Indonesia Kota Yogyakarta
|lat=-7.794262 |long=110.373004
|label={{small|[[Danurejan, Yogyakarta|Danurejan]]}}
|position=right}}
{{location map~ |Indonesia Kota Yogyakarta
|lat=-7.789266 |long=110.358867
|label={{small|[[Gedongtengen, Yogyakarta|Gedongtengen]]}}
|position=bottom}}
{{location map~ |Indonesia Kota Yogyakarta
|lat=-7.803120 |long=110.366009
|label={{small|[[Gondomanan, Yogyakarta|Gondomanan]]}}
|position=right}}
{{location map~ |Indonesia Kota Yogyakarta
|lat=-7.799657 |long=110.377835
|label={{small|[[Pakualaman, Yogyakarta|Pakualaman]]}}
|position=right}}
{{location map~ |Indonesia Kota Yogyakarta
|lat=-7.806244 |long=110.355938
|label={{small|[[Ngampilan, Yogyakarta|Ngampilan]]}}
|position=top}}
{{location map~ |Indonesia Kota Yogyakarta
|lat=-7.810736 |long=110.348013
|label={{small|[[Wirobrajan, Yogyakarta|Wirobrajan]]}}
|position=bottom}}
{{location map~ |Indonesia Kota Yogyakarta
|lat=-7.805901 |long=110.362806
|label={{small|[[Kraton, Yogyakarta|Kraton]]}}
|position=bottom}}
{{location map~ |Indonesia Kota Yogyakarta
|lat=-7.809732 |long=110.387589
|label={{small|[[Umbulharjo, Yogyakarta|Umbulharjo]]}}
|position=left}}
{{location map~ |Indonesia Kota Yogyakarta
|lat=-7.820790|long=110.361533
|label={{small|[[Mantrijeron, Yogyakarta|Mantrijeron]]}}
|position=top}}
{{location map~ |Indonesia Kota Yogyakarta
|lat=-7.817750 |long=110.373321
|label={{small|[[Mergangsan, Yogyakarta|Mergangsan]]}}
|position=right}}
{{location map~ |Indonesia Kota Yogyakarta
|lat=-7.817933 |long=110.395347
|label={{small|[[Kotagede, Yogyakarta|Kotagede]]}}
|position=bottom}}
}}
{{utama|Daftar kemantren dan kelurahan di Kota Yogyakarta}}
{{:Daftar kemantren dan kelurahan di Kota Yogyakarta}}
== Ekonomi ==
Kota Yogyakarta mengandalkan sektor industri, perdagangan, dan jasa, khususnya dalam bidang pariwisata. Seiring dengan pesatnya perkembangan Kota Yogyakarta, perubahan struktur perekonomian menjadi hal yang alami. Beberapa sektor ekonomi terus meningkat kontribusinya terhadap perekonomian daerah dan sektor-sektor lain terlihat mengalami penurunan kontribusi terhadap perekonomian daerah.<ref>{{Cite web|last=jogjakota.go.id|title=Perekonomian di Jogja|url=http://investasi.jogjakota.go.id/id/more/page/84/Perekonomian-di-Jogja|access-date=2022-09-29|archive-date=2022-06-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20220616160657/http://investasi.jogjakota.go.id/id/more/page/84/Perekonomian-di-Jogja|dead-url=no}}</ref>
Yogyakarta memiliki beberapa sentra industri menengah, kebanyakan dari mereka memproduksi barang yang masih ada kaitannya dengan kebudayaan Yogyakarta. Seperti industri pembuatan [[blangkon]] gaya Yogyakarta di [[Mantrijeron, Yogyakarta|Mantrijeron]], industri perak di [[Kotagede]], dan industri [[batik]] gaya Yogyakarta di Ngasem. Meski begitu, Yogyakarta juga memiliki sentra industri modern, seperti CV Karya Hidup Sentosa produsen alat-alat pertanian, yang memiliki pabrik di Jalan Magelang, [[Karangwaru, Tegalrejo, Yogyakarta|Kelurahan Karangwaru]], [[Tegalrejo, Yogyakarta|Kemantren Tegalrejo]].
Di sektor perdagangan, Yogyakarta memiliki beberapa pasar tradisional yang tersebar di beberapa kemantren, dengan [[Pasar Beringharjo]] sebagai pasar terbesar. Beberapa pasar besar lainnya, seperti [[Pasar Kranggan Yogyakarta|Pasar Kranggan]], [[Pasar Legi Kotagede]], Pasar Sentul, dan Pasar Giwangan. Pasar tradisional di Yogyakarta tidak hanya menjual bahan pokok, melainkan juga menjual beberapa barang bekas atau barang antik. Salah satu pasar barang bekas dan antik di Yogyakarta adalah Pasar Klithikan Pakuncen yang terletak di [[Pakuncen, Wirobrajan, Yogyakarta|Kelurahan Pakuncen]], [[Wirobrajan, Yogyakarta|Wirobrajan]].
Selain itu terdapat pula kawasan-kawasan perdagangan di Kawasan Malioboro dan Jalan Urip Sumoharjo. Sedangkan pasar modern yang berdiri di Kota Yogyakarta antara lain [[Mal Malioboro|Plaza Malioboro]], [[Galeria Mall]], [[Lippo Plaza Jogja]], [[Ramai Family Mall (RaFa)|Ramai Mall]], [[Ramayana Lestari Sentosa|Ramayana]], Gardena, Toko Progo, dan Mirota Kampus.
Pesatnya perkembangan pariwisata membuat kota Yogyakarta memiliki banyak hotel, losmen dan ''home stay''. Peningkatan pembangunan hotel di Yogyakarta mulai berlangsung sejak era 2010-an. Biasanya pembangunan hotel di Yogyakarta berfokus di kawasan-kawasan wisata, seperti Malioboro, Pasar Kembang, dan Prawirotaman. Beberapa hotel yang berada di kota Yogyakarta, antara lain Hotel Tentrem Yogyakarta (bintang 5, [[Jetis, Yogyakarta|Jetis]]), Hotel Meliá Purosani Yogyakarta (bintang 5, [[Suryatmajan, Danurejan, Yogyakarta|Suryatmajan]]), Hotel [[Grand Inna Malioboro]] (bintang 4, [[Malioboro]]), Hotel [[The Phoenix Hotel Yogyakarta|Phoenix]] Yogyakarta (bintang 4, Jalan [[Jenderal Sudirman]]), KHAS Hotel Tugu Yogyakarta (bintang 3, Jalan [[Pangeran Diponegoro]]) dan lain sebagainya.
== Demografi ==
[[Berkas:Anak- Anak Kampung Kota Jogjakarta.jpg|jmpl|Suasana perkampungan di kota Yogyakarta. Terlihat anak-anak sedang bermain bersama.]]
=== Kependudukan ===
Jumlah penduduk Kota Yogyakarta, berdasar Sensus Penduduk 2010<ref>BPS, 2010.</ref> berjumlah 388.088 jiwa, dengan proporsi laki-laki dan perempuan yang hampir setara. Sementara pada pertengahan tahun 2024, jumlah penduduk Kota Yogyakarta sebanyak 415.021 jiwa.<ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=24 Agustus 2024|format=visual}}</ref><ref name=DIY>{{cite report|url=https://jogjakota.bps.go.id/publication/2021/02/26/4c85e0454525ceebd064473a/kota-yogyakarta-dalam-angka-2021.html|title=Kota Yogyakarta Dalam Angka 2021|location=Yogyakarta|publisher=Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta|accessdate=4 Desember 2021|pages=65|archive-date=2021-12-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20211204120535/https://jogjakota.bps.go.id/publication/2021/02/26/4c85e0454525ceebd064473a/kota-yogyakarta-dalam-angka-2021.html|dead-url=no}}</ref>
Jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia, kota Yogyakarta menjadi kota terpadat [[Daftar kota di Indonesia menurut kepadatan penduduk|ke-6 di Indonesia]], dengan luas wilayah [[Daftar kota di Indonesia menurut luas wilayah|terkecil ke-6]], dan populasi terbanyak [[Daftar kota di Indonesia menurut jumlah penduduk|ke-38 dari 93 kota otonom dan 5 kota administratif]] di Indonesia.
