Masjid Sulthonain: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Finairadotid (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Pratama26 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(5 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''<big>Masjid Sulthonain</big>''' atau sebelumnya yang bernama '''Masjid Panitikan''', berdiri di atas tanah seluas 2.869 m<sup>2</sup>. Di mana pada awal berdirinya masjid ini memiliki luas bangunan sebesar 196 m<sup>2</sup> dan kini setelah melalui kegiatan pengembangan bangunan menjadi seluas 390 m<sup>2</sup>. Bagian dari bangunan [[masjid]] ini sendiri ada serambi seluas 112 m<sup>2</sup>, lalu ruang utama dengan luas 196 m<sup>2</sup>, ruang perpustakaan seluas 16 meter persegi, dan halaman yang memiliki luas 1000 m<sup>2</sup>. Masjid Sulthonain sendiri terletak di kampung Nitikan, KelurahanKalurahan [[Sorosutan, KecamatanUmbulharjo, Yogyakarta|Sorosutan]], Kemantren [[Umbulharjo, Yogyakarta|Umbulharjo]], [[Kota Yogyakarta]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Bertepat pada UH 6/529 Yogyakarta. Sebelum adanya perluasan cakupan daerah yang masuk di wilayah Kota Yogyakarta pada 1950, wilayah ini merupakan bagian dari Kabupaten Bantul.<ref name=":0">{{Cite book|title=Masjid Bersejarah Daerah Istimewa Yogyakarta|last=Hamzah|first=Slamet, dkk|publisher=Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta|year=2007|isbn=|location=Yogyakarta|page=}}</ref>
 
== <big>Sejarah Berdiripendirian</big> ==
Mengenai sejarah dan asal muasal dari Masjid Sulthonain sendiri, tidak ada yang mengetahui secara pasti. Termasuk pula dengan pasareyan Nitikan, karena Masjid Sulthonain ini termasuk dalam wilayah tanah halaman serta Pasareyannya adalah kepunyaan Keraton Yogyakarta dan Surakarta sejak dulu hingga saat ini, sama dengan Masjid dan Pasareyan Kotagede dan Imogiri. Praduga dari sejarah berdirinya, masjid ini didirikan pada saat Kerajaan Mataram masih berada di Pleret di mana alasannya berdiri karena di belakang masjid terdapat makam Raja Mataram Paku BuwonoI. Dengan kerjasama antara Keraton Ngayogyokarto dan Surakarta yang dapat dilihat dari bentuk bangunannya, alias bagian timur yang bercorak Surakarta dan bagian barat yang memiliki corak Yogyakarta. Hal ini dijelaskan dalam lansiran catatan dalam [[Koran Masa Kini]], 21 Juni 1983, ketika dilakukan pemugaran serambi masjid.<ref name=":0" />
 
Baris 10:
== Referensi ==
<references />
 
[[Kategori:Masjid di Kota Yogyakarta|Sulthanain]]
[[Kategori:Cagar budaya di Indonesia]]