Penyatuan Jerman: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Natsuikomin (bicara | kontrib) k Tidak jelas kenapa diberi tanda kurung, vandal? |
||
(18 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{about|penyatuan tahun 1871|penyatuan [[Jerman Barat]] dan [[Jerman Timur|Timur]] tahun 1990|Penyatuan kembali Jerman}}
[[Berkas:Deutsches Reich 1871-1918.png|
[[Berkas:Wernerprokla.jpg|jmpl|upright=1.
'''Penyatuan [[Jerman]]''' menjadi sebuah [[negara bangsa]] yang
Penyatuan ini menimbulkan ketegangan akibat perbedaan religius, linguistik, sosial, dan budaya penduduk Kekaisaran Jerman, sehingga peristiwa tahun 1871 hanya merupakan satu momen dalam serangkaian proses penyatuan yang lebih besar. Sebelumnya, [[Kaisar Romawi Suci]]
Kekaisaran Romawi Suci, yang meliputi lebih 500 negara merdeka, secara resmi dibubarkan ketika Kaisar [[Franz II, Kaisar Romawi Suci|Franz II]] turun dari tahta (6 Agustus 1806) selama [[Perang Koalisi Ketiga]]. Walaupun pembubaran Kekaisaran mengakibatkan gangguan hukum, administratif, dan politik, penduduk wilayah berbahasa Jerman di Kekaisaran tersebut memiliki bahasa, budaya, dan tradisi hukum bersama yang semakin diperkuat oleh pengalaman bersama selama [[Perang Revolusi Prancis]] dan [[Peperangan era Napoleon|Peperangan Napoleon]]. Namun, masing-masing negara merdeka tersebut memiliki kelas penguasa, asosiasi feudal, tradisi, dan hukum tersendiri. Selain itu, terdapat kecenderungan untuk menolak perubahan karena para bangsawan ingin mempertahankan kekuasaan mereka. [[Liberalisme Eropa]] menjadi dasar intelektual penyatuan Jerman karena menentang model organisasi politik dan sosial yang [[absolutisme|absolutis]] dan [[dinasti]]k; liberalisme Jerman menekankan pentingnya kesatuan tradisi, pendidikan, dan bahasa. Sementara itu, dalam bidang ekonomi, pendirian ''[[Zollverein]]'' ([[serikat pabean]]) Prusia pada tahun 1818 yang meliputi negara-negara [[Konfederasi Jerman]] mengurangi kompetisi di dalam dan antar negara. Kemajuan transportasi memfasilitasi kunjungan bisnis dan wisata, sehingga mendorong kontak dan juga konflik antar penutur bahasa Jerman.
Baris 23 ⟶ 24:
* 1866: Bismarck menuduh [[Kekaisaran Austria]] berada di balik kekacauan yang terjadi di [[Schleswig]]. Tentara Prusia kemudian merangsek masuk ke wilayah Holstein dan mengambil alih kekuasaan di sana. Austria marah dan mendeklarasikan perang terhadap Prusia, sehingga memicu [[Perang Austria-Prusia]] (atau biasa disebut sebagai [[Perang Tujuh Minggu]]). Austria kalah dalam perang ini. Dalam [[Perjanjian Praha (1866)]], [[Konfederasi Jerman]] secara resmi dibubarkan. Prusia membentuk [[Konfederasi Jerman Utara]] yang mencakup seluruh negara Jerman kecuali negara-negara pro-Prancis seperti [[Bayern]], [[Baden]], dan [[Württemberg]].
* 1870: Ketika Kaisar Prancis [[Napoleon III]] meminta paksa kekuasaan atas wilayah Rheinland sebagai balas jasa atas sikap netralnya dalam perang Austria-Prusia, Bismarck malah memasukkan negara-negara Jerman di selatan ke dalam konfederasinya. Ini menimbulkan kemarahan Prancis yang segera menyatakan perang terhadap Prusia.
