Seni tradisional Banyumasan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rawins (bicara | kontrib)
Laisan: Pengertian dari laisan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(50 revisi perantara oleh 36 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Kesenian tradisional Banyumas''' adalah kekayaan budaya benda maupun tak benda yang tumbuh dan berkembang di wilayah bekas [[Keresidenan]] [[Banyumas]], meliputi [[Kabupaten Cilacap]], [[Kabupaten Banyumas]], [[Kabupaten Purbalingga]], dan [[Kabupaten Banjarnegara]]. Sesuai dengan letak geografisnya, kesenian-kesenian di wilayah itu mendapatkan pengaruh dari pusat kebudayaan [[keraton]] [[Mataram]] [[Yogyakarta]], dan [[Surakarta]]. Namun seiring perkembangan zaman, pengaruh-pengaruh dari luar Banyumas itu hanya memperkaya khasanah saja, sebab kesenian-kesenian Banyumas memiliki karakternya sendiri, yaitu sebuah entitas kebudayaan ''ngapak''. Kekhasan seni tradisi Banyumas bahkan menyebarkan pengaruh terhadap budaya sekitar, antara lain ke wilayah bekas keresidenan [[Kedu]] dan [[Pekalongan]].<ref>[http://www.cilacapkab.go.id Situs resmi Kabupaten Cilacap, diakses 8 Feb 2015]</ref><ref>[http://www.banyumaskab.go.id Situs resmi Kabupaten Banyumas] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200624034823/https://www.banyumaskab.go.id/ |date=2020-06-24 }}, diakses 8 Feb 2015</ref><ref>[http://www.banjarnegarakab.go.id Situs resmi Kabupaten Banjarnegara], diakses 8 Feb 2015</ref><ref>[http://www.purbalinggakab.go.id Situs resmi Kabupaten Purbalingga], diakses 8 Feb 2015</ref>
{{rapikan}}
== Kesenian Tradisional Banyumasan ==
Seni dan Budaya khas [[Banyumasan]] tumbuh dan berkembang seusia dengan [[peradaban Jawa Kuna]].
 
=== AnggukEbeg ===
Budaya Banyumasan juga diperkaya dengan masuknya gaya budaya [[Mataram]] (Yogya-Solo) dan [[Sunda]] (Pasundan/Priangan) dan kini mulai disisipi pernik-pernik [[kontemporer]].
Varian''[[Ebeg]]'' lainadalah jenis tarian rakyat yang berkembang di wilayah [[Banyumasan]]. Varian dari jenis kesenian ini di daerah lain dikenal dengan nama [[kuda lumping]], ataudan jaran kepang,. adaAda juga yang menamakannya [[''jathilan]]''<ref>{{Cite web|last=Yngvesson|first=Dag|last2=Yngvesson|first2=Rachmi Diyah Larasati|date=2007|title=Javanese Jatilan and self-making: A phenomenological approach (FILM)|url=http://dx.doi.org/10.1037/e619482011-041|website=PsycEXTRA Dataset|access-date=2024-01-05}}</ref> (Yogyakarta) jugadan [[reog]] (Jawa Timur). Tarian ini menggunakan “ebeg”''ebeg'' yaitu anyaman bambu yang dibentuk menyerupai kuda berwarna hitam atau putih dan diberi ''kerincingan''. Penarinya mengenakan celana panjang dilapisi kain [[batik]] sebatas lutut dan berkacamata hitam, mengenakan mahkota dan sumping ditelinganya. Pada kedua pergelangan tangan dan kaki dipasangi gelang-gelang kerincingan sehingga gerakan tangan dan kaki penari ''ebeg'' selalu dibarengi dengan bunyi kerincingan. JumlahPenari penariterdiri ebeg 8 oarang atau lebih,dari dua orang berperan sebagai ''penthul-tembem ''(penari topeng yang lebih sering melucu menggoda penonton), seorang berperan sebagai pemimpin atau dalang, 7 orang lagi sebagai penabuh gamelan,. jadiJadi satu grup ebeg bisadapat beranggotakan 16 orang atau lebih. Semua penari menggunakan alat bantu ''ebeg,'' sedangkankecuali penthul-tembem memakai topeng. Tarian ebegEbeg termasuk jenis tari massal, pertunjukannya memerlukan tempat pagelaran yang cukup luas seperti lapangan atau pelataran/halaman rumah yang cukup luas. Waktu pertunjukan umumnya siang hari dengan durasi antara 1 – 4 jam. Peralatan untuk Gendhinggending pengiring yang dipergunakan antara lain kendang, saron, kenong, gong, dan terompet. Selain peralatan Gendhinggendhing dan taritarian, ada juga ''ubarampe'' (sesaji) yang mestiselalu disediakan berupa : bunga-bungaan, pisang raja dan pisang mas, kelapa muda, (dewegan),jajanan pasar,dll dan lain-lain. Untuk mengiringi tarian ini selalu digunakan lagu-lagu irama [[Banyumasan]] seperti [[ricik-ricik]], [[gudril]], [[blendrong]], [[lung gadung]], eling-eling ( crebonancirebonan), dan lain-lain. Yang unik, disaat pagelaran, saat trans (kerasukan/''mendem)'' para pemainnya biasa memakan pecahan kaca (beling) atau barang tajam lainnya, mengupas kelapa dengan gigi, makan padi dari tangkainya, dhedek (katul)bekatul, bara api, dll.dan lain-lain, sehingga menunjukkan kekuatannya [[Satria]],. demikianDemikian pula pemain yang manaiki kuda kepang menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan segala atraksinya. Biasanya dalam pertunjukan ebeg dilengkapi dengan atraksi barongan, penthul dan cepet. Dalam pertunjukannya, ebeg diiringi oleh [[gamelan]] yangbarongsai lazima disebutla bendheBanyumas.
Dari budaya Banyumasan ini lahir bentuk-bentuk kesenian tradisional yang juga berkarakter Banyumasan seperti [[ebeg]], [[lengger-calung]], [[angguk]], [[wayang kulit gagrak Banyumasan]], [[gendhing Banyumasan]], [[begalan]] dan lain-lain. Sedangkan di wilayah yang berbatasan langsung dengan daerah Jawa Barat lebih memiliki gaya budaya [[Pasundan]] seperti kesenian [[sisingaan]], [[gendang rampak]], [[rengkong]], [[calung]] dan lain-lain.
 
