Kabupaten Simeulue: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Reindra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Abcdef242526 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(236 revisi perantara oleh 86 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Dati2
{{dati2|nama=Kabupaten Simeulue|propinsi=[[Aceh|Nanggroe Aceh Darussalam]]|ibukota=[[Sinabang]]
| settlement_type = Kabupaten
|luas=2310 km²|penduduk=± 82,000 (2007)|kecamatan=8|kelurahan=135|kodearea=0650|motto="SIMEULUE ATEE FULAWAN" Artinya "SIMEULUE BERHATI EMAS"
| nama = Kabupaten Simeulue
|lambang= [[Berkas:Lambang_Kab_Simeulue.jpg]] |peta=[[Berkas:Locator_kab_simeulue.png]]
| foto = Simeulue Beach Aceh.jpg
|koordinat=-|dau=-|dasar hukum=UU RI No. 48 Tahun 1999|tanggal=4 Oktober 1999|kepadatan=-|kepala daerah=[[Bupati]]
| caption = Pantai di Simeulue
|nama kepala daerah=[[Drs. H . DARMILI]]
| lambang = LOGO KABUPATEN SIMEULUE.png
|web=-
| bendera = Regency Flag of Simeulue.jpg
| peta = Lokasi Aceh Kabupaten Simeulue.svg
| koordinat = 04°45'15,702"-5°18'2,244" [[Lintang Utara|LU]] {{br}}96°1'13,656"-96°22'1,007" [[Bujur Timur|BT]]
| semboyan = ''Ate fulawan'' ([[Bahasa Indonesia|Indonesia]]: ''Berhati emas'')
| provinsi = [[Aceh]]
| ibukota = [[Sinabang (kota)|Sinabang]]
| dasar hukum = UU Nomor 48 Tahun 1999<ref name="UU">{{cite web|url=https://otda.kemendagri.go.id/wp-content/uploads/2019/03/Pembentukan-Daerah-Daerah-Otonom-di-Indonesia-s.d-Tahun-2014-2.pdf|title=Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014|website=www.otda.kemendagri.go.id|accessdate=8 Desember 2021|archive-date=12 Juli 2019|archive-url=https://web.archive.org/web/20190712121648/http://otda.kemendagri.go.id/wp-content/uploads/2019/03/Pembentukan-Daerah-Daerah-Otonom-di-Indonesia-s.d-Tahun-2014-2.pdf|dead-url=yes}}</ref>
| ref jumlah satuan pemerintahan = <ref name="Permendagri"/>
| tanggal = 9 Oktober 1999<ref name="UU"/>
| hari jadi = [[12 Oktober]] [[1999]]
| kecamatan = 10
| gampong = 222
| kepala daerah = [[Bupati]]
| nama kepala daerah = [[Teuku Reza Fahlevi]] (Pj.)
| wakil kepala daerah = [[Wakil Bupati]]
| nama wakil kepala daerah = ''lowong''
| sekretaris daerah = [[Dodi Juliardi Bas]] (Plt.)
| ketua DPRD = Irwan Suharmi
| luas = 2051,48
| luasref = <ref name="Permendagri">{{cite web |url=http://www.kemendagri.go.id/pages/data-wilayah |title=Permendagri no.137 tahun 2017 |date=27 Desember 2017 |access-date=12 Juni 2018 |archive-date=2017-04-29 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170429140519/http://www.kemendagri.go.id/pages/data-wilayah |dead-url=yes }}</ref>
| penduduk = 96510
| penduduktahun = 30 Juni [[2024]]
| pendudukref = <ref name="DUKCAPIL"/>
| kepadatan = auto
| agama = {{ublist |item_style=white-space;
|99,75% [[Islam]]
|{{Tree list}}
* 0,24% [[Kekristenan]]
** 0,23% [[Protestan]]
** 0,01% [[Katolik]]
{{Tree list/end}}
|0,01% [[Agama Buddha|Buddha]]<ref name="DUKCAPIL"/>}}
| bahasa = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]] (resmi)<br>[[Bahasa Simolol|Simolol]], [[Bahasa Sigulai|Sigulai]], [[Bahasa Leukon|Leukon]], [[Bahasa Jamee|Jamee]]
| IPM = {{increase}} 769,98 ([[2023]])<br> <span style="background:Yellow;color:#00726a">&nbsp;sedang&nbsp;</span><ref name="IPM">{{cite web|url=https://aceh.bps.go.id/indicator/26/74/1/ipm.html|title=Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2021-2023|website=www.aceh.bps.go.id|accessdate=28 Januari 2024}}</ref>
| kodearea = 0650
| kodepos =
| nomor_polisi = BL ''xxxx'' S**
| apbd = Rp 821.754.461.397,-<ref name="APBD 2018">{{cite web |url=http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=5412 |title=APBD 2018 ringkasan update 04 Mei 2018 |date=2018-05-04 |accessdate=2018-07-06 |archive-date=2018-07-06 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180706132521/http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=5412 |dead-url=no }}</ref>
| pad = Rp 47.764.132.000,-
| dau = Rp 432.894.090.000,- ([[2021]])<ref>{{cite web|url=http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2020/09/DAU_rotated.pdf|title=Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2021|website=www.djpk.kemenkeu.go.id|date=(2021)|accessdate=8 Desember 2021|page=1|format=pdf|archive-date=2021-12-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20211207084638/http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2020/09/DAU_rotated.pdf|dead-url=no}}</ref>
| flora =
| fauna = [[Kerbau|Kerbau simeulue]]
| zona waktu = [[UTC+07:00]] [[Waktu Indonesia Barat|WIB]]
| web = {{url|simeuluekab.go.id}}
}}
 
