Suku Tengger: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Etnik |
||
(42 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{ethnic group|
|group=Suku Tengger
|image=
| |population=± 500.000 jiwa
|popplace=Pegunungan [[Taman Nasional Bromo Tengger Semeru|Bromo-Tengger-Semeru]], [[Jawa Timur]]
|langs=[[Bahasa Tengger|Bahasa Jawa Tengger]] & [[Bahasa Indonesia]]
|rels='''Mayoritas'''<br>{{•}}[[Berkas:Simbol aum.png|13px]] [[Hindu Jawa]]<br>{{•}}[[Berkas:Dharma Wheel (2).svg|18px]] [[Buda Tengger|Budha Tengger]]<br><br>'''Minoritas'''<br>{{•}}[[Berkas:Allah-green.svg|15px]] [[Islam|Islam Sunni]]<br>{{•}}[[Berkas:Christian cross.svg|12px]] [[Kristen]] ([[Protestan]] & [[Katolik]])</br>
|related=[[
}}
[[Berkas:MelastiSuku Tengger Bromo.jpg|jmpl|Upacara [[Melasti]] Suku Tengger di Bromo.]]
'''Suku Tengger''' atau lazim disebut '''Orang Jawa Tengger''' ([[Alfabet Fonetis Internasional|IPA]]: /tənggər/) atau juga disebut ''
== Asal nama ==
Baris 20:
== Agama ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Ceremonie TMnr 20018455.jpg|jmpl|Sajian Tengger, 1971.]]
Agama asli orang Tengger kemungkinan adalah sejenis campuran agama hindu-buddha zaman
Perasaan sebagai satu saudara dan satu keturunan Rara Anteng-Jaka Seger inilah yang menyebabkan suku Tengger tidak menerapkan sistem kasta dalam kehidupan sehari-hari.
== Budaya ==
Bagi suku Jawa Tengger, [[Gunung Bromo]] atau ''Gunung Brahma'' dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara ''[[Kasada|Yadnya Kasada]]'' atau ''Kasodo''. Upacara ini bertempat di sebuah [[pura]] yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara yakni Pura Luhur Poten Bromo dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Sebelum didirikan pura di tempat tersebut hanyalah pelataran dari semen, tempat seluruh dukun pandhita se-Tengger melakukan Upacara Kasadha. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15
Upacara adat lain yang dilakukan orang Tengger dapat dibagi menjadi upacara kalenderis dan upacara non-kalenderis. Semua upacara ini intinya dilakukan untuk mengharap keselamatan untuk manusia dan lingkungannya.
Baris 34 ⟶ 35:
a. Pujan Karo/Riyaya Karo:
dilaksanakan pada bulan ke-2 (bulan Karo) sejak tanggal ke-7 hingga ke-22. Termasuk salah satu upacara besar untuk memperingati terjadinya dualitas di dunia terutama laki-laki dan wanita, baik dan buruk. Makna lainnya, terutama di desa Ngadas [[Malang]] adalah untuk memperingati perseteruan abdi Ajisaka dan Nabi Muhammad, dan secara umum memperingati hubungan Buddha dan Islam (dalam Hefner, 1980). Puncak upacara dilakukan pada tanggal ke-15 saat bulan purnama. Pelaksanaan di tiap desa Tengger berbeda-beda. Orang Tengger di [[Pasuruan]] (Brang Kulon) melaksanakan Tari Sodoran yang diikuti beberapa desa namun dipusatkan di satu desa. Orang Tengger [[Kabupaten Probolinggo|Probolinggo]] khusus di desa Ngadisari, Wonotoro, dan Jetak melakukan Tari Sodoran bersama. Satu desa secara bergantian menjadi tuan rumah sementara dua desa lain menjadi pengantin laki-laki dan perempuan (yang diperankan oleh masing-masing kepala desa). Tari sodoran adalah tati yang menyimbolkan hubungan intim antara suami dan istri. Desa Ngadirejo, Ngadas, dan Wonokerto juga melakukan tradisi ini, tetapi karena penduduk desa Wonokerto telah menganut Islam dan tidak melakukan adat Tengger lagi maka tari sodoran ketiga desa tersebut sudah tidak dilakukan. Sementara itu desa-desa sisanya tidak melakukan
b. Pujan Kapat:
Baris 88 ⟶ 89:
3. Mbok Dandan / pedandan
Biasanya adalah istri dari dukun pandhita. Bertugas memasak, membuat, dan
4. Pak Sanggar
Lelaki yang bertugas menjaga sanggar agung desa. Tidak ada disetiap desa, karena biasanya tugas ini dilakukan oleh kepala desa. . Diperkirakan baru muncul kemudian, karena perintah penjajah untuk memisahkan peran kepala desa dari ranah ritual.
== Lihat pula ==
* [[Bahasa Tengger]]
== Rujukan ==
{{reflist}}
[[Robert W. Hefner]]. 1980. Hindu Javanese, Tengger Tradition, and Islam. Princeton University▼
== Kepustakaan ==
Dwi Ratna Nurhajarini. 2015. Sistem Kalender Tengger Mecak dalam Tata Kehiduoan Masyarakat Tengger. Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta.▼
▲* [[Robert W. Hefner]]. 1980. Hindu Javanese, Tengger Tradition, and Islam. Princeton University.
▲* Dwi Ratna Nurhajarini. 2015. Sistem Kalender Tengger Mecak dalam Tata Kehiduoan Masyarakat Tengger. Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta.
{{Commons category|Tengger people}}
[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia|Tengger]]▼
{{Wikivoyage|Bromo-Tengger-Semeru National Park}}
[[Kategori:Suku bangsa di Jawa Timur|Tengger]]
|