Seni kontemporer: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rawins (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Membatalkan 1 suntingan by 114.79.19.248 (bicara) (Patroli Siskamling 👮‍♂️)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(88 revisi perantara oleh 55 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{rapikanreferensi}}
{{kembangkan}}
[[Kontemporer]] itu artinya kekinian, [[modern]] atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi [[waktu]] yang sama atau saat ini. Jadi [[Seni]] [[kontemporer]] adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan jaman dulu dan berkembang sesuai jaman sekarang. [[Lukisan]] [[kontemporer]] adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat pada [http://en.wiki-indonesia.club/wiki/Rennaissance rennaissance]. Begitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan modern.
{{distinguish|Modern art}}
{{multiple image|perrow=2|total_width=270|caption_align=center
| align = right
| direction = horizontal
| header= ''Contemporary art''
| image1 = Dona i Ocell.JPG
| caption1 =''[[Dona i Ocell]]'', oleh [[Joan Miró]]
| image2 = Isa Genzken Rose.jpg
| caption2 =''Rose'', oleh [[Isa Genzken]]
}}
{{History of art sidebar}}
 
'''Seni kontemporer''' atau '''seni kiwari''' adalah perkembangan [[seni]] yang terpengaruh dampak [[modernisasi]] dan berkembang di [[Barat]] sebagai produk seni yang dibuat sejak [[Perang Dunia II]]. Secara umum seni kontemporer berarti seni yang saat ini sedang terjadi atau berlangsung, tidak memiliki aturan konvensional. Istilah ini berkembang di [[Indonesia]] seiring makin beragamnya teknik dan medium yang digunakan untuk memproduksi suatu [[karya seni]], juga karena telah terjadi suatu percampuran antara praktik dari disiplin yang berbeda, pilihan artistik, dan pilihan presentasi karya yang tidak terikat batas-batas [[ruang]] dan [[waktu]].
Kata “kontemporer” yang berasal dari kata “co” (bersama) dan “tempo” (waktu). Sehingga menegaskan bahwa seni kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Atau pendapat yang mengatakan bahwa “seni rupa kontemporer adalah seni yang melawan tradisi [[modernisme]] [[Barat]]”. Ini sebagai pengembangan dari wacana [[postmodern]] dan [[postcolonialism]] yang berusaha membangkitkan wacana pemunculan indegenous art. Atau khasanah seni lokal yang menjadi tempat tinggal (negara) para [[seniman]].
 
Dalam pengertian yang paling mendasar, seni rupa kontemporer adalah karya seni yang berbentuk lukisan, patung, fotografi, instalasi, pertunjukan, dan video yang diproduksi pada masa sekarang/hari ini.<ref>[https://localproject.id/seni-rupa-kontemporer/ localproject.id {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200824123342/https://localproject.id/seni-rupa-kontemporer/ |date=2020-08-24}}</ref> Meskipun terlihat sederhana, namun penegasan pada masa sekarang memiliki makna yang cukup sulit dirumuskan secara umum. Semisal, apakah karya yang dibuat hari ini masih tetap bisa disebut sebagai karya seni rupa kontemporer pada besok, minggu depan, bulan depan, atau di masa yang mendatang?<ref>{{Cite web|url=https://localproject.id/seni-rupa-kontemporer/|title=Seni Rupa Kontemporer - Local Project|website=localproject.id|access-date=2020-07-24|archive-date=2020-08-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20200824123342/https://localproject.id/seni-rupa-kontemporer/|dead-url=yes}}</ref>
Secara awam seni kontemporer bisa diartikan sebagai berikut:
# Tiadanya sekat antara berbagai [[disiplin]] seni, alias meleburnya batas-batas antara [[seni lukis]], [[patung]], [[grafis]], [[kriya]], [[teater]], [[tari]], [[musik]], anarki, omong kosong, hingga aksi [[politik]].
# Punya gairah dan nafsu "moralistik" yang berkaitan dengan [[matra]] [[sosial]] dan [[politik]] sebagai tesis.
# Seni yang cenderung diminati media massa untuk dijadikan [[komoditas]] pewacanaan, sebagai aktualitas berita yang fashionable.
 