Berada'''Kabupaten kurangSimeulue''' lebihadalah 150sebuah kmwilayah dari[[kabupaten]] lepasyang pantaiterletak baratdi di [[Aceh]], [[KabupatenIndonesia]]. Ibu kota kabupaten ini terletak di [[Sinabang (kota)|Sinabang]]. Kabupaten ini berada kurang lebih 150&nbsp;km dari lepas pantai barat Aceh, Kabupaten Simeulue berdiri tegar di tengah [[Samudra Hindia]]. Kabupaten Simeulue merupakan pemekaran dari Kabupaten [[Aceh Barat]] sejak peningkatan status pada tahun 1996 dan peresmian pada tahun [[1999]], dengan harapan pembangunan semakin ditingkatkan di kawasan ini. Jumlah penduduk Simeulue pada pertengahan tahun 2024 sebanyak 96.510 jiwa.<ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=28 Januari 2024|format=Visual}}</ref>
 
== Sejarah ==
Karena posisi geografisnya yang terisolasi, hiruk-pikuk konflik di Aceh daratan tidak pernah berimbas di kawasan ini, bahkan tidak ada pergerakan [[Gerakan Aceh Merdeka|GAM]] di kawasan kepulauan ini.
Ibu kota Kabupaten Simeulue adalah [[Sinabang]], kalau diucapkan dengan logat daerah adalah ''Si Navang'' yang berasal dari legenda Navang. Navang adalah seorang pembuat garam masa dulu di daerah Babang (pintu masuk teluk Sinabang). Dulunya Navang membuat garam dengan membendung [[air laut]] yang masuk ke pantai Babang, kemudian dikeringkan lalu menjadi garam. Garam Navang lambat laun menjadi dikenal di sekitar Ujung Panarusan sampai ke Lugu. Jika penduduk membutuhkan garam, maka mereka akan menuju Si Navang, yang lambat laun konsonan "V" pada Navang berubah menjadi Nabang. Sementara ''Sibigo'' ibu kota kecamatan Simeulue Barat berasal dari kata/kalimat ''CV dan Co'' karena masa-masa penjajahan dulu, Sibigo adalah lokasi perusahaan pengolahan kayu [[rasak]]–sejenis kayu sangat keras setara dengan [[jati]]–yang dikirim ke Belanda melalui laut.
 
Karena posisi geografisnya yang terisolasi dari [[Pulau Sumatra]], hiruk-pikuk [[Konflik Aceh|konflik]] di Aceh daratan tidak pernah berimbas di kawasan ini, bahkan tidak ada pergerakan [[Gerakan Aceh Merdeka|GAM]] di kawasan kepulauan ini.
Kabupaten ini terkenal dengan hasil [[cengkeh]]nya. Penduduk kawasan ini juga berprofil seperti orang [[Cina]], dengan kulit kuning dan sipit dan mempunyai bahasa yang berbeda dengan [[Aceh]] daratan. Terdapat 3 bahasa utama yang dominan dalam pergaulan sehari-hari yakni bahasa ''Ulau'', bahasa ''Sibigo'' dan bahasa ''Jamee''. Bahasa Ulau (pulau) umumnya digunakan oleh penduduk yang berdomisili di Kecamatan Simeulue Timur, Teupah Selatan, Teupah Barat, Simeulue Tengah dan Teluk Dalam; bahasa Sibigo umumnya digunakan penduduk di Kecamatan Simeulue Barat, Alafan dan Salang; sedangkan bahasa Jamee (tamu) digunakan khususnya oleh para penduduk yang berdiam disekitar kota Sinabang dan sekitarnya yang umumnya perantau niaga dari [[Minang]] dan [[Mandailing]].
 
