Negara Sumatera Timur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Eed Lathoma (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
k Kesalahan Akronim |
||
(48 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Tentang|Sumatera Timur sebagai negara bagian di [[Republik Indonesia Serikat]]|Sumatera Timur sebagai keresidenan di [[Hindia Belanda]]|Keresidenan Sumatera Timur}}
{{Infobox former subdivision
|native_name = Sumatera Timur
|conventional_long_name =
|common_name = NST
|image_flag = Flag of East Sumatra.svg
|image_coat = Coat of arms of East Sumatra.png
|continent = Asia
|subdivision = Federasi
Baris 18 ⟶ 19:
|date_end = 15 Agustus
|event_end =
|image_map = State of East Sumatra.jpg
|image_map_caption =
|capital = [[Kota Medan|Medan]]
|title_leader =
|leader1 =
|p1 =
|flag_p1 =
|s1 = Provinsi Sumatera Utara
|flag_s1 =
|government_type = [[Negara bagian]]
|title_leader = [[
|leader1 = [[Tengku Mansur|Tengku Mansoer]]<ref>{{cite web|url=http://www.worldstatesmen.org/Indonesia_states_1946-1950.html#
|year_leader1 = 1947-1950
| legislature = [[Dewan Perwakilan Sementara Negara Sumatra Timur]]
}}
[[Berkas:
'''Negara Sumatera Timur''' (disingkat '''NST''') adalah salah satu negara
Bergabungnya tiga komunitas bumiputera itu diikat oleh kesamaan nasib, yakni sama-sama korban [[Revolusi Sosial Sumatera Timur|penyerangan dan pembantaian]] yang dilakukan oleh [[faksi komunis]] dan republik pada 1946. Dalam keadaan diserang dan dibantai, kedatangan [[Belanda]] dan [[Inggris]] di
▲'''Negara Sumatera Timur''' ('''NST''') adalah salah satu negara yang merdeka dari Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda yang bertahan cukup lama di lingkungan eks Hindia Belanda selain [[Negara Indonesia Timur]], yakni 25 Desember 1947 hingga 1950. Negara ini tercipta karena banyak faktor kompleks yang membentuk persekutuan anti-republik. Persekutuan tersebut terdiri atas kaum bangsawan [[Suku Melayu|Melayu]], sebagian besar raja-raja [[Simalungun]], beberapa kepala suku [[Karo]] dan kebanyakan tokoh masyarakat Tionghoa. Bumiputera Melayu dengan daulah-daulah Islam-nya beserta Simalungun dan Karo merasa terancam dengan berdirinya negara baru, yang akan mendudukkan mereka sebagai bawahan dari Republik Indonesia Yogya. Dalam banyak buku sejarah disebutkan Republik Indonesia Serikat merupakan gabungan dari berbagai negara-negara independen di Nusantara saat itu. Meski demikian, negara-negara itu disebut sebagai negara boneka yang dibentuk oleh Belanda.<ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/umur-pendek-negara-jawa-timur-bBLD|title=Umur Pendek Negara jawa Timur|last=Dhani|first=Arman|date=18 Agustus 2016|website=Tirto.id|access-date=22 September 2019}}</ref>
Sumatera Timur adalah negara yang kaya akan minyak dan perkebunan. Kekayaannya ini menjadi incaran banyak pihak, termasuk Republik Indonesia dan Belanda. Karena itu, selain diikat oleh kesamaan nasib, tegaknya Negara Sumatera Timur juga dipicu oleh keinginan
▲Bergabungnya tiga komunitas bumiputera itu diikat oleh kesamaan nasib, yakni sama-sama korban penyerangan dan pembantaian yang dilakukan oleh faksi komunis dan republik pada 1946. Dalam keadaan diserang dan dibantai, kedatangan Belanda dan Inggris di Sumatera pun disambut dengan tangan terbuka. Dan ini menjadikan apa yang disebut aksi agresi militer Belanda sejatinya merupakan aksi penyelamatan penduduk yang selama itu disekap oleh republiken Yogya. Dengan kekuatan tambahan ini maka persekutuan anti-republik menguat dan berdirilah NST sebagai negara baru yang di dalamnya terhimpun sisa-sisa daulah atau kesultanan Islam yang masih selamat. Meski demikian ada pula rakyat yang menentang berdirinya NST dan melakukan perlawanan militer terhadap Belanda, namun bukan bumiputera.