Kepadatan penduduk tertinggi di kota Yogyakarta terdapat di [[Ngampilan, Yogyakarta|Kemantren Ngampilan]] dengan kepadatan 18.729 jiwa/km², sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di [[Umbulharjo, Yogyakarta|Kemantren Umbulharjo]] dengan kepadatan 8.395 jiwa/km².<ref name=DIY/>
=== Kota satelit ===
Yogyakarta memiliki wilayah penyangga urban bernama '''[[Kartamantul]]''', yang merupakan akronim dari Yogyakarta, Sleman, dan Bantul dengan wilayah utama berada di Kapanewon [[Depok, Sleman|Depok]], [[Mlati, Sleman|Mlati]], [[Gamping, Sleman|Gamping]] dan [[Ngaglik, Sleman|Ngaglik]] di [[Kabupaten Sleman]] dan Kapanewon [[Sewon, Bantul|Sewon]], [[Banguntapan, Bantul|Banguntapan]] dan [[Kasihan, Bantul|Kasihan]] di [[Kabupaten Bantul]]. Dengan luas wilayah 1.114,15 km², wilayah metropolitan Yogyakarta memiliki total jumlah penduduk lebih dari 2.4 juta jiwa.<ref>{{Cite web|date=|title=Yogyakarta|url=http://ciptakarya.pu.go.id/msmhp/id-yogya.html|website=ciptakarya.pu.go.id|language=id-ID|access-date=2022-10-06|archive-date=2022-10-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20221006004209/http://ciptakarya.pu.go.id/msmhp/id-yogya.html|dead-url=no}}</ref>
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Surat Keputusan Gubernur No.163/KEP/2017 menyatakan pembentukan sekretariat bersama Kartamantul, dengan tujuan untuk mempermudah sinergi kerjasama antar ketiga wilayah dalam hal sampah, pengolahan limbah, drainase, jalan, transportasi, dan air bersih.<ref>{{Cite web|date=|title=Sektor Kerjasama|url=https://kartamantul.jogjaprov.go.id/home/|website=kartamantul.jogjaprov.go.id|language=id-ID|access-date=2022-10-06|archive-date=2022-10-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20221006004213/https://kartamantul.jogjaprov.go.id/home/|dead-url=no}}</ref>
=== Agama ===
[[Berkas:Masjid Agung Yogyakarta.jpg|jmpl|ki|200px|[[Masjid Gede Kauman|Masjid Agung Yogyakarta]].]]
[[Berkas:St Antonius Church, Yogya (1).jpg|jmpl|ka|200px|[[Gereja Santo Antonius, Kotabaru]].]]
[[Berkas:Kelenteng Vihara Buddha Prabha.jpg|jmpl|ki|200px|[[Kelenteng Fuk Ling Miau|Kelenteng Gondomanan]].]]
[[Islam]] adalah agama mayoritas yang dianut masyarakat Kota Yogyakarta yakni sebanyak 83,71%, dengan jumlah penganut Kristen yang relatif signifikan yakni 15,91% ([[Katolik]] 9,68% dan [[Protestan]] 6,23%). Sebagian kecil lagi adalah pemeluk agama [[Buddha]] yakni 0,26%, kemudian [[Hindu]] 0,11% dan [[Konghucu]] 0,01%.<ref name="DUKCAPIL"/><ref name=Agama>{{cite report|url=https://kependudukan.jogjaprov.go.id/statistik/penduduk/agama/17/0/00/71/34.clear|title=Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kota Yogyakarta 2021|publisher=Biro Tata Pemerintahan Setda DIY|location=Yogyakarta|accessdate=12 Februari 2022}}</ref>
Sejak awal berdirinya, Yogyakarta sudah menjadi kota majemuk yang dihuni oleh beberapa etnis dan agama. Tercatat beberapa tempat ibadah yang sudah berdiri sejak dahulu, seperti [[Masjid Gede Kauman]], [[Masjid Syuhada]], [[Masjid Gedhe Mataram|Masjid Mataram Kotagede]], [[Gereja Huria Kristen Batak Protestan, Yogyakarta|Gereja HKBP]], [[Gereja Santo Antonius, Kotabaru|Gereja Kotabaru]], [[Kelenteng Tjen Ling Kiong]], dan [[Kelenteng Fuk Ling Miau]].
Yogyakarta juga menjadi tempat lahirnya salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu [[Muhammadiyah]] yang didirikan oleh [[Ahmad Dahlan|K.H. Ahmad Dahlan]] pada tahun 1912 di Kauman, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta. Hingga saat ini, Pengurus Pusat Muhammadiyah masih tetap berkantor pusat di Yogyakarta.
== Bahasa ==
Menurut [[Badan Bahasa]], [[bahasa Jawa]] dialek Jogja-Surakarta merupakan [[bahasa daerah]] yang dituturkan mayoritas penduduk Kota Yogyakarta.<ref>{{Cite web|url=https://petabahasa.kemdikbud.go.id/provinsi.php?idp=Daerah%20Istimewa%20Yogyakarta|title=Bahasa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta|work=[[Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa]]|publisher=[[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia]]|access-date=23 Mei 2020|archive-date=2020-08-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20200801083507/https://petabahasa.kemdikbud.go.id/provinsi.php?idp=Daerah%20Istimewa%20Yogyakarta|dead-url=no}}</ref> Menurut Statistik Kebahasaan 2019, bahasa ini menjadi satu-satunya bahasa daerah asli Kota Yogyakarta.<ref>{{Cite book|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/11005/|title=Statistik Kebahasaan 2019|last=|first=|date=2019|publisher=Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=9786028449182|location=Jakarta|pages=4|url-status=live|access-date=2020-05-23|archive-date=2020-04-30|archive-url=https://web.archive.org/web/20200430141420/http://repositori.kemdikbud.go.id/11005/|dead-url=no}}</ref> Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kota Yogyakarta adalah [[bahasa Indonesia]].
Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2021<ref name="perda-no-2-tahun-2021">{{cite web|title=Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2021 tentang Pemeliharaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa|url=https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/162614/perda-no-2-tahun-2021|via=Database Peraturan JDIH BPK RI|access-date=2022-11-08|archive-date=2021-04-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20210413122928/https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/162614/perda-no-2-tahun-2021|dead-url=no}}</ref> menetapkan Bahasa Jawa menjadi bahasa resmi Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk Kota Yogyakarta.
== Budaya ==
{{main|Daerah Istimewa Yogyakarta#Kebudayaan|Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat#Kebudayaan, pendidikan, dan kepercayaan}}
Kota Yogyakarta menjadi salah satu pusat pelestarian [[Budaya Jawa]], khususnya gaya Yogyakarta. Budaya Jawa gaya Yogyakarta memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan gaya kebudayaan Jawa di daerah lainnya. Hal ini dikarenakan keberadaan [[Kesultanan Yogyakarta]] yang memilih untuk mempertahankan budaya Jawa murni yang telah ada sejak masa [[Kesultanan Mataram]] pada [[Perjanjian Jatisari]].
=== Tarian ===
[[File:Tari Golek Ayun2.jpg|jmpl|ka|200px|Tari [[Golek Ayun-Ayun]], salah satu tarian khas Yogyakarta yang dikembangkan di dalam Keraton.]]