Peningkatan status Simeulue menjadi Kabupaten telah dirintis sejak lama dan lahir dari keinginan luhur masyarakat [[Simeulue]] sendiri yaitu melalui prakarsa sejumlah tokoh dan segenap komponen masyarakat. Tonggak sejarah perjuangan ini dimulai sejak Kongres Rakjat Simeulue yang sedianya dilaksanakan pada tahun 1956, namun terkendala saat itu dan baru dilaksanakan pada tahun 1957. Salah satu bukti sejarah yang masih ada saat ini adalah dokumen Hasil Putusan Kongres Rakjat Kewedanaan Simeulue (Dok Rasmal Kahar) dan sebuah spanduk usang pelaksanaan kongres tersebut yang telah lusuh dimakan usia. Saat itu Gubernur Aceh, Prof. Ali Hasjmi melakukan kunjungan ke Simeulue pada tahun 1957 sebagai wujud dukungan dia terhadap isi pernyataan Kongres Rakjat Simeulue dalam upaya peningkatan status Simeulue.
Ibukota Kabupaten Simeulue [[Sinabang]], kalau diucapkan dengan logat daerah adalah "Sinafang" yang artinya "senapan" atau senjata api, dimana dulunya Sinabang menjadi markas serdadu [[kompeni]] Belanda. Juga "Sibigo" ibukota kecamatan Simeulue Barat berasal dari kata/kalimat "CV & Co" karena masa-masa penjajahan dulu, Sibigo adalah lokasi "maskapai" pengolahan kayu [[Rasak]] - sejenis kayu sangat keras setara dengan [[Jati]] - yang dikirim ke Belanda via laut.
 
Kemudian pada tahun 1963 kembali diadakan musyawarah Luan Balu dan dilanjutkan Musyawarah Rakyat Simeulue dan tahun 1980, di mana hasil semua pertemuan tersebut hanya ada satu kata dan satu tekad bahwa Simeulue harus berubah status menjadi Kabupaten [[Otonomi|Otonom]].
Hampir seluruh penduduk kepulauan ini beragama [[Islam]]. Masyarakat Simeulue mempunyai adat dan budaya tersendiri berbeda dengan saudara-saudaranya didaratan Aceh, salah satunya adalah seni ber-"Nandong", suatu seni nyanyi bertutur diiringi gendang tetabuhan dan biola yang ditampilkan semalam suntuk pada acara-acara tertentu dan istimewa. Terdapat pula seni yang sangat digemari sebahagian besar masyarakat, seni Debus, yaitu suatu seni bela diri kedigjayaan kekebalan tubuh terutama dari tusukan bacokan pedang, rencong, rantai besi membara, bambu/buluh serta benda-benda tajam lainnya, dan dari seni ini pulalah para pendekar Simeulue acap diundang ke manca negara.
Seiring dengan perjalanan waktu, perjuangan tetap diteruskan oleh tokoh-tokoh masyarakat Simeulue, sehingga atas perjuangan yang begitu gigih dan tak kenal lelah tersebut, kita memperoleh dukungan dari berbagai pihak yaitu dari [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah|DPRD]] Tingkat I Aceh dan DPRD Tingkat II Aceh Barat.
 
Perkembangan selanjutnya setelah Drs. H. Muhammad Amin dilantik menjadi Pembantu [[Bupati]] Simeulue, upaya ini terus digulirkan dengan sungguh-sungguh dan terbukti pada tahun 1995 [[Gubernur]] Aceh menurunkan tim pemutakhiran data ke Simeulue yang diikuti dengan kedatangan Dirjen Bangda ke Simeulue pada tanggal 12 Desember 1995.
Salah satu andalan Kabupaten Simeulue yang menjadi ciri khas adalah [[kerbau]] Simeulue yang meski ukurannya kecil, namun rasa dagingnya lebih manis daripada kerbau di daratan. Kerbau ini banyak dijual keluar Pulau Simeulue dan, karena kualitasnya prima, harganya pun menjadi tinggi.
 
Sebagai akhir dari perjalanan ini, yaitu dengan datangnya Dirjen PUOD, DPODS, dan Komisi II DPR-RI pada tanggal 30 Maret 1996 dan mengadakan rapat umum di depan pendopo Pembantu Bupati Simeulue. Di mana pada saat itu, J. Sondakh selaku Ketua Komisi II DPR-RI mengatakan rapat hari ini seakan-akan sidang DPR-RI di luar gedung karena lengkap dihadiri oleh empat [[fraksi]] yaitu: Fraksi Golkar, PPP, PDI dan Fraksi Utusan Daerah dan dia berjanji dalam waktu tidak begitu lama Simeulue akan ditingkatkan statusnya.
Disamping itu dalam satu dasawarsa terakhir hasil pulau Simeulue yang sangat terkenal adalah udang Lobster (udang laut)yang cukup besar ukurannya dan telah diekspor ke luar daerah seperti Medan, Jakarta dan bahkan ke luar negeri Singapura & Malaysia. Hasil perkebunan rakyat lainnya adalah kopra yang berasal dari pohon kelapa yang tumbuh subur disepanjang pantai pulau Simeulue. Sedangkan hasil hutan yang menjadi sumber utama pabrik meubel di [[Cirebon]]- Jawa Barat adalah rotan. Diharapkan pula dalam tahun 2008 hasil perkebunan [[kelapa sawit]] murni milik rakyat dan swakelola pemerintah daerah Kabupaten Simeulue akan membuahkan hasil yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Simeulue.
Alhamdulillah berkat Rahmat Allah SWT, akhirnya hasil dari semua kunjungan tersebut serta niat dan doa yang tulus dari seluruh masyarakat Simeulue, Presiden Republik Indonesia Bapak H. Mohammad Soeharto pada tanggal 13 Agustus 1996 menandatangani PP 53 tahun 1996 tentang peningkatan status wilayah Pembantu Bupati Simeulue menjadi Kabupaten Administratif Simeulue. Selanjutnya pada tanggal 27 September 1996 bertempat di DPRD Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Kabupaten Administratif Simeulue diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Bapak Yogie S. Memet sekaligus melantik Drs. H. Muhammad Amin sebagai Bupati Kabupaten Administratif Simeulue.
 
