Arjuna: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanamanteo (bicara | kontrib)
k ganti dengan berkas berlisensi bebas
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(36 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{TMH Infobox|
| Image = ArjunaArjun statueA very beautiful Hindu religious lithographic print.JPGjpg
| Caption = Patung[[Litografi]] Arjuna, diditerbitkan Ubud,di GianyarDelhi, Bali1920.
| Nama = Arjuna
| Kasta = Kesatria
Baris 10:
| Nama_lain = Permadi, Parta, Dananjaya, Parantapa, Kaunteya, Palguna, Jisnu, Kerti, Bharatasresta, Sawyasachi, Swetawahana, Wrehatnala; [[Arjuna#Etimologi dan nama lain|dan lain-lain]].
| Asal = [[Hastinapura]], [[Kerajaan Kuru]]
| Senjata = Panah [[Pasupati]], Brahmastra, Busur Gandiwa{{br}}Versi wayang: Ardedali, Sarotama, Keris Pulanggeni, danKeris lain-lainKalanadah.
| Wahana = Kereta yang ditarik empat kuda putih, dengan panji berlambang monyet ([[Hanoman]])
| DinastiGolongan = [[Dinasti Candra|CandraCandrawangsa]]
| KlanDinasti = [[Dinasti Kuru|Kuru]]
| Istri = [[Dropadi]]{{br}}[[Ulupi]]{{br}}[[Citrānggadā]]{{br}}[[Subadra]]
| Ayah = [[IndraPandu]] (''de facto''sah){{br}}[[PanduIndra]] (sah''de facto'')
| Ibu = [[Kunti]]
| Anak = [[Pancawala|SrutakirtiSrutakarma]] (dari Dropadi){{br}}[[Irawan]] (dari Ulupi){{br}}[[Babruwahana]] (dari Citrānggadā){{br}}[[Abimanyu]] (dari Subadra){{br}}
}}
'''Arjuna''' {{Sanskerta|अर्जुन|Arjuna}} adalah nama seorang tokoh [[protagonis]] dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia dikenal sebagai anggota [[Pandawa]] yang berparas menawan dan berhati lemah lembut. Dalam ''Mahabharata'' diriwayatkan bahwa ia merupakan putra Prabu [[Pandu]], raja di [[Hastinapura]] dengan [[Kunti]] atau Perta, putri Prabu [[Surasena]], raja [[Yadawa|Wangsa Yadawa]] di [[Mathura]]. ''Mahabharata'' mendeskripsikan Arjuna sebagai teman dekat [[Kresna]], yang disebut dalam kitab ''[[Purana]]'' sebagai [[awatara]] (penjelmaan) [[Wisnu|Dewa Wisnu]]. Hubungan antara Arjuna dan Kresna sangat erat, sehingga Arjuna meminta kesediaannya sebagai penasihat sekaligus kusir kereta Arjuna saat perang antara [[Pandawa]] dan [[Korawa]] berkecamuk (''[[Bharatayuddha]]''). Dialog antara Kresna dan Arjuna sebelum perang Bharatayuddha berlangsung terangkum dalam suatu kitab tersendiri yang disebut ''[[Bhagawadgita]]'', yang secara garis besar berisi wejangan suci yang disampaikan oleh Kresna karena Arjuna mengalami keragu-raguan untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang kesatria di medan perang.<ref name="bg_commentary">{{cite book|last=Fowler|first=Jeaneane Fowler, Merv|title=Bhagavad Gita: A Text & Commentary for Students|publisher=Sussex Academic|location=Brighton|isbn=9781845193461}}</ref>
Baris 56:
 