* 1871: [[Perang Prancis-Prusia]] berakhir dengan kemenangan tentara Prusia yang berhasil menguasai [[Paris]], ibu kota [[Kekaisaran Prancis Kedua]]. Bayern, Baden, dan Württemberg yang semula di bawah pengaruh Paris pun dipaksa bergabung dengan [[Konfederasi Jerman Utara]] melalui [[Perjanjian Frankfurt (1871)]]. Bismarck memproklamirkan Raja Wilhelm
== Eropa Tengah berbahasa Jerman pada awal abad ke-19 ==
Baris 93 ⟶ 94:
=== Geografi, patriotisme, dan bahasa ===
Karena perjalanan menjadi lebih murah, cepat, dan mudah, orang-orang Jerman mulai melihat faktor penyatu lain selain bahasa. [[Grimm Bersaudara]], yang telah menyusun sebuah kamus besar yang disebut ''Der Grimm'', juga mengumpulkan cerita rakyat dan fabel yang menunjukkan kemiripan di antara wilayah-wilayah berbahasa Jerman yang berbeda-beda.<ref>''The Brothers Grimm online.'' [http://www.pitt.edu/~dash/grimm.html#jointpublications Joint Publications].</ref> [[Karl Baedeker]] menulis buku panduan berbagai kota dan wilayah di Eropa Tengah, menunjukkan tempat untuk tinggal dan dikunjungi, serta memaparkan sejarah singkat kastil, medan pertempuran, bangunan ternama, dan tokoh terkenal. Di panduannya juga terdapat jarak, jalan yang perlu dihindari, dan jalur ''hiking'' yang dapat dilewati.<ref>{{de icon}} Hans Lulfing, [http://mdz10.bib-bvb.de/~db/0001/bsb00016233/images/index.html?seite=536 ''Baedecker, Karl] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20180916235128/http://mdz10.bib-bvb.de/~db/0001/bsb00016233/images/index.html?seite=536 |date=2018-09-16 }}, Neue Deutsche Biographie (NDB). Band 1, Duncker & Humblot, Berlin 1953, p. 516 f.</ref>
Penyair Jerman [[August Heinrich Hoffmann von Fallersleben]] tidak hanya mengekspresikan kesatuan linguistik bangsa Jerman, tetapi juga kesatuan geografisnya. Dalam karyanya ''Deutschland, Deutschland über Alles'' (yang secara resmi disebut ''[[Das Lied der Deutschen]]'', "''Lagu Bangsa Jerman''"), Fallersleben menyerukan kepada penguasa-penguasa negara-negara Jerman untuk mengakui karakteristik penyatu bangsa Jerman.<ref>{{de icon}} Peter Rühmkorf, Heinz Ludwig Arnold, ''Das Lied der Deutschen'' Göttingen: Wallstein, 2001, ISBN 3-89244-463-3, hlm. 11–14.</ref> Lagu-lagu patriotik lain seperti "[[Die Wacht am Rhein]]" ("Penjaga di Rhein") oleh [[Max Schneckenburger]] mulai memusatkan perhatian pada ruang geografis, dan tidak membatasi "kejermanan" pada bahasa bersama. Schneckenburger menulis "Penjaga di Rhein" sebagai tanggapan patriotik khusus terhadap pernyataan Prancis bahwa sungai Rhein adalah batas timur "alami" Prancis. Dalam refrainnya, ia menulis "kepada tanah air, istirahatkan pikiranmu / Penjaga berdiri di sungai Rhein". Puisi patriotik lain seperti "Das Rheinlied" ("Lagu Sungai Rhein") karya Nicholaus Becker menyerukan kepada bangsa Jerman untuk mempertahankan wilayah mereka. Pada tahun 1807, [[Alexander von Humboldt]] menyatakan bahwa karakter nasional mencerminkan pengaruh geografis, sehingga mengaitkan wilayah dengan rakyatnya. Bersamaan dengan gagasan ini, pergerakan untuk melestarikan benteng-benteng kuno dan situs bersejarah muncul, dan pergerakan ini berfokus di Rheinland, tempat terjadinya banyak konfrontasi dengan Prancis dan Spanyol.<ref>Raymond Dominick III, ''The Environmental Movement in Germany'', Bloomington, Indiana University, 1992, hlm. 3–41.</ref>
Baris 111 ⟶ 112:
=== Liberalisme dan tanggapan terhadap masalah ekonomi ===