Tarian khas Yogyakarta berkembang dari dalam [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat]] dan [[Pura Pakualaman]], di mana kedua keraton memiliki beberapa tarian [[Srimpi]] dan [[Bedaya]] sesuai dengan pakem masing-masing. Salah satu tarian yang dikenal oleh masyarakat adalah tari [[Beksan Trunajaya|Beksan Lawung Ageng]]. Beksan Lawung Ageng adalah salah satu tarian pusaka Keraton Yogyakarta yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I, dan biasanya dipentaskan pada ritual kenegaraan. Tarian ini menggambarkan adu ketangkasan prajurit bertombak.
=== Batik ===
Batik gaya Yogyakarta memiliki ciri khas pada warna dasaran atau latar belakang putih atau hitam. Batik Yogyakarta juga dapat dilihat dari ''seret'' atau bagian putih di pinggir kain batik <ref>{{cite web|url=https://sibakuljogja.jogjaprov.go.id/pasarkotagedeyia/blog/2022/08/12/batik-yogyakarta/|title=Batik Yogyakarta : Makna Filosofis di Setiap Motifnya|publisher=|year=2022|access-date=2022-10-04|archive-date=2022-10-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20221004141929/https://sibakuljogja.jogjaprov.go.id/pasarkotagedeyia/blog/2022/08/12/batik-yogyakarta/|dead-url=no}}</ref>. Adapun motif batik yang berkembang di Yogyakarta, seperti motif Parang dan Kawung.
=== Pakaian adat ===
[[Surjan]] adalah salah satu pakaian adat Yogyakarta yang dikenakan untuk kegiatan sehari-hari. Masyarakat Yogyakarta biasanya melengkapi pakaian Surjan dengan mengenakan penutup kepala yang disebut [[Blangkon]].
Blangkon gaya Yogyakarta memiliki ciri khas berupa ''mondolan'' (tonjolan di belakang) yang membulat. ''Mondolan'' tersebut pada awalnya adalah rambut masyarakat yang digulung ke dalam, mengingat pada saat itu masyarakat sekitar Keraton Yogyakarta masih memanjangkan rambutnya.
=== Perayaan ===
[[Berkas:Gamelan Sekaten Kanjeng Kiai Guntur Madu dalam Acara Sekaten di Yogyakarta.jpg|jmpl|ka|200px|Abdi dalem Keraton Yogyakarta menabuh gamelan sekaten Kyai Guntur Madu di Bangsal Pagongan Masjid Agung Kauman.]]
Perayaan dan upacara adat di kota Yogyakarta biasanya diselenggarakan oleh Keraton Yogyakarta dan Pura Pakualaman. Beberapa perayaan tersebut antara lain:
* '''Sekaten'''
[[Sekaten]] adalah pergelaran rangkaian kegiatan tahunan untuk memperingati Maulid [[Muhammad|Nabi Muhammad]] yang diadakan oleh Keraton Yogyakarta. Rangkaian perayaan secara resmi berlangsung dari tanggal 5 dan berakhir pada tanggal 12 Mulud penanggalan Jawa (dapat disetarakan dengan Rabiul Awal penanggalan Hijriah). Biasanya pergelaran ini dimeriahkan dengan pasar malam, dan dimainkannya gamelan pusaka (''miyos gongso'') di halaman Masjid Agung.
* '''''Hajad Dalem Mubeng Beteng'''''
''Mubeng Beteng'' atau ''Tapa Bisu'' adalah tradisi yang dilakukan oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta dan masyarakat dalam menyambut tahun baru Hijriyah. Tradisi ini dilakukan dalam bentuk jalan kaki bersama mengitari [[Benteng Baluwerti Keraton Yogyakarta]] pada malam hari sambil membisu sebagai sarana merefleksikan diri dalam keheningan.
Tradisi mubeng beteng diilhami dari tradisi Jawa-Islam yang dimulai ketika Kerajaan Mataram yang saat itu beribukota di [[Keraton Kutagede|Kotagede]] membangun benteng mengelilingi kerajaan atau keraton yang kemudian selesai pada tanggal 1 Suro 1580 Masehi. Setelah itu para prajurit rutin mengelilingi benteng untuk menjaga dari ancaman musuh. Setelah dibangunnya parit, tugas berkeliling digantikan oleh abdi dalem agar tidak terkesan seperti militer. Para abdi berkeliling dengan membisu sambil membacakan doa-doa dalam hati agar mereka diberi keselamatan.<ref>{{Cite web |url=https://wisatabudayaku.sv.ugm.ac.id/2019/09/30/lampah-budaya-mubeng-beteng/ |title=Sekolah Vokasi UGM: Lampah Budaya Mubeng Beteng |access-date=2022-11-12 |archive-date=2022-11-12 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221112031450/https://wisatabudayaku.sv.ugm.ac.id/2019/09/30/lampah-budaya-mubeng-beteng/ |dead-url=no }}</ref>
Biasanya tradisi ini diawali pada pukul 20.00 dengan serangkaian acara seperti tahlilan, pembagian makanan berkah, tembangan macapat hingga prosesi mubeng beteng dilakukan tepat pukul 00.00 WIB.<ref>{{Cite web |url=https://travel.tempo.co/amp/1617242/mengenal-mubeng-beteng-tradisi-malam-1-suro-warga-yogyakarta |title=Mengenal Mubeng Beteng Tradisi Malam 1 Suro Warga Yogyakarta |access-date=2022-11-12 |archive-date=2022-11-12 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221112031451/https://travel.tempo.co/amp/1617242/mengenal-mubeng-beteng-tradisi-malam-1-suro-warga-yogyakarta |dead-url=no }}</ref>
* '''Grebeg'''
[[Grebeg]] atau Garebeg merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan oleh masyarakat Jawa untuk memperingati peristiwa penting. Dalam acara grebeg, biasanya dilakukan pembagian gunungan sebagai wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Esa.
Di Yogyakarta, grebeg dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam setahun, yakni pada bulan Rabiul Awal (Maulud), Syawal, dan Dzulhijjah (Besar). pembagian gunungan bertempat di tiga titik, seperti Masjid Gedhe Kauman, Kepatihan, dan Pura Pakualaman.
* '''Ganti Dwaja Bregada Jaga'''
Upacara ini diselenggarakan oleh [[Kadipaten Pakualaman]], yang menandai pergantian penjaga Pura Pakualaman. Pura Pakualaman memiliki dua bregada yang masing-masing saling bergiliran pada hari sabtu kliwon setiap bulannya.
Sebelumnya upacara ini dilakukan tertutup di kalangan intern Pakualaman, namun saat ini Kadipaten Pakualaman membuat upacara tersebut dapat dinikmati oleh kalangan umum dengan tujuan mendekatkan Pura Pakualaman kepada masyarakat.<ref>{{Cite web |url=https://visitingjogja.jogjaprov.go.id/22163/upacara-ganti-dwaja-bregada-jaga-kadipaten-pakulaman-mendekatkan-puro-pakualaman-dengan-masyarakat/ |title=Upacara Ganti Dwaja Bregada Jaga Kadipaten Pakulaman Mendekatkan Puro Pakualaman Dengan Masyarakat |access-date=2022-12-26 |archive-date=2022-12-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221226151845/https://visitingjogja.jogjaprov.go.id/22163/upacara-ganti-dwaja-bregada-jaga-kadipaten-pakulaman-mendekatkan-puro-pakualaman-dengan-masyarakat/ |dead-url=no }}</ref>
=== Garis imajiner kota ===
{{main|Garis Imajiner Yogyakarta}}
Yogyakarta memiliki garis imajiner khusus yang menghubungkan antara [[Gunung Merapi]], [[Keraton Yogyakarta]], dan [[Samudera Hindia|Laut Selatan]], di mana hubungan antar ketiga tempat tersebut ditandai dengan [[Tugu Yogyakarta]] di bagian utara dan [[Panggung Krapyak]] di bagian selatan. Garis imajiner ini menjadi ciri khas Kota Yogyakarta dibandingkan wilayah lain, sekaligus menjadi titik awal perkembangan perkotaan Yogyakarta, di mana Keraton membangun beberapa fasilitas fisik di ruas ini seperti Pasar Beringharjo, Alun-alun Utara, Alun-alun Selatan, dan Masjid Gedhe Kauman.
