Aroha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Daftar pustaka: clean up, removed stub tag
 
(19 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Aroha''' adalah upacara keluarga (''soa'') untuk memperingati roh-roh leluhur dan dilakukan bertepatan dengan [[Maulid Nabi Muhammad]].{{sfn|Bartels|2017|pp=389}} Tradisi ini adalah salah satu tradisi adat pra-Islam yang berkembang dan bertahan hingga kini di kalangan masyarakat Muslim Ambon. ''Aroha'' dirayakan oleh hampir seluruh kampung yang beragama Islam di Maluku Tengah. Namun, perayaan terpenting dilakukan oleh oleh penduduk [[Negeri Lima, Leihitu, Maluku Tengah|Negeri Lima]] di Leihitu serta [[Rohomoni, Haruku, Maluku Tengah|Rohomoni]], [[Kabauw, Haruku, Maluku Tengah|Kabauw]], [[Kailolo, Haruku, Maluku Tengah|Kailolo]], dan [[Pelauw, Haruku, Maluku Tengah|Pelauw]]. Empat [[Negeri (Maluku Tengah)|negeri]] yang terakhir tergabung dalam satu konfederasi atau perserikatan tradisional (''uli'') yang disebut [[Uli Hatuhaha]]. [[Uli Hatuhaha]] berkedudukan di [[Pulau Haruku|Haruku]] Bagian Utara dan terkenal dengan sufisme serta sinkretisme Islam dengan adatnya yang kuat.{{sfn|Handoko|2017|pp=11 dan 21}}
 
== Etimologi ==
Istilah ''aroha'' berasal dari kata "ruh" ({{lang-ar|روح}}) yang bermakna jiwa, nyawa, roh, atau spirit.{{sfn|Dieter Bartels|20102003|p=5}} Soulisa dalam tulisannya menyebutkan bahwa asal kata ''aroha'' adalah ''arwah'', bentuk jamak dari kata "ruh".{{sfn|Soulisa||pp=2}} Ada pula yang menyebutkan bahwa ''aroha'' berasal dari kata ''aroho'' yang dalam bahasa Tana dialek Hatuhaha berarti pergi ke jalan (roh).{{sfn|Karepesina|2018|pp=9}} Roh dalam konteks ini mengacu pada roh-roh leluhur (nenek moyang) dan roh Nabi [[Muhammad]].{{sfn|Bartels|2017|pp=309}}{{sfn|Polman|1983|pp=189}} Di [[Kailolo, Haruku, Maluku Tengah|Kailolo]] ''aroha'' dikenal dengan nama lain yaitu ''manian''. ''Manian'' berasal dari kata [[kemenyan]] atau ''menyan''. Dinamai ''manian'' karena dalam perayaan terdapat serangkaian pembakaran [[dupa]] yang menghasilkan wangi-wangian.{{sfn|Bartels|2017|pp=309}} Masih di [[Kailolo, Haruku, Maluku Tengah|Kailolo]], ''aroha'' juga dikenal dengan nama ''maningkamu'' alias ''kumpul basudara''.{{sfn|Marasabessy||pp=3}}
 
== Sejarah dan Islamisasi Aroha ==
Baris 21:
 
== Tujuan Perayaan ==
Perayaan ''aroha'' umumnya bertujuan untuk memperingati hari kelahiran Nabi [[Muhammad]].{{sfn|Karepesina|2018|pp=4}} Selain itu ''aroha'' di [[Uli Hatuhaha|Hatuhaha]] dirayakan dengan tujuan untuk mengenang kematian Nabi [[Muhammad]], menghormati leluhur, termasuk para wali, ulama, dan pendakwah yang telah menyiarkan ajaran Islam kepada penduduk Hatuhaha.{{sfn|Rumahuru|2012|pp=313}}{{sfn|Karepesina|2018|pp=4}}
 