Beberapa faktor lain mempersulit kebangkitan [[nasionalisme]] di negara-negara Jerman. Faktor buatan manusia meliputi persaingan politik antar anggota konfederasi Jerman, terutama antara Austria dan Prusia, dan persaingan sosial-ekonomi antar kepentingan komersial, pedagang, aristokratik, dan pemilik tanah lama. Faktor alami meliputi kekeringan besar pada awal tahun 1830-an, dan lagi pada tahun 1840-an, dan krisis makanan pada tahun 1840-an. Kesulitan lain muncul akibat industrialisasi: ketika orang mencari pekerjaan, mereka meninggalkan desa dan kota kecil untuk bekerja di kota, dan hanya kembali selama satu setengah hari pada akhir pekan.<ref>David Blackbourn, ''Marpingen: apparitions of the Virgin Mary in nineteenth-century Germany.'' New York, 1994.</ref>
Baris 130:
=== 1848 dan Parlemen Frankfurt berdasarkan tinjauan sejarah ===
Ahli sejarah Jerman telah memperdebatkan bagaimana keberhasilan dan kegagalan Parlemen Frankfurt memengaruhi pembentukan bangsa Jerman. Menurut salah satu mazhab yang muncul setelah [[Perang Dunia I]] dan banyak diikuti setelah [[Perang Dunia II]], kegagalan kaum liberal Jerman di Parlemen Frankfurt menciptakan kompromi antara kelas [[borjuis]] dengan konservatif (terutama pemilik tanah [[Junker]] konservatif), yang kemudian mengarahkan Jerman pada ''[[Sonderweg]]'', atau jalan yang berbeda dari bangsa lain.<ref>Contoh-contoh argumen ini muncul dalam: Ralf Dahrendorf, ''German History'', (1968), hlm. 25–32; {{de icon}} Hans Ulrich Wehler, ''Das Deutsche Kaiserreich, 1871–1918'', Göttingen, 1973, hlm. 10–14; Leonard Krieger, ''The German Idea of Freedom'', Chicago, 1957; Raymond Grew, ''Crises of Political Development in Europe and the United States'', Princeton, 1978, hlm. 312–345; Jürgen Kocka and Allan Mitchell. ''Bourgeois society in nineteenth-century Europe.'' Oxford, 1993; Jürgen Kocka, "German History before Hitler: The Debate about the German Sonderweg." ''Journal of Contemporary History'', Vol. 23, No. 1 (January, 1988), hlm. 3–16; Volker Berghahn, ''Modern Germany. Society, Economy and Politics in the Twentieth Century.'' Cambridge, 1982.</ref> Menurut argumen ini, kegagalan penyatuan pada tahun 1848 mengakibatkan pembentukan negara-bangsa Jerman yang terlambat pada tahun 1871, sehingga memperlambat perkembangan nilai-nilai nasional positif. Hitler
Para ahli saat ini cenderung menolak gagasan tersebut, dan mengklaim bahwa Jerman tidak memiliki "jalan yang berbeda" dari bangsa lain.<ref>Blackbourn and Eley. ''Peculiarities'', Part I.</ref> Malahan, sejarawan modern mengklaim bahwa pada tahun 1848 politikus liberal telah berhasil mencapai beberapa hal. Banyak gagasan dan program mereka yang nantinya dimasukkan ke dalam program sosial Bismarck (seperti asuransi sosial, program pendidikan, dan definisi hak suara yang lebih luas). Selain itu, gagasan jalan yang berbeda bergantung pada asumsi bahwa jalan negara lain (dalam kasus ini, Britania Raya) adalah jalan yang patut diterima.<ref>Blackbourn and Eley, ''Peculiarities'', Chapter 2.</ref> Argumen ini juga menentang model perkembangan yang berpusat pada Britania: penelitian perkembangan nasional Britania dan negara "normal" lainnya (seperti Prancis dan Amerika Serikat) telah menunjukkan bahwa negara-bangsa modern tidak berkembang dengan cara yang sama. Mereka juga tidak berkembang awal sekali, tetapi merupakan fenomena pertengahan hingga akhir abad ke-19.<ref>Blackbourn and Eley, ''Peculiarities'', pp. 286–293.</ref> Semenjak tahun 1990-an, cara pandang ini banyak diterima, meskipun beberapa sejarawan masih menganggap analisis ''Sonderweg'' sebagai analisis yang tepat untuk memahami periode [[Nazisme]] di Jerman.<ref>Jürgen Kocka, "Comparison and Beyond.'" ''History and Theory'', Vol. 42, No. 1 (February, 2003), hlm. 39–44, and Jürgen Kocka, "Asymmetrical Historical Comparison: The Case of the German ''Sonderweg''", ''History and Theory'', Vol. 38, No. 1 (February, 1999), hlm. 40–50.</ref><ref>Untuk melihat analisis dari sudut pandang ini, lihat Richard J. Evans, ''Rethinking German history: nineteenth-century Germany and the origins of the Third Reich.'' London, 1987.</ref>
