Pengotor batin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
nyon mongs (terbalik)
Faredoka (bicara | kontrib)
-kelekatan +kemelekatan (KBBI)
 
(90 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Buddhist term|fontsize=100%|title=kilesa|pi=kilesa|sa=kleśa (क्लेश)|en=afflictions,<br />destructive emotions,<br />disturbing emotions,<br />negative emotions,<br />mind poisons,<br /> dll.|bo=ཉོན་མོངས།|bo-Latn=[[Wylie transliteration|Wylie]]: nyon mongs; <br />[[THL Simplified Phonetic Transcription|THL]]: nyönmong|mn=нисванис (nisvanis)|km=កិលេស|km-Latn=kĕlés|zh=煩惱|zh-Latn=fánnǎo|cn=烦恼|ja=煩悩|ja-Latn=bonnō|tl=kilsha|th=กิเลส|th-Latn=Kilet|my=ကိလေသာ|my-Latn=kḭlèθà|ko=번뇌|ko-Latn=beonnoe|vi=phiền não|id=pengotor batin,<br />kotoran batin,<br/>kekotoran batin,<br/>dll.}}{{Buddhisme|dhamma}}Dalam [[Buddhisme]], '''pengotor batin''', '''kotoran batin''', atau '''kotoran mental''' ([[Pali]]: ''kilesa''; [[Sanskerta]]: क्लेश, ''kleśa'') adalah [[Cetasika|faktor mental]] yang mengeruhkan pikiran dan biasanya terwujud dalam perbuatan buruk melalui pikiran, ucapan, dan jasmani.
'''Kilesa''' (Pali; Sanskerta: ''klesa''; Tibet: ''nyon mongs''), dalam Buddhisme, adalah keadaan mental yang mengeruhkan pikiran dan terwujud dalam perbuatan buruk. Dalam [[Theravada]], penyebab eksistensi dan penderitaan (''dukkha'') manusia diidentifikasi sebagai pengidaman (''tanha''), yang disertai dengan kekotoran batin (''kilesa''). Kekotoran batin yang mengikat manusia pada siklus kelahiran kembali diklasifikasikan ke dalam satu kelompok sepuluh “[[samyojana|Belenggu]]”, sementara kekotoran batin ini – yang terkadang dalam bahasa Inggris disebut sebagai “''toxic mental states ''(keadaan mental beracun)” - yang menghambat konsentrasi (''samadhi'') disajikan dalam satu kelompok beruas-lima yang disebut “Lima penghalang”.<ref>Bhikkhu Bodhi. [http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/bodhi/waytoend.html "The Noble Eightfold Path: The Way to the End of Suffering".] Buddhist Publication Society.</ref> Tingkat kekotoran batin bisa berupa kasar, menengah, dan halus. Ini adalah fenomena yang seringkali muncul, bertahan untuk sementara dan kemudian menghilang. Theravadin percaya kekotoran batin tidak hanya berbahaya bagi diri sendiri, tetapi juga berbahaya untuk orang lain. Kekotoran batin ini adalah kekuatan pendorong di belakang semua ketidak-manusiawian yang dilakukan manusia.
 
== Enam akar kilesaTheravāda ==
Dalam aliran [[Theravada|Theravāda]], penyebab eksistensi dan [[Penderitaan (Buddhisme)|penderitaan]] (''dukkha'') manusia diidentifikasi sebagai [[nafsu keinginan]] (''taṇhā'') dan pengotor batin (''kilesa'') lainnya. Pengotor batin yang mengikat manusia pada siklus [[Kelahiran kembali (Buddha)|kelahiran kembali]] diklasifikasikan ke dalam satu kelompok sepuluh [[samyojana|belenggu]] (''saṃyojana''). Kilesa adalah fenomena yang sering kali muncul, bertahan untuk sementara, dan kemudian menghilang. Tingkat pengotor batin bisa berupa kasar, menengah, dan halus. Theravādin meyakini bahwa pengotor batin tidak hanya berbahaya bagi diri sendiri, tetapi juga berbahaya untuk makhluk lain. Pengotor batin ini adalah kekuatan pendorong di belakang semua perbuatan buruk yang dilakukan oleh semua makhluk.<!-- diterjemahkan dari https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Theravada#Defilements -->
Abhidharma-Kosa mengidentifikasi enam akar kilesa (mūlakleśa):<ref>Guenther, Herbert V. & Leslie S. Kawamura (1975), ''Mind in Buddhist Psychology: A Translation of Ye-shes rgyal-mtshan's "The Necklace of Clear Understanding."'' Dharma Publishing. Edisi Kindle, 321.</ref>
* Kelekatan (raga)
* Amarah (pratigha)
* Ketidaktahuan (avidya)
* Kebanggaan/tipu daya (mana)
* Keraguan (vicikitsa)
* Pandangan salah (dristi)
 