Bagi masyarakat [[Negeri Lima, Leihitu, Maluku Tengah|Negeri Lima]] ''aroha'' dirayakan untuk memperkuat solidaritas sosial masyarakat. ''Aroha'' dirayakan sebagai pemenuhan kebutuhan akan keselamatan dan ketenteraman hidup dan merupakan bentuk upacara keagamaan yang memiliki kekuatan simbolis atau tindakan, sekaligus sebagai wujud ekspresi jiwa yang menjalin hubungan vertikal dengan penghuni dunia gaib (Allah dan roh leluhur).{{sfn|Soulisa||pp=2 dan 3}} Perayaan ''aroha'' diyakini memiliki kandungan nilai yang penting bagi kehidupan masyarakat Negeri Lima karena membawa keselamatan hidup. Arti penting tersebut menyebabkan tradisi yang berakar dari masyarakat Ambon pra-Islam ini masih tetap dilaksanakan hingga saat ini.{{sfn|Soulisa||pp=3}}
 
Di Kailolo, ''aroha'' dirayakan sebagai sarana mempererat silaturrahmi antarmasyarakat dan saling berbagi rezeki. Saling berbagi rezeki diwujudkan melalui saling berbagi makanan dan kudapan tertentu antarfam yang satu dengan yang lain. Makanan dan kudapan yang dibuat oleh satu fam berbeda dengan fam yang lain sehingga masyarakat dapat saling mencicipi.{{sfn|Marasabessy||pp=5}}
Baris 32:
''Aroha'' adalah pertemuan tahunan yang mempertemukan seluruh keluarga besar dilakukan untuk memperkuat ikatan persaudaraan. Bukan hanya antarsesama hidup melainkan dengan leluhur yang sudah meninggal. Oleh karena itu disimbolkan melalui keharusan semua perempuan dewasa untuk turun ke sungai mencuci beras (ketan). Tiap fam membawa [[dupa]] gaharu dan atau kemenyan yang rupa-rupa baunya. Percampuran pelbagai macam bau menyimbolkan persatuan dan sekaligus dipersembahkan kepada roh leluhur.{{sfn|Bartels|2017|pp=308}}
 
Setelah acara diadakan di ''rumah tua'', maka pusat perayaan dipindahkan ke kuburan nenek moyang. Di kuburan telah berdiri miniatur rumah panggung atau bubungan yang berbentuk seperti [[baileo]]. Pihak fam atau keluarga akan membersihkan area sekitar kuburan, memperbaiki atap bubungan, dan meletakkan sesaji yang terdiri dari pelita menyala, bunga, dan makanan. Mereka pergi ke kuburan mengenakan pakaian khusus yang telah disucikan dan mengakhiri acara dengan mengadakan makan bersama di kuburan.{{sfn|Bartels|2017|pp=308}} Megingat pentingnya kehadiran nenek moyang dalam acara ini, tak heran jika ''aroha'' acap disebut sebagai pesta nenek moyang. Apabila ''aroha'' terjadi pada hari Jumat dan sedang dirayakan yang waktu perayaannyang bersamaan dengan [[Salatsalat Jumat]], [[Salat Jumat]]salat akan dilewatkan dan masjid akan dikunci.{{sfn|Bartels|2017|pp=321}}
 
