Kerajaan Muna: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: |
||
(71 revisi perantara oleh 30 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
|conventional_long_name = Kerajaan Muna
|common_name = Kerajaan Muna
|region = [[Kesultanan Buton, Indonesia, Asia Tenggara]]
|country = [[Indonesia]]
|continent = Asia
|religion = [[Animisme]] dan [[Dinamisme]] <small>(1210 - 1527)</small><br />[[Islam]] <small>(1527 - sekarang)</small>
|image_flag = Bendera Kerajaan Muna.
|image_coat =
|symbol_type =
Baris 14:
|s1 = Indonesia
|s2 =
|flag_p1 =
|flag_p2 =
|flag_s1 = Flag of Indonesia.svg
Baris 23:
|event_start = [[Pengangkatan La Eli menjadi Raja]]
|event_end =
|image_map =
|image_map_caption =
|capital = [[Kotano Wuna]]
|common_languages = [[Bahasa Muna|Muna]]
|government_type =
|title_leader = Raja
|leader1 = La Eli gelar Bheteno ne Tombula
|year_leader1 = 1210
|
|
|currency =
|footnotes =
}}
'''Kerajaan Muna''' atau '''Wuna''' merupakan salah satu kerajaan besar yang
== Sejarah Awal Kerajaan Muna ==
Baris 62 ⟶ 61:
# Lembo,pemimpinnya bergelar Mieno Lembo
# Ndoke. Pemimpinnya bergelar Mieno Ndoke.
== Terbentuknya Kerajaan Muna ==
Baris 70 ⟶ 66:
peradaban manusia di muna dimulai di Liangkobori yang dihuni oleh Suku Tomuna. Suku Tomuna adalah ras Wedoid yang berasal dari Srilanka. Suku Tomuna merupakan salah satu suku penghuni awal nusantara. Ketika Sawerigading dan pengikutnya yang berjumlah
40 orang terdampar di suatu daratan di [[Pulau Muna]] yang saat ini di kenal dengan nama
'Bahutara'.
Daratan Muna telah membawa nuansa baru
dalam pembangunan peradaban dalam
Baris 110 ⟶ 108:
== Daftar Raja-Raja Muna ==
# [[La Eli]] alias
# La
# La
# La Patani gelar [[Sugi Patani]]
# Sugi La Ende
# [[Sugi Manuru]] gelar Omputo Mepasokino Adhati( 1501-1517)
# [[Lakilaponto|La kilaponto]]
# [[La Posasu]] gelar Sultan Kobangkuduno ( 1520-1551).
#
# [[Titakono|Titakono / Sultan Muhammad Idrus (]] 1600- 1625 )
# [[La Ode Sa’adudin]] ( 1625-1626 )
#
# Wa Ode Wakelu (Permaisuri Sangia Kaindea, 1667 - 1668)
# La Ode
# La Ode Ngkadiri (1971) Periode kedua, setelah Kembali dari pengasingan.
# [[La Ode Husaini]] gelar Omputo Sangia ( 1716-1758, 1764-1767)▼
# La Ode Abdul Rahman (La Ode Tuga) gelar Sangia Latugho Sultan Abdul Rahman ( 1671-1716 )
# La Ode Kentu Koda gelar Omputo Kantolalo (1758-1764 )
# Laode Husaini (1764 - 1767) Periode Ke-2
# Laode Muhammad Ali (1767)
# La Ode Harisi (1767 - ?)
# La Ode Umara gelar Omputo Nigege
# La Ode Murusali gelar Sangia Gola
# [[La Ode Bulae]] gelar Sangia Laghada (1830-1861 ), ditangkap Belanda, diasingkan ke Bengkulu
▲# La Ode Sumaeli gelar Omputo Nisombo
# La Aka (1861 - 1864) Pelaksana Raja
▲# [[La Ode Saete]] gelar Omputo Sorano Masigi ( 1816-1830 )
# La Ode
#
# La Ode
# La Ode Kaili ( 1866-1906)
# La Ode Ahmad Maktubu gelar Omputo Milano we Kaleleha (1906 - 1914)
# La Ode Pulu (1914 - 1918) melawan Belanda, (1918 - 1920) kosong dikuasai Belanda
# La Ode Afiuddin( 1920-1924) melawan Belanda. (1924 - 1926) kembali dikuasai Belanda
# La Ode
# La Ode Dika gelar Omputo Komasigino ( 1930- 1938 ). (1938-1947) Kosong, Muna terus melawan, hingga Indonesia merdeka. Putera La Ode Dika, bernama La Ode Kaimoeddin menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara (1992 - 2002)
# [[La Ode Pandu]] gelar Omputo Milano te Kosundano ( 1947-1956). Putera dari La Ode Pandu, bernama La Ode Baharuddin, menjadi Bupati Muna (2010 - 2015). Menantunya, bernama Ir. RIdwan, BAE menjadi bupati Muna (2000 - 2010) dan menjadi anggota DPR-RI (2014 - 2024)
# La Ode Sirad Imbo
== Sejarah Perjuangan Menentang Penjajahan ==
Kerajaan Muna melakukan konfrontasi dengan Penjajah di mulai dengan keterlibatan Lakilaponto Raja Muna ke VII (1517-1520) menumpas Armada bajak laut Banggai Labolontio yang selalu menggangu keamanan kerajaan-kerajaan tetangga disekitarnya.