== Masa muda dan pendidikan ==
[[Berkas:Test of Dronacharya.jpg|ka|jmpl|260px|[[Drona]] menguji kemampuan memanah murid-muridnya. Ilustrasi dari ''Mahabharata'' terbitan Gorakhpur Geeta Press.]]
Arjuna dididik bersama dengan saudara-saudaranya yang lain (para [[Pandawa]] dan [[Korawa]]) oleh [[Drona]]. Kemahirannya dalam ilmu memanah sudah tampak sejak kecil. Pada usia muda ia mendapat gelar ''Maharathi'' atau "kesatria terkemuka". Dalam suatu ujian, Drona meletakkan burung kayu pada pohon, lalu menyuruh muridnya satu-persatu untuk membidik burung tersebut, kemudian menanyakan apa saja yang sudah mereka lihat. Banyak murid yang menjawab bahwa mereka melihat pohon, cabang, ranting, dan segala sesuatu yang dekat dengan burung tersebut, termasuk burung itu sendiri. Ketika tiba giliran Arjuna untuk membidik, Drona menanyakan apa yang dilihatnya. Arjuna menjawab bahwa ia hanya melihat burung saja, tidak melihat benda yang lainnya. Hal itu membuat Drona kagum dan meyakinkannya bahwa Arjuna sudah pintar.
 
Baris 62 ⟶ 61:
 
== Arjuna mendapatkan Dropadi ==
[[Berkas:The Swayamvara of Panchala's princess, Draupadi.jpg|kiri|jmpl|280px|Ilustrasi sayembara memperebutkan Dropadi di Kerajaan Panchala.]]
Dalam ''[[Adiparwa]]'' diceritakan bahwa [[Duryodana]]—salah satu [[Korawa]]—menganjurkan agar Pandawa beserta ibunya ([[Kunti]]) berlibur di suatu rumah di luar kerajaan. Sesungguhnya Duryodana telah mempersiapkan agar rumah tersebut dapat terbakar dengan mudah, karena ia membenci para Pandawa, terutama [[Bima (Mahabharata)|Bima]]. [[Widura]], paman para Pandawa dan Korawa yang waspada meminta agar para Pandawa berhati-hati dan mempersiapkan cara untuk menghadapi kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Saat para Pandawa menginap, Purocana, pesuruh Duryodana membakar rumah tersebut. Para Pandawa beserta ibunya berhasil lolos melalui terowongan yang telah digali sebelumnya. Mereka melarikan diri ke tengah hutan dan menumpang di rumah penduduk sekitar.
 
Baris 73 ⟶ 71:
Pada suatu hari, ketika Pandawa sedang memerintah kerajaannya di [[Indraprastha]], seorang pendeta masuk ke istana dan melapor bahwa pertapaannya diganggu oleh para [[raksasa (mitologi Hindu)|raksasa]]. Arjuna bergegas mengambil senjatanya, tetapi senjata tersebut disimpan di sebuah kamar tempat [[Yudistira]] dan [[Dropadi]] sedang menikmati malam mereka. Demi kewajibannya, Arjuna rela masuk kamar mengambil senjata, tanpa memedulikan Yudistira dan Dropadi yang sedang bermesraan di kamar. Atas perbuatan tersebut, Arjuna dihukum untuk menjalani pembuangan selama satu tahun.
 
Arjuna menghabiskan masa pengasingannya dengan menjelajahi penjuru [[Bharatawarsha]] atau daratan [[Kerajaan pada zaman India kuno|India Kuno]]. Ketika sampai di [[sungai Gangga]], Arjuna bertemu dengan [[Ulupi]], putri Naga Korawya dari istana naga atau Nagaloka. Arjuna terpikat dengan kecantikan Ulupi lalu menikah dengannya. Dari hasil perkawinannya, ia dikaruniai seorang putra yang diberi nama [[Irawan]].<ref>{{cite book|title=The Mahabharata, Book 1 of 18: Adi Parva|publisher=Forgotten Books|isbn=9781605066110|pages=513–515}}</ref> Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya menuju wilayah pegunungan [[Himalaya]]. Setelah mengunjungi sungai-sungai suci yang ada di sana, ia berbelok ke selatan. Ia sampai di sebuah negeri yang bernama [[Manipura]]. Raja negeri tersebut bernama Citrasena. Ia memiliki seorang puteri yang sangat cantik bernama [[Citrānggadā]]. Arjuna jatuh cinta kepada putri tersebut dan hendak menikahinya, tetapi Citrasena mengajukan suatu syarat bahwa apabila putrinya tersebut melahirkan seorang putra, maka anak putrinya tersebut harus menjadi penerus tahta Manipura oleh karena Citrasena tidak memiliki seorang putra. Arjuna menyetujui syarat tersebut. Dari hasil perkawinannya, Arjuna dan Citrānggadā memiliki seorang putra yang diberi nama [[Babruwahana]]. Oleh karena Arjuna terikat dengan janjinya terdahulu, maka ia meninggalkan Citrānggadā setelah tinggal selama beberapa bulan di Manipura. Ia tidak mengajak istrinya pergi ke [[Hastinapura]].<ref>{{cite book|last=Menon|first=[translated by] Ramesh|title=The Mahabharata: A Modern Rendering|url=https://archive.org/details/mahabharatamoder0000unse|year=2006|publisher=iUniverse, Inc.|location=New York|isbn=9780595401871|page=[https://archive.org/details/mahabharatamoder0000unse/page/266 266]}}</ref>
 
