Khilafah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(105 revisi perantara oleh 46 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{
{{Peacock}}
{{Khalifah}}
{{Islam |Sejarah}}
{{Basic forms of government}}
'''Khilafah''' atau '''khilāfah''' ({{lang-ar|خِلَافَة}}, {{IPA-ar|xi'laːfah}}) merupakan sebuah bentuk pemerintahan dibawah naungan kekuasaan yang lebih besar bercorak Islam, yakni '''Khalifah'''<ref>Hassan, Mona. “Conceptualizing the Caliphate, 632–1517 CE.” Longing for the Lost Caliphate: A Transregional History, Princeton University Press, 2016, h. 98–141, http://www.jstor.org/stable/j.ctt1q1xrgm.9 {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230117131528/https://www.jstor.org/stable/j.ctt1q1xrgm?turn_away=true |date=17 January 2023 }}</ref><ref>March, Andrew F. The Caliphate of Man: Popular Sovereignty in Modern Islamic Thought. Harvard University Press, 2019. https://doi.org/10.2307/j.ctvp2n3ms {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230117131527/https://apps.crossref.org/coaccess/coaccess.html?doi=10.2307%2Fj.ctvp2n3ms |date=17 January 2023 }}.</ref><ref>{{The Abbasid Caliphate: A History|pages=284–285|quote=Today the term "caliphate" has come to denote in journalistic use a form of political and religious tyranny, a fanatical version of the application of Islamic law, and a general intolerence toward other faiths - another interpretation, albeit a distorted one, at the beginning of the twenty-first century. It may be useful to recall that such radical perceptions of the term float mostly in the realm of media coverage and are far removed from the actual historical reality of the achievements when a caliphate existed in the medieval period. If we take a longer view of the influence of the office of the caliphate on changes in Islamic society, it may be worth noting that most of the dramatic social and legal reforms instituted by, for instance, the Ottomans in the 19th century were only feasible because of the ability of the sultan to posture as caliph. The Gulhane Reform of 1839 which established the equality of all subjects of the empire before the law, the reforms of 1856 which eliminated social distinctions based on religion, the abolition of slavery in 1857, and the suspension of the traditional penalties of Islamic law in 1858 would all have been inconceivable without the clout that the umbrella of the caliphate afforded to the office of the reforming monarch. ('''Terjemahan''': Saat ini istilah "kekhalifahan" telah menunjukkan dalam penggunaan jurnalistik suatu bentuk tirani politik dan agama, versi fanatik dari penerapan hukum Islam, dan intoleransi umum terhadap agama lain - interpretasi lain, meskipun terdistorsi, pada awalnya. dari abad kedua puluh satu. Mungkin berguna untuk mengingat bahwa persepsi radikal tentang istilah tersebut melayang sebagian besar di ranah liputan media dan jauh dari realitas historis sebenarnya dari pencapaian ketika kekhalifahan ada pada periode abad pertengahan. Jika kita melihat lebih jauh pengaruh kantor kekhalifahan terhadap perubahan dalam masyarakat Islam, mungkin perlu dicatat bahwa sebagian besar reformasi sosial dan hukum dramatis yang dilembagakan oleh, misalnya, Ottoman pada abad ke-19 hanya dapat dilakukan. karena kemampuan sultan untuk memposisikan diri sebagai khalifah. Reformasi Gulhane tahun 1839 yang menetapkan persamaan semua subjek kekaisaran di depan hukum, reformasi tahun 1856 yang menghilangkan perbedaan sosial berdasarkan agama, penghapusan perbudakan pada tahun 1857, dan penangguhan hukuman tradisional hukum Islam pada tahun 1858 semua tidak akan terbayangkan tanpa pengaruh yang diberikan oleh payung kekhalifahan pada jabatan monarki reformasi.)