=== EbegLaisan ===
Laisan adalah jenis kesenian yang melekat pada kesenian ebeg. Laisan dilakukan oleh seorang pemain pria yang sedang mendem,kesurupan. badannyaBadannya ditindih dengan lesung terus dimasukkan ke dalam kurungan, biasanya kurungan ayam,. di dalamDalam kurungan itulah Laisan berdandan seperti wanita. Setelah terlebih dulu dimantra-mantara, kurunganpun dibuka, dan munculah pria tersebut dengan mengenakan pakaian wanita lengkap. Laisan muncul di tengah pertunjukan ebeg. Pada pertunjukan ebeg komersial, salah seorang pemain biasanya melakukan ''thole-thole'' yaitu menari berkeliling arena sambil membawa tampah untuk mendapatkan sumbangan. Laisan juga dikenalLapisan, di wilayah lain (wetan)bisa dandisebut mereka biasa menyebutnya Sintren.sintren
''[[Ebeg]]''' adalah jenis tarian rakyat yang berkembang di wilayah [[Banyumasan]].
Varian lain dari jenis kesenian ini di daerah lain dikenal dengan nama [[kuda lumping]] atau jaran kepang, ada juga yang menamakannya [[jathilan]] (Yogyakarta) juga [[reog]] (Jawa Timur). Tarian ini menggunakan “ebeg” yaitu anyaman bambu yang dibentuk menyerupai kuda berwarna hitam atau putih dan diberi kerincingan. Penarinya mengenakan celana panjang dilapisi kain [[batik]] sebatas lutut dan berkacamata hitam, mengenakan mahkota dan sumping ditelinganya. Pada kedua pergelangan tangan dan kaki dipasangi gelang-gelang kerincingan sehingga gerakan tangan dan kaki penari ebeg selalu dibarengi dengan bunyi kerincingan. Jumlah penari ebeg 8 oarang atau lebih, dua orang berperan sebagai penthul-tembem, seorang berperan sebagai pemimpin atau dalang, 7 orang lagi sebagai penabuh gamelan, jadi satu grup ebeg bisa beranggotakan 16 orang atau lebih. Semua penari menggunakan alat bantu ebeg sedangkan penthul-tembem memakai topeng. Tarian ebeg termasuk jenis tari massal, pertunjukannya memerlukan tempat pagelaran yang cukup luas seperti lapangan atau pelataran/halaman rumah yang cukup luas. Waktu pertunjukan umumnya siang hari dengan durasi antara 1 – 4 jam. Peralatan untuk Gendhing pengiring yang dipergunakan antara lain kendang, saron, kenong, gong dan terompet. Selain peralatan Gendhing dan tari, ada juga ubarampe (sesaji) yang mesti disediakan berupa : bunga-bungaan, pisang raja dan pisang mas, kelapa muda (dewegan),jajanan pasar,dll. Untuk mengiringi tarian ini selalu digunakan lagu-lagu irama Banyumasan seperti [[ricik-ricik]], [[gudril]], [[blendrong]], [[lung gadung]],( crebonan), dan lain-lain. Yang unik, disaat pagelaran, saat trans (kerasukan/mendem) para pemainnya biasa memakan pecahan kaca (beling) atau barang tajam lainnya, mengupas kelapa dengan gigi, makan padi dari tangkainya, dhedek (katul), bara api, dll. sehingga menunjukkan kekuatannya [[Satria]], demikian pula pemain yang manaiki kuda kepang menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan segala atraksinya. Biasanya dalam pertunjukan ebeg dilengkapi dengan atraksi barongan, penthul dan cepet. Dalam pertunjukannya, ebeg diiringi oleh [[gamelan]] yang lazim disebut bendhe.
 
