Hajifobia: Perbedaan antara revisi

'''Hajifobia''' adalah istilah yang digunakan untuk merujuk padamenyebut ketakutan orang-orang [[Belanda]] terhadap [[pribumi]] [[muslim]] yang pergi berhaji pada zaman [[penjajahan Belanda]]. Ketakutan ini dilatarbelakangi oleh kecurigaan Belanda terhadap orang-orang berhaji yang dianggap berpotensi menimbulkan perlawanan terhadap pihak kolonial.<ref>{{Cite book|title=Historiografi Haji Indonesia|url=https://books.google.co.id/books?id=7k9nDwAAQBAJ&pg=PA315&lpg=PA315&dq=hajiphobia&source=bl&ots=0os4vd5JDJ&sig=ACfU3U3wZ-QFX1iGzE3Ybx5QTYWWPSZPTQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiUhPy20v3jAhXPfCsKHbYKBTIQ6AEwDnoECAgQAQ#v=onepage&q=hajiphobia&f=false|publisher=Lkis Pelangi Aksara|date=2007-01-01|isbn=9789792552645|language=id|first=Dr M. Shaleh|last=Putuhena}}</ref> Ketakutan ini berbuah pada serangkaian aturan rumit ordonansi haji yang bertujuan untuk mempersedikitmemperkecil angka keberangkatan jemaah haji.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://republika.co.id/berita/koran/news-update/16/08/08/obkog75-ajang-konsolidasi-melawan-penjajah|title=Ajang Konsolidasi Melawan Penjajah|date=2016-08-08|website=Republika Online|access-date=2019-08-12|archive-date=2019-08-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20190812155054/https://republika.co.id/berita/koran/news-update/16/08/08/obkog75-ajang-konsolidasi-melawan-penjajah|dead-url=no}}</ref> Karena menuai banyak kritik, kebijakan pembatasan ini kemudian dihentikan pada awal abad ke-20.<ref>{{Cite book|title=Allah Pun "Tertawa" Melihat Kita|url=https://books.google.co.id/books?id=x4pKDwAAQBAJ&pg=PA49&lpg=PA49&dq=hajifobia&source=bl&ots=upiiqYhsfr&sig=ACfU3U1-rFv6UR_pjrSBuR-crvgZu1t1oA&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjZ_Yn3y_3jAhVZOisKHeYaDKgQ6AEwDXoECAkQAQ#v=onepage&q=hajifobia&f=false|publisher=Elex Media Komputindo|date=2016-06-06|isbn=9786020285269|language=id|first=M.|last=Husnaini}}</ref>

Perlawanan terhadap pemerintahan Belanda pada pertengahan abad ke-19, seperti [[Perang Padri]] dan [[Perang Diponegoro]], membuat Belanda percaya bahwa orang-orang yang kembali dari berhaji menjadi lebih fanatik. Pemberontakan di India pada tahun 1857 memperkuat keyakinan Belanda terhadap adanya haji fanatik. Pihak kolonial percaya bahwa ada konspirasi yang direncanakan oleh muslim-muslim sedunia di Mekkah untuk melawan non-muslim di seluruh penjuru dunia. Oleh sebab itu, pemerintah Belanda mengeluarkan ordonansi haji pada 1859 untuk memperketat dan memperumit proses keberangkatan jamaahjemaah haji. Belanda juga menganggap beberapa syekh dan jamaahjemaah haji yang menetap di Arab berbahaya bagi pemerintahan. Pada 1880-an, Belanda juga mulai mencurigai beberapa tarekat karena sering mengobarkan kerusuhan. Pengawasan terhadap tarekat dan para haji semakin diperketat selepas terjadinya pemberontakan Banten tahun 1888 yang dipelopori tokoh-tokoh tarekat dan para haji. Gerakan serupa juga terjadi di Aceh, sehingga Belanda meniadakan keberangkatan haji bagi masyarakat Aceh pada tahun 1891.<ref name=":0" /><ref name=":1">{{Cite book|title=Exploring the Dutch Empire: Agents, Networks and Institutions, 1600-2000|url=https://books.google.co.id/books?id=OFUmCAAAQBAJ&pg=PT175&dq=hadjifobia&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiTj5_Y-_7jAhVp73MBHagQBtAQ6AEIKjAA#v=onepage&q=hadjifobia&f=false|publisher=Bloomsbury Publishing|date=2015-05-21|isbn=9781474236447|language=en|first=Catia|last=Antunes|first2=Jos|last2=Gommans}}</ref>