}}</ref> ({{IPAc-en|ˈ|k|æ|l|ɪ|f|,_|ˈ|k|eɪ|-}}; {{lang-ar|خَلِيفَة}} {{IPA-ar|xæ'liː'fæh}}, {{Audio|Ar-khalifa.ogg|pelafalan}}). Seseorang dapat dikatakan memiliki gaya politik bercorak Islam apabila merupakan keturunan dari nabi Islam, [[Muhammad]], dan pemimpin dari seluruh [[Dunia Islam]] ([[ummah]]).<ref name=":0" /> Dalam sejarah, contohnya seperti Kekhalifahan Rashidun, menerapkan sistem penunjukan ketimbang garis keturunan (walaupun dengan beberapa pergolakan yang akhirnya melahirkan faham Syiah) dan beberapa kekhalifahan setelahnya yang merupakan sistem monarki namun banyak yang tidak memilki garis keturunan nabi Muhammad. Sehingga, syarat keturunan nabi merupakan sesuatu yang tidak mutlak, karena khilafah lebih ditekankan kepada kepemimpinan yang siap memimpin pemerintahan sesuai dengan syariat Islam. Pada beberapa wilayah Islam, keturunan nabi dianggap sebagai kaum yang lebih mengerti dalam agama dan syariat, sehingga pemilihan keturunan nabi lebih dikarenakan mereka dianggap lebih faham syariat ketimbang mereka hanyalah keturunan nabi. Secara historis, [[peraturan]] dan [[hukum]] di Khilafah berlandaskan pada [[syariat Islam]] yang telah diterapkan kedalam kehidupan masyarakat di daerah tersebut.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=EAMqBgAAQBAJ&pg=PA3|title=Demystifying the Caliphate: Historical Memory and Contemporary Contexts|last1=Al-Rasheed|first1=Madawi|last2=Kersten|first2=Carool|last3=Shterin|first3=Marat|year=2012|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-932795-9|page=3|access-date=30 Agustus 2017|archive-date=17 Januari 2023|archive-url=https://web.archive.org/web/20230117131629/https://books.google.com/books?id=EAMqBgAAQBAJ&pg=PA3|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|title=4. The Muslim Caliphates|url=http://books.openedition.org/obp/9091|publisher=Open Book Publishers|year=2020|access-date=7 April 2022|isbn=978-1-78374-024-6|pages=73–100|series=OBP collection|language=en|first1=Erik|last1=Ringmar|archive-date=7 April 2022|archive-url=https://web.archive.org/web/20220407164823/https://books.openedition.org/obp/9091|url-status=live}}</ref> Di [[abad pertengahan]], terdapat tiga Kekhalifahan besar yang menjadi penerus dari Kekhalifahan sebelumnya, yakni: [[Kekhalifahan Rashidun]] (632–661 M), [[Kekhalifahan Umayyah]] (661–750 M), dan [[Kekhalifahan Abbasiyah]] (750–1258 M). Pada Kekhalifahan keempat, [[Kekhalifahan Ottoman]] (1517-1924 M), pemimpin darinya menduduki pemerintahan kekhalifahan.
==
Sebelum adanya [[Islam]], monarki Arab menggunakan istilah ''[[malik]] ''yang berarti "Raja" ataupun "pemimpin", ataupun kata-kata lain dalam [[akar rumpun bahasa Semitik]].<ref name=":0">{{Cite journal|title = Caliph, caliphate|last1 = Kadi|first1 = Wadad|date = 2013|journal = The Princeton Encyclopedia of Islamic Political Thought|last2 = Shahin|first2 = Aram A.|pages = 81–86}}</ref>
