Paremono, Mungkid, Magelang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k top: clean up
 
(19 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 6:
|nama dati2 =Magelang
|kecamatan =Mungkid
|kode pos =56512
|nama pemimpin =Tri Sabdono (Kuncung)
|luas =-... km²
|penduduk =-... jiwa
|kepadatan =-... jiwa/km²
}}
'''Paremono''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Mungkid, Magelang|Mungkid]], [[Kabupaten Magelang|Magelang]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].Berdasarkan cerita leluhur nama Paremono diambil dari kata '''"wis ono pari"''', yang dapat diartikan sudah ada padi, kata itu pertama kali di ucapkan oleh Kyai Ageng Karotangan, sewaktu Babat alas Kedhu di sisi barat gunung Merapi, kemudian berubah nama menjadi '''"Pari Ono"''', berubah lagi menjadi '''"Parimono"'''. Pada tahun 70an berubah lagi menjadi '''"Paremono"''' Di paremono, tepatnya di dusun Trojayan terdapat makam Kyai Ageng Karotangan / Kyai Ageng Pagergunung 1, beliau adalah murid dari Sunan Kalijogo dan beliau juga mengamalkan ajaran dari sunan ampel dengan ajarannya yaitu mohlimo, Kyai Ageng Karotangan juga sebagai wali nukhba atau wali penerus pada abad ke 15, di samping itu beliau adalah adik pendiri Kerajaan Mataram Kyai Ageng Pemanahan.
'''Paremono''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Mungkid, Magelang|Mungkid]], [[Kabupaten Magelang|Magelang]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].Merupakan desa terluas dibandingkan dengan ke-15 desa lainnya di Kecamatan Mungkid.Desa ini terletak kira-kira 6 km dari candi Budha terbesar di dunia yaitu Borobudur.
 
Sebagian besar penduduknya (kurang lebih 80%) adalah petani. Hampir seluruh penduduk Paremono memeluk agama Islam.
Pada masa babat alas Mentaok, Kyai Ageng Karotangan di tugasi oleh kakaknya Kyai Ageng Pemanahan untuk membuka alas sebelah barat gunung Merapi (Babat Alas Kedhu), pada akhirnya di suatu tempat di daerah kedhu beliau menemukan hamparan padi, daerah tersebut sekarang yang namanya desa Paremono. waktu terus berjalan beliau akhirnya menetap di desa Paremono dan menyebarkan agama islam di daerah Magelang.
Desa Paremono terbagi menjadi 13 dusun yaitu : Paremono, Trojayan, Namengan, Mertan, Gamol I, Gamol II, Tirto, Simping, Bentingan, Citran, Japun, Krapyak dan Dowo.
 
Memang sebagian besar mata pencaharian sebagian besar penduduknya (80 %) adalah sebagai petani. Masyarakat Paremono di beri anugrah yang sangat besar dari Allah SWT berupa lahan yang subur. Di sekeliling desa ini merupakan pegunungan yang subur dan juga masih aktif (Gunung Merapi.red). Paremono juga merupakan desa terluas dibandingkan dengan ke-15 desa lainnya di Kecamatan Mungkid.Desa ini terletak kira-kira 6 km dari candi Budha terbesar di dunia yaitu Borobudur. Hampir seluruh penduduk Paremono memeluk agama Islam. Desa Paremono terbagi menjadi 13 dusun yaitu: Paremono, Trojayan, Namengan, Mertan, Gamol I, Gamol II, Tirto, Simping, Bentingan, Citran, Japun, Krapyak dan Dowo. Desa Paremono berbatasan langsung dengan beberapa desa lainnya yaitu sebelah utara berbatasan dengan desa Bojong, Mungkid dan Ambartawang,sebelah barat dengan desa Bumirejo, sebelah selatan dengan desa Rambeanak serta sebelah timur berbatasan dengan desa Pabelan (desa Pabelan terkenal dengan pondok pesantrennya). Alumni pondok pesantren pabelan antara lain Prof. Komarudin Hidayat (Rektor Universitas Islam Jakarta) dan Dr. Bahtiar Effendy (Guru Besar UIN Jakarta)
{{kelurahan-stub}}
{{Mungkid, Magelang}}
 
{{Authority control}}
 
 
{{kelurahanKelurahan-stub}}