Garis imajiner tersebut dirancang oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I ketika membangun Keraton di antara [[Sungai Code]] dan Sungai Winongo. Garis imajiner memiliki filosofi tentang hubungan manusia kepada Sang Pencipta. Laut Selatan yang merupakan titik terendah dan Gunung Merapi yang lebih tinggi melambangkan sikap manusia yang semakin dekat dengan Sang Pencipta seiring berjalannya waktu.
=== Budaya populer ===
Kota Yogyakarta menjadi inspirasi bagi Ismail Marzuki untuk menciptakan lagu [[Sepasang Mata Bola]] pada tahun 1946. Lagu tersebut mencitrakan suasana senja di [[Stasiun Yogyakarta]]. Ada pula lagu ''Yogyakarta'', lagu yang diciptakan oleh [[Katon Bagaskara]] pada tahun 1990 dalam album [[Kedua (album KLa Project)|Kedua]]. Lagu tersebut mencitrakan suasana Yogyakarta yang hangat dan ramah.
Beberapa film yang mengangkat tema Yogyakarta antara lain [[Jagad X Code]] (2009), [[Sang Pencerah]] (2010).
== Pariwisata ==
[[Berkas:Keraton Ngayogyakarta.jpg|jmpl|ka|220px|Bangsal Kencana [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat]]. Keraton menjadi salah satu tujuan wisata utama kota Yogyakarta.]]
Pariwisata merupakan salah satu sektor penting di Kota Yogyakarta. Sejak dahulu, Kota Yogyakarta menjadi salah satu tujuan wisata utama di Indonesia dan menjadi andalan pariwisata Indonesia, bersama dengan [[Bali]]. Pada Januari 2022, tercatat 780.000 wisatawan berkunjung ke Kota Yogyakarta.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Data Kunjungan Wisatawan di Jogja Bikin Kaget, Ini Sebabnya|url=https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2022/03/03/510/1096405/data-kunjungan-wisatawan-di-jogja-bikin-kaget-ini-sebabnya|website=harianjogja.com|publisher=|access-date=28 September 2022|archive-date=2022-09-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20220928150151/https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2022/03/03/510/1096405/data-kunjungan-wisatawan-di-jogja-bikin-kaget-ini-sebabnya|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=DIY dan Borobudur Tujuan Utama Wisman|url=https://www.krjogja.com/peristiwa/nasional/diy-dan-borobudur-tujuan-utama-wisman/|website=krjogja.com|publisher=|access-date=28 September 2022|archive-date=2020-10-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20201020153709/https://www.krjogja.com/peristiwa/nasional/diy-dan-borobudur-tujuan-utama-wisman/|dead-url=no}}</ref>
=== Wisata sejarah, edukasi dan budaya ===
Posisi Kota Yogyakarta sebagai ibu kota [[Kesultanan Yogyakarta]] menjadikan kota ini memiliki banyak tempat bersejarah yang menjadi objek wisata seperti [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat]], [[Taman Sari]], [[Malioboro]], [[Alun-alun|Alun-alun Selatan]], [[Situs Warungboto]], [[Pura Pakualaman]], [[Benteng Vredeburg]], [[Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta|Kawasan Kotabaru]], [[Keraton Kutagede|Keraton Kotagede]] dan lain sebagainya. Yogyakarta juga memiliki beberapa objek wisata edukasi, seperti [[Taman Pintar Yogyakarta|Taman Pintar]], [[Museum Sonobudoyo]], [[Museum Biologi]], [[Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman]], [[Museum Perjuangan]], dan lain sebagainya.
Yogyakarta juga memiliki kebun binatang bernama [[Kebun Binatang Gembira Loka]], yang menjadi sentra wisata edukasi keanekaragaman hayati. Kebun binatang ini memiliki beberapa jenis hewan dan tumbuhan dari berbagai belahan dunia.
=== Kampung wisata ===
Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Pariwisata juga memberdayakan beberapa kampung wisata di setiap [[kemantren]] di wilayah Kota Yogyakarta. Bahkan, tiap kampung wisata memiliki identitas yang berbeda-beda, seperti kampung wisata di [[Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta|Kelurahan Tahunan]] yang berfokus kepada wisata industri kreatif, kampung wisata Dipowinatan yang berfokus kepada wisata kebudayaan, dan kampung wisata [[Kauman, Yogyakarta|Kauman]] yang berfokus pada wisata religi dan sejarah.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Kampung Wisata Jogja|url=https://pariwisata.jogjakota.go.id/detail/index/55|website=pariwisata.jogjakota.go.id|publisher=Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta|access-date=28 September 2022|archive-date=2022-09-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20220928103537/https://pariwisata.jogjakota.go.id/detail/index/55|dead-url=no}}</ref>
=== Festival ===
Sebagai kota pariwisata dan kebudayaan, Yogyakarta memiliki banyak pergelaran festival guna menarik wisatawan, sekaligus menjadi agenda rutin setiap tahunnya. Pergelaran yang rutin digelar di Kota Yogyakarta, seperti :
* '''Pasar Kangen'''
[[Pasar Kangen Yogyakarta]] adalah agenda rutin tahunan yang digelar oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Festival ini diselenggarakan sejak tahun 2007 yang dikemas dengan nuansa klasik tempo dahulu.
* '''Jogja Night Carnival'''
Jogja Night Carnival merupakan agenda rutin tahunan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati hari ulang tahun Kota Yogyakarta pada tanggal 7 Oktober. Biasanya pergelaran ini menyajikan aksi karnaval jalanan yang menampilkan tokoh-tokoh wayang dikombinasikan dengan lakon pewayangan dibalut dalam seni koreografi, busana serta musik kontemporer.<ref>{{Cite news|last=Rusqiyati|first=Eka Arifa|date=|title=Wayang Jogja Night Carnival resmi masuk "calendar of event" nasional|url=https://www.antaranews.com/berita/2443485/wayang-jogja-night-carnival-resmi-masuk-calendar-of-event-nasional|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]|publisher=Eka Arifa Rusqiyati|access-date=28 September 2022|editor-last=Buchori|editor-first=Ahmad|archive-date=2022-09-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20220928103536/https://www.antaranews.com/berita/2443485/wayang-jogja-night-carnival-resmi-masuk-calendar-of-event-nasional|dead-url=no}}</ref>
* '''Selasa Wagen'''
Pergelaran selasa wagen rutin diselenggarakan setiap hari selasa wage dalam penanggalan Jawa di kawasan Malioboro, di mana kawasan Malioboro dijadikan sebagai kawasan bebas kendaraan bermotor mulai dari jam 06.00 pagi hingga jam 21.00 malam. Selama waktu tersebut, diselenggarakan beberapa pementasan kebudayaan Yogyakarta<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Selasa Wage Malioboro, Hari Terbaik Menikmati Suasana Bebas Kendaraan|url=https://jogjaku.co.id/selasa-wage-malioboro-hari-terbaik-menikmati-suasana-bebas-kendaraan/|website=jogjaku.co.id|publisher=|access-date=28 September 2022|archive-date=2022-09-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20220928150150/https://jogjaku.co.id/selasa-wage-malioboro-hari-terbaik-menikmati-suasana-bebas-kendaraan/|dead-url=no}}</ref>. Dalam mitos Jawa, selasa wage adalah hari di mana manusia beristirahat dari aktivitas sehari-hari. Selasa wage juga menjadi hari ''Wiyos Dalem'' atau hari kelahiran Sultan [[Hamengkubuwana X]], raja Kesultanan Yogyakarta sekaligus gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini.
