Masjid Tuanku Pamansiangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k Cagar
 
(33 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox religious building
|image = Cagar budaya Masjid Tuanku Pamansiangan.jpg
|image_size = 250px
|caption = Masjid Tuanku Pamansiangan
|building_name = Masjid Tuanku Pamansiangan
|location = [[Koto Laweh, Sepuluh Koto, Tanah Datar|Nagari Koto Laweh]], [[Sepuluh Koto, Tanah Datar|Kecamatan X Koto]], [[Kabupaten Tanah Datar]], [[SumatraSumatera Barat]], [[Indonesia]]
|religious_affiliation = [[Islam]]
|leadership = Wakaf
Baris 19 ⟶ 20:
}}
 
'''Masjid Tuanku Pamansiangan''' atau '''Masjid Tuanku Mansiangan''' terletak di [[Koto Laweh, Sepuluh Koto, Tanah Datar|Nagari Koto Laweh]], [[Sepuluh Koto, Tanah Datar|Kecamatan X Koto]], [[Kabupaten Tanah Datar]], [[SumatraSumatera Barat]], [[Indonesia]]. Masjid ini diperkirakan telah berdiri sejak 1800-an dan dinamakan menurut nama pendirinya, yakni Syekh Tuanku Pamansiangan.{{sfn|Abdul Baqir Zein|1999|pp=61-63}} Bangunannya terbuat dari kayu beratapkan ijukseng. Masjid ini telah ditetapkan sebagai [[cagar budaya]] yang dilindungi oleh pemerintah pada 2008.{{sfn|Masjid-masjid Kuno...|2006|pp=16-17}}{{sfn|Joni S. Abenk|27 November 2016}}{{sfn|Pemerintah Provinsi Sumatera Barat|2012}}{{sfn|situsbudaya.id|4 Februari 2015}}
 
KondisinyaKondisi Masjid Tuanku Pamansiangan masih terawat baik sampai saat ini. Tiang-tiang penyangga yang terbuat dari kayu masih utuh sebagaimana aslinya. Masjid ini memiliki ciri khas berupa ornamen [[ukiran Minangkabau]] yang menghiasi tiang, jendela, dan dinding masjid.{{sfn|Fauziana Izzati, dkk|2018}}{{sfn|Abdul Baqir Zein|1999|pp=61-63}}
 
== Sejarah ==
Cikal bakal keberadaan masjid ini berawal dari sebuah [[surau]] di lokasi yang sama yang didirikan oleh Tuanku MansianganPamansiangan, seorang [[ulama Minangkabau]] yang mendakwahkan agama Islam di Tanah Datar. Lahir pada 1771, Tuanku Pamansiangan bernama asli Abdullah.<ref>{{Cite web |url=http://repository.uinib.ac.id/436/5/BAB%20IV%20A.2.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2019-12-24 |archive-date=2018-02-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180205120101/http://repository.uinib.ac.id/436/5/BAB%20IV%20A.2.pdf |dead-url=yes }}</ref> Ia merupakanawalnya belajar agama kepada Syekh Kapeh-Kapeh Paninjauan, murid dari [[Burhanuddin Ulakan|Syekh Burhanuddin]] di Ulakan. Setelah selesai belajar agama kepada Syekh Burhanuddin, Abdullah kembali ke Koto Laweh dan mendirikan surau untuk mendukung kegiatan dakwahnya, tepatnya pada tahun 1303 menurut [[Kalender Hijriyah|penanggalan Hijriyah]] atau 1886 menurut [[Masehi]]. Lokasi berdirinya surau merupakan tanah rawa yang banyak tumbuh [[mensiang]], yang selanjutnya melekat sebagai julukan Abdullah sehingga ia dikenal dengan nama Tuanku Pamansiangan atau Tuanku Mansiangan.{{sfn|Abdul Baqir Zein|1999|pp=61-63}}
 
Seiring bertambahnyapertambahan jumlah murid, maka Tuanku MansianganPamansiangan meluaskan suraunya menjadi masjid. Namun, tidak diketahui kapan pastinya surau Tuanku Mansiangantersebut berganti menjadi masjid. Dalam buku berjudul ''Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia'' yang ditulis Abdul Baqir Zien, Masjid Tuanku Pamansiangan diperkirakan telah berdiri sejak 1800-an.{{sfn|Abdul Baqir Zein|1999|pp=62}} Adapun berdasarkan penelusuran [[Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala]] (BP3) Batusangkar, Masjid Tuanku Pamansiangan didirikan pada 1870.{{sfn|Masjid-masjid Kuno...|2006|pp=16-17}}
 
Ketika pertama kali dibangun, bangunan Masjid Tuanku Pamansiangan memiliki bangunan terbuat dari bambu beratapkan ijuk. Abdul Baqir Zien mencatat, Masjid Tuanku Pamansiangan telah mengalami tiga kali direnovasi sejak didirikan dan saat ini bangunannya telah menggunakan kayu dengan atap dari seng.{{sfn|Abdul Baqir Zein|1999|pp=62}} Penggantian material bangunan diperkirakan berlangsung pada 1903 sampai 1905, merujuk pada [[kaligrafi]] Arab-Melayuabjad Jawi yang terdapat pada bagian mihrab bertuliskan: "Mulai memahat tahun 1323 pada 14 Shafar mulai menyudah tahun 1325".{{sfn|Masjid-masjid Kuno...|2006|pp=16-17}} Pengambilan bahan bangunan yakni kayu diperoleh dari hutan. Kayu-kayu digunakan sebagai tiang dan dinding. Sejak didirikan, tiang dan dinding Masjid Tuanku MansianganPamansiangan masih utuh dan terawat sampai saat sekarang.{{sfn|Abdul Baqir Zein|1999|pp=62}} Adapun pengerjaan pembangunan melibatkan tukang-tukang China.{{sfn|Abdul Baqir Zein|1999|pp=61}}
 