Sumatera Timur kemudian bergabung dengan negara baru Republik Indonesia Serikat melalui [[Konferensi Meja Bundar]] (
▲Sumatera Timur adalah negara yang kaya akan minyak dan perkebunan. Kekayaannya ini menjadi incaran banyak pihak, termasuk Republik Indonesia dan Belanda. Karena itu, selain diikat oleh kesamaan nasib, tegaknya Negara Sumatera Timur juga dipicu oleh keinginan melindungi harta kekayaannya dari incaran pihak-pihak luar. Negara ini dipimpin oleh wali negara atau presiden bernama Dr. [[Tengku Mansoer]] dari Kesultanan Asahan, yang juga ketua organisasi Persatuan Sumatera Timur.<ref>The Malays, Anthony Milner, Oxford, Blackwell, 2008, hal.172, ISBN 978-0-631-17222-2</ref>. Adapun wakil wali negara atau wakil presiden adalah Raja Kaliamsyah Sinaga dari Kerajaan Tanah Jawa Simalungun. Sementara panglima angkatan bersenjatanya, Barisan Pengawal (BP), adalah Kolonel Djomat Poerba dari Kerajaan Purba Simalungun.
Akan tetapi, ketika telah bergabung dengan serikat, pada tanggal 3-5 Mei 1950 diadakan perundingan antara perdana menteri RIS [[M. Hatta]] dengan Wali Negara
▲Sumatera Timur kemudian bergabung dengan negara baru Republik Indonesia Serikat melalui Konferensi Meja Bundar (KBM). Dalam perundingan tersebut Sumatera Timur tergabung dalam BFO atau Badan Permusyawaratan Federal yang kala itu dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Kalimantan Barat.
== Referensi ==▼
▲Akan tetapi, ketika telah bergabung dengan serikat, pada tanggal 3-5 Mei 1950 diadakan perundingan antara perdana menteri RIS [[M. Hatta]] dengan Wali Negara/Presiden NST Dr. Tengku Mansoer (juga dengan Presiden [[Negara Indonesia Timur]] [[Sukawati]]) yang menyetujui pembentukan negara kesatuan. Tapi pada tanggal 13 Mei 1950 Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Timur menentang keputusan tersebut. Meski demikian Dewan Sumatera Timur masih bersedia menerima pembubaran RIS dengan syarat NST dileburkan ke dalam RIS, bukan RI. Pada tanggal 15 Agustus 1950, terbentuklah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan NST bubar.
{{Reflist}}
=== Daftar pustaka ===
{{Refbegin}}
* {{Cite book|last=Schiller|first=A. Arthur|date=1955|url={{Google books|edApNQAACAAJ|plainurl=yes}}|title= The Formation of Federal Indonesia:1945—1949|language=en|location=[[Kota Bandung|Bandung]]|publisher=The Hague|isbn=|url-status=live|ref={{sfnref|Schiller|1955}}}}
* {{Cite book|last=Silitonga|first=Hasoloan|date=2004|url=|title=Kolonel A.E. Kawilarang Komandan Sub Terr VII Komando Sumatera Memimpin Perang Gerilya di Tapanuli–Sumatera Timur Tahun 1948–1949 Agresi Militer Kolonial Belanda ke-II|language=id|location=Jakarta|publisher=Yayasan Purna Juang Sub Teritorial VII/Tapanuli–Sumatera Timur|isbn=|url-status=|ref={{sfnref|Silitonga|2004}}}}
* {{Cite report|author1=Suprayitno|author2=Indera|last3=Agustono|first3=Budi|date=1998|title=Primordialisme dan Disintegrasi Bangsa: Kasus Negara Sumatera Timur 1947—1950|url={{Google books|Lw9THQAACAAJ|plainurl=yes}}|publisher=Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara|location=Medan|ref={{sfnref|Suprayitno|Indera|Agustono|1998}}}}
* {{Cite book|last=T. W. H.|first=Muhammad|date=2006|url={{Google books|ST9SAQAAMAAJ|plainurl=yes}}|title=Gubernur Sumatera dan Para Gubernur Sumatera Utara|publisher=Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Propinsi Sumatera Utara|isbn=978-979-15212-0-8|language=id|ref={{sfnref|T.W.H.|2006}}|url-status=live}}
{{Refend}}
▲== Referensi ==
{{RIS}}
{{
[[Kategori:
[[Kategori:Sejarah Sumatera Utara]]
|