Mesin Toyota L: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k namun (di tengah kalimat) → tetapi |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(7 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 14:
== 2L ==
'''2L''' memiliki volume silinder 2.4 L (2,446 cc) [[4 silinder]]. Diameter piston 92 mm dan langkah 92 mm dengan [[rasio kompresi]] 22.3:1. Tenaga berkisar {{convert|76|to|87|hp|abbr=on|0}} dan torsi berkisar {{convert|15
Di Indonesia, mesin ini terkadang dikenal dengan istilah '''mesin jangkrik''', karena ketika dinyalakan terdengar suara seperti suara [[jangkrik]].
Aplikasi:
Baris 41 ⟶ 43:
* [[Toyota Land Cruiser|Land Cruiser]] 70 Series
* 1984–1990 [[Toyota Blizzard|Blizzard]] LD20 ({{convert|85|hp|0|abbr=on|disp=or}} @ 4,000 rpm, {{convert|19.2|kgm|Nm|0|abbr=on|disp=or}}, 20.0:1)<ref name="ar912"/>
* 2000–2006 [[MCW Metrocab|Metrocab TTT]] {{convert|67|kW|hp|abbr=on|0}}<ref>
== 2L-TII ==
Baris 53 ⟶ 55:
== 2L-TE ==
[[Berkas:1982 Toyota 2L-TE Type engine rear.jpg|jmpl|Mesin 2L-TE Toyota 1982]]
Pengembangan baru dari 2L-T, '''2L-TE''' telah menggunakan teknologi [[EFI]] (Electronic Fuel Injection). Meski teknologi EFI telah diterapkan di mesin bensin bertahun-tahun sebelumnya, tetapi untuk kali pertama di mesin ini Toyota menerapkannya untuk mesin diesel. Meskipun injektornya mirip dengan mesin bensin, tetapi pada 2L-TE tekanannya lebih tinggi. Dilengkapi dengan [[turbocharger]], 2L-TE memiliki torsi yang lebih besar daripada pendahulunya. Tenaga maksimumnya {{convert|97|hp|abbr=on|0}} @ 3,800 rpm dan torsi maksimumnya {{convert|24.54|kgm|abbr=on|0}} @ 2,400 rpm. [[Rasio kompresi]] 21.0
Aplikasi:
Baris 71 ⟶ 73:
== 3L ==
'''3L''' memiliki volume silinder 2.8 L (2,779 cc). Diameter piston 96 mm dengan langkah 96 mm, dengan [[rasio kompresi]] 22.2 : 1. Tenaga {{convert|91|hp|0|abbr=on}} @ 4,000 rpm dengan torsi {{convert|19
* [[Toyota Hilux|Hilux]]/[[Toyota Hilux Surf|Hilux Surf]]/[[Toyota 4Runner|4Runner]]<ref>''Automobil Revue 1991'', p. 588</ref>
|