=== Aroha di Kailolo ===
''Aroha'' di Kailolo dikenal oleh masyarakatnya sebagai ''manian''. Sebagian besar masyarakat Kailolo bahkan menyakini bahwa ''manian'' yang mereka selenggarakan setahun sekali berbeda dari ''aroha'' yang dirayakan di negeri-negeri Islam lain baik di Hatuhaha maupun di Maluku pada umumnya. ''Aroha'' di Kailolo tidak mesti diadakan pada tanggal 12 Rabiul Awal melainkan tanggal berapa pun dalam bulan yang dikenal sebagai bulan maulid tersebut. Pelaksanaannya pun bervariasi antarfam. Fam Tuanany yang berkedudukan sebagai tua negeri atau tuan tanah akan merayakan ''aroha'' lebih dulu dibanding fam lain. Setelah acara di ''rumah tua'' fam Tuanany diadakan, acara yang sama berturut-turut akan digelar di ''rumah tua'' fam Tuanaya, Usemahu, Tuasamu, Tuaputty, dan berakhir di ''rumah tua'' fam Marasabessy. Acara yang diadakan di ''rumah tua'' Marasabessy dianggap sebagai acara puncak ''aroha'' di Kailolo. Perayaan di Kailolo mengharuskan semua masyarakat di negeri itu untuk mengadakan pembacaan barzanji. Dalam perayaan juga diadakan tahlilan. Namun, tahlilan terlarang bagi anggota fam yang merayakan ''aroha'' di ''rumah tua'' mereka karena tahlilan tersebut dibuka bagi anggota dari fam lain sebagai bentuk silaturrahmi{{sfn|Marasabessy||pp=5 dan solidarita.7}}
 
Perayaan di Kailolo mengharuskan semua masyarakat di negeri itu untuk mengadakan pembacaan barzanji dan diadakan pula ''aha'u gur'' atau dulang keluarga yang berupa penceritaan asal-usul suatu fam secara lengkap dan detail. Dalam perayaan juga diadakan tahlilan. Namun, tahlilan terlarang bagi anggota fam yang merayakan ''aroha'' di ''rumah tua'' mereka karena tahlilan tersebut dibuka bagi anggota dari fam lain sebagai bentuk silaturrahmi dan solidaritas.{{sfn|Marasabessy||pp=3}} Hidangan khas ''aroha'' di negeri ini adalah ''manian hala totuwi'' dan ''manian bunga lilin''. ''Manian hala totuwi'' secara harafiah bermakna makanan jasad atau makanan yang sebenarnya. Makanan tersebut terbuat dari beras atau beras ketan yang dimasak dengan santan kental. Sementara itu, ''manian bunga lilin'' adalah makanan roh atau makanan kiasan berupa bunga-bunga yang memiliki wangi-wangian yang khas dan dupa.{{sfn|Marasabessy||pp=7}}
 
=== Aroha di Negeri Lima ===
Tradisi ''aroha'' di [[Negeri Lima, Leihitu, Maluku Tengah|Negeri Lima]] dikenal dengan nama ''aroha lumatau dati''. ''Lumatau dati'' adalah tanah petuanan suatu negeri yang di dalamnya terdapat hutan serta hasil hutan yang dapat dipanen. ''Aroha'' adalah tradisi turun temurun di [[Negeri Lima, Leihitu, Maluku Tengah|Negeri Lima]] yang wajib dilaksanakan oleh generasi sekarang. Hal ini terjadi karena generasi sekarang memakan dan menikmati hasil dari tanah yang telah diwariskan oleh leluhur. {{sfn|Soulisa||pp=10}}
 
Di [[Negeri Lima, Leihitu, Maluku Tengah|Negeri Lima]] ''aroha'' dapat dilakukan setelah tanggal 12 Rabiul Awal. Namun, keberkahan yang akan didapat kurang banyak bila dibandingkan dengan yang dirayakan pada tanggal 12 Rabiul Awal. Sebelum ''aroha'' dilakukan masyarakat akan membersihkan ruangan di dalam ''rumah tua'' dan menghiasi ruangan tersebut dengan berbagai macam peralatan berupa ambal dan kain ''siratal'' (kain putih panjang) yang ditaruh di atas ambal. Makna dari penggunaan kain ''siratal'' adalah peserta yang mengikuti dan terlibat dalam acara ''aroha'' akan mendapat syafaat dan diberkahi di hari kiamat nanti. Di sudut ruangan ditaruh beberapa gelas yang diisi air putih yang belum dididihkan serta tungku kecil pembakaran kemenyan yang disebut ''madapahan''. Pembakaran kemenyan bukanlah tradisi Islam, tetapi sudah diadopsi dan dianggap sebagai bagian budaya sendiri.{{sfn|Soulisa||pp=10}}
 