=== LaisanLengger-Calung ===
DuluKesenian tradisional lengger-calung tumbuh dan berkembang di wilayah ini. Sesuai namanya, tarian lengger-calung terdiri dari ''lengger'' (penari) dan calung (gamelan bambu), gerakan tariannya sangat dinamis dan lincah mengikuti irama calung. Gerakan khas tarian lengger antara lain ''geyol, gedheg, ''dan'' ''lempar sampur. Dahulu, penari lengger adalah pria yang berdandan seperti wanita, tetapi kini penarinya umumnya ditarikan oleh wanita cantik, sedangkan penari prianya hanyalah sebagai badut pelengkap yang berfungsi untuk memeriahkan suasana,. badutBadut biasanya hadir pada pertengahan pertunjukan. Jumlah penari lengger antara 2 sampai 4 orang, mereka harus berdandan sedemikian rupa sehingga kelihatan sangat menarik, rambut kepala disanggul, leher sampai dada bagian atas biasanya terbuka, sampur atau selendang biasanya dikalungkan dibahu, mengenakan kain/jarit dan stagen. Lengger menari mengikuti irama khas Banyumasan yang lincah dan dinamis dengan didominasi oleh gerakan pinggul sehingga terlihat sangat menggemaskan. Peralatan gamelan calung terdiri dari gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong dan gong yang semuanya terbuat dari bambu wulung (hitam),. sedangkanYang kendangtidak atauterbuat gendangdari samabambu hanyalah gendang, seperti gendang biasapada umumnya. Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lebih dikenal sebagai sinden. Satu grup calung minimal memerlukan 7 orang anggota, terdiri dari penabuh gamelan dan penari/lengger.<ref>{{Cite web |url=http://www.tabloidpamor.com/berita-314-lengger-calung-banyumasan.html |title=Tabloid Pamor, diakses 8 Feb 2015 |access-date=2015-02-08 |archive-date=2015-02-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150208072419/http://www.tabloidpamor.com/berita-314-lengger-calung-banyumasan.html |dead-url=yes }}</ref>
Laisan adalah jenis kesenian yang melekat pada kesenian ebeg. Laisan dilakukan oleh seorang pemain pria yang sedang mendem, badannya ditindih dengan lesung terus dimasukkan ke dalam kurungan, biasanya kurungan ayam, di dalam kurungan itulah Laisan berdandan seperti wanita. Setelah terlebih dulu dimantra-mantara, kurunganpun dibuka, dan munculah pria tersebut dengan mengenakan pakaian wanita lengkap. Laisan muncul di tengah pertunjukan ebeg. Pada pertunjukan ebeg komersial, salah seorang pemain biasanya melakukan thole-thole yaitu menari berkeliling arena sambil membawa tampah untuk mendapatkan sumbangan. Laisan juga dikenal di wilayah lain (wetan) dan mereka biasa menyebutnya Sintren.
 
