Lukah Gilo Riau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
←Mengalihkan ke Lukah Gilo
Tag: Pengalihan baru
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
#ALIH [[Lukah Gilo]]
'''''Lukah Gilo''''' merupakan kesenian tradisional yang sering dimainkan oleh brakyat dalam berbagai upacara, baik upacara adat maupun acara-acara lainnya. Kesenian ini mirip dengan Jailangkung yang dikendalikan oleh seorang pawang. istilah ''Lukah Gilo'' berasal dari bahasa Minangkabau, dimana ''Lukah'' berarti alat tangkap ikan yang terbuat dari anyaman rotan dan ''Gilo'' berarti gila. Sebelum ''Lukah Gilo'' dimainkan, ada beberapa tahapan proses pembuatan yang perlu dilakukan hingga ''Lukah'' siap dimainkan. ''Lukah Gilo'' merupakan ekspresi dari hubungan atau komunikasi antara manusia (bomo) dan kawan-kawannya dengan makhluk gaib untuk masuk ke dalam ''Lukah'', dengan berbagai tujuan keperluan budaya. Bagi suku Bonai, mahkluk halus yang masuk kedalam ''Lukah'' tersebut dikategorikan sebagai jin. Beberapa tahapan ritual yang harus dilakukan oleh ''sang bomo'' dan orang-orang yang terlibat dalam permainan ini, supaya lukah dipertunjukkan dapat berjalan lancar berikut tahapan pertunjukan ''lukah gilo'' ialah:<ref>{{Cite book|title=Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia|last=Dwi Ratnawati|first=Lien|publisher=Direktorat Jendral Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI|year=2018|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref>
 
# Merokok. Bertujuan untuk mengumpulkan energi, menenangkan diri, dan berkonsentrasi;
# Makan. ''Bomo'' dan asisten ''bomo'' nmembawa bekal nasi dan lauk-pauk yang mereka masak sendiri dari rumah ketempat pertunjukan;
# Minum. Untuk melepas dahaga dan mengumpulkan energi;
# Membuka tutup ''lukah''. Merupakan tahapan pertunjukan dimulai. Kain hitam penutup lukah dibuka oleh ''bomo utama.'' ''Bomo'' memanggil dua orang asistennya untuk memegang ''lukah'', dan ''lukah'' pun kembali ditutup dengan menggunakan kain hitam oleh ''bomo'' sambil berkata kepada penonton;
# Mengambil ''mayang pinang'' dan memulai pertunjukan. Tahap ketika ''bomo'' duduk dihadapan lukah yang akan siap dimainkan sambil berkata kepada dua asistennya, ''"Dah siap ompun beduo?",'' yang artinya, ''"Apakah sudah siap kamu berdua?"'' (untuk melakukan lukah gilo sebagai tanda permainan dimulai);
# Membaca mantra perlahan dan cepat. Setelah semua lengkap dan ''bomo'' mulai menggoyang-goyangkan ''mayang pinang'' ke arah kiri dan kanan sambil membaca mantra ''lukah gilo'';
# ''Lukah'' bergerak dan menggila, asisten ''bomo'' yang memegang ''lukah'' pun ikut bergerak ke manapun arah ''lukah'' digerakkan oleh ''bomo utama'';
# Meniup ''lukah'' agar lukah berhenti bergerak;
# ''Lukah'' berhenti bergerak;
# Menyerahkan ''lukah'' kepada penyelenggara;
# Minum setelah pertunjukan
 
== Referensi ==
 
[[Kategori:Warisan Budaya Indonesia]]