Tidak ada diskriminasi gender dalam pelaksanaan ''aroha'' di Negeri Lima. Perempuan-perempuan juga terlibat aktif terutama dalam hal menyediakan makanan untuk tamu maupun keluarga sendiri. Perempuan di negeri ini berkedudukan sebagai ''mahina ulu'' dan ''mahina kalu''. ''Mahina ulu'' adalah istri dari laki-laki anggota suatu fam dan ''mahina kalu'' adalah perempuan yang sudah menikah maupun belum menikah yang merupakan anggota fam yang sama dengan si laki-laki.{{sfn|Soulisa||pp=10}}
Di Negeri Lima ''aroha'' dapat dilakukan setelah tanggal 12 Rabiul Awal. Namun, keberkahan yang akan didapat kurang banyak bila dibandingkan dengan yang dirayakan pada tanggal 12 Rabiul Awal. Sebelum ''aroha'' dilakukan masyarakat akan membersihkan ruangan di dalam ''rumah tua'' dan menghiasi ruangan tersebut dengan berbagai macam peralatan berupa ambal dan kain ''siratal'' (kain putih panjang) yang ditaruh di atas ambal. Makna dari penggunaan kain ''siratal'' adalah peserta yang mengikuti dan terlibat dalam acara ''aroha'' akan mendapat syafaat dan diberkahi di hari kiamat nanti. Di sudut ruangan ditaruh beberapa gelas yang diisi air putih yang belum dididihkan serta tungku kecil pembakaran kemenyan yang disebut ''madapahan''. Pembakaran kemenyan bukanlah tradisi Islam, tetapi sudah diadopsi dan dianggap sebagai bagian budaya sendiri.
 
== Hidangan Khas ==
Tradisi ''aroha'' dijalankan secara beramai-ramai oleh masyarakat. Dalam praktiknya, masyarakat dibimbing oleh pemuka adat mengenai kewajiban yang harus ditanggung oleh masing-masing fam atau matarumah yang ada di [[Negeri (Maluku Tengah)|negeri]] tersebut termasuk soal hidangan yang harus disajikan saat ''aroha'' diselenggarakan.{{sfn|Karepesina|2018|pp=5}} Hidangan khas ''aroha'' dikenal dengan nama ''[[sananama]]'' yang terdiri dari makanan dan kudapan seperti juadah, ''bouspirit'', ''pau meit'', ''halua kenari'', cucur, dan kuah campuran santan dan gula aren. Hidangan tersebut umumnya dibuat dari hasil-hasil kebun seperti sagu, pisang, kelapa, aren, dan umbi-umbian, beras ketan, daging ayam, dan hasil tangkapan laut.{{sfn|Karepesina|2018|pp=5}}
 
Hidangan khas ''aroha'' berfungsi sebagai simbol yang mewakili bagian-bagian tubuh manusia kecuali masakan yang terbuat dari (daging) ayam dan pisang. Masakan dari daging ayam yang sebelumnya telah dikurbankan melambangkan jiwa atau roh, sedangkan olahan pisang melambangkan persatuan warga.{{sfn|Karepesina|2018|pp=65}} Juadah yang terbuat dari beras ketan, dikenal pula sebagai ''bokol'' melambangkan paru-paru manusia. ''Bouspirit'' atau ''papananan'' melambangkan [[limpa]], ''pau meit'' melambangkan usus (dalam istilah lokal di Hatuhaha disebut sebagai ''taliporo''), ''halua kenari'' dan kue cucur melambangkan jantung, dan kuah santan-gula melambangkan darah.{{sfn|Karepesina|2018|pp=5}}{{sfn|Bartels|2017|pp=308}} Dalam praktiknya saat ini, bukan hanya hidangan khas yang menyimbolkan tubuh dan jiwa manusia yang disajikan. Beragam jenis buah-buahan tropis yang banyak dihasilkan di daerah Maluku Tengah dan sembilan bahan pokok juga disajikan. Hal ini mungkin berkaitan dengan kegembiraan menyambut roh leluhur dan merayakan kelahirkelahiran Rasulullah. Buah-buahan dan sembilan bahaknbahan pokok itu diletakkan di atas papan lebar yang bentuknya menyerupai pintu.{{sfn|Marasabessy||pp=3}}
 