Simeulue telah berubah status meskipun masih bersifat administratif, seluruh masyarakat menyambut gembira disertai rasa syukur menggema dari Ujung Batu Belayar hingga batu Si Ambung-Ambung. Kabupaten yang dianggap mimpi oleh sebagian masyarakat selama ini telah hadir nyata dalam kehidupan masyarakat Simeulue. Status baru ini telah menambah semangat yang tinggi untuk berjuang menggapai satu tahap lagi yaitu daerah otonom.
== Gempa Bumi dan Tsunami (Smong) ==
[[Berkas:Earthquake 20041226 epicentre.gif|thumb|left|210px|Pusat [[gempa bumi Samudra Hindia 2004]] yang terletak di utara Simeulue]]
Gugusan pulau Simeulue yang terdiri beberapa pulau besar & kecil (± 40 buah) berada tepat diatas ''palung laut'' dunia dan pada pertemuan [[lempeng Asia]] dengan [[lempeng Australia]] sangat dekat dengan terjadinya [[gempa bumi dan tsunami tanggal 26 Desember 2004]], namun jumlah korban jiwa akibat peristiwa tersebut relatif minim, hal ini disebabkan masyarakat setempat sudah mengenal secara turun menurun (''kearifan lokal'') peristiwa itu dengan sebutan '''''Smong''''', dimana apabila terjadi gempa besar diikuti oleh surutnya air laut dari bibir pantai secara drastis dan mendadak, maka otomatis seluruh penduduk, tua muda, besar kecil beranjak meninggalkan lokasi menuju tempat-tempat ketinggian atau perbukitan guna menghindar dari terjangan smong atau tsunami.
{{clr}}
 
Untuk mencapai usaha itu segala potensi dikerahkan, pikiran dan tenaga dicurahkan, keringat bercucuran di mana semua anak pulau bahu membahu dan disertai dengan doa yang senantiasa dipanjatkan demi sebuah cita-cita. Akhirnya Allah SWT mengabulkan apa yang diinginkan, sehingga melalui UU No. 48 Tahun 1999 lahirlah Kabupaten Simeulue dan Kabupaten Bireun sebagai Kabupaten Otonom dalam Pemerintahan Indonesia.
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.ri.go.id/produk_uu/isi/uu2000/uu8-00.html UURI No.48 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Simeulue]
 
Kemudian pada tanggal 12 Oktober 1999 [[Menteri Dalam Negeri]] Republik Indonesia Ad Interim [[Faisal Tanjung]] meresmikan lahirnya Kabupaten Simeulue dan tanggal inilah yang dijadikan sebagai hari jadi Kabupaten Simeulue yang setiap tahunnya diperingati.
 
== Pemerintahan ==
=== Bupati ===
{{utama|Daftar Bupati Simeulue}}
 
{| class="wikitable" style="text-align:center;"
|-
!style="background:#fad000;"| No
!style="background:#fad000;" colspan=2| Bupati
!style="background:#fad000;"| Mulai menjabat
!style="background:#fad000;"| Akhir menjabat
!style="background:#fad000;"| Ket.
!style="background:#fad000;"| Wakil Bupati
|-
| *
| [[Berkas:Penjabat Bupati Kabupaten Simeulue Ahmadlyah.jpg|100px]]
|[[Ahmadlyah]]<br><small>([[Penjabat]])</small>
|21 Juli 2022
|''Petahana''
|<ref>{{cite web |url=https://aceh.tribunnews.com/2022/07/21/profil-ahmadlyah-putra-awe-seubal-yang-dilantik-jadi-pj-bupati-simeulue|title=Profil Ahmadlyah, Putra Awe Seubal yang Dilantik Jadi Pj Bupati Simeulue|first=Sara|last=Masroni |editor=Amirullah|date=21 Juli 2022|access-date=28 Januari 2024 |website=aceh.tribunnews.com}}</ref>
|''Lowong''
|-
|}
 
=== Dewan Perwakilan ===
{{utama|Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Simeulue}}
{{:Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Simeulue}}
 
=== Kecamatan ===
[[Berkas:Kecamatan Aceh Kabupaten Simeulue.svg|jmpl|250px|Pembagian Wilayah Kecamatan di Kabupaten Simeulue]]
{{utama|Daftar kecamatan dan gampong di Kabupaten Simeulue}}
{{:Daftar kecamatan dan gampong di Kabupaten Simeulue}}
 
== Penduduk ==
Hampir seluruh penduduk kepulauan ini beragama [[Islam]]. Penduduk kawasan ini juga berprofil seperti orang [[Cina]], dengan kulit kuning dan sipit dan mempunyai bahasa yang berbeda dengan [[Aceh]] daratan.
 