=== TigaPenyebab tahapperbuatan kilesaburuk ===
[[Sutta Piṭaka]], dalam Kammanidāna Sutta, [[Anguttara Nikaya|Aṅguttara Nikāya]] 10.174, diklasifikasikan tiga jenis pengotor batin sebagai penyebab, sumber, dan asal-mula segala perbuatan buruk (''akusala-kamma''), seperti membunuh, mencuri, berhubungan seksual yang salah, berbohong, berucap kasar, bergosip, larut dalam kerinduan, berniat buruk, dan [[Pandangan (Buddhisme)|berpandangan salah]]. Tiga pengotor batin tersebut adalah:<ref>{{Cite web|title=AN 10.174: Kammanidānasutta|url=https://suttacentral.net/an10.174/|website=SuttaCentral|language=|access-date=2024-06-22}}</ref>
Ada tiga tahap kekotoran batin. Selama tahap pasif kekotoran batin tertidur di dasar kontinum mental sebagai kecenderungan laten (''anusaya''), tetapi melalui dampak dari rangsangan sensorik, kecenderungan-kecenderungan ini akan mewujudkan dirinya (''pariyutthana'') di permukaan kesadaran dalam bentuk pikiran jahat, emosi, dan kehendak. Jika kecenderungan-kecenderungan ini mengumpulkan kekuatan tambahan, kekotoran batin akan mencapai tahap pelanggaran berbahaya (''vitikkama''), yang kemudian akan melibatkan tindakan fisik atau vokal.
 
# [[Taṇhā|Keserakahan]] (Pāli: ''lobha'')
Theravadin percaya kekotoran batin ini merupakan kebiasaan yang terlahir dari ketidaktahuan (bahasa Pali: ''avijja'') yang menimpa pikiran semua makhluk yang tak-tercerahkan, yang berpegang teguh terhadapnya dan terhadap pengaruhnya dalam ketidaktahuannya terhadap kebenaran. Namun dalam kenyataannya, kekotoran batin ini tidak lebih dari sekadar noda-noda yang telah mendera pikiran, menciptakan penderitaan dan tekanan. Makhluk yang tak-tercerahkan menjadi lekat pada tubuh, dengan asumsi bahwa kelekatan itu mewakili diri, padahal dalam kenyataannya tubuh adalah fenomena tak-kekal yang terbentuk dari empat unsur dasar. Sering ditandai dengan bumi, air, api dan udara, pada teks-teks Buddhis awal unsur-unsur ini berturut-turut didefinisikan sebagai inti sari yang mewakili padatan, cairan, suhu, dan mobilitas kualitas indrawi.<ref>Dan Lusthaus, [http://www.acmuller.net/yogacara/articles/intro-uni.htm ''What is and isn't Yogacara.'']</ref>
# [[Dosa (Buddhisme)|Kebencian]] (''dosa'')
# [[Moha (Buddhisme)|Delusi]] (''moha'')
 
=== Sepuluh jenis pengotor batin ===
Meskipun [[Sutta Piṭaka]] tidak merinci daftar lengkap pengotor batin, kitab-kitab [[Abhidhamma Piṭaka]], seperti [[Dhammasaṅgani]] (Dhs. 1229ff.) dan [[Vibhaṅga]] (Vbh. XII); dan kitab [[Visuddhimagga]] pasca-kanonik (Vsm. XXII 49, 65) menguraikan daftar sepuluh pengotor batin (''dasa kilesa-vatthūni'') sebagai berikut:
 
# [[Lobha (Buddhisme)|Keserakahan]] (Pāli: ''lobha'')
# [[Dosa (Buddhisme)|Kebencian]] (''dosa'')
# [[Moha (Buddhisme)|Delusi]] (''moha'')
# [[Kesombongan (Buddhisme)|Kesombongan]] (''māna'')
# [[Diṭṭhi#Pandangan salah|Pandangan salah]] (''micchādiṭṭhi'')
# [[Vicikicchā|Keraguan]] (''vicikicchā'')
# [[Kemalasan (Buddhisme)|Kemalasan]] (''thīna'')
# [[Kebingungan (Buddhisme)|Kebingungan]]/kegelisahan (''uddhacca'')
# [[Malu (Buddhisme)#Ahirika|Tidak-tahu-malu]] (''ahirika'')
# [[Takut (Buddhisme)#Anottappa|Tidak-takut-akibat-perbuatan-jahat]] (''anottappa'')<ref>Rhys Davids & Stede (1921–5), p. 217; and, Nyanatiloka (1988), entry for "kilesa," retrieved 2008-02-09 from "BuddhaSasana" at http://www.buddhanet.net/budsas/ebud/bud-dict/dic3_k.htm {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120328192559/http://www.buddhanet.net/budsas/ebud/bud-dict/dic3_k.htm|date=2012-03-28}}.</ref>
 
<span class="extension-adhd-reader-wrapper"><span class="extension-adhd-reader-container"><span class="extension-adhd-reader-boldify">Kitab Vibhaṅga juga mencakup daftar beruas delapan (Pāli: ''aṭṭha kilesa-vatthūni'') yang terdiri dari delapan daftar pertama dari sepuluh daftar di atas</span>.</span></span><ref>Rhys Davids & Stede (1921–25), p. 217.</ref>
 
=== Tiga akar buruk ===
Dalam literatur Pali, tiga pengotor batin pertama dalam sepuluh daftar Abhidhamma di atas (Pāli: ''lobha dosa moha'') dikenal sebagai "[[Tiga akar buruk|akar buruk]]" (Pāli: ''akusala-mūla''); dan kebalikannya (Pāli: ''alobha adosa amoha'') adalah tiga "akar baik" (Pāli: ''kusala-mūla'' atau akar ''kusala'').<ref>In addition to frequent reference in the Abhidhamma and post-canonical Pali literature, references to the unwholesome roots (''akusala-mūla'') are sprinkled throughout the [[Sutta Pitaka]]. For instance, in the