Struktur Pemerintahan Kerajaan Muna
* Regu Pogala ialah regu perintis yang bersenjatakan tombak pemungkas (Gala). Sebagai regu perintis jalan, mereka memperagakan tarian perang, yang diperagakan oleh 4 orang prajurit pilihan. Seorang pemegang Tombi (bendera), seorang memainkan Gala, dan dua orang lainnya memukul gendang Pomani (gendang perang).
Baris 155 ⟶ 157:
* Sambil memegang pedang kebesaran dengan Ewa Wuna (Pencak Silat Khas Muna) dengan suara menggelegar ia berkata: ‘Turu, turu,turu; laha lahae somogilino wampanino, bisaramo nando aitu; ainihae la wiira ninggai meharono tapuaka; turu, turu, turu (tunduk, tunduk, tunduk; siapa-siapa yang ingin menentang, katakanlah sekarang juga; ini dia si penangkal isu, si penyapu bagai tsunami).
* Kapitalao Kansoopa memegang Pandanga (Tombak Kebesaran) dalam sikap siaga penuh menunggu kalau-kalau ada penantang.
* Bhonto Bhalano (Mangkubumi); ia adalah penyelenggara kekuasaan pemerintahan. Membawahi 4 Ghoera (Wilayah Besar) dan 8 orang Bobato (Adi Pati). Memakai daster dan baju kebesaran seorang Mangkubumi. Disebelah kirinyaMintarano Bhitara (Hakim Tinggi), berjalan sejajar. Pasangan itu diapit oleh Fato Ghoerano 94 pimpinan wilayah besar): Koghoerano Tongkuno dan Lawa disebelah kanan Bhonto Bhalano, Koghoerano Kabhawo dan Katobu disebelah kiri Mintarano Bhitara. Keenam orang ini adalah anggota Majelis Tinggi diketuai oleh Bhonto Bhalano. Merekalah yang berhak memilih Raja dan Kapitalao. Di belakang barisan bersaf mereka, berjejer Fato Lindono (4 orang staf) pribadi Raja). Mereka adalah personifikasi dari filosofi kemasyarakatan: Kainsitala(Kesejajaran/kesetaraan), Kaura-ura (
* Bharata Tolu Peleno menggunakan pakaian kebesaran militer Sarano Wuna, mereka adalah pimpinan komando daerah militer di 3 Bharata: Laghontoghe, Loghia, dan Wasolangka.
* Bobato Oaluno; dengan pakaian kebesaran seseorang Adipati merekalah ini adalah pimpinan di delapan Bobato: Labhoora, Lakologou, Lagadi, Watumelaa, Lasehao, Kasaka, Mantobua dan Tobea.
* Sara Hukumu (Hukamah) terdiri dari:
* Kino Agama (Ketua Ulama); berdiri disebelah kiri Raja. Pasangan ini mempersonifikasikan harmoni ulama dan umara. Memakai jubah kebesaran dan sorban Kino Agama, jubah ini adalah simbol perlindungan segenap warga.
* Imamu (Imam Mesjid Raya); memakai jubah dan sorban seorang imim. Pakaian itu adalah simbol dari perlindungan segenap warga terhadap adhala hu yaitu ajal yang disebabkan oleh petaka kemanusiaan mulai dari ubun-ubun hingga leher manusia.
* Hatibi Ruduano (Pasangan Hatib); memakai jubah dan sorban seorang hatib. Keduanya mengapit imam di kanan kirinya. Khatib Tongkuno di kanan dan Khatib Lawa di kiri. Pakaian kedua Khatib adalah simbol perlindungan segenap warga dari adhala ha yaitu ajal yang disebabkan oleh petaka kemanusiaan mulai dari bahu hingga pinggul manusia.