=== Bahasa ===
Terdapat tiga bahasa utama yang dominan dalam pergaulan sehari-hari yakni [[bahasa Simolol]], [[bahasa Sigulai]], dan [[bahasa Leukon]]. Bahasa Simolol umumnya digunakan oleh penduduk yang berdomisili di Kecamatan Simeulue Timur, Teupah Selatan, Teupah Barat, Simeulue Tengah dan Teluk Dalam. Bahasa Sigulai umumnya digunakan penduduk di Kecamatan Simeulue Barat, Alafan dan Salang. Sedangkan bahasa Leukon digunakan khususnya oleh penduduk Desa Langi dan Lafakha di Kecamatan Alafan. Selain itu digunakan juga bahasa pengantar (lingua franca) yang digunakan sebagai bahasa perantara sesama masyarakat yang berlainan bahasa di Simeulue yaitu bahasa Jamu atau Jamee (tamu), awalnya dibawa oleh para perantau niaga dari [[Minangkabau]] dan [[Mandailing]].
 
=== Budaya ===
Masyarakat Simeulue mempunyai adat dan budaya tersendiri berbeda dengan saudara-saudaranya di daratan Aceh, salah satunya adalah seni [[Nandong]], suatu seni nyanyi bertutur diiringi [[gendang]] tetabuhan dan [[biola]] yang ditampilkan semalam suntuk pada acara-acara tertentu dan istimewa. Terdapat pula seni yang sangat digemari sebagian besar masyarakat, seni [[Debus]], yaitu suatu seni bela diri kedigjayaan kekebalan tubuh terutama dari tusukan bacokan [[pedang]], [[rencong]], [[rantai]] [[besi]] membara, [[bambu]], serta benda-benda tajam lainnya, dan dari seni ini pulalah para pendekar Simeulue acap diundang ke mancanegara.
 
=== '''Lembaga Adat''' ===
Lembaga Adat adalah suatu organisasi kemasyarakatan adat yang dibentuk oleh suatu masyarakat hukum adat tertentu mempunyai wilayah tertentu dan mempunyai harta kekayaan tersendiri  serta berhak dan berwenang untuk mengatur dan mengurus  serta menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan adat Aceh. Sama halnya seperti fungsi lembaga adat di daratan Aceh, Lembaga adat di Simeulue juga berfungsi sebagai wahana partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pembinaan masyarakat, dan penyelesaian masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Lembaga adat di Simeulue antara lain:
 
# Majelis Adat Aceh Simeulue;
# Kepala Mukim;
# Imam chik;
# Kepala Desa atau keuchik;
# Imam meunasah;
# Keujruen blang;
# Panglima laot;
 
==== Panglima Laot ====
Lembaga Adat Laot adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lembaga Adat Laot dipimpin oleh seorang Panglima Laot untuk mangatur adat istiadat dibidang pesisir dan kelautan. Di Simeulue, lembaga adat laot terdiri dari:
 
# Lembaga Adat Laot Kabupaten;
# Lembaga Adat Laot Kecamatan;
# Lembaga Adat Laot Desa.
 
== Ekonomi ==
 
=== Peternakan ===
Salah satu andalan Kabupaten Simeulue yang menjadi ciri khas adalah [[kerbau]] simeulue yang meski ukurannya kecil, namun rasa dagingnya lebih manis daripada kerbau di daratan Sumatra. Kerbau ini banyak dijual keluar Pulau Simeulue dan, karena kualitasnya prima, harganya pun menjadi tinggi.
 
=== Kelautan ===
Di dalam satu dasawarsa terakhir hasil pulau Simeulue yang sangat terkenal adalah [[Lobster]] (udang laut) yang cukup besar ukurannya dan telah diekspor ke luar daerah seperti [[Kota Medan|Medan]], [[Jakarta]] dan bahkan ke luar negeri hingga [[Singapura]] dan [[Malaysia]].
 
=== Perkebunan ===
Kabupaten ini terkenal dengan hasil [[cengkih]]nya dimasa lalu era tahun 1970 s/d 1990. Hasil perkebunan rakyat lainnya di antaranya adalah [[kopra]] yang berasal dari pohon [[kelapa]] yang tumbuh subur di sepanjang pantai Pulau Simeulue, selain itu ada perkebunan kelapa sawit milik Pemerintah Daerah bernama Perusahaan Daerah Kelapa Sawit (PDKS) yang terdapat di Kecamatan Teluk Dalam dan Teupah Selatan.
 