Setelah meninggalkan [[Manipura]], ia meneruskan perjalanannya menuju arah selatan. Dia sampai di lautan yang mengapit [[Bharatawarsha]] di sebelah selatan, setelah itu ia berbelok ke utara. Ia berjalan di sepanjang pantai Bharatawarsha bagian barat. Dalam pengembaraannya, Arjuna sampai di pantai Prabasa (Prabasatirta) yang terletak di dekat [[Dwaraka]], yang kini dikenal sebagai [[Gujarat]]. Di sana ia menyamar sebagai seorang pertapa untuk mendekati adik [[Kresna]] yang bernama [[Subadra]], tanpa diketahui oleh siapa pun. Atas perhatian dari [[Baladewa]], Arjuna mendapat tempat peristirahatan yang layak di taman Subadra. Meskipun rencana untuk membiarkan dua pemuda tersebut tinggal bersama ditentang oleh Kresna, tetapi Baladewa meyakinkan bahwa peristiwa buruk tidak akan terjadi. Arjuna tinggal selama beberapa bulan di Dwaraka, dan Subadra telah melayani semua kebutuhannya selama itu. Ketika saat yang tepat tiba, Arjuna menyatakan perasaan cintanya kepada Subadra. Pernyataan itu disambut oleh Subadra. Dengan kereta yang sudah disiapkan oleh Kresna, mereka pergi ke Indraprastha untuk melangsungkan pernikahan.<ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01223.htm| chapter=Haranaharanaparwa, Section 223 |title=The Mahabharata of Krishna-Dwaipayana Vyasa |last=Ganguli |first=Kisari Mohan}}</ref>
Baris 80 ⟶ 78:
 