Istilah "Khilafah" sendiri, merupakan [[kata pinjam]] yang berasal dari [[bahasa Arab]], yakni ''{{transliteration|ar|ALA|[[khalīfah]]}}'' ({{Lang|ar|خَليفة}},{{Audio|Ar-khalifa.ogg|pelafalan}}), yang berarti "Penerus" yang seringkali disebut sebagai kependekan dari ''Khalīfat Rasūl Allāh'' (Penerus Utusan Tuhan"). Akan tetapi, jika mengacu pada teks-teks yang ditemukan ataupun tertulis pada masa pra-Islam, beberapa ahli berpendapat bahwa kalimat tersebut memiliki arti sebagai "orang [yang ditunjuk] oleh Tuhan".<ref name=":0" />
Secara umum, sebuah sistem pemerintahan bisa disebut sebagai Khilafah apabila menerapkan [[Syariat Islam|syariat]] sebagai dasar negara, serta mengikuti cara kepemimpinan [[Muhammad]] dan [[Khulafaur Rasyidin]] dalam menjalankan pemerintahan, meskipun dengan penamaan atau struktur yang berbeda.<ref>"Sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku dan akan ada para khalifah dan mereka banyak." Para Shahabat bertanya, "Lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?" Muhammad bersabda: Penuhilah bai'at yang pertama, yang pertama saja. Berikanlah kepada mereka hak mereka karena sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka atas apa yang mereka urus." (HR Muslim)</ref><ref>Ajhizah Dawlah al-Khilâfah, hlm. 60</ref>
==Kekhalifahan non-politik==
Beberapa penganut [[Tarekat]] [[Sufisme|Sufi]] dan [[Khalifatul Masih|Gerakan Ahmadiyah]]<ref>{{cite news |url=<!--http://www.thelondoneconomic.com/2014/07/10/islamic-caliph-condemns-isis-act-of-un-islamic-terror/ -->|title=Islamic Caliph condemns ISIS' act of 'Un-Islamic terror' |newspaper=[[The London Economic]] |date=10 Juli 2014 |access-date=12 Maret 2019 |archive-url=<!-- https://web.archive.org/web/20141015181038/http://www.thelondoneconomic.com/2014/07/10/islamic-caliph-condemns-isis-act-of-un-islamic-terror/ -->|archive-date=15 Oktober 2014 |first=Steve |last=Taggart |url-status=live }}</ref> menganggap pihak mereka sebagai kekhalifahan. Pemimpin merekapun juga seringkali dikenal sebagai "Khalifah".
===Kekhalifahan Sufi===
Dalam [[Sufisme]], [[Tarekat]] atau pemerintahan dipegang oleh seorang [[imam]] ataupun yang memiliki ilmu lebih dalam agama (''khilafah ruhaniyyah''). Khalifah utama menunjukkan Khalifah di suatu daerah bawahan untuk memerintah suatu [[Dayah]] ({{lang-ar|زاوية|translit=zāwiyah}}).<ref>{{cite book|first1=Patrick A.|last1=Desplat|first2=Dorothea E.|last2=Schulz|title=Prayer in the City: The Making of Muslim Sacred Places and Urban Life|url=https://books.google.com/books?id=cW5EBQAAQBAJ&pg=PA82|year=2014|publisher=Verlag|isbn=978-3-8394-1945-8|page=82}}</ref>
Kekhalifahan Sufi hanya bertujuan untuk menjaga silsilah dalam mengajarkan Sufisme dan juga Tarekat.
===Khalifatul Masih (1908–sekarang)===
{{main|Khalifatul Masih}}
[[File:Liwa-e-Ahmadiyya 1-2.svg|right|thumb|upright=1.35|Berikut merupakan gambar bendera Ahmadiyah yang dirancang pada 1939, yakni dalam masa kepemimpinan [[Mirza Basheer-ud-Din Mahmood Ahmad|Khalifah kedua]]]]
Khalifatul Masih atau seringkali disebut sebagai Kekhalifahan Ahmadiyah adalah gerakan kebangkitan Islam yang memproklamirkan diri pada tahun 1889. Gerakan ini didirikan oleh [[Mirza Ghulam Ahmad]] dari [[Qadian]], [[India]], yang mengaku sebagai [[Yesus|Mesias]] dan [[Imam Mahdi|Mahdi]] yang dijanjikan, yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam. Dia juga mengaku sebagai pengikut nabi Islam, Muhammad.