* Modhi Kamokula popaano (4 Moji Senior); memakai juba dan sorban Moji senior, berjejer di belakang Imam. Juba dan sorban mereka adalah simbol perlindungan segenap warga dari Adhala Hi yaitu ajal yang disebabkan oleh petaka kemanusiaan yang menimpa keempat anggota tubuh manusia.
* Barisan inilah yang disebut Kolambu Rayati (Kelambu Rakyat). Zaman Kerajaan dahulu Raja dan Sara Hukumu bertanggung jawab apabila (bencana) kemanusiaan menimpa warga. Bila pertanggung jawabannya tidak beralasan cukup, Mahkamah Sarano Wuna berhak memberhentikan mereka.
* Modhi Anahi Popaano (4 Moji Yunior) juga memakai jubah dan sorban. Mereka adalah aparat yang sewaktu-waktu menggantikan tugas-tugas Modhi Kamokula bila mereka berhalangan.
* Sara Hukumu bertugas melantunkan takbiru (Takbir khas Muna) di dalam setriap kirab
* Modhi Popaano Loghia (4 orang Moji dari mesjid Loghia); memakai jubah dan sorban seorang Mijo Bharata. Tugas mereka adalah Tambi yaitu menopang Takbiru yang dilantunkan oleh Sara Hukumu. Barisan mereka bersaf di belakang barisan modhi anahi.
* Bhelo Bharuga (Aparat Keraton) terdiri dari:
* Wangkaawi (Regu pembawa senjata Kerajaan) berjumlah 12 orang terdiri dari: Tunani (perwira) 4 orang. Firisi (Opsir) 4 orang, Siriganti (Bintara) 4 orang. Jejeran Tunani didepan, Firisi di tengah dan Siriganti di belakang.
Baris 264 ⟶ 260:
Setiap tahun pada bulan Maulud, setiap ghoera (Semacam Provinsi) harus menghasilkan suatu pajak sebesar 40 bhoka= Rp 96. Jadi jumlahnya 160 bhoka = Rp 384. Jumlah uang ini harus dihasilkan oleh semua orang maradika dan wesembali, jadi hanya orang yang tinggal di luar Kota Muna. Golongan La Ode dan Walaka dalam hal ini dibebaskan. Pajak ini, yang dinamakan wulusau, dapat berupa uang atau barang, seperti beras, kain putih, sarung dan seterusnya. Pajak ini dibayarkan pada bhonto bhalano, yang harus membaginya pula dengan Raja Muna, mintarano bhitara, kedua kapitalao, keempat ghoerano serta semua kino dan mino. Cara membaginya sama dengan yang berlaku pada wawontobho. Selanjutnya, pada zaman dahulu di ghoera Kabawo pada setiap bulan puasa dibayar pajak gula yang dibuat dalam sebelumnya. Bila orang membuat gula, maka di dalam hutan dibuat sebuah pondok kecil pada tempat bekerja, bhantea namanya. Pada setiap bhantea bekerja 10 sampai 30 orang. Pajak setiap bhantea adalah 300 potong gula yang dihasilkan oleh para maradika dan wesembali. Penghasilan total pajak gula ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu satu bagian untuk Raja Muna, satu bagian untuk bhonto bhalano bersama-sama dengan mintarano bhitara, dan satu bagian lagi untuk ghoerano Kabawo bersama dengan kino, mino, imam, khatib dan semua modhi dari Ghoera Kabawo. Bila pada saat pembayaran pajak ini, kapitalao berada di kota Muna, maka merekapun mendapat sebagian. Juga bilamana hasil hutan mau diekspor, maka harus dibayar suatu pajak, yang biasanya ditentukan sebesar 10% dari harganya. Harga pajak ini dibayarkan pada kino, yang harus membaginya dengan Syarat Muna.
==
<gallery>
Berkas:Prajurit Muna.jpg|Para Prajurit Muna
Baris 282 ⟶ 278:
== Pranala luar ==
* {{id icon}} [http://wisata-muna.blogspot.com Pariwisata Muna] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20191021165652/http://wisata-muna.blogspot.com/ |date=2019-10-21 }}
* {{id icon}} [http://sultansinindonesieblog.wordpress.com Sultan's and Raja's in Indonesia]
* {{id icon}} [http://formuna.wordpress.com For Muna]
|