== Angguk banyumasan ==
Tarian jenis ini sudah ada sejak abad ke -17, dibawa paraoleh mubaligpara penyebar agama Islam yang datang dari wilayah Mataram-Bagelen. Tarian ini disebut angguk karena penarinya sering memainkan gerakan mengangguk-anggukan kepala. Kesenian angguk yang bercorak Islam ini mulanya berfungsi sebagai salah satu alat untuk menyiarkan agama Islam. Sayangnya jenis kesenian ini sekarang semakin jarang dipentaskan. Angguk dimainkan sedikitnya oleh 10 orang penari anak laki-laki berusia sekitar 12 tahun. Pakaian para penari umumnya berwarna hitam lengan panjang dengan garis-garis merah dan kuning di bagian dada/punggung sebagai hiasan. Celana panjang sampai lutut dengan hiasan garis merah, pulatanpa alas kaki, mengenakan kaos kaki panjang sebatas lutut tanpa sepatu, serta memakai topi pet berwarna hitam. Perangkat musiknya terdiri dari kendang, bedug, tambur, kencreng, 2 rebana, terbang (rebana besar) dan angklung. Syair lagu-lagu tari[[Tari anggukAngguk]] diambil dari kitab [[Barzanji]], sehingga syair-syair angguk pada awalnya memang menggunakanberbahasa bahasa Arab. tetapiTetapi akhir-akhir ini gerak tari dan syairnya mulai dimodifikasi dengan menyisipkan gerak tari serta bahasa khas Banyumasan tanpa merobahmengubah corak aslinya. Bentuk lain dari kesenian angguk adalah “aplang”,''aplang.'' bedanyaBedanya bila angguk dimainkan oleh remaja pria, maka “aplang”aplang atau “daeng”daeng dimainkan oleh remaja putri.
 
== KesenianWayang TradisionalKulit Gagrag Banyumasan ==
=== Lengger-Calung ===
Sebagaimana masyarakat Jawa pada umunyaumumnya, masyarakat Banyumasan juga gemar menonton pertunjukan wayang kulit. Pertunjukan wayang kulit di wilayah [[Banyumas lebih]] cenderung mengikuti pedalangan “gagrag”''gagrag'' atau gaya pedalangan khas [[Banyumasan]]. Seni pedalangan ''gagrag'' Banyumasan sebenarnya mirip gaya Yogya-Solo bercampur Kedu, baik dalam hal cerita, [[suluk]] maupun sabetannya,. bahasaBahasa yang dipergunakanpundipergunakan pun tetap mengikuti bahasa pedalangan layaknya, hanya bahasa para punakawan diucapkan dengan bahasa Banyumasan. Nama-nama tokoh wayang umumnya sama, hanya beberapa nama tokoh yang berbeda seperti Bagong (Solo) menjadi Bawor atau Carub. MenurutJika modeldalam punakawan Yogya-Solo, Bagong merupakan putra bungsu Ki Semar, dalam versi Banyumas menjadi anak tertua. Tokoh Bawor adalah maskotnya masyarakat Banyumas.
Kesenian tradisional lengger-calung tumbuh dan berkembang diwilayah ini. Sesuai namanya, tarian lengger-calung terdiri dari lengger (penari) dan calung (gamelan bambu), gerakan tariannya sangat dinamis dan lincah mengikuti irama calung. Diantara gerakan khas tarian lengger antara lain gerakan geyol, gedheg dan lempar sampur.
[[Berkas:Lengger.jpg|210px|thumb|right|Tari Lengger]]
Dulu penari lengger adalah pria yang berdandan seperti wanita, kini penarinya umumnya wanita cantik sedangkan penari prianya hanyalah sebagai badut pelengkap yang berfungsi untuk memeriahkan suasana, badut biasanya hadir pada pertengahan pertunjukan. Jumlah penari lengger antara 2 sampai 4 orang, mereka harus berdandan sedemikian rupa sehingga kelihatan sangat menarik, rambut kepala disanggul, leher sampai dada bagian atas biasanya terbuka, sampur atau selendang biasanya dikalungkan dibahu, mengenakan kain/jarit dan stagen. Lengger menari mengikuti irama khas Banyumasan yang lincah dan dinamis dengan didominasi oleh gerakan pinggul sehingga terlihat sangat menggemaskan. Peralatan gamelan calung terdiri dari gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong dan gong yang semuanya terbuat dari bambu wulung (hitam), sedangkan kendang atau gendang sama seperti gendang biasa. Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lebih dikenal sebagai sinden. Satu grup calung minimal memerlukan 7 orang anggota terdiri dari penabuh gamelan dan penari/lengger.
 