== Kontroversi ==
Sejak tahun 1930an, [[Maluku]] mulai banyak didatangi oleh ulama dan cendekiawan Muslim dari luar Maluku. Sebagian daripada ulama dan cendekiawan tersebut memiliki afilisasi dengan gerakan pemurnian Islam seperti [[Muhammadiyah]] yang didirikan di [[Yogyakarta]] pada tahun 1912. Kedatangan yang awalnya diterima karena persamaan akidah akhirnya menuai kebencian dan pertentangan dari masyarakat Muslim lokal. Para pemurni Islam menyerang keyakinan dan praktik-praktik yang dirayakan oleh orang Islam Ambon sebagai [[bidah]]. Padahal keyakinan dan praktik tersebut telah hidup lama dalam masyarakat yang merayakannya. Salah satu contoh praktik yang ditentang para pemurni Islam adalah ''aroha'' yang dianggap sebagai puncak dari penyembahan roh leluhur. Semakin keras pertentangan dari para ulama pendatang, reaksi dan ketersinggungan orang Islam Ambon yang merayakannya juga semakin besar.{{sfn|Bartels|2017|pp=331}}
 
Saat ini terdapat perbedaan pendapat terkait perayaan ''aroha''. Pendapat pertama menentang ''aroha'' dan segala bentuk [[bidah]] yang dianggap mengotori akidah dan nilai-nilai Islam. Kelompok yang mendukung pendapat pertama ini membawa dalil dari [[Alquran]] dan [[Hadis]]. Pendapat kedua menilai ''aroha'' sebagai keagamaan yang sah-sah saja untuk dilakukan asal tidak digunakan untuk menyembah roh leluhur dan mengeramatkan kuburan. Pendapat kedua mengaitkan ''aroha'' dengan Maulid Nabi Muhammad. Ada pula pendapat ketiga yang menganggap bahwa roh leluhur dan wali yang menyiarkan agama Islam memiliki tempat yang spesial dan oleh karena itu diperingati bersamaan dengan Maulid NbaiNabi Muhammad.{{sfn|Soulisa||pp=9}}
 
== Lihat pula ==
Baris 61 ⟶ 65:
 
== Daftar pustaka ==
* {{Citationcite conference
| authorlast = Bartels, Dieter
| first = Dieter
| title = The Evolution of God in the Spice Islands: The Converging and Diverging of Protestant Christianity and Islam in the Colonial and Post-Colonial Periods, A Short History of Islam and Christianity in the Moluccas
| year = 20102003
| pages = 1–25
| conference = Simposium "Christianity in Indonesia" di Frobenius Institute, Johann Wolfgang Goethe University
| location = Frankfurt/Main
| url = http://www.nunusaku.com/03_publications/articlespdfs/evolution.html#sdfootnote1sympdf
| isbnref = harv }}
 
* {{cite book
| last = Bartels
| first = Dieter
| authorlink =
| author2=
| title = Di Bawah Naungan Gunung Nunusaku: Muslim Kristen Hidup Berdampingan di Maluku Tengah, Jilid I: Kebudayaan
| location = Jakarta
| publisher = Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
| year = 2017
| pageisbn = 9786024241506
| isbnref = 9786024241506harv }}
 
