Masjid Angke: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Horidian75 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
 
(11 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee te Angke bij Batavia TMnr 60048715.jpg|jmpl|300px|Masjid Angke, antara tahun 1900-1940]]
{{Infobox religious building
[[Berkas:|image = COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee te Angke bij Batavia TMnr 60048715.jpg|jmpl|300px|Masjid Angke, antara tahun 1900-1940]]
|caption = Masjid Angke, antara tahun 1900-1940
|building_name = Masjid Angke
|location = [[Tambora, Jakarta Barat|Tambora]], [[Kota Administrasi Jakarta Barat|Jakarta Barat]]
| province = {{flag|Daerah Khusus Ibukota Jakarta}}
| country = {{flag|Indonesia}}
| religious_affiliation = [[Islam]] – [[Sunni]]
|website =
|architect =
|architecture_type = [[Masjid]]
|architecture_style =
|groundbreaking = 1758
|year_completed = [[1761]]
|construction_cost =
|capacity =
|dome_quantity =
|dome_height_outer =
|dome_dia_outer =
|minaret_quantity =
|minaret_height =
}}
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee en begraafplaats in Angké Batavia TMnr 10016512.jpg|jmpl|300px|Masjid Angke, 1921. Sekelilingnya masih ''kebon'', banyak berpohon-pohon]]
 
'''Masjid Angke''', atau yang kini dikenal sebagai '''Masjid Al-Anwar''', adalah salah satu [[masjid]] tertua di [[DKI Jakarta]].<ref>{{Cite web|url=http://encyclopedia.jakarta-tourism.go.id/post/masjid-angke--wisata-sejarah?lang=id|title=Masjid Angke, Wisata Sejarah|website=encyclopedia.jakarta-tourism.go.id|access-date=2020-02-11}}</ref> Masjid yang terletak di Kelurahan [[Angke, Tambora, Jakarta Barat|Angke]], Kecamatan [[Tambora, Jakarta Barat|Tambora]], [[Jakarta Barat]] ini diyakini dibangun oleh sekelompok orang [[Bali]] di [[Batavia]] pada tahun 1761.
 
== Sejarah ==
Sebagaimana tertulis pada kaligrafi di ambang pintu sebelah timur, Masjid Angke dibangun pada tahun 1761 M (tepatnya, tanggal 26 Sya'ban 1174 H).<ref name=lombard/><ref name=bert>Berty Sinaulan: [http://www.kompasiana.com/bertysinaulan/masjid-angke-riwayatmu-dulu_589988843f23bda71b97da69 ''Masjid Angke Riwayatmu Dulu''], artikel ''Kompasiana'' 7 Februari 2017 | 15:42. Diakses 28-08-2017</ref> Mengingat letaknya yang berada di tengah-tengah permukiman --pada saat itu-- suku [[Bali]] di Batavia, sejarawan [[Denys Lombard]] dan juga [[Adolf Heuken]] cenderung menganggap orang-orang Bali itulah yang membangun masjid tersebut. Dugaan ini diperkuat oleh arsitektur masjid yang untuk sebagiannya berciri budaya Bali. Tercatat pula bahwa pada tahun 1804, seorang kapitan (pemimpin) suku Bali bernama Mohammad Paridan Tousalette Babandan telah menyumbangkan perolehannya dari sewa dua puluh lima rumah petak miliknya di daerah Patuakan (kini kawasan Jl Perniagaan) untuk kas Masjid Angke.<ref name=lombard>{{cite journal|last1=Lombard|first1=Denys|title=A travers le vieux Djakarta (1)|journal=Archipel|date=1972|volume=3|issue=1|pages=97–101|doi=10.3406/arch.1972.987|url=http://www.persee.fr/doc/arch_0044-8613_1972_num_3_1_987|accessdate=28-08-2017}}</ref>{{rp|98-9}}<ref name=heuken>{{aut|[[Adolf Heuken|Heuken, A.]]}} 2016. ''Tempat-tempat bersejarah di Jakarta''. Jakarta:Cipta Loka Caraka.</ref>{{rp|217}}
 