Ciri utama dari wayang kulit ''gagrag'' Banyumasan adalah nafasnapas kerakyatannya yang begitu kental, dan Ki Dalangdalang memang berupaya menampilkan realitas dinamika kehidupan yang ada di masyarakat. Tokoh pedalangan untuk [[Wayang Kulit Gagrag Banyumasan]] yang terkenal saat ini antara lain Ki Sugito Purbacarito, Ki Sugino Siswacarito, dan Ki Suwarjono dan lain-lain.
=== Angguk ===
Tarian jenis ini sudah ada sejak abad ke 17 dibawa para mubalig penyebar agama Islam yang datang dari wilayah Mataram-Bagelen. Tarian ini disebut angguk karena penarinya sering memainkan gerakan mengangguk-anggukan kepala. Kesenian angguk yang bercorak Islam ini mulanya berfungsi sebagai salah satu alat untuk menyiarkan agama Islam. Sayangnya jenis kesenian ini sekarang semakin jarang dipentaskan. Angguk dimainkan sedikitnya oleh 10 orang penari anak laki-laki berusia sekitar 12 tahun. Pakaian para penari umumnya berwarna hitam lengan panjang dengan garis-garis merah dan kuning di bagian dada/punggung sebagai hiasan. Celana panjang sampai lutut dengan hiasan garis merah pula, mengenakan kaos kaki panjang sebatas lutut tanpa sepatu, serta memakai topi pet berwarna hitam. Perangkat musiknya terdiri dari kendang, bedug, tambur, kencreng, 2 rebana, terbang (rebana besar) dan angklung. Syair lagu-lagu tari angguk diambil dari kitab Barzanji sehingga syair-syair angguk pada awalnya memang menggunakan bahasa Arab tetapi akhir-akhir ini gerak tari dan syairnya mulai dimodifikasi dengan menyisipkan gerak tari serta bahasa khas Banyumasan tanpa merobah corak aslinya. Bentuk lain dari kesenian angguk adalah “aplang”, bedanya bila angguk dimainkan oleh remaja pria maka “aplang” atau “daeng” dimainkan oleh remaja putri.
 
=== Wayang Kulit GagragGending Banyumasan ===
Gending khas lagu-lagu Banyumasan sangat mewarnai berbagai kesenian tradisional Banyumasan, bahkan dapat dikatakan menjadi ciri khasnya, apalagi dengan berbagai hasil kreasi barunya yang mampu menampilkan irama Banyumasan serta dialek Banyumasan. Ciri-ciri khas lainnya antara lain mengandung parikan yaitu semacam pantun berisi sindiran jenaka, iramanya yang lebih dinamis dibanding irama Yogya-Solo bahkan lebih mendekati irama Sunda. Isi-isi syairnyaSyairnya umumnya mengandung nasihat, humor, menggambarkan keadaan daerah Banyumas serta berisi kritik-kritik sosial kemasyarakatan. Lagu-lagu gending Banyumasan dapat dimainkan dengan gamelan biasa maupun gamelan calung bambu. Seperti irama gending Jawa pada umumnya, irama gending Banyumasan mengenal juga laras ''slendro ''dan'' pelog.''<ref>{{Cite web |url=http://sanguturu.com/tag/lirik-lagu-calung-banyumasan-sempeleo/ |title=Sangu Turu, diakses 8 Feb 2015 |access-date=2015-02-08 |archive-date=2015-02-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150208071223/http://sanguturu.com/tag/lirik-lagu-calung-banyumasan-sempeleo/ |dead-url=yes }}</ref>
Sebagaimana masyarakat Jawa pada umunya, masyarakat Banyumasan juga gemar menonton pertunjukan wayang kulit. Pertunjukan wayang kulit di wilayah Banyumas lebih cenderung mengikuti pedalangan “gagrag” atau gaya pedalangan khas Banyumasan. Seni pedalangan gagrag Banyumasan sebenarnya mirip gaya Yogya-Solo bercampur Kedu baik dalam hal cerita, suluk maupun sabetannya, bahasa yang dipergunakanpun tetap mengikuti bahasa pedalangan layaknya, hanya bahasa para punakawan diucapkan dengan bahasa Banyumasan. Nama-nama tokoh wayang umumnya sama, hanya beberapa nama tokoh yang berbeda seperti Bagong (Solo) menjadi Bawor atau Carub. Menurut model Yogya-Solo, Bagong merupakan putra bungsu Ki Semar, dalam versi Banyumas menjadi anak tertua. Tokoh Bawor adalah maskotnya masyarakat Banyumas.
 