Kelompok ini dikecam oleh kebanyakan Muslim.<ref>{{cite book|last=Esposito|first=John L.|author-link=John Esposito|title=The Oxford Dictionary of Islam|url=https://books.google.com/books?id=E324pQEEQQcC&pg=PA11|year=2004|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0-19-975726-8|page=11|quote=Rejected by the majority of Muslims as heretical since it believes in ongoing prophethood after the death of Muhammad. Currently based in Pakistan, but forbidden to practice, preach, or propagate their faith as Islam or their places of worship as mosques.|access-date=20 November 2019|archive-date=17 Januari 2023|archive-url=https://web.archive.org/web/20230117131632/https://books.google.com/books?id=E324pQEEQQcC&pg=PA11|url-status=live}}</ref>
Setelah Hakeem Noor-ud-Din, selaku khalifah pertama, gelar khalifah Ahmadiyah berlanjut ke [[Mirza Mahmud Ahmad]], yang memimpin komunitas tersebut selama lebih dari 50 tahun. Kemudian digantikan oleh [[Mirza Nasir Ahmad]], dan selanjutnya [[Mirza Tahir Ahmad]] yang masing-masing adalah khalifah ketiga dan keempat. Khalifah saat ini adalah [[Mirza Masrur Ahmad]], yang tinggal di London.<ref>{{cite journal |url=http://www.reviewofreligions.org/1772/editorial-68/ |title=Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih V |access-date=9 March 2011 |journal=[[The Review of Religions]] |date=Mei 2008 |issn=0034-6721 |publisher=Islamic Publications |archive-date=27 Juli 2011 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110727213542/http://www.reviewofreligions.org/1772/editorial-68/ |url-status=live }}</ref><ref>{{cite news |url=http://www.nola.com/religion/index.ssf/2013/11/the_ahmadiyya_muslim_community.html |title=The Ahmadiyya Muslim Community celebrates its new cultural outpost in Kenner |newspaper=[[NOLA.com]] |date=14 Juni 2017 |access-date=12 Maret 2019 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180617192640/https://www.nola.com/religion/index.ssf/2013/11/the_ahmadiyya_muslim_community.html |archive-date=17 June 2018 |publisher=[[Advance Local Media LLC.]] |first=Juliet |last=Linderman |url-status=live }}</ref>
==Dasar hukum agamawi==
{{further|Politik Islam{{!}}Aspek politik Islam|Pembagian dunia menurut Islam}}
===Al-Qur'an===
[[Al-Qur'an]] menggunakan istilah ''khalifa'' dua kali. Pertama, di [[Surah Al-Baqarah]] ayat 30 yang menyatakan bahwa [[Allah (Islam)|Tuhan]] menciptakan manusia sebagai ''khalifa''-Nya di Bumi. Kedua, [[Surah Sad]] ayat 26 yang mengacu pada [[Daud (tokoh Al-Qur'an)]] sebagai ''khalifa'' Tuhan yang mengingatkannya akan keadilan.<ref>{{Cite book|title = Islam: A Brief History|url = https://archive.org/details/islambriefhistor0000sonn|last = Sonn|first = Tamara|publisher = [[Wiley-Blackwell]]|year = 2010|isbn = 978-1-4051-8094-8|page= [https://archive.org/details/islambriefhistor0000sonn/page/38 38]|author-link = Tamara Sonn|edition = 2nd}}
</ref>{{Quran}}
Sebagai tambahan, frasa berikut merupakan sebuah kutipan yang dikenal sebagai 'Kalimat Istikhlaf', yang seringkali digunakan untuk menentukan dasar dari hukum Khalifah:
{{Blockquote|{{Lang|ar|وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ}}<ref group="catatan">Alih aksara: Wa'adallāhullażīna āmanụ minkum wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti layastakhlifannahum fil-arḍi kamastakhlafallażīna ming qablihim wa layumakkinanna lahum dīnahumullażirtaḍā lahum wa layubaddilannahum mim ba'di khaufihim amnā, ya'budụnanī lā yusyrikụna bī syai`ā, wa mang kafara ba'da żālika fa ulā`ika humul-fāsiqụn</ref>}}
{{blockquote |Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." ([[An-Nur]], 55)
}}
Pada frasa diatas, kalimat "Khulifa" (bentuk jamak dari ''Khalifa'') telah diterjemahkan secara beragam.
Beberapa ''mazhab'' yurisprudensi dan pemikiran dalam Islam [[Sunni]] berpendapat bahwa memerintah negara dengan [[Syariah]] menurut definisi adalah memerintah melalui kekhalifahan dan menggunakan ayat-ayat berikut untuk mempertahankan pandangan mereka mereka.