* '''Festival Kesenian Yogyakarta'''
[[Festival Kesenian Yogyakarta]] (FKY) diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juni atau Juli setiap tahunnya. Festival ini diselenggarakan sejak tahun 1989, dan melibatkan seluruh kabupaten dan kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk kota Yogyakarta.
Di kota Yogyakarta, acara berpusat di Benteng Vredeburg, Jalan Malioboro, [[Taman Budaya Yogyakarta]], [[Serangan Umum 1 Maret 1949|Monumen Serangan Umum 1 Maret]] dan kawasan [[Titik Nol Kilometer Yogyakarta]].
* '''Festival Kotagede'''
[[Festival Kotagede]] rutin diselenggarakan sejak tahun 1999, dan diadakan untuk pengembangan seni budaya, peningkatan ekonomi masyarakat setempat, dan peningkatan pariwisata yang ada di daerah [[Kotagede]]. Festival ini diadakan oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan melibatkan dua wilayah yang termasuk dalam kawasan cagar budaya Kotagede, yakni Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.<ref>{{Cite web|url=https://jogjaprov.go.id/berita/detail/festival-budaya-kotagede-dengan-kemasan-kejayaan-sultan-agung|title=Festival Budaya Kotagede Dengan Kemasan Kejayaan Sultan Agung - Berita {{!}} Portal Pemda DIY|website=jogjaprov.go.id|language=id|access-date=2020-04-18}}{{Pranala mati|date=Mei 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
=== Wisata ramah pejalan kaki ===
[[Berkas:Jl Malioboro.jpg|jmpl|ki|220px|Salah satu ruang trotoar pejalan kaki di Jalan Malioboro.]]
Yogyakarta juga memiliki beberapa kawasan khusus untuk wisata pejalan kaki. Penataan kawasan wisata khusus pejalan kaki dimulai di jalan [[Malioboro]] pada tahun 2016 hingga 2018<ref>{{Cite news|last=Hanafi|first=Ristu|date=|title=Sultan HB X Resmikan Kawasan Pedestrian Malioboro|url=https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4354503/sultan-hb-x-resmikan-kawasan-pedestrian-malioboro|work=[[Detik.com|detikcom]]|publisher=|access-date=28 September 2022|archive-date=2022-09-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20220928150157/https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4354503/sultan-hb-x-resmikan-kawasan-pedestrian-malioboro|dead-url=no}}</ref>, kemudian dilanjutkan dengan penataan kawasan khusus pejalan kaki di sekitar Kotabaru dan Jalan Jenderal Sudirman pada 2019 hingga 2021.<ref>{{Cite news|last=()|first=Pribadi Wicaksono|date=|title=Yogyakarta Rampungkan Penataan Kawasan Pedestrian Jadi Magnet Wisata Baru|url=https://travel.tempo.co/read/1546443/yogyakarta-rampungkan-penataan-kawasan-pedestrian-jadi-magnet-wisata-baru|work=[[Tempo.co]]|publisher=|access-date=28 September 2022|editor-last=Chairunnisa|editor-first=Ninis|language=id|archive-date=2022-09-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20220928150150/https://travel.tempo.co/read/1546443/yogyakarta-rampungkan-penataan-kawasan-pedestrian-jadi-magnet-wisata-baru|dead-url=no}}</ref>
== Julukan ==
Kota Yogyakarta memiliki beberapa julukan, antara lain :
* '''Kota Perjuangan'''
Yogyakarta dijuluki sebagai kota perjuangan, karena beberapa peristiwa perjuangan pergerakan nasional Indonesia terjadi di kota ini, seperti [[Serangan Umum 1 Maret 1949]] dan [[Penyerbuan Kotabaru Yogyakarta|Pertempuran Kotabaru]].
* '''Kota Pelajar'''
Hampir 20% penduduk produktif kota Yogyakarta adalah pelajar, dan terdapat 137 perguruan tinggi. Kota ini juga diwarnai dinamika pelajar dan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
* '''Kota Gudeg'''
[[Gudeg]] adalah makanan khas berbahan nangka muda dari Kota Yogyakarta. Gudeg asli Yogyakarta memiliki citarasa khas berupa rasa manis dan bertekstur kering.
* '''Kota Wisata'''
Yogyakarta dijuluki kota wisata karena tingginya angka jumlah wisatawan dari tahun ke tahun, serta memiliki banyak tempat wisata menarik dari sisi sejarah, budaya, dan pendidikan.
* '''Kota Murah Meriah'''
Kota Yogyakarta dikenal dengan biaya hidupnya yang murah dibandingkan dengan kota lain di Indonesia.
* '''Kota Berhati Nyaman'''
Berhati Nyaman adalah slogan resmi Kota Yogyakarta, yang berasal dari akronim kata BERsih, seHAT, Indah dan NYAMAN.
*'''Kota Kedai Kopi'''
Kota Yogyakarta juga terkenal dengan wisata malam angkringan dan kedai kopi, [https://kumparan.com/pandangan-jogja/ada-3-000-kedai-kopi-di-seluruh-yogya-terpadat-di-indonesia-1ympBAlgDYG/full tercatat ribuan kedai kopi ada di kota ini], jumlahnya paling padat se-Indonesia, valuasi nya pun mencapai ratusan milyar per tahun.
== Kuliner khas ==
[[File:Nasi Gudeg.jpg|jmpl|ka|220px|Sepiring nasi [[Gudeg]] dengan lauk telur.]]
Masyarakat Yogyakarta memiliki tradisi ''pawon anget'', yang secara harfiah berarti “dapur hangat”. Filosofi dari tradisi tersebut adalah, kebersamaan di rumah menikmati apa yang ada amat diutamakan. Seorang istri dan ibu tertuntut untuk memasak lebih dari satu menu demi dapat berhimpunnya seluruh anggota keluarga di meja makan.<ref name=salimafillah>{{Cite web|last=|first=|date=16 Agustus 2018|title=Keplek Ilat dan Pawon Anget|url=https://salimafillah.com/keplek-ilat-dan-pawon-anget/|website=salimafillah.com|publisher=[[Salim A Fillah]]|access-date=17 Desember 2022|archive-date=2022-12-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20221217032247/https://salimafillah.com/keplek-ilat-dan-pawon-anget/|dead-url=no}}</ref>
Tradisi ini merupakan perlawanan halus Sultan [[Hamengkubuwana I]] terhadap [[VOC]] setelah [[Perjanjian Giyanti]]. Dari tradisi pawon anget inilah, muncul beberapa kuliner khas Yogyakarta yang ada hingga saat ini<ref name=salimafillah/>. Salah satu kuliner yang sudah akrab di masyarakat umum adalah [[Gudeg]], sajian dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Gudeg biasanya dimakan dengan [[nasi]] dan disajikan dengan kuah santan kental (''areh''), [[ayam kampung]], [[telur]], [[tempe]], [[tahu]] dan sambal goreng [[krecek]]. Di Kota Yogyakarta, gudeg dapat dijumpai di setiap sudut kota. Salah satu sentra kuliner gudeg di Yogyakarta adalah Jalan Wijilan, yang masih berada di dalam komplek [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat]]. Ada pula Brongkos, makanan berupa sayur kuah hitam berkat keluak yang berisi daging sapi, kacang beras (tolo), tahu, dan tempe, dan [[Bakpia]], kue yang dibuat dari gulungan tepung panggang dengan berbagai isi. Di Kota Yogyakarta, sentra kuliner bakpia terletak di wilayah pasar Pathuk dan Jalan KS Tubun, [[Ngampilan, Yogyakarta|Kemantren Ngampilan]].