=== Begalan ===
Ciri utama dari wayang kulit gagrag Banyumasan adalah nafas kerakyatannya yang begitu kental dan Ki Dalang memang berupaya menampilkan realitas dinamika kehidupan yang ada di masyarakat. Tokoh pedalangan untuk [[Wayang Kulit Gagrag Banyumasan]] yang terkenal saat ini antara lain Ki Sugito Purbacarito, Ki Sugino Siswacarito, Ki Suwarjono dan lain-lain.
Begalan adalah jenis kesenian yang biasanya dipentaskan dalam rangkaian upacara perkawinan yaitu saat calon pengantin pria beserta rombongannya memasuki pelataran rumah pengantin wanita. Disebut begalan karena atraksi ini mirip perampokan yang dalam bahasa Jawa disebut begal. Yang menarik adalah dialog-dialog antara yang dibegal dengan sipembegal biasanya berisi kritikan dan petuah bagi calon pengantin dan disampaikan dengan gaya yang jenaka penuh humor. Upacara ini diadakan apabila mempelai laki-laki merupakan putra sulung. Begalan merupakan kombinasi antara seni tari dan seni tutur atau seni lawak dengan iringan gending. Sebagai layaknya tari klasik, gerak tarinya tak begitu terikat pada patokan tertentu yang penting gerak tarinya selaras dengan irama gending. Jumlah penari 2 orang, seorang bertindak sebagai pembawa barang-barang (peralatan dapur), seorang lagi bertindak sebagai pembegal/perampok. Barang-barang yang dibawa antara lain ilir, ian, cething, kukusan, saringan ampas, tampah, sorokan, centhong, siwur, irus, kendhil dan wangkring. Barang bawaan ini biasa disebut brenong kepang. Pembegal biasanya membawa pedang kayu. Kostum pemain cukup sederhana, umumnya mereka mengenakan busana Jawa. Dialog yang disampaikan kedua pemain berupa bahasa lambang yang diterjemahkan dari nama-nama jenis barang yang dibawa, contohnya ilir yaitu kipas anyaman bambu diartikan sebagai peringatan bagi suami-isteri untuk membedakan baik buruk. Centhing, tempat nasi artinya bahwa hidup itu memerlukan wadah yang memiliki tatanan tertentu jadi tidak boleh berbuat semau-maunya sendiri. Kukusan adalah alat memasak atau menanak nasi, ini melambangkan bahwa setelah berumah tangga cara berpikirnya harus masak/matang. Selain menikmati kebolehan atraksi tari begalan dan irama gending, penonton juga disuguhi dialog-dialog menarik yang penuh humor. Biasanya usai pertunjukan, barang-barang yang dipikul diperebutkan para penonton. Sayangnya pertunjukan begalan ini tidak boleh dipentaskan terlalu lama karena masih termasuk dalam rangkaian panjang upacara pengantin.<ref>[http://wisatadanbudaya.blogspot.com/2010/04/calung-sebagai-simbol-budaya-lokal.html Wisata dan Budaya, diakses 8 Feb 2015]</ref>
[[Berkas:Bawor1.JPG|210px|thumb|right|Bawor]]
 
=== GendingRengkong Banyumasan ===
Rengkong adalah kesenian yang menyajikan bunyi-bunyian khas bagaiserupa suara kodok mengorek secara serempak yang dihasilkan dari permainan pikulan bambu. Pikulan bambu tersebut berukuran besar dan kuat tetapi ringan karena dibuatberbahan daridasar bambu yang sudah cukup tua,. biasanyaBiasanya menggunakan bambu tali dengan panjang sekitar 2,6 meter. Pada kedua ujung bambu dibuat lobanglubang persegi panjang selebar 1 &nbsp;cm, sekeliling bambu melintasi lobanglubang tersebut diraut sekedarsebagai tempat bertengger tali penggantung ikatan padi. Dua ikat padi seberat ± 15 &nbsp;kg digayutkan dengan tali ijuk mengalungi sonari (badan rengkong bambu di tempat yang diraut). Di tengah masing-masing ikatan padi ada ''sunduk'' (tusuk) bambu sepanjang hampir 2 meter. Ujung atas ''sunduk'' bambu dimasukkan ke badan bambu rengkong dekat gantungan tali ijuk. Cara memainkannya, pikulan bambu rengkong yang berisi muatan padi diletakkan pada bahu kanan (dipikul). Pemikul mengayun-ayunkan ke kiri dan ke kanan dengan mantap dan teratur. Tali ijuk dengan beban padi yang menggantung pada badan bambu rengkong pun bergerak-gerak, gesekan tali ijuk yang keras inilah yang menimbulkan suara berderit-derit nyaring. Kalau ada beberapa rengkong yang dimainkan serempak maka akan timbul suara yang mengasyikan, khas alam petani, terlebih. bilaBila dimainkan dengan berbaris berarak-arakan maka suasananya akan lebih semarak. Kesenian tradisional para petani ini biasanya diadakan pada pesta perayaan panen atau pada hari-hari besar nasional.
Gending khas lagu-lagu Banyumasan sangat mewarnai berbagai kesenian tradisional Banyumasan, bahkan dapat dikatakan menjadi ciri khasnya, apalagi dengan berbagai hasil kreasi barunya yang mampu menampilkan irama Banyumasan serta dialek Banyumasan. Ciri-ciri khas lainnya antara lain mengandung parikan yaitu semacam pantun berisi sindiran jenaka, iramanya yang lebih dinamis dibanding irama Yogya-Solo bahkan lebih mendekati irama Sunda. Isi-isi syairnya umumnya mengandung nasihat, humor, menggambarkan keadaan daerah Banyumas serta berisi kritik-kritik sosial kemasyarakatan. Lagu-lagu gending Banyumasan dapat dimainkan dengan gamelan biasa maupun gamelan calung bambu. Seperti irama gending Jawa pada umumnya, irama gending Banyumasan mengenal juga laras slendro dan pelog.
 