Baris 145:
</blockquote>
Penyatuan di bawah kondisi tersebut memicu permasalahan diplomatik yang mendasar. Kemungkinan penyatuan Jerman (atau [[penyatuan Italia|Italia]]) akan mengubah sistem [[lingkup pengaruh]] yang didirikan pada tahun 1815 oleh Kongres Wina. Perancang utama konvensi tersebut, [[Klemens Wenzel, Pangeran von Metternich|Metternich]], [[Robert Stewart, Viscount Castlereagh|Castlereagh]], dan [[Alexander I dari Rusia|Tsar Alexander]] (dengan sekretaris luar negerinya [[Karl Nesselrode]]), telah mengorganisasi Eropa berdasarkan keseimbangan di antara empat "[[kekuatan besar
Sistem lingkup pengaruh ini bergantung pada perpecahan Jerman dan Italia. Akibatnya, Jerman yang bersatu memicu permasalahan baru. Pada saat itu belum ada definisi yang dapat memastikan siapa itu orang Jerman dan seberapa luas wilayahnya. Selain itu, masih belum pasti siapa yang dapat memimpin dan mempertahankan "Jerman". Berbagai kelompok mengusulkan solusi yang berbeda. Dalam solusi ''[[Kleindeutschland]]'' ("Jerman Kecil"), negara-negara Jerman akan disatukan di bawah kepemimpinan [[Wangsa Hohenzollern|Hohenzollern Prusia]], sementara usulan ''[[Kleindeutschland dan Großdeutschland|Grossdeutschland]]'' ("Jerman Raya") menginginkan agar negara-negara Jerman bersatu di bawah kepemimpinan [[Monarki Habsburg|Habsburg Austria]]. Kontroversi ini, yang merupakan fase akhir perdebatan [[dualisme Jerman]] yang mendominasi politik negara-negara Jerman dan diplomasi Austria-Prusia semenjak pendirian [[Kerajaan Prusia]] pada tahun 1701, akan semakin memanas dalam dua puluh tahun berikutnya.<ref>Blackbourn, ''The long nineteenth century'', hlm. 160–175.</ref>
Baris 153:
Penyatuan Jerman juga dianggap sebagai pendahulu pendirian federasi Eropa, yang didukung oleh [[Giuseppe Mazzini]] dan patriot Eropa lainnya selama tiga dasawarsa:
<blockquote>Pada musim semi tahun 1834, saat berada di [[Berne]], Mazzini dan selusin pengungsi dari Italia, Polandia, dan Jerman mendirikan asosiasi baru dengan nama besar [[Eropa Muda]]. Gagasan dasar yang juga besar seperti namanya adalah bahwa seperti Revolusi Prancis tahun 1789 berhasil menghasilkan konsep kebebasan individu, revolusi lain diperlukan demi kebebasan nasional; visinya mencapai lebih dari itu karena ia berharap bahwa suatu hari bangsa-bangsa bebas akan bergabung menjadi federasi Eropa yang longgar dengan semacam dewan federal dengan fungsi untuk mengatur kepentingan bersama. [...] Tujuannya tidak lebih adalah menjungkirbalikkan penetapan yang disepakati pada tahun 1815 oleh Kongres Wina, yang telah mendirikan kembali hegemoni penindasan oleh beberapa kekuatan besar dan mencegah kemunculan bangsa-bangsa yang lebih kecil. [...] Mazzini berharap, tetapi tanpa kepercayaan diri yang tinggi, bahwa visi liga atau masyarakat bangsa-bangsa independennya akan terwujud pada masa hidupnya. Pada praktiknya, Eropa Muda tidak memiliki uang dan dukungan rakyat selama masa berdirinya yang singkat. Akan tetapi, ia tetap setia pada gagasan benua bersatu yang mengharuskan pendirian bangsa-bangsa individu terlebih dahulu.<ref>{{cite book|author=Mack Smith, Denis|title=Mazzini|url=https://archive.org/details/mazzini00mack_0|publisher=Yale University Press|year=1994|pages=
=== Menguatnya Prusia: ''Realpolitik'' ===
[[Berkas:BismarckRoonMoltke.jpg|jmpl|Pertemuan antara kepemimpinan politik dan diplomasi oleh Bismarck (sebelah kiri), reorganisasi angkatan bersenjata dan teknik pelatihannya oleh [[Albrecht von Roon]] (tengah), dan perancangan ulang asas-asas operasional dan strategis oleh [[Helmuth von Moltke yang Tua|Helmuth von Moltke]] (kanan) menjadikan Prusia salah satu negara terkuat di Eropa pada tahun 1860-an.]]