== Pembakaran hutan Kandawa ==
Dalam bagian akhir ''[[Adiparwa]]'' diriwayatkan peristiwa pembakaran hutan Kandawa serta pertemuan Arjuna dengan arsitek bernama [[Mayasura]]. Kisah tersebut diawali dengan acara pengembaraan Arjuna dan [[Kresna]] di tepi [[sungai Yamuna]]. Di tepi hutan tersebut terdapat hutan lebat yang bernama Kandawa. Di sana mereka bertemu dengan [[Agni]], [[Dewa (Hindu)|dewa]] [[api]]. Agni berkata bahwa hutan Kandawa seharusnya telah musnah dilalap api, tetapi [[Indra]] selalu menurunkan hujannya untuk melindungi temannya yang bernama [[Taksaka]], yang hidup di hutan tersebut. Maka, Agni memohon agar Kresna dan Arjuna bersedia membantunya menghancurkan hutan Kandawa. Kresna dan Arjuna bersedia membantu Agni, tetapi terlebih dahulu mereka meminta agar Agni menyediakan senjata kuat bagi mereka berdua untuk menghalau gangguan yang akan muncul. Kemudian Agni memanggil [[Baruna]], [[Dewa (Hindu)|dewa]] [[laut]]an. Baruna memberikan [[busur]] suci bernama [[Gandiwa]], [[kereta perang]] dengan empat kuda dihias bendera berlambang monyet, serta tabung berisi anak [[panah]] dengan jumlah tak terbatas kepada Arjuna.<ref name="menon302">{{cite book|last=Menon|first=[translated by] Ramesh|title=The Mahabharata : a modern rendering|url=https://archive.org/details/mahabharatamoder0000unse|year=2006|publisher=iUniverse, Inc.|location=New York|isbn=9780595401871|pages=302–304[https://archive.org/details/mahabharatamoder0000unse/page/302 302]–304}}</ref> Untuk Kresna, Baruna memberikan [[Cakra Sudarsana]]. Dengan senjata tersebut, mereka berdua menjaga agar Agni mampu melalap hutan Kandawa sampai habis.<ref name="autogenerated518">{{cite book|title=Mahabharata of Krishna-Dwaipayana Vyasa.|year=2008|publisher=The Echo Library|location=Teddington, Middlesex|isbn=9781406870459|pages=518–520}}</ref>
[[Berkas:Krishna orders Mayasura to build a palace for the Pandavas.jpg|ka|260px|jmpl|Mayasura (kiri) menyanggupi permintaan Kresna untuk membangun sebuah istana megah untuk [[Yudistira]] di [[Indraprastha|Kandawaprastha]] (kemudian berganti nama menjadi [[Indraprastha]]).]]
Dalam bagian akhir ''[[Adiparwa]]'' diriwayatkan peristiwa pembakaran hutan Kandawa serta pertemuan Arjuna dengan arsitek bernama [[Mayasura]]. Kisah tersebut diawali dengan acara pengembaraan Arjuna dan [[Kresna]] di tepi [[sungai Yamuna]]. Di tepi hutan tersebut terdapat hutan lebat yang bernama Kandawa. Di sana mereka bertemu dengan [[Agni]], [[Dewa (Hindu)|dewa]] [[api]]. Agni berkata bahwa hutan Kandawa seharusnya telah musnah dilalap api, tetapi [[Indra]] selalu menurunkan hujannya untuk melindungi temannya yang bernama [[Taksaka]], yang hidup di hutan tersebut. Maka, Agni memohon agar Kresna dan Arjuna bersedia membantunya menghancurkan hutan Kandawa. Kresna dan Arjuna bersedia membantu Agni, tetapi terlebih dahulu mereka meminta agar Agni menyediakan senjata kuat bagi mereka berdua untuk menghalau gangguan yang akan muncul. Kemudian Agni memanggil [[Baruna]], [[Dewa (Hindu)|dewa]] [[laut]]an. Baruna memberikan [[busur]] suci bernama [[Gandiwa]], [[kereta perang]] dengan empat kuda dihias bendera berlambang monyet, serta tabung berisi anak [[panah]] dengan jumlah tak terbatas kepada Arjuna.<ref name="menon302">{{cite book|last=Menon|first=[translated by] Ramesh|title=The Mahabharata : a modern rendering|year=2006|publisher=iUniverse, Inc.|location=New York|isbn=9780595401871|pages=302–304}}</ref> Untuk Kresna, Baruna memberikan [[Cakra Sudarsana]]. Dengan senjata tersebut, mereka berdua menjaga agar Agni mampu melalap hutan Kandawa sampai habis.<ref name="autogenerated518">{{cite book|title=Mahabharata of Krishna-Dwaipayana Vyasa.|year=2008|publisher=The Echo Library|location=Teddington, Middlesex|isbn=9781406870459|pages=518–520}}</ref>
 
Dalam proses pembakaran hutan Kandawa, Arjuna menyelamatkan seorang [[asura]] yang mahir merancang bangunan, namanya [[Mayasura]].<ref name="autogenerated518"/> Sebagai balas budi, Mayasura berjanji bahwa ia akan membangun sebuah istana untuk [[Yudistira]], kakak Arjuna. Oleh karena Mayasura merupakan arsitek yang cekatan, maka merupakan hal yang mudah baginya untuk membangun balairung akbar sekaligus istana megah bagi para Pandawa di [[Indraprastha]].<ref>{{cite book|last=Verma|first=retold by Virendra|title=The Mahābhārata : (the great epic of ancient India)|year=1989|publisher=Pitambar Pub. Co.|location=New Delhi|isbn=9788120907324|page=28|coauthors=Verma, Shanti}}</ref> Pembangunan istana megah tersebut mengawali jilid kedua ''Mahabharata'' yang berjudul ''[[Sabhaparwa]]''. Dalam buku tersebut diceritakan bahwa demi merebut kekayaan para Pandawa, [[Duryodana]] menantang mereka bermain dadu dengan taruhan harta masing-masing. Pada akhirnya para Pandawa kalah, dan riwayat mereka selanjutnya diceritakan dalam ''[[Wanaparwa]]''.
Baris 95 ⟶ 92:
 