{{blockquote|dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.<ref group="catatan">Diterjemahkan dari kutipan dalam Al-Quran: {{quote|{{lang|ar|
وَاَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ اَنْ يَّفْتِنُوْكَ عَنْۢ بَعْضِ مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ اِلَيْكَۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ اَنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّصِيْبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوْبِهِمْ ۗوَاِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ لَفٰسِقُوْنَ}}}}</ref>|{{Cite quran|005|049}}||}}
{{blockquote|Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.<ref group="catatan">Diterjemahkan dari kutipan dalam Al-Quran: {{quote|{{lang|ar|يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا}}}}</ref>|{{Cite quran|004|059}}||}}
== Kritik ==
Sarjana Mesir Ali Abdur Raziq menerbitkan bukunya 1925 ''Islam dan Dasar-Dasar Pemerintahan''. Argumen buku ini telah diringkas sebagai "Islam tidak menganjurkan bentuk pemerintahan tertentu".<ref>Elizabeth Suzanne Kassab. Contemporary Arab Thought: Cultural Critique in Comparative Perspective. Columbia University Press, 2010. {{ISBN|9780231144896}} p.40</ref> Dia memfokuskan kritiknya baik pada mereka yang menggunakan hukum agama sebagai larangan politik kontemporer dan pada sejarah penguasa yang mengklaim legitimasi oleh kekhalifahan.<ref name=sage2011>Bertrand Badie, Dirk Berg-Schlosser, Leonardo Morlino (eds). International Encyclopedia of Political Science, Volume 1. SAGE, 2011. {{ISBN|9781412959636}} p.1350.</ref> Raziq menulis bahwa penguasa masa lalu menyebarkan gagasan pembenaran agama untuk kekhalifahan "sehingga mereka dapat menggunakan agama sebagai perisai yang melindungi takhta mereka dari serangan pemberontak".<ref>Kemal H. Karpat. The Politicization of Islam: Reconstructing Identity, State, Faith, and Community in the Late Ottoman State. Studies in Middle Eastern History. Oxford University Press, 2001 {{ISBN|9780195136180}} pp.242-243.</ref>
Buku ini sempat menggoncangkan dunia Islam, karena isinya yang kontroversial. Menurut penulisnya, syariat Islam tidak memberi aturan tentang negara. Pandangan ini memang dianggap sangat radikal, sehingga berbagai reaksi terhadap buku tersebut terus menggema sejak dipublikasikannya tahun 1925 sampai sekarang.<ref>Dhiyauddin al-Rais, al-Islam wa al-Khilafah fi al-‘Ashr al-Hadits, diterjemahkan oleh Afif
Pokok-pokok pikiran Ali Abdul Raziq tentang Khilafah dikritik habis-habisan oleh Dhiyauddin al-Rais. Menurut Dhiyauddin, wajibnya menegakkan Khilafah merupakan
Perbedaan pendapat antara Ali Abdul Raziq dan Dhiyauddin disebabkan perbedaan pandangan mereka tentang ijma’. Ali Abdul Raziq memahami bahwa umat Islam sama sekali tidak pernah mencapai konsensus dalam memilih khalifah yang mana pun dan juga pada masa kapan pun.<ref>Ali Abdul Raziq, al-Islam wa Ushul al-Hukm, (Cet. III; Kairo: Syirkah Mahammiyah Mishriyah, 1344 H./1925 M), h. 35</ref> Namun Dhiyauddin memandang ijma’ yang dimaksud adalah kesepakatan para sahabat dan kaum muslimin terhadap wajibnya menegakkan kekhilafahan.<ref>Dhiyauddin al-Rais, op. cit., h. 174.</ref> Dengan demikian, ijma’nya berhubungan dengan kekhilafahan, bukan atas siapa orang yang akan dipilih.
== Catatan
<references group="catatan"/>
==Referensi==
{{reflist|2}}
== Pranala
* [https://interactive.aljazeera.com/aje/2016/the-caliph-islamic-history/index.html The Caliph] – film dokumenter tiga bagian oleh [[Al Jazeera English]]
* [https://www.theguardian.com/comment/story/0,3604,1605653,00.html The return of the caliphate], ''[[The Guardian]]''.
* [http://newsvote.bbc.co.uk/2/hi/south_asia/6943070.stm Islamists urge caliphate revival], [[BBC News]].
{{Topik Islam}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Islam
[[Kategori:Politik]]
[[Kategori:Bentuk pemerintahan]]
|