Raja [[Friedrich Wilhelm IV]] menderita [[
[[Perang Krimea]] pada tahun 1854–55 dan [[Perang Kemerdekaan Italia Kedua|Perang Italia 1859]] mengacaukan hubungan antara Britania Raya, Prancis, Austria, dan Rusia. Setelah peristiwa tersebut, dampak dari perancangan ulang von Moltke, restrukturisasi angkatan bersenjata von Roon dan Wilhelm, serta diplomasi Bismarck memengaruhi penyusunan kembali keseimbangan kekuatan di Eropa. Agenda gabungan mereka menjadikan Prusia sebagai kekuatan Jerman utama melalui kemenangan diplomasi - yang didukung oleh kekuatan militer Prusia - dan konservatisme internal yang dibatasi oleh pragmatisme, yang dikenal dengan julukan ''[[Realpolitik]]''.<ref>Blackbourn, ''Long Century'', hlm. 175–179.</ref>
Bismarck menjelaskan inti dari ''Realpolitik'' dalam [[Darah dan Besi (pidato)|pidato "Darah dan Besi"nya]] pada 30 September 1862, segera setelah ia menjadi Presiden Menteri: "permasalahan-permasalahan besar saat ini tidak akan diselesaikan oleh pidato dan keputusan mayoritas-itu adalah kesalahan besar pada tahun 1848 dan 1849—tetapi oleh besi dan darah."<ref>Hollyday, 1970, hlm. 16–18.</ref> Kata-kata Bismarck, "besi dan darah" (atau "darah dan besi"),
== Mendirikan negara bersatu ==
Baris 187:
{{legend|#00FF00|Netral}}
{{legend|#FFFF00|Di bawah pemerintahan gabungan (Schleswig-Holstein)}}]]
Episode kedua dalam upaya penyatuan oleh Bismarck berlangsung pada tahun 1866. Bersamaandengan [[penyatuan Italia|Italia yang baru dibentuk]], Bismarck menciptakan keadaan diplomatik yang membuat Austria menyatakan perang pada Prusia. Sebelum perang meletus, di Frankfurt kedua negara mengklaim sebagai perwakilan semua negara-negara Jerman di parlemen. Pada April 1866, perwakilan Prusia di [[Firenze]] menandatangani perjanjian rahasia dengan pemerintah Italia. Mereka berjanji untuk membantu satu sama lain dalam perang melawan Austria. Pada hari berikutnya, perwakilan Prusia di dewan Frankfurt mempresentasikan rencana yang menyerukan pembuatan konstitusi nasional, dewan nasional yang dipilih secara langsung, dan [[hak pilih universal]]. Kaum liberal Jerman meragukan rencana ini karena telah menyaksikan hubungan Bismarck yang ambigu dan sulit dengan ''Landtag'' Prusia (Parlemen Negara): Bismarck
==== Mendukung Austria atau Prusia ====
Baris 205:
Perjanjian perdamaian perlu segera ditandatangani agar Rusia tidak campur tangan untuk membantu Austria.<ref>Taylor, ''Bismarck'', hlm. 87–88.</ref> Prusia mencaplok [[Kerajaan Hannover|Hannover]], [[Elektorat Hesse|Hesse-Kassel]], [[Kadipaten Nassau|Nassau]], dan [[Kota Bebas Frankfurt|Frankfurt]]. [[Kadipaten Agung Hesse|Hesse Darmstadt]] kehilangan sebagian wilayahnya, tetapi kedaulatannya masih tetap ada. Negara-negara di sebelah selatan sungai [[Main (sungai)|Main]] (Baden, Württemberg, dan Bayern) menandatangani perjanjian terpisah yang mengharuskan mereka membayar ganti rugi dan membentuk persekutuan dengan Prusia, sehingga memasukkan mereka ke dalam lingkup pengaruh Prusia. Austria dan sebagian besar sekutunya dikecualikan dari [[Konfederasi Jerman Utara]].<ref>Sheehan, hlm. 910.</ref>
Berakhirnya dominasi Austria atas negara-negara Jerman mengalihkan perhatian Austria ke wilayah [[Balkan]]. Pada tahun 1867, kaisar Austria [[Franz Joseph I dari Austria|Franz Joseph]] menerima penetapan ([[Kompromi Austria-