=== Kehutanan ===
Sedangkan hasil [[hutan]] yang menjadi sumber utama pabrik meubel di [[Cirebon]], [[Jawa Barat]] adalah [[rotan]]. Diharapkan pula dalam tahun 2008 hasil perkebunan [[kelapa sawit]] murni milik rakyat dan swakelola Pemerintah Kabupaten Simeulue akan membuahkan hasil yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Simeulue.
 
=== Pariwisata ===
Simeulue memiliki potensi wisata yang cukup menarik. yaitu"
# Wisata selancar, berada di pantai Matanurung, Pantai Nancala, Batu Rundung, Pulau Teupah dll.
# Wisata Pantai, yaitu Pantai Busung, Ganting, Pantai Pasir Tinggi, Alafan, Along dll.
# Danau, yaitu Danau Air Tawar Teluk Dalam, Danau Laulo dll.
# Bahari, Pulau Siumat, Pulau Simanaha, Pulau Teupah, Pulau Batu Berlayar, dll.
 
=== Minyak Bumi ===
Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Riset Geologi dan Kelautan Jerman (BGR) menemukan potensi minyak (hidrokarbon) dalam jumlah sangat besar di perairan timur laut Pulau Simeulue, Provinsi Aceh. Prediksi sementara jumlah kandungan minyak yang ada sekitar 107,5-320,79 miliar barel. "Temuan ini hasil riset kami dengan Kapal Riset Sonne, yang tujuan awalnya untuk mengetahui detail deformasi struktur geologi di daerah busur muka (fore arc) pasca tsunami 26 Desember 2004," kata Dr Yusuf Surachman, Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT, di Jakarta, Senin (11/2) seperti dikutip Antara. Dibandingkan dengan cadangan [[minyak bumi]] milik [[Arab Saudi]] yang volumenya mencapai 264,21 miliar barrel. Temuan itu, menurut Yusuf, sangat signifikan. Sedangkan nilai volume di perairan timur laut Pulau Simeulue itu dihitung minimal 17,1 x 109 m³ dan maksimal volume total 51 x 109 m³. "Perkiraan volume berdasar volume reservoir yang dihitung atas dasar sejumlah asumsi, yakni seismik dua dimensi, karbonat ''build-up'' berbentuk melingkar, faktor pengali elongasi antara 0,5-1,5 dan porositas 30 persen,".{{cn}}
 
== Kebudayaan ==
=== Smong ===
{{referensi}}
Masyarakat Simeulue menyampaikan peringatan tradisional tsunami melalui "[[tutur]]" secara turun temurun dari generasi ke generasi melalui cerita, nanga-nanga, sikambang dan nandong (seni tradisional Simeulue berupa [[dendang]]). Smong (nama lain dari tsunami dalam [[Bahasa Simolol|bahasa Simeulue]]), adalah sebuah bentuk pemahaman budaya yang telah mengalami proses pengendapan berpuluh tahun dalam memori kolektif masyarakat Pulau Simeulue. Karena telah menjadi memori kolektif maka smong telah menjadi bagian dari jati diri masyarakat Simeulue. Potongan syair tentang itu dapat ditemukan pada senandung pengantar tidur anak-anak di Pulau Simeulue.
 
Istilah smong dikenal masyarakat Simeulue setelah tragedi tsunami pada hari Jumat, 4 Januari 1907. Gempa disertai tsunami dahsyat yang terjadi di wilayah perairan Simeulue masih pada zaman penjajahan Hindia Belanda. Kejadian tsunami ini tercatat dalam buku berbahasa Belanda S-GRAVENHAGE, MARTINUSNIJHOF, tahun 1916 yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
 
Saat itu masyarakat Simeulue belum mengetahui perihal tsunami ini, laut yang tiba-tiba surut pasca gempa menjadi daya tarik bagi masyarakat pesisir pantai, karena ditemukannya banyak ikan-ikan yang terdampar. Sebagian besar penduduk pesisir berlarian ke arah pantai dan berebut ikan-ikan yang terdampar tersebut, namun secara mengejutkan tiba-tiba kemudian datanglah tsunami yang menderu-deru dari arah laut lepas, sebagian besar masyarakat meninggal atas kejadian itu. Dan sebagian yang selamat, menjadi saksi mata atas kejadian smong dan menuturkannya untuk generasi mendatang agar berhati-hati terhadap kejadian serupa.
 