Makanan khas Kota Yogyakarta yang lainnya, seperti [[Nasi kucing]] (nasi porsi kecil dengan sambal, ikan, dan tempe, lalu dibungkus daun pisang), Sate Kere (sate yang dibuat dari gajih sapi), dan lain sebagainya.
Sementara minuman yang berasal dari Yogyakarta antara lain Kopi Joss (kopi hitam yang dicampur dengan arang), Wedang Ronde (minuman yang disajikan dengan bola-bola dari tepung ketan), dan lain sebagainya.
=== Angkringan ===
{{main|Angkringan}}
Angkringan adalah sebuah gerobak dorong untuk menjual berbagai macam makanan dan minuman dengan harga yang sangat terjangkau.
Di Kota Yogyakarta, angkringan dapat ditemui dengan mudah. Biasanya pedagang angkringan akan membuka dagangannya pada sore hari, dan tutup menjelang dini hari.
== Transportasi ==
Kota Yogyakarta sangat strategis
=== Transportasi
==== Bus kota ====
Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang tidak mengenal istilah angkutan kota (seperti [[angkot]] dengan armada [[bus kecil|minibus]]). Transportasi darat di dalam Yogyakarta dilayani oleh sejumlah [[bus kota]]. Kota Yogyakarta
Saat ini keberadaan bus kota di Yogyakarta semakin terbatas, hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa permasalahan dalam operasional bus tersebut. Selain itu, diluncurkannya [[Trans Jogja]] yang lebih cepat dan nyaman juga menjadi titik awal dari pembatasan bus-bus tersebut.<ref>{{id}}{{cite web |last= Situs Resmi Pemerintah kota Yogyakarta |url= http://www.jogjakota.go.id/app/modules/extra/images/jalurbus.pdf |title= Jalur bus |format= pdf |work= |publisher= |accessdate= 21 Juni 2009 |archiveurl= https://web.archive.org/web/20100924223331/http://jogjakota.go.id/app/modules/extra/images/jalurbus.pdf |archivedate= 2010-09-24 |quote= |dead-url= yes }}</ref>
===== Trans Jogja =====
[[Berkas:Armada Trans Jogja di Jalan Imogiri Timur.jpg|jmpl|Trans Jogja, moda transportasi [[Bus Rapid Transit]] di Yogyakarta]]
Sejak Maret 2008, sistem transportasi bus yang baru, bernama [[Transjogja|Trans Jogja]] hadir melayani sebagai transportasi massal yang cepat, aman dan nyaman. Trans Jogja merupakan bus 3/4 yang melayani berbagai kawasan di Kota, Sleman dan sebagian Bantul. Hingga saat ini (Tahun 2024), telah ada 22 (dua puluh dua) trayek yang melayani berbagai sarana vital di Yogyakarta, yaitu:<ref>{{Cite web|url=https://gudeg.net/direktori/1784/trans-jogja.html|title=Trans Jogja|website=gudeg.net|language=id|access-date=2020-06-13|archive-date=2020-06-13|archive-url=https://web.archive.org/web/20200613112735/https://gudeg.net/direktori/1784/trans-jogja.html|dead-url=no}}</ref>
*'''Trayek 1B''', melayani ruas protokol dan kawasan pusat perekonomian dan pemerintahan, seperti Stasiun Yogyakarta, Malioboro, Istana Kepresidenan Yogyakarta, Kampus [[Universitas Gadjah Mada|UGM]].
*'''Trayek 1C''', melayani kawasan timur seperti [[Bandar Udara Adisutjipto]], [[Candi Kalasan]], dan [[Candi Prambanan]].
* '''Trayek 2B''', melayani kawasan perkantoran [[Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta|Kotabaru]] dan Sukonandi.
* '''Trayek 3A''' dan '''Trayek 3B''', melayani kawasan selatan, termasuk juga Kampus [[Universitas Gadjah Mada|UGM]] dan kawasan sejarah [[Kotagede, Yogyakarta|Kotagede]].
* '''Trayek 4A''' dan '''Trayek 4B''', melayani kawasan pendidikan, seperti Kampus [[Universitas Gadjah Mada|UGM]], [[Universitas Islam Indonesia|UII]], [[Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa "APMD"|APMD]], [[Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga|UIN Sunan Kalijaga]], dan [[Stasiun Lempuyangan]].
* '''Trayek 5A''' dan '''Trayek 5B''', melayani kawasan Jalan Magelang, Kampus [[Universitas Gadjah Mada|UGM]] dan kawasan Seturan.
* '''Trayek 6A''' dan '''Trayek 6B''', melayani kawasan barat daya, seperti kampus [[Universitas Muhammadiyah Yogyakarta|UMY]] dan Jalan Wates.
* '''Trayek 7''', melayani kawasan Jalan Wonosari dan Babarsari.
* '''Trayek 8''', melayani kawasan barat seperti [[Gamping, Sleman|Gamping]] dan Ringroad Barat.
* '''Trayek 9''', melayani kawasan sejarah bagian barat seperti Ngabean dan Pojok Beteng.
* '''Trayek 10''', melayani kawasan Gamping dan [[Stasiun Lempuyangan]].
* '''Trayek 11''', melayani kawasan Kampus [[Universitas Gadjah Mada|UGM]] dan Panggung Krapyak.
* '''Trayek 13''', melayani kawasan wisata dan sejarah seperti Jalan P Mangkubumi, [[Malioboro]], [[Stasiun Yogyakarta]] dan Terminal Ngabean, menuju ke Pusat Kuliner Belut di [[Godean, Sleman|Kapanewon Godean]], [[Kabupaten Sleman]].
* '''Trayek 14''', melayani kawasan timur-utara seperti [[Bandar Udara Adisutjipto]], [[Maguwoharjo, Depok, Sleman|Kalurahan Maguwoharjo]], menuju ke Terminal Pakem di [[Pakem, Sleman|Kapanewon Pakem]], [[Kabupaten Sleman]].
* '''Trayek 15''', melayani kawasan selatan seperti Dongkelan, Pojok Beteng Kulon, [[Tamansari]] dan [[Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta]], menuju ke Terminal Palbapang di [[Bantul, Bantul|Kapanewon Bantul]], [[Kabupaten Bantul]].
Ada pula tiga jaringan trayek yang dikelola oleh kolaborasi PT Anindya Mitra Internasional dan PT Jogja Tugu Trans bersama dengan [[Kementerian Perhubungan|Kementerian Perhubungan Republik Indonesia]] melalui jaringan [[Teman Bus]], yaitu:
* '''Koridor 1''' (K1J) atau '''Trayek 12''', melayani kawasan pendidikan seperti [[Universitas Negeri Yogyakarta|UNY]] dan [[Universitas Gajah Mada|UGM]], menuju ke Terminal Pakem di [[Pakem, Sleman|Kapanewon Pakem]], [[Kabupaten Sleman]].
* '''Koridor 2''' (K2J) atau '''Trayek 2A''', melayani kawasan perkantoran [[Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta|Kotabaru]] dan Sukonandi.
* '''Koridor 3''' (K3J) atau '''Trayek 1A''', melayani ruas protokol dan kawasan pusat perekonomian dan pemerintahan, seperti Stasiun Yogyakarta, Malioboro, Istana Kepresidenan Yogyakarta.
Trans Jogja sangat diminati selain karena aman dan nyaman, tarif yang saat ini diterapkan juga terjangkau, yaitu Rp 3.600,- untuk sekali jalan, dengan dua sistem tiket: sekali jalan dan berlangganan. Bagi tiket berlangganan, dikenakan tarif tetap Rp 50,- untuk pelajar dan potongan 15% untuk umum.
