Toar dan Lumimuut: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Perubahan kosmetik tanda baca |
k Mengembalikan suntingan oleh 103.144.132.41 (bicara) ke revisi terakhir oleh Cun Cun Tag: Pengembalian |
||
(10 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Rapikan}}
{{noref}}
[[Berkas:Toar and Lumimuut at Bukit Kasih.JPG|jmpl|ka|250px|Patung Toar dan Lumimuut di [[Bukit Kasih]] ]]
Menurut sejarah legenda Minahasa, '''[[Toar]] dan [[Lumimuut]]'''
== Versi
Cerita ini termasuk [[mitos]] karena pada zaman lampau orang Minahasa menganggap cerita ini suci dan tidak secara sembarang dikisahkan, cerita ini hanya dapat dinyanyikan pada upacara khusus seperti upacara [[Rumages]] asal kata "reges" artinya angin ataupun upacara [[Mangorai]]. Walau kisahnya sama tetapi jalan ceritanya berbeda.
Baris 10 ⟶ 12:
=== Versi Cerita Rumages ===
'''SYAIR PERTAMA''':
Baris 71 ⟶ 72:
'''SYAIR KEEMPAT''':
''Wo mawiling
Artinya: Lalu aku memutarkan badan menghadap arah timur laut
Baris 306 ⟶ 307:
''Wo sera mondole witi rurag, wen miki rara’ate si Empung''
Artinya: lalu mereka keluar dari
'''SYAIR KE-TUJUHBELAS''':
Baris 530 ⟶ 531:
Analisis J. Albt. T. Schwarz mengenai istilah "Si Apok Ni Mema' Untana' (bahasa Tontemboan) artinya: Leluhur ( Lumimu'ut) yang membuat tanah (Bumi) agar dapat didiami dan tempat anak-cucunya hidup, dan bukan berarti bahwa Lumimu'ut - lah pencipta bumi.
Sistem penelitian J.Albt.T.Schwarz tentu dapat kita lanjutkan dengan meneliti setiap syair dalam nyanyian ini, misalnya penjelasan bahwa ibu Lumimuut bernama Wengi dan ayahnya bernama Kawengian. Dalam bahasa Minahasa ([[Tombulu]]) ''Wengi'' artinya malam dan apabila dimaksudkan sebagai personifikasi benda malam, maka maksutnya mungkin Bulan, dan arti ''Kawengian'' adalah benda siang yang kemalaman yang mungkin ingin menggambarkan Matahari yang masih tampak sinarnya walaupun hari sudah termasuk malam. Sebagai tanda hari sudah malam adalah hewan peliharaan seperti ayam sudah naik kepohon untuk tidur, atau sudah ada Serangga malam yang berbunyi seperti “Kongkoriang” tetapi sinar Matahari masih tampak me-merah di kaki langit sebelah barat. Berarti yang di maksutkan dengan “kemalaman” (Kawengian) adalah Matahari, jadi ayah Lumimuut adalah Matahari dan ibunya adalah Bulan. Nyanyian Karema yang dinyanyikan pada upacara [[Rumages]] ini, masih banyak mengandung simbolisasi-simbolisasi yang masih dapat kita gali untuk membuka rahasia jalan pikiran dan konsep hidup orang Minahasa purba yang sejak zaman Toar dan Lumimuut telah mengenal satu konsep Yang Maha Mulia Maha Besar dan bukan leluhur. Manusia pertama Minahasa sendiri Karema dan Lumimuut tidak berdoa pada Leluhur sebelum mereka tetapi mereka berdua diceritakan keluar dari dalam
=== Versi Cerita Mangorai ===
Baris 599 ⟶ 600:
Toar dan Lumimuut membawa rombongan mereka ke daerah pegunungan dan membangun pemukiman di tempat yang bernama Kanonang. Toar meninggal di sana pada tahun 1269 dalam usia 86 tahun.
[[Kategori:
[[Kategori:Cerita rakyat dari Sulawesi Utara]]
|