Kekalahan Austria mengakibatkan peninjauan kembali divisi internal, otonomi lokal, dan liberalisme.<ref>Sheehan, hlm. 909–910; Wawro, Chapter 11.</ref> Konfederasi Jerman Utara yang baru memiliki konstitusi, bendera, dan struktur pemerintahan dan administratifnya sendiri. Melalui kemenangan militer, Prusia di bawah pengaruh Bismarck telah mengalahkan perlawanan Austria terhadap gagasan penyatuan Jerman. Pengaruh Austria terhadap negara-negara Jerman telah dihancurkan, tetapi perang ini juga memecah semangat persatuan pan-Jerman: sebagian besar negara-negara Jerman tidak menyukai politik kekuatan Prusia.<ref>Blackbourn, ''Long Century'', Chapter V: ''From Reaction to Unification'', hlm. 225–269.</ref>
Baris 224:
=== Proklamasi Kekaisaran Jerman ===
Penangkapan kaisar Prancis yang memalukan dan penawanan seluruh angkatan bersenjata Prancis mengacaukan pemerintahan Prancis; musuh-musuh Napoleon menjatuhkan pemerintahannya dan memproklamirkan [[Republik Prancis Ketiga]].<ref>Howard, hlm. 222–230.</ref> Komando Tinggi Jerman memperkirakan tawaran perdamaian dari Prancis, namun republik baru menolak menyerah. Angkatan bersenjata Prusia [[Pengepungan Paris (1870-1871)|mengepung Paris]] hingga pertengahan Januari, dan kota tersebut "dibombardir secara tidak efektif"".<ref>Taylor, ''Bismarck'', hlm. 126</ref> Pada 18 Januari 1871, pangeran-pangeran Jerman dan komandan militer senior memproklamirkan [[Wilhelm I dari Jerman|Wilhelm]] sebagai "Kaisar Jerman" di [[Balai Cermin (Istana Versailles)|Balai Cermin]] [[Istana Versailles]].<ref>[http://www.dhm.de/lemo/html/kaiserreich/innenpolitik/reichsgruendung/index.html Die Reichsgründung 1871] (The Foundation of the Empire, 1871), Lebendiges virtuelles Museum Online, accessed 2008-12-22. German text translated: [...] on the wishes of Wilhelm I, on the 170th anniversary of the elevation of the House of Brandenburg to princely status on 18 January 1701, the assembled German princes and high military officials proclaimed Wilhelm I as German Emperor in the Hall of Mirrors at the Versailles Palace.</ref> Berdasarkan [[Traktat Frankfurt (1871)|Traktat Frankfurt]] yang ditandatangan sesudahnya, Prancis menyerahkan wilayah berbahasa Jermannya ([[Alsace]] dan wilayah [[Lorraine]] yang berbahasa Jerman); membayar ganti rugi (berdasarkan populasi) yang disesuaikan dengan jumlah yang ditetapkan oleh Napoleon Bonaparte terhadap Prusia pada tahun 1807;<ref>Taylor, ''Bismarck'', hlm. 133.</ref> dan menerima pemerintahan Jerman atas Paris dan sebagian besar Prancis utara, dan "tentara Jerman akan mundur bertahap setiap kali pembayaran ganti rugi dicicil".<ref>Crankshaw, Edward. ''Bismarck''. New York, The Viking Press, 1981, hlm. 299.</ref>
▲[[Berkas:Wernerprokla.jpg|jmpl|upright=1.67|18 Januari 1871: Proklamasi [[Kekaisaran Jerman]] di [[Balai Cermin (Istana Versailles)|Balai Cermin]] [[Istana Versailles]]. [[Otto von Bismarck|Bismarck]] berpakaian putih. Adipati Agung Baden berdiri di samping Wilhelm. Putra Mahkota Friedrich, nantinya menjadi [[Frederick III, Kaisar Jerman|Friedrich III]], berdiri di sebelah kanan ayahnya. Lukisan dibuat oleh [[Anton von Werner]].]]