==== Taksi ====
Taksi mudah dijumpai di berbagai ruas jalan di Yogyakarta, terutama di ruas protokol dan kawasan pusat ekonomi dan wisata. Ada berbagai perusahaan taksi yang melayani angkutan ini, dari yang berupa sedan hingga minibus.
Masa kini, taksi di Yogyakarta terbagi menjadi taksi konvensional dan taksi ''online''.
==== Becak ====
[[Berkas:Becak in Yogyakarta.jpg|jmpl|ka|200px|Becak Yogyakarta.]]
Meski populasinya kian menyusut, becak masih dijadikan alat transportasi andalan di Yogyakarta. Kebanyakan dari mereka dapat ditemui di pusat kota dan kawasan-kawasan wisata.
Saat ini mayoritas becak di Yogyakarta merupakan becak bermesin atau biasa disebut dengan ''"bentor"'' oleh masyarakat sekitar. Meski begitu masih terdapat pula beberapa becak kayuh khas Yogyakarta.
==== Andong ====
[[Berkas:Andong Atau Delman Malioboro.jpg|jmpl|ka|200px|Sebuah andong yang sedang membawa wisatawan melewati Jalan Margo Mulyo.]]
[[Andong]] adalah salah satu transportasi tradisional beroda empat yang ditarik oleh kuda. Di masa [[Hamengkubuwana VII|Sultan Hamengkubuwono VII]], andong menjadi kendaraan prestisius di mana hanya kalangan elite dan kerabat keraton saja yang boleh menaiki kendaraan ini. Namun pada masa [[Hamengkubuwana VIII|Sultan Hamengkubuwono VIII]], andong mulai digunakan oleh masyarakat umum.
Di masa kini, keberadaan andong dapat ditemui di kawasan-kawasan wisata seperti Malioboro, Keraton Yogyakarta, atau Pasar Ngasem. Keunikan andong Yogyakarta adalah sang kusir yang menggunakan pakaian adat jawa.
==== Bus antarkota ====
[[Bus antarkota]] tersedia dari dan ke semua kota di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa, datang dan berangkat dari [[Terminal Giwangan|Terminal Bus Tipe A Giwangan]], yang berada di Jalan Imogiri Timur, Giwangan, berada di tepi Jalan Lingkar Luar Selatan Yogyakarta, di batas wilayah antara Kota Yogyakarta dengan [[Kabupaten Bantul]].
=== Transportasi rel ===
[[Berkas:Stasiun Tugu 2020 2 New Signage + Nataru.jpg|jmpl|ka|Tampak depan [[Stasiun Yogyakarta]] 2020]]
Kota Yogyakarta merupakan pusat dari [[Daerah Operasi VI Yogyakarta]], wilayah kerja [[Kereta Api Indonesia|PT Kereta Api Indonesia (Persero)]] yang menaungi perkeretaapian di Daerah Istimewa Yogyakarta, [[Solo Raya]], dan sebagian [[Purworejo]]. Kota Yogyakarta dilewati oleh [[jalur kereta api Kutoarjo–Purwosari–Solo Balapan]]/lintas selatan dan tengah [[Jawa]]. Jalur kereta api yang melewati Kota Yogyakarta telah terelektrifikasi [[listrik aliran atas]] sebesar 1.500 V DC, mulai dari Stasiun Yogyakarta hingga Stasiun Palur. Layanan kereta api antarkota maupun aglomerasi di kota ini melayani berbagai tujuan di Pulau Jawa yang menghubungkan Yogyakarta dengan [[Bandung]], [[Surabaya]], serta [[Kota Malang|Malang]] di jalur selatan Jawa, sedangkan jalur tengah Jawa menghubungkan Yogyakarta dengan [[Kota Cirebon|Cirebon]], [[Jakarta]], dan kereta api aglomerasi yang menghubungkan Yogyakarta dengan [[Daftar kabupaten dan kota di Jawa Tengah|berbagai kota di Jawa Tengah]]. Terdapat sebanyak kurang lebih 33 kereta api antarkota dan aglomerasi yang melintasi Kota Yogyakarta (dengan sebanyak 112 dari total jadwal perjalanan perharinya).
Terdapat 2 stasiun besar di Kota Yogyakarta, yaitu [[Stasiun Yogyakarta]] (dikenal sebagai '''Stasiun Tugu''') di Kemantren [[Gedongtengen, Yogyakarta|Gedongtengen]] merupakan stasiun utama di [[Daerah Istimewa Yogyakarta]], melayani kereta api antarkota lintas selatan beserta tengah Jawa serta aglomerasi di [[Jawa Tengah]]–DIY seperti kelas eksekutif dan campuran; sedangkan [[Stasiun Lempuyangan]] di Kemantren [[Danurejan, Yogyakarta|Danurejan]] melayani sebagian kereta api antarkota campuran beserta kereta api ekonomi di jalur selatan dan tengah Jawa. Tersedia layanan kereta api lokal yang menghubungkan [[Stasiun Kutoarjo|Kutoarjo]] dengan [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]], nama kereta api tersebut bernama Commuter Line [[Prambanan Ekspres]] serta untuk penghubung [[Solo Raya]] dengan Yogyakarta tersedia [[Commuter Line Yogyakarta]], [[Kereta rel listrik|layanan KRL komuter]] menggantikan KA Prameks relasi Yogyakarta-Solo Balapan dan dikelola oleh [[KAI Commuter]]. Selain itu, tersedia pula [[Kereta api Bandara Internasional Yogyakarta|KA Bandara YIA]], layanan kereta api bagi masyarakat yang ingin bepergian menuju [[Bandar Udara Internasional Yogyakarta]], dengan tujuan akhir [[Stasiun Yogyakarta International Airport]].
Yogyakarta juga memiliki beberapa jalur kereta api menuju [[Stasiun Palbapang]], Stasiun Pundong dan [[Stasiun Magelang Kota]] bersambung ke [[Stasiun Ambarawa]] yang sudah dinonaktifan sejak dekade 1970-an. Salah satu peninggalan jalur kereta api nonaktif di kota Yogyakarta yang masih bisa disaksikan hingga saat ini adalah [[Stasiun Ngabean]] yang terletak di komplek Taman Parkir Wisata Ngabean.
Transportasi udara dari dan ke seluruh wilayah [[DI Yogyakarta]] sekarang utamanya dilayani oleh [[Bandara Internasional Yogyakarta]] atau Yogyakarta International Airport (YIA) terletak di kapanéwon [[Temon, Kulon Progo|Temon]], [[kabupaten Kulon Progo]]. Bandara ini merupakan pintu gerbang utama bagi wilayah udara Daerah Istimewa Yogyakarta yang melayani penerbangan domestik maupun internasional menuju Kota Yogyakarta.
Sedangkan [[Bandara Adisutjipto]] yang terletak di Kalurahan [[Maguwoharjo, Depok, Sleman|Maguwoharjo]], Kapanéwon [[Depok, Sleman|Depok]], [[Kabupaten Sleman]] masih difungsikan untuk penerbangan jarak pendek menuju [[Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma|Halim Perdana Kusuma]] Jakarta, [[Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara|Husein Sastranegara]] Bandung, dan [[Bandar Udara Internasional Juanda|Juanda]] Surabaya.