Tafsiran lain mengenai praktik seni kontemporer di Indonesia:
Dalam seni rupa [[Indonesia]], istilah kontemporer muncul awal 70-an, ketika [[Gregorius Sidharta]] menggunakan istilah kontemporer untuk menamai pameran [[seni patung]] pada waktu itu. [[Suwarno Wisetetromo]], seorang pengamat seni rupa, berpendapat bahwa [[seni rupa]] kontemporer pada konsep dasar adalah upaya pembebasan dari kontrak-kontrak penilaian yang sudah baku atau mungkin dianggap usang. Pendapat lain dari Yustiono, staf pengajar FSRD [[ITB]], melihat bahwa seni rupa kontemporer di Indonesia tidak lepas dari pecahnya isu [[postmodernisme]] (akhir 1993 dan awal 1994), dimana sepanjang tahun 1993 menyulut perdebatan dan perbincangan luas baik di seminar-seminar maupun di media massa pada waktu itu. Sedangkan kaitan seni kontemporer dan (seni) postmodern, menurut pandangan [[Yasraf Amior Pilliang]], pemerhati seni, pengertian seni kontemporer adalah seni yang dibuat masa kini, jadi berkaitan dengan waktu, dengan catatan khusus bahwa seni postmodern adalah seni yang mengumpulkan idiom-idiom baru. Lebih jelasnya dikatakan bahwa tidak semua seni masa kini (kontemporer) itu bisa dikategorikan sebagai seni postmodern, seni postmodern sendiri di satu sisi memberi pengertian, memungut masa lalu tetapi di sisi lain juga melompat kedepan (bersifat futuris).
# TiadanyaDihilangkannya sekat antara berbagai [[disiplin]]kecenderungan seniartistik, aliasditandai dengan meleburnya batas-batas antara [[seni lukis]], [[patung]], [[grafis]], [[kriyarupa]], [[teater]], [[tari]], dan [[musik]], anarki, omong kosong, hingga aksi [[politik]].
# Intervensi [[disiplin]] ilmu [[sains]] dan [[sosial]], terutama yang dicetuskan sebagai pengetahuan populer atau memanfaatkan teknologi mutakhir.
 
Istilah ini dianggap bisa menyertai sebutan [[seni visual]], [[musik]], [[tari]], dan [[teater]]. Meskipun di [[Barat]], istilah [http://en.wiki-indonesia.club/wiki/Contemporary_art Contemporary Art] jamak digunakan untuk menyebut praktik [[seni visual]] sesuai kebutuhan kegiatan [[museum]] maupun lembaga pencetus nilai seperti [[galeri seni]] dan [[balai lelang]].
 
== Perkembangan Seniseni Kontemporerkontemporer Indonesia ==
Khalayak [[seni rupa]] di [[Indonesia]], mencatat istilah ini sejak awal 1970-an, ketika [[Gregorius Sidharta]] memberi judul pamerannya sebagai [[Seni Patung]] Kontemporer. Berangkat dari ketidak-setujuan akan [[Pameran Besar Seni Lukis Indonesia]] yang diadakan [[Dewan Kesenian Jakarta]] di [[Taman Ismail Marzuki]] pada Desember 1974, sejumlah perupa muda protes dengan mengirimkan karangan bunga dukacita atas kematian [[seni rupa]] [[Indonesia]]. Kejadian ini dikenal sebagai [[Desember Hitam]] (1974). Setahun kemudian, perupa-perupa muda itu berkumpul dan berpameran bersama di [[Taman Ismail Marzuki]] dengan tajuk Pameran Seni Rupa Baru (1975). Dalam pameran itu, mereka mengeluarkan sebuah manifesto tentang apa yang mereka maksud dengan [[seni rupa]] baru Indonesia. Kejadian ini kemudian dikenal sebagai [[Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia]] (aktif pada 1975-1989).
Konsep modernisasi telah merambah semua bidang seni ke arah kontemporer ini. Paling menyolok terlihat di bidang [[tari]] dan seni [[lukis]]. [[Seni tari]] [[tradisional]] mulai tersisih dari acara-acara [[televisi]] dan hanya ada di acara yang bersifat [[upacara]] atau seremonial saja.
 