=== Kepentingan dalam proses penyatuan ===
Baris 256 ⟶ 255:
Apabila reli Wartburg dan Hambach tidak memiliki konstitusi dan aparatur administratif, masalah tersebut diselesaikan pada tahun 1867 dan 1871. Namun, pidato besar, bendera, penonton yang antusias, konstitusi, reorganisasi pollitik, superstruktur kekaisaran, dan perubahan pada uni pabean pada tahun 1867-68 masih belum menghasilkan suatu [[bangsa]].<ref>Blackbourn, ''Long Century'', hlm. 240–290.</ref>
Salah satu unsur penting dalam suatu negara-bangsa adalah budaya nasional, yang
=== ''Kulturkampf'' ===
Baris 269 ⟶ 268:
[[Yahudi Ashkenazi]] merupakan salah satu minoritas yang rentan di Jerman. Semenjak tahun 1780, setelah diberlakukannya emansipasi oleh Kaisar Romawi Suci [[Joseph II, Kaisar Romawi Suci|Joseph II]], Yahudi di bekas wilayah Habsburg menikmati hak istimewa dalam bidang ekonomi dan hukum: misalnya, mereka boleh memiliki tanah, dan mereka tidak harus tinggal di daerah Yahudi (juga disebut ''[[Ghetto|Judengasse]]''). Mereka juga dapat masuk universitas dan berprofesi. Selama era Napoleon, pembatas antara orang-orang Yahudi dan Kristen mulai sirna. Napoleon memerintahkan [[emansipasi Yahudi]] di wilayah yang dikuasai oleh Prancis. Yahudi yang kaya, seperti orang-orang Prancis lainnya, mensponsori [[Salon (perkumpulan)|perkumpulan "salon"]]; beberapa ''salonnières'' Yahudi mengadakan pertemuan penting di Frankfurt dan Berlin, dan di tempat tersebut kaum intelektual Jerman mengembangkan intelektualisme republikannya tersendiri. Dalam dasawarsa-dasawarsa berikutnya, setelah kekalahan Prancis, tanggapan negatif terhadap percampuran orang Yahudi dan Kristen membatasi dampak intelektual salon-salon tersebut. Selain salon, Yahudi meneruskan proses [[Jermanisasi]] dengan menggunakan cara berpakaian dan berbicara Jerman, dan berusaha untuk masuk ke dalam ruang publik Jerman pada abad ke-19. Pergerakan reformasi religius di antara orang-orang Yahudi Jerman mencerminkan upaya ini.<ref>Marion Kaplan, ''The making of the Jewish middle class: women, family, and identity in Imperial Germany'', New York, 1991.</ref>
Pada saat penyatuan, Yahudi Jerman berperan penting dalam dasar intelektual Jerman. Pengusiran orang Yahudi dari Rusia pada tahun 1880-an dan 1890-an mempersulit integrasi ke ruang publik Jerman. Ribuan Yahudi Rusia tersebut tiba di kota-kota Jerman utara; mereka dianggap kurang berpendidikan dan kurang makmur, dan kemiskinan mereka
=== Proses penulisan sejarah ===
Baris 372 ⟶ 371:
* [http://www.fordham.edu/halsall/mod/germanunification.html Dokumen Penyatuan Jerman]
{{artikel pilihan}}
{{Penyatuan Jerman}}{{Topik Jerman}}
{{DEFAULTSORT:Penyatuan Jerman}}
[[Kategori:Konflik dalam tahun 1866]]
[[Kategori:Konflik dalam tahun 1871]]
[[Kategori:Jerman
[[Kategori:Kekaisaran Romawi Suci]]
[[Kategori:Penyatuan bangsa|Jerman]]
[[Kategori:Revolusi tahun 1848]]
[[Kategori:Nasionalisme Jerman]]
|