Ide pemugaran masjid sempat mucul pada 1967, yakni mengganti bangunan masjid menjadi permanen dan mengubah bentuk yang ada sekarang. Awalnya, rencana tersebut dapatmendapat dukungan dari sebagian masyarakat, tetapi urung dikarekanan akan menghilangkan nilai sejarah yang dimiliki masjid.{{sfn|Fauziana Izzati, dkk|2018}}
 
Sejak didirikan, masjid ini tidak mengalami perubahan berarti, kecuali perbaikan pada beberapa bagian seperti: atap yang dahulunya ijuk sudah diganti dengan atap seng dan papan lantai yang sudah lapuk diganti dengan yang baru.{{sfn|Fauziana Izzati, dkk|2018}}
 
== KonsturksiKonstruksi ==
Denah bangunan Masjid Tuanku Pamansiangan berukuran 15,3 x 15,3 meter. Sebagaimana masjid ber[[arsitektur Minangkabau]] lainnya, atap masjid ini berupa [[tajug]], yakni berbentukbentuk [[limas]] [[bujur sangkar]] berundak-undak dengan permukaan melengkung ke dalam. Atap ditopang oleh sembilan tiang. Tiang utama masjid memiliki berdiameterdiameter 64 &nbsp;cm, lebih besar daripada tiang lainnya yang berdiameter 30 &nbsp;cm.{{sfn|Masjid-masjid Kuno...|2006|pp=16-17}}
 
Masjid ini memiliki lantai yang ditinggikan dari permukaan tanah setinggi satu setengah meter dan bisa dinaiki melalui anak-anak tangga. Lantai terbuat dari papan yang sebagian besar sudah diganti dengan bahan baru.{{sfn|Masjid-masjid Kuno...|2006|pp=16-17}}
 
Bukaan berupa jendela berjumlah enam yang masing-masing terdapat ukiran pada bagian atas lengkungannya.{{sfn|Masjid-masjid Kuno...|2006|pp=16-17}}
 
== Ornamen ==
Masjid Tuanku Pamansiangan memiliki ornamen berupa [[ukiran Minangkabau]]. Motif dari ukiran tebsebuttersebut di antaranya berpoaberupa pola geometris dan tumbuhan-tumbuhan dengan warna terdiri dari merah, hijau, putih, dan coklat keemasan.{{sfn|Fauziana Izzati, dkk|2018|pp=106}}
 
Bagian atas tiang utama memiliki motif ''[[pucuak rabuang]],'' motif ''sikambang manih'', dan ''motif ''sakek tagantuang''. Adapun tiang lainnya hanya memiliki satu jenis motif, yakni ''pandan tajulai. Pucuak rabuang'' merupakan motif yang diambil dari bentuk pucuk rebung yaitu sejenis [[Rebung|bambu muda]] yang masih kuncup dan belum memiliki daun. ''Sikambang manih'' berbentuk seperti bunga yang sedang mekar yang kelihatan sangat bagus. ''Pandan tajulai'' yangyakni bentuk menyerupai dauan dauan-daun pandan.{{sfn|Fauziana Izzati, dkk|2018|pp=103}}
 
Pada bidang dinding di bagian atas masjid yang mengarah ke mihrab, motifnya mengisi bidang berbentuk persegi. Di dalamnya, terdapat motif ''saik galamai'' dan ''bungo'' di bagian pinggir serta motif ''mangkuto'' dan ''kuciang lalok'' di bagian tengah. Di tengah-tengah, terdapat pula [[kaligrafi]] yang bertuliskan tahun renovasi masjid.{{sfn|Fauziana Izzati, dkk|2018|pp=103-104}}
 
Motif mangkuto yakni bentuk mahkota sebagai pengaruh yang dibawa oleh bangsa [[Belanda]].{{sfn|Fauziana Izzati, dkk|2018|pp=106}}
 
Pada jendela masjid, motifnya mengisi bidang berbentuk setengah lingkaran berupa beberapa motif ''mangkuto'' dan motif ''kuciang lalok''. Di pinggir jendela, dihiasi motif ''saik saik galamai'' dan ''bungo'', sedangkan di bagian bawah dihiasi motif ''limpapeh''. Motif ''limpapeh'' memiliki berbentuk rama-rama atau kupu-kupu.{{sfn|Fauziana Izzati, dkk|2018|pp=104-106}}
 
== Referensi ==
Baris 72 ⟶ 73:
}}
* {{cite book
|title = Masjid-masjid Kuno di SumatraSumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau
|year = 2006
|publisher = Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Batusangkar
Baris 111 ⟶ 112:
|publisher =
|date = 27 November 2016
|accessdate = 25 April 2019
|ref = {{sfnRef|Joni S. Abenk|27 November 2016}}
}}
Baris 121 ⟶ 122:
|publisher =
|date = 27 November 2016
|accessdate = 25 April 2019
|ref = {{sfnRef|situsbudaya.id|4 Februari 2015}}
}}
Baris 129 ⟶ 130:
 
* [https://www.youtube.com/watch?v=CoH576UdjDI Video] di Youtube.
* http://repository.uinib.ac.id/4362/7/FULL.pdf{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
 
{{Portal|Islam}}
{{Masjid di Indonesia}}
 
[[Kategori:Masjid di SumatraSumatera Barat|Menara]]
[[Kategori:Kabupaten Tanah Datar]]
[[Kategori:Cagar budaya Indonesia di SumatraSumatera Barat‎Barat]]
[[Kategori:X Koto, Tanah Datar]]