Pada saat gempa dan tsunami Aceh tahun 2004 yang lalu di seluruh wilayah Kabupaten Simeulue lebih dari 1.700 rumah hancur tersapu tsunami, akan tetapi jumlah korban jiwa yang meninggal adalah 6 jiwa. Apabila diperkirakan di Pulau Simeulue rata-rata penghuni satu rumah adalah 5 jiwa, maka jumlah total manusia yang rumahnya diterjang tsunami lebih dari 8.500 jiwa. Atau sekitar 10 % dari total jumlah penduduk Kabupaten Simeulue. Hal ini berarti pada saat itu ada proses evakuasi besar-besaran dalam kurun waktu kurang dari 10 menit secara serempak di seluruh wilayah pantai Pulau Simeulue yang panjang garis pantainya mencapai 400&nbsp;km. Mengingat bahwa infrastruktur telekomunikasi di Kabupaten Simeulue sangat terbatas maka peristiwa mobilisasi massa tersebut adalah peristiwa yang luar biasa.
 
Kejadian serupa itu hanya dapat dilakukan oleh sebuah pemahaman bersama yang kuat dengan persepsi yang sama terhadap satu objek tertentu. Sehingga pada saat kejadian yang sangat genting hal ini telah menjadi pengetahuan umum yang merata, yang dengan hanya satu sandi tertentu yang diucapkan maka hal tersebut akan menjadi gerakan massa yang sangat masif yang bergerak dengan kecepatan tinggi secara bersama-sama, walaupun mereka berada pada daerah yang terpisah-pisah.
 
Kata "smong" adalah [[kata sandi]] yang dipahami bersama oleh seluruh penduduk Pulau Simeulue untuk melukiskan terjadinya gelombang raksasa setelah terjadinya gempa besar. Mereka bukan hanya memahami kata tersebut saja, tetapi juga mereka memahami tindakan apa yang harus dilakukan apabila peristiwa tersebut terjadi. Ditengah tidak adanya sistem peringatan dini tsunami yang memadai, budaya smong yang merupakan salah satu bentuk kearifan lokal (local wisdom) masyarakat Kabupaten Simeulue telah mengambil alih fungsi teknologi. Dan terbukti pula budaya ini telah meyelamatkan masyarakat Kabupaten Simeulue dari bencana yang lebih besar.
 
Masyarakat dunia yang juga mengetahui lemahnya sistem peringatan dini tsunami di sepanjang pantai barat Sumatra takjub melihat keajaiban yang terjadi di Pulau Simeulue. Hal ini kemudian mendorong masyarakat dunia melalui ISDR (International Strategy for Disaster Reduction) memberikan penghargaan Sasakawa Award kepada masyarakat Kabupaten Simeulue. ISDR adalah lembaga dibawah Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nations) yang memberikan perhatian pada upaya-upaya masyarakat mengurangi kerusakan dan kerugian akibat bencana. Penghargaan tersebut diterima langsung oleh Bupati Simeulue Drs. H. Darmili mewakili seluruh masyarakat Kabupaten Simeulue pada tanggal 12 Oktober 2005 yang lalu di Bangkok, Thailand.
 
Penghargaan tersebut adalah wujud pengakuan dunia internasional pada kekuatan budaya smong sebagai sistem peringatan dini tsunami. Budaya smong semakin menemukan pengakuan ditengah kondisi bahwa sebelum tsunami 26 Desember 2004, tidak ada sistem peringatan dini tsunami di sepanjang pantai barat Sumatra yang sangat rawan gempa dan tsunami.
 
Ditinjau dari sisi linguistik, terbentuknya kata smong cukup dekat dengan bunyi yang mendengung saat ombak menyerang bergulung-gulung. Di masyarakat Simeulue, smong berarti ombak besar yang datang bergulung-gulung yang didahului oleh gempa yang sangat besar. Fenomena yang dikenal masyarakat dunia dengan istilah tsunami. Pemahaman tentang smong ini tertanam kuat dalam memori masyarakat Simeulue dari anak-anak sampai orang tua.
 
Kuatnya penanaman smong dalam ingatan masyarakat Simeulue menunjukkan bahwa smong telah mengalami proses pengendapan yang lama sehingga lambat laun menjadi memori kolektif dalam bentuk sistem nilai masyarakat. Dalam sistem masyarakat Simeulue, penyampaian sebuah pesan sampai tertanam menjadi memori kolektif masyarakat hanya bisa dilakukan melalui media lisan.
Nandong sebagai sebuah seni tradisi lisan masyarakat Simeulue memegang fungsi penting dalam membangun memori kolektif tersebut. Dengan demikian nandong dalam masyarakat Simeulue tidak hanya menjalankan fungsi klasik pantun atau syair yaitu sebagai media penyampai isyarat, pendidikan, pencatat sejarah dan hiburan. Nandong telah sampai pada fungsi tertinggi budaya lisan yaitu pembangun memori kolektif masyarakat. Fungsi ini yang membuat nandong efektif membangun perilaku masyarakat Simeulue dalam merespon fenomena alam gempa bumi yang diikuti tsunami.
 