== Referensi ==
Seperti diungkapkan Humas [[Pasar]] [[Tari Kontemporer]] di Pusat Latihan Tari (PLT) [[Sanggar]] Laksamana [[Pekanbaru]] yang tidak hanya diminati para [[koreografer]] tari dalam negeri tetapi juga koreografer tari asing yang berasal dari luar negeri. Sebanyak 18 koreografer tari baik dari dalam maupun luar negeri menyatakan siap unjuk kebolehan dalam pasar tari kontemporer tersebut. "Para koreografer sudah tiba di Pekanbaru, mereka menyatakan siap unjuk kebolehan dalam pasar tari itu," ujar Humas Pasar Tari Kontemporer, Yoserizal Zen di Pekanbaru
{{Reflist}}
 
=== Pustaka ===
[[Lukisan kontemporer]] semakin melejit seiring dengan meningkatnya konsep hunian [[minimalis]], terutama di kota-kota besar. Seperti diungkapkan oleh seniman lukis kontemporer [[Saptoadi]] dari galeri [Tubi ArtSpace http://tujuhbintang.com] [[Yogyakarta]], "Lukisan kontemporer semakin diminati seiring dengan merebaknya konsep perumahan minimalis terutama di kota-kota besar. Akan sulit diterima bila kita memasang lukisan pemandangan, misalnya sedangkan interior ruangannya berkonsep modern."
* {{cite book |author-link=Terry Smith (art historian) |last1=Smith |first1=Terry |title=What Is Contemporary Art? |year=2009 |publisher=University of Chicago Press |isbn=978-0226764313 |url=https://books.google.com/books?id=vQeqAAAAQBAJ |location=Chicago |access-date=26 April 2013}}
* {{cite book |author-link=Richard Meyer (academic)|last1=Meyer|first1=Richard|title=What Was Contemporary Art?|date=2013|publisher=MIT Press|location=Cambridge|isbn=978-0262135085|url=https://books.google.com/books/about/What_was_Contemporary_Art.html?id=VhGK5-ZLHvEC |access-date=26 October 2014}}
 