== Kesehatan ==
=== Rumah sakit ===
{{utama|Daftar rumah sakit di Kota Yogyakarta}}
== Pendidikan ==
Data Pokok Pendidikan (Dapodik) pada tahun ajaran 2022/2023 mencatat 109.217 siswa dan 840 sekolah di Yogyakarta, dengan perincian 210 [[Pendidikan anak usia dini|KB]], 221 [[Taman kanak-kanak|TK]] dan [[Raudhatul Athfal|RA]], 165 [[Sekolah dasar|SD]] dan [[Madrasah Ibtidaiyah|MI]], 58 [[Sekolah menengah pertama|SMP]] dan [[Madrasah Tsanawiyah|MTs]], 42 [[Sekolah menengah atas|SMA]] dan [[Madrasah Aliyah|MA]], 30 [[Sekolah menengah kejuruan|SMK]], 9 [[Sekolah luar biasa|SLB]], 36 [[Taman Pendidikan Al-Qur'an|TPA]], 18 [[Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat|PKBM]], 182 [[Pendidikan anak usia dini|SPS]], serta 1 [[Sanggar|Sanggar Kegiatan Belajar]].<ref>{{Cite web |url=https://dapo.kemdikbud.go.id/sp/2/046000 |title=Data Sekolah Kota Yogyakarta |access-date=2022-11-05 |archive-date=2022-11-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221105134017/https://dapo.kemdikbud.go.id/sp/2/046000 |dead-url=no }}</ref><ref>{{Cite web |url=https://dapo.kemdikbud.go.id/pd/1/040000 |title=Data Peserta Didik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta |access-date=2022-11-05 |archive-date=2022-11-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221105134022/https://dapo.kemdikbud.go.id/pd/1/040000 |dead-url=no }}</ref>
Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, karena hampir 20% penduduk produktifnya adalah pelajar. selain itu, 45 dari 137 perguruan tinggi di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berada di kota ini. Perguruan tinggi yang dimiliki oleh pemerintah adalah [[Universitas Gadjah Mada]], [[Universitas Negeri Yogyakarta]], [[Institut Seni Indonesia Yogyakarta]], [[Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga]] dan [[Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta]] yang secara administratif berada di wilayah [[Sleman]] dan [[Bantul]].
Beberapa perguruan tinggi lainnya seperti [[Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta]], [[Universitas Ahmad Dahlan]], [[Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta]], [[Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta]], [[Universitas Janabadra]], [[Universitas Teknologi Yogyakarta]], [[Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa]], [[Universitas Widya Mataram]], [[Universitas Cokroaminoto Yogyakarta]], [[Universitas Islam Indonesia]], [[Universitas Kristen Duta Wacana]], [[Universitas Sanata Dharma]], [[Universitas Terbuka]], [[Institut Sains & Teknologi AKPRIND]], [[Politeknik LPP Yogyakarta]], [[Akademi Keperawatan Bethesda Yogyakarta]], [[Akademi Angkatan Udara]], dan lainnya.
== Olahraga ==
Yogyakarta memiliki beberapa fasilitas penunjang dalam bidang keolahragaan. Stadion Kridosono merupakan stadion tertua di kota Yogyakarta yang dibangun pada masa kolonial, bersama dengan Kotabaru. Selain stadion Kridosono, terdapat pula [[Stadion Mandala Krida]] yang kini menjadi stadion utama. Stadion ini digunakan untuk menggelar pertandingan sepak bola pada umumnya, serta beberapa acara seperti ''drag race'' dan Sholat Ied. Stadion Mandala Krida memiliki fasilitas yang cukup lengkap setelah renovasi besar-besaran pada 2013 hingga 2019, di mana terdapat penambahan sejumlah fasilitas di komplek stadion, antara lain untuk olahraga panjat tebing, bola voli pasir, sepatu roda, tenis lapangan, balap motor, dan panahan.
Tak jauh dari stadion Mandala Krida, tepat di bagian tenggara stadion terdapat [[GOR Among Rogo]], gedung olahraga serbaguna yang sering pula digunakan untuk beberapa kejuaraan olahraga [[basket]] dan [[bulu tangkis]].
Yogyakarta menjadi cikal bakal [[Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia]], organisasi keolahragaan yang mengelola sepak bola di Indonesia. Organisasi ini didirikan oleh [[Soeratin Sosrosoegondo]] pada tanggal 19 April 1930 dengan nama awal Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia, di sebuah bangunan yang kini menjadi [[Monumen Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia]].
[[PSIM Yogyakarta]] didirikan pada 5 September 1929. Nama "Mataram" digunakan karena Yogyakarta merupakan pusat pemerintahan kesultanan Mataram (keraton Ngayogyakarta Hadiningrat).
PSIM menjadikan Stadion Mandala Krida sebagai kandang utama. Saat ini, PSIM bertanding di [[Liga 2 Indonesia]] bagian tengah.
== Tokoh penting ==
{{Main|Daftar tokoh Yogyakarta}}
Beberapa tokoh penting yang berasal dari kota Yogyakarta, antara lain:
* [[Diponegoro|Pangeran Diponegoro]], Pahlawan Nasional Indonesia yang berjuang dalam [[Perang Jawa]].
* [[Hamengkubuwana I]], raja Kasultanan Yogyakarta ke-1.
* [[Hamengkubuwana IX]], raja Kasultanan Yogyakarta ke-9, Wakil Presiden ke-2 Republik Indonesia.
* [[Paku Alam VIII]], adipati Paku Alam ke-8, Pahlawan Nasional Indonesia.
* [[Ahmad Dahlan|KH Ahmad Dahlan]], Penghulu Keraton Yogyakarta, Pahlawan Nasional Indonesia, pendiri organisasi [[Muhammadiyah]].
* [[Ki Hadjar Dewantara]], Pahlawan Nasional Indonesia, mantan menteri Pendidikan Nasional ke-1 di Indonesia, Pendiri [[Taman Siswa|Perguruan Taman Siswa]].
* [[Soerjopranoto]], Pahlawan Nasional Indonesia.
* [[Soeratin Sosrosoegondo]], Pahlawan Nasional Indonesia, pendiri dan ketua umum [[Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia]] yang pertama.
* [[Radius Prawiro]], ekonom Nasional, mantan Menteri Koordinator Perekonomian pada [[Kabinet Pembangunan V]].
* [[Selo Soemardjan]], tokoh sosiologi Indonesia.
* [[Abdul Malik Fadjar]], mantan menteri Pendidikan Nasional pada [[Kabinet Gotong Royong]] dan mantan menteri Agama pada [[Kabinet Reformasi Pembangunan]].
* [[M. Busyro Muqoddas]], mantan ketua [[Komisi Pemberantasan Korupsi]] Republik Indonesia.
* [[Hanung Bramantyo]], sutradara Nasional.
* [[Bagong Kussudiardja]], seniman Nasional.
* [[Butet Kartaredjasa]], seniman Nasional.
* [[Djaduk Ferianto]], seniman Nasional.
* [[Seno Nugroho]], seniman dan dalang Nasional.
* [[Sardi]], musisi dan komponis Nasional.
* [[Roro Fitria]], aktris Nasional.
== Kota kembar ==
* [[Gangbuk-gu]], [[Seoul]], {{KOR}}
* [[Baalbek]], {{LIB}}
== Catatan ==
{{notelist}}
== Referensi ==
{{reflist|2}}
== Pranala luar ==
{{Portal|Indonesia}}
{{Commons category}}
{{Wikivoyage|Yogyakarta}}
* {{id}} {{resmi}}
* {{id}} [
{{Kartamantul}}
{{
{{Kota Yogyakarta}}
{{DIY}}
{{Topik Yogyakarta}}
{{authority control}}
[[Kategori:Kota Yogyakarta| ]]
[[Kategori:Ibu kota provinsi di Indonesia|Yogyakarta, Kota]]
[[Kategori:Kota di Indonesia|Yogyakarta]]
[[Kategori:Daerah Istimewa Yogyakarta]]
[[Kategori:DAS Opak]]
|