=== Begalan ===
Begalan adalah jenis kesenian yang biasanya dipentaskan dalam rangkaian upacara perkawinan yaitu saat calon pengantin pria beserta rombongannya memasuki pelataran rumah pengantin wanita. Disebut begalan karena atraksi ini mirip perampokan yang dalam bahasa Jawa disebut begal. Yang menarik adalah dialog-dialog antara yang dibegal dengan sipembegal biasanya berisi kritikan dan petuah bagi calon pengantin dan disampaikan dengan gaya yang jenaka penuh humor. Upacara ini diadakan apabila mempelai laki-laki merupakan putra sulung. Begalan merupakan kombinasi antara seni tari dan seni tutur atau seni lawak dengan iringan gending. Sebagai layaknya tari klasik, gerak tarinya tak begitu terikat pada patokan tertentu yang penting gerak tarinya selaras dengan irama gending. Jumlah penari 2 orang, seorang bertindak sebagai pembawa barang-barang (peralatan dapur), seorang lagi bertindak sebagai pembegal/perampok. Barang-barang yang dibawa antara lain ilir, ian, cething, kukusan, saringan ampas, tampah, sorokan, centhong, siwur, irus, kendhil dan wangkring. Barang bawaan ini biasa disebut brenong kepang. Pembegal biasanya membawa pedang kayu. Kostum pemain cukup sederhana, umumnya mereka mengenakan busana Jawa. Dialog yang disampaikan kedua pemain berupa bahasa lambang yang diterjemahkan dari nama-nama jenis barang yang dibawa, contohnya ilir yaitu kipas anyaman bambu diartikan sebagai peringatan bagi suami-isteri untuk membedakan baik buruk. Centhing, tempat nasi artinya bahwa hidup itu memerlukan wadah yang memiliki tatanan tertentu jadi tidak boleh berbuat semau-maunya sendiri. Kukusan adalah alat memasak atau menanak nasi, ini melambangkan bahwa setelah berumah tangga cara berpikirnya harus masak/matang. Selain menikmati kebolehan atraksi tari begalan dan irama gending, penonton juga disuguhi dialog-dialog menarik yang penuh humor. Biasanya usai pertunjukan, barang-barang yang dipikul diperebutkan para penonton. Sayangnya pertunjukan begalan ini tidak boleh dipentaskan terlalu lama karena masih termasuk dalam rangkaian panjang upacara pengantin.
 