Orang-orang Bali telah diketahui lama sebagai bagian yang cukup banyak jumlahnya dari penduduk Batavia, bahkan mendominasi pada awal abad-19.<ref>{{aut|Kumar, A.}} 1976. ''Surapati: Man and Legend, a study of three babad traditions'', [https://books.google.co.id/books?id=m7sUAAAAIAAJ&pg=PA19#v=onepage&q&f=false p.19]. Austral. Nat. Univ. Centre for Oriental Studies, Oriental monograph series no. 20. Leiden:E.J. Brill</ref> Pada mulanya kebanyakan orang Bali datang sebagai budak belian untuk dipekerjakan di tanah-tanah pertanian sekitar Batavia atau mengurus rumah orang-orang [[Belanda]]. Pada gelombang berikutnya, orang-orang Bali ini datang atas kemauan sendiri sebagai orang bebas dan berkelompok-kelompok mendaftar masuk dinas tentara [[Kompeni]].<ref name=heuken/>{{rp|217}} Terkenal salah satunya adalah Gusti Ktut Badulu, kapitan suku Bali yang pada 1709 datang dan tinggal di kampung yang belakangan dikenal sebagai Kampung Gusti, tidak jauh dari Angke. Ia, bersama 300 pengikutnya, kemudian berperang bersama tentara Kompeni di [[Malabar]] dan juga [[Ternate]].<ref name=lombard/>{{rp|98}} Hingga kini, sebagai warisan orang-orang Bali ini, masih dikenal tiga atau empat tempat di Jakarta yang bernama [[Kampung Bali]].
 
Namun demikian, ada pula yang meyakini bahwa Masjid Angke dibangun oleh seorang wanita [[Tionghoa]] bernama Tan Nio, dengan arsiteknya Syaikh Liong Tan.<ref name=arung>Aroengbinang: [https://www.thearoengbinangproject.com/masjid-angke-jakarta/ ''Masjid Angke Jakarta''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170828230607/https://www.thearoengbinangproject.com/masjid-angke-jakarta/ |date=2017-08-28 }}. Diakses 28-08-2017</ref><ref>CNN Indonesia: [https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150719034017-241-67117/menara-pengintai-rahasia-di-masjid-jami-angke/ ''Menara Pengintai Rahasia di Masjid Jami Angke''], artikel Minggu, 19/07/2015 | 12:28 WIB. Diakses 28-08-2017</ref> Di pemakaman kecil di belakang masjid ini memang terdapat beberapa kuburan. Yang tertua di antaranya nisannya bertulisan aksara Cina: ''"Chen men Wang shi zhi mu"'', 'Nisan ny. Chen yang lahir sebagai Wang'.<ref name=lombard/>{{rp|100}}<ref name=heuken/>{{rp|218}}
 
Selain dikenal sebagai Kampung Bali, permukiman tempat masjid ini berdiri juga dinamai orang Kampung Jembatan Dua (sekarang) atau Kampung Rawa Bebek (dahulu). Menyangkut Kampung Rawa Bebek ini, pernah ada catatan bahwa pada tahun 1621 seorang [[Tionghoa]] muslim bernama Gouw Cay memperoleh sebidang tanah di Kampung Bebek di sebelah utara [[Angke, Tambora, Jakarta Barat|Angke]] untuk membangun masjid. Gouw Cay alias Jan Con, adalah seorang tukang kayu dari [[Banten]] yang menjadi sekretaris [[Souw Beng Kong]] -[[kapitan Cina]] pada masa Gubernur Jenderal [[Jan Pieterszoon Coen]].<ref name=heuken/>{{rp|216}} Tidak diketahui dengan jelas mengenai pelaksanaan rencana pendirian masjid itu selanjutnya, namun beberapa peneliti dan pemerhati meragukan bahwa Masjid Angke sekarang adalah masjid yang didirikan oleh Gouw Cay. Salah satu alasannya adalah, catatan [[François Valentijn]] --seorang misionaris Belanda yang juga seorang naturalis dan penulis-- dalam bukunya, ''Oud en Nieuw Oost-Indiën'' yang terbit pada tahun 1727, sama sekali tidak menyebut-nyebut adanya sebuah masjid di sekitar Kali Angke.<ref name=bert/>
Baris 24 ⟶ 48:
Dalam area makam Pangeran Syarief Hamid Alkadrie terdapat 15 makam, yang mana mereka adalah para pejuang dan suhada yg berjasa dalam menyebarkan agama islam serta membantu perjuangan Pangeran Tubagus Angke dalam melawan penjajah.
 
Didalam area makam tersebut juga terdapat makam pengurus masjid jami angke yg pertama Kumpi Nadjihun (wafat 1763) putra dari Syeh Achmad (pangeran Pak Pak) cucu dari pangeran Tubagus Angke.
 
== Catatan kaki ==
Baris 33 ⟶ 57:
 
{{coord|-6.14339|106.79607|region:ID_type:landmark_scale:3700|display=title}}
{{Masjid di Indonesia}}
 
[[Kategori:Masjid di Jakarta|A]]
[[Kategori:Bangunan bersejarah di Jakarta]]