Berikut ini pantun atau syair tentang smong dalam bahasa Simeulue yang disampaikan secara turun temurun dalam menyikapi kewaspadaan dini terhadap kejadian tsunami:
{| class="wikitable"
|-
! Devayan !! Sigulai !! Indonesia
|-
| Enggel mon sao curito || Longola amba curito || Dengarlah sebuah cerita
|-
| Inang maso semonan || Pado zaman nafe'e || Pada zaman dahulu
|-
| Manoknop sao fano || Tobanam amba desa || Tenggelam satu desa
|-
| Uwi lah da sesewan || Nak daya feila la curitokan|| Begitulah mereka ceritakan
|-
| Unen ne alek linon || Ya lunen afe dulu || Diawali oleh gempa
|-
| Fesang bakat ne mali || Lentuk Bakat yu ekhi eba || Disusul ombak yang besar sekali
|-
| Manoknop sao hampong || Tobanam amban gampung || Tenggelam seluruh negeri
|-
| Tibo-tibo mawi || Tibo–tibo amak || Tiba-tiba saja
|-
| Anga linon ne mali || Bo dulu ni abe le || Jika gempanya kuat
|-
| Uwek suruik sahuli || Idane yu ata'a || Disusul air yang surut
|-
| Maheya mihawali || Rongkap akhuli || Segeralah cari
|-
| Fano me singa tenggi || Banuami yu ala wa || Tempat kalian yang lebih tinggi
|-
| Ede smong kahanne || Nak daya emong deini || Itulah smong namanya
|-
| Turiang da nenekta || Curito nenek moyang ta || Sejarah nenek moyang kita
|-
| Miredem teher ere || enuge ekhi–ekhi || Ingatlah ini betul-betul
|-
| Pesan dan navi da || Amanah afe nasehatla || Pesan dan nasihatnya
|}
 
== Bencana alam ==
{{utama|Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004}}
[[Berkas:Earthquake 20041226 epicentre.png|jmpl|ka|210px|Pusat [[gempa bumi Samudra Hindia 2004]] yang terletak di utara Simeulue]]
 
Gugusan Kepulauan Simeulue yang terdiri beberapa pulau besar dan kecil (± 40 buah) berada tepat di atas persimpangan tiga ''palung laut'' terbesar dunia, yakni pada pertemuan [[lempeng Asia]] dengan [[lempeng Australia]] dan [[lempeng Samudera Hindia]]. Sehingga pada saat terjadinya [[Tsunami Aceh|gempa bumi dan tsunami tanggal 26 Desember 2004]] yang ber-episentrum di ujung barat Pulau Simeulue, pulau ini mengalami kerusakan sarana prasarana sangat parah.
 
Namun jumlah korban jiwa akibat peristiwa tersebut relatif minim, hal ini disebabkan masyarakat setempat sudah mengenal secara turun temurun peristiwa yang disebut sebagai ''smong'',karena peristiwa serupa yakni tsunami pernah terjadi pada tahun 1907 sehingga apabila terjadi gempa besar diikuti oleh surutnya air laut dari bibir pantai secara drastis dan mendadak, maka otomatis tanpa disuruh seluruh penduduk, tua muda, besar kecil laki-laki dan perempuan beranjak meninggalkan lokasi menuju tempat-tempat ketinggian atau perbukitan guna menghindar dari terjangan smong atau tsunami tersebut.{{cn}}
 
== Referensi ==
{{reflist|2}}
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.ri.go.id/produk_uu/isi/uu2000/uu8-00.html UURI No.48 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Simeulue] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050227132332/http://www.ri.go.id/produk_uu/isi/uu2000/uu8-00.html |date=2005-02-27 }}
* {{id}} [http://badanpusatstatistik.com/viewdownload/37-01-kabupaten-simeulue/7-hasil-sensus-penduduk-2010-data-agregat-per-kecamatan-di-kabupaten-simeulue-aceh.html Hasil Sensus Penduduk 2010: Data Agregat per Kecamatan di Kabupaten Simeulue] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20191027125430/http://badanpusatstatistik.com/viewdownload/37-01-kabupaten-simeulue/7-hasil-sensus-penduduk-2010-data-agregat-per-kecamatan-di-kabupaten-simeulue-aceh.html |date=2019-10-27 }}
{{Kabupaten Simeulue}}
{{Aceh}}
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Kabupaten Simeulue| ]]
[[Kategori:Kabupaten di Aceh|Simeulue]]
[[Kategori:Kabupaten di Indonesia|Simeulue]]
[[Kategori:Kabupaten Simeulue| ]]
 
[[ca:Simeulue]]
[[da:Simeulue]]
[[de:Simeuluë]]
[[en:Simeulue Regency]]
[[fa:سیمئولوئه]]
[[fi:Simeulue]]
[[fr:Simeulue]]
[[lt:Simeuluė]]
[[ms:Simeulue]]
[[no:Simeulue]]
[[pl:Simeulue]]