=== Rengkong ===
Rengkong adalah kesenian yang menyajikan bunyi-bunyian khas bagai suara kodok mengorek secara serempak yang dihasilkan dari permainan pikulan bambu. Pikulan bambu tersebut berukuran besar dan kuat tetapi ringan karena dibuat dari bambu yang sudah cukup tua, biasanya menggunakan bambu tali dengan panjang sekitar 2,6 meter. Pada kedua ujung bambu dibuat lobang persegi panjang selebar 1 cm, sekeliling bambu melintasi lobang tersebut diraut sekedar tempat bertengger tali penggantung ikatan padi. Dua ikat padi seberat ± 15 kg digayutkan dengan tali ijuk mengalungi sonari (badan rengkong bambu di tempat yang diraut). Di tengah masing-masing ikatan padi ada sunduk (tusuk) bambu sepanjang hampir 2 meter. Ujung atas sunduk bambu dimasukkan ke badan bambu rengkong dekat gantungan tali ijuk. Cara memainkannya, pikulan bambu rengkong yang berisi muatan padi diletakkan pada bahu kanan (dipikul). Pemikul mengayun-ayunkan ke kiri dan ke kanan dengan mantap dan teratur. Tali ijuk dengan beban padi yang menggantung pada badan bambu rengkong pun bergerak-gerak, gesekan tali ijuk yang keras inilah yang menimbulkan suara berderit-derit nyaring. Kalau ada beberapa rengkong yang dimainkan serempak maka akan timbul suara yang mengasyikan, khas alam petani, terlebih bila dimainkan dengan berbaris berarak-arakan maka suasananya akan lebih semarak. Kesenian tradisional para petani ini biasanya diadakan pada pesta perayaan panen atau pada hari-hari besar nasional.
 
== Kesenian lainnya di Wilayah Banyumasan ==
Kesenian - kesenian lainnya (termasuk kesenian serapan) yang tumbuh berkembang di wilayah Banyumasan antara lain adalah:
* Bongkel, adalah musik tradisional Banyumasan yang mirip dengan angklung, hanya terdiri dari satu jenis instrumen dengan empat bilah berlaras slendro. Nada-nadanya 2 (ro), 3 (lu), 5 (mo), 6 (nem).
* Buncis, adalahmerupakan perpaduan antara seni musik dengan seni tari yang dimainkan oleh 8 orang pemain. Dalam pertunjukannya diiringi dengan perangkat musik angklung. Para pemain buncis selain menjadi penari juga menjadi pemusik serta vokalis.
* Aksimuda adalah kesenian bernafasbernapas Islam yang disajikan dalam bentuk atraksi pencak silat yang digabung dengan tari-tarian.
* Salawatan Jawa adalahmenjadi salah satu seni musik bernafaskanbernapaskan Islam dengan perangkat musik berupa trebang jawa. Dalam pertunjukannya kesenian ini menyajikan lagu-lagu yang diambil dari kitab Barzanzi.
* Cowongan/ Nini Cowong adalahmerupakan upacara “memintameminta hujan”hujan. Upacara ini dilakukan bila hujan tidak turun dalam waktu yang sudah cukup lama. Wujud Nini Cowong seperti jaelangkung.
* Ujungan, adalah jenis kesenianmenampilkan yangatraksi agak mengerikan karena pemainnya saling sabet-sabetan dengan menggunakan penjalinrotan.
 
=== BongkelLihat pula ===
* [[Kabupaten Banyumas]]
Bongkel adalah musik tradisional Banyumasan yang mirip dengan angklung, hanya terdiri dari satu jenis instrumen dengan empat bilah berlaras slendro. Nada-nadanya 2 (ro), 3 (lu), 5 (mo), 6 (nem).
* [[Kabupaten Cilacap]]
 
* [[Kabupaten Purbalingga]]
=== Buncis ===
* [[Kabupaten Banjarnegara]]
Buncis adalah perpaduan antara seni musik dengan seni tari yang dimainkan oleh 8 orang pemain. Dalam pertunjukannya diiringi dengan perangkat musik angklung. Para pemain buncis selain menjadi penari juga menjadi pemusik serta vokalis.
* [[Banyumas]]
 
* [[Banyumasan]]
 
* [[Wayang Kulit Gagrag Banyumasan]]
=== Aksimuda ===
Aksimuda adalah kesenian bernafas Islam yang disajikan dalam bentuk atraksi pencak silat yang digabung dengan tari-tarian.
 
=== Salwatan Jawa ===
Salawatan Jawa adalah salah satu seni musik bernafaskan Islam dengan perangkat musik berupa trebang jawa. Dalam pertunjukannya kesenian ini menyajikan lagu-lagu yang diambil dari kitab Barzanzi.
 
=== Cowongan/ Nini Cowong ===
Cowongan adalah upacara “meminta hujan”. Upacara ini dilakukan bila hujan tidak turun dalam waktu yang sudah cukup lama. Wujud Nini Cowong seperti jaelangkung.
 
 
=== UjunganPranala luar ===
{{Reflist}}
Ujungan adalah jenis kesenian yang agak mengerikan karena pemainnya saling sabet-sabetan dengan menggunakan penjalin.
 
[[Kategori:Budaya Jawa]]
[[Kategori:Budaya Sunda]]
[[Kategori:Banyumasan]]
[[Kategori:Seni di Indonesia]]