* {{Citation
* {{cite journal
| author = Bartels, Dieter
| title = The Evolution of God in the Spice Islands: The Converging and Diverging of Protestant Christianity and Islam in the Colonial and Post-Colonial Periods, A Short History of Islam and Christianity in the Moluccas
| url = http://www.nunusaku.com/03_publications/articles/evolution.html#sdfootnote1sym
| year = 2010
| page =
| isbn = }}
* {{Citation
| last = Handoko
| first = Wuri
| title = Sufisme dan Sinkretisme Islam di Wilayah Maluku,: Kajian Antropologi-Arkeologi
| authorlink =
| author2year = 2012
| journal = Patanjala: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya
| chapter =
| location = Bandung
| title = Sufisme dan Sinkretisme Islam di Wilayah Maluku, Kajian Antropologi-Arkeologi
| publisher = Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat
| year =
| urlvolume = 4
| isbnissue = }}2
| pages = 1–26
* {{Citation
| url = http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjala/article/view/131
| urlref = harv }}
 
* {{cite thesis
| last = Karepesina
| first = Retni K.
| authorlink =
| author2=
| chapter =
| title = Islam Hatuhaha; Studi Tentang Ritual Aroha di Negeri Kabauw Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah
| type = S-1
| year = 2018
| publisher = Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon
| url =
| isbnref = harv }}
 
* {{Citation
* {{cite journal
| last = Marasabessy
| first = Sanny Fitriyani
| authorlink =
| author2=
| chapter =
| title = Tradisi Manian (Studi Bentuk dan Dampak Tradisi Manian dalam Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Negeri Kailolo, Kabupaten Maluku Tengah)
| year = 2014
| journal = Dialektika: Jurnal Pemikiran Islam dan Ilmu Sosial
| url =
| isbnlocation = }}Ambon
| publisher = Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon
* {{Citation
| chaptervolume = 8
| pageissue = 1
| pages = 1–11
| url = http://jurnal.iainambon.ac.id/index.php/DT/article/view/212
| ref = harv }}
 
* {{cite book
| last = Polman
| first = Katrien
| authorlink =
| author2=
| chapter =
| title = The Central Moluccas: An Annotated Bibliography
| year = 1983
| location = Dordrecht, Belanda dan Cinnaminson, AS
| url =
| isbnpublisher = }}Foris Publications
| isbn = 9789067650465
* {{Citation
| ref = harv }}
 
* {{cite journal
| last = Rumahuru
| first = Yance Z.
| authorlink =
| author2=
| chapter = Jurnal Al- Ulum, Volume. 12, Nomor 2
| title = Dialog Adat dan Agama, Melampaui Dominasi dan Akomodasi (Muslim Hatuhaha di Pulau Haruku, Maluku Tengah)
| year = 2012
| urljournal = Al-Ulum
| isbnlocation = }}Gorontalo
| publisher = Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai
* {{Citation
| chaptervolume = 12
| yearissue = 2
| pages = 303–316
| url = https://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/au/article/view/101
| ref = harv }}
 
* {{cite journal
| last = Soulisa
| first = M. Syafid
| authorlink =
| author2=
| chapter =
| title = Aroha sebagai Sarana Solidaritas Sosial: Studi Tentang Tradisi Keagamaan Masyarakat Negeri Hena Lima
| year = 2014
| journal = Dialektika: Jurnal Pemikiran Islam dan Ilmu Sosial
| url = https://docplayer.info/87079772-Aroha-sebagai-sarana-solidaritas-sosial-studi-tentang-tradisi-keagamaan-masyarakat-negeri-hena-lima-oleh-m-syafin-soulisa-1-abstract.html
| isbnlocation = }}Ambon
| publisher = Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon
| chaptervolume = 8
| chapterissue = 1
| pages = 1–17
| url = http://jurnal.iainambon.ac.id/index.php/DT/article/view/211
| ref = harv }}
 
{{budaya-stubTopik Maluku}}
 
[[Kategori:Budaya Indonesia]]