== Persiapan perang ==
[[Berkas:Arjuna chooses Krishna.jpg|ka|300px|jmpl|Arjuna memilih [[Kresna]] daripada tentara Kresna. Lukisan dari [[Himachal Pradesh]], sekitar akhir abad ke-18.]]
 
[[Berkas:Death of Jayadratha.jpg|ka|jmpl|300px|Arjuna melepaskan panah saktinya untuk memenggal kepala Jayadrata ketika bertempur di Kurukshetra. Ilustrasi dari ''Mahabharata'' terbitan Gorakhpur Geeta Press, ditulis ulang oleh Ramanarayanadatta Astri.]]
Setelah menjalani masa pembuangan selama 13 tahun dan masa penyamaran selama setahun, para [[Pandawa]] ingin memperoleh kembali kerajaannya. Namun hak mereka ditolak dengan tegas oleh [[Duryodana]], bahkan ia menantang untuk berperang. Demi kerajaannya, para Pandawa setuju untuk melakukan perang. Sebelum perang terjadi, Kresna melakukan misi perdamaian, tetapi gagal. Akhirnya Kresna setuju untuk terlibat dalam perang, tetapi dengan tidak membawa senjata. Ia ingin salah satu pihak memilih tentaranya, sedangkan pihak yang lain memilihnya sebagai penasihat. Arjuna yang mewakili Pandawa lebih memilih kehadiran Kresna sebagai penasihat, sementara Duryodana yang mewakili Korawa lebih memilih pasukan Kresna.
 
Baris 115 ⟶ 112:
 
== Kehidupan setelah ''Bharatayuddha'' ==
[[Berkas:Arjuna hugs Babruvahana.jpg|ka|jmpl|Pertemuan kembali Arjuna dengan [[Babruwahana]]. Ilustrasi dari ''Mahabharata'' terbitan Gorakhpur Geeta Press, ditulis ulang oleh Ramanarayanadatta Astri.]]
Tak lama setelah [[Bharatayuddha]] berakhir, [[Yudistira]] diangkat menjadi Raja [[kerajaan Kuru|Kuru]] dengan pusat pemerintahan di [[Hastinapura]]. Untuk menengakkan [[dharma]] di seluruh [[Bharatawarsha]], sekaligus menaklukkan para raja kejam dengan pemerintahan tiran, maka Yudistira menyelenggarakan [[Aswamedha]]-[[yadnya]]. Upacara tersebut dilakukan dengan melepaskan seekor [[kuda]] dan kuda itu diikuti oleh Arjuna beserta para prajurit. Daerah yang dilalui oleh kuda tersebut menjadi wilayah [[Kerajaan Kuru]]. Ketika Arjuna sampai di [[Manipura]], ia bertemu dengan [[Babruwahana]], putra Arjuna yang tidak pernah melihat wajah ayahnya semenjak kecil. Babruwahana bertarung dengan Arjuna, dan berhasil membunuhnya. Ketika Babruwahana mengetahui hal yang sebenarnya, ia sangat menyesal. Atas bantuan [[Ulupi]] dari negeri Naga, Arjuna hidup kembali.
 
Baris 147 ⟶ 143:
# Dewi Jimambang, berputra Kumaladewa dan Kumalasakti
# Dewi Ratri, berputra Bambang Wijanarka
# DewiBatari Dresanala, berputra Raden [[Wisanggeni]]
# DewiBatari Wilutama, berputra Bambang Wilugangga
# Dewi [[Manuhara]], berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati
# DewiBatari [[Supraba]], berputra Raden [[Prabakusuma]]
# Dewi Antakawulan, berputra Bambang Antakadewa
# Dewi Juwitaningrat, berputra Bambang Sumbada