=== Bacaan lanjutan ===
Hal yang senada diungkap oleh [[kolektor]] lukisan kontemporer, "Saya mengoleksi lukisan karena mencintai karya seni. Kalaupun nilainya naik, itu bonus," kata [[Oei Hong Djien]], kolektor dan [[kurator]] lukisan ternama dari [[Magelang]]. Begitu juga [[Biantoro Santoso]], kolektor lukisan sekaligus pemilik Nadi Gallery. "Saya membeli karena saya suka. Walaupun harganya tidak naik, tidak masalah," timpalnya.
* Altshuler, B. (2013). ''Biennials and Beyond: Exhibitions that Made Art History: 1962-2002''. New York, N.Y.: Phaidon Press, {{ISBN|978-0714864952}}
* {{cite book|last1=Atkins|first1=Robert|title=Artspeak: A Guide To Contemporary Ideas, Movements, and Buzzwords, 1945 To the Present|url=https://archive.org/details/artspeakguidetoc0000atki_g2x0|date=2013|publisher=Abbeville Press|location=New York|isbn=978-0789211514|edition=3rd.}}
* Danto, A. C. (2013). ''What is art''. New Haven: Yale University Press, {{ISBN|978-0300205718}}
* Desai, V. N. (Ed.). (2007). ''Asian art history in the twenty-first century''. Williamstown, Mass.: Sterling and Francine Clark Art Institute, {{ISBN|978-0300125535}}
* Fullerton, E. (2016). ''Artrage! : the story of the BritArt revolution''. London: Thames & Hudson Ltd, {{ISBN|978-0500239445}}
* Gielen, Pascal (2009). ''The Murmuring of the Artistic Multitude: Global Art, Memory and Post-Fordism''. Amsterdam: Valiz, {{ISBN|9789078088394}}
* Gompertz, W. (2013). ''What Are You Looking At?: The Surprising, Shocking, and Sometimes Strange Story of 150 Years of Modern Art'' (2nd ed.). New York, N.Y.: Plume, {{ISBN|978-0142180297}}
* Harris, J. (2011). ''Globalization and Contemporary Art''. Hoboken, N.J.: Wiley-Blackwell, {{ISBN|978-1405179508}}
* Lailach, M. (2007). ''Land Art''. London: [[Taschen]], {{ISBN|978-3822856130}}
* Martin, S. (2006). ''Video Art''. (U. Grosenick, Ed.). Los Angeles: Taschen, {{ISBN|978-3822829509}}
* Mercer, K. (2008). ''Exiles, diasporas & strangers''. Cambridge, Massachusetts: MIT Press, {{ISBN|978-0262633581}}
* Robertson, J., & McDaniel, C. (2012). ''Themes of Contemporary Art: Visual Art after 1980'' (3rd ed.). Oxford: Oxford University Press, {{ISBN|978-0199797073}}
* Robinson, H. (Ed.). (2015). ''Feminism-art-theory : an anthology 1968-2014'' (2nd ed.). Chichester, West Sussex: Wiley-Blackwell, {{ISBN|978-1118360590}}
* [[Kristine Stiles|Stiles, Kristine]] and [[Peter Selz|Peter Howard Selz]], ''[https://books.google.com/books?id=XJFh9TT0Z9MC Theories and Documents of Contemporary Art, A Sourcebook of Artists's Writings]'' (1996), {{ISBN|0-520-20251-1}}
* Strehovec, J. (2020).''Contemporary Art Impacts on Scientific, Social, and Cultural Paradigms: Emerging Research and Opportunities''. Hershey, PA: IGIGlobal.
* Thompson, D. (2010). ''The $12 Million Stuffed Shark: The Curious Economics of Contemporary Art.'' New York, N.Y.: St. Martin's Griffin, {{ISBN|978-0230620599}}
* Thorton, S. (2009). ''Seven Days in the Art World''. New York, N.Y.: W.W. Norton & Company, {{ISBN|978-0393337129}}
* Wallace, Isabelle Loring and Jennie Hirsh, ''Contemporary Art and Classical Myth''. Farnham: Ashgate (2011), {{ISBN|978-0-7546-6974-6}}
* Warr, T. (Ed.). (2012). ''The Artist’s Body'' (Revised). New York, N.Y.: Phaidon Press, {{ISBN|978-0714863931}}
* Wilson, M. (2013). ''How to read contemporary art : experiencing the art of the 21st century''. New York, N.Y.: Abrams, {{ISBN|978-1419707537}}
 
== Pranala luar ==
Oei dan Biantoro tak pernah menjual koleksinya. Oei memilih untuk memajang lebih dari 1.000 bingkai lukisannya di [[museum]] pribadinya. Karya-karya besar dari [[Affandi]], [[Basuki Abdullah]], [[Lee Man Fong]], [[Sudjojono]], [[Hendra Gunawa]]n, dan [[Widayat]] terpampang di sana bersama karya-karya pelukis muda.
* {{Commonscat-inline}}
<ref>http://www.riau.go.id/index.php?module=articles&func=display&ptid=1&aid=4525</ref>
<ref>http://blog.tujuhbintang.com/2008/07/lukisan-kontemporer-prospek-investasi.html</ref>
 
{{Westernart}}
[[Kategori:Seni | Kontemporer]]
 
[[Kategori:Seni kontemporer| Kontemporer]]
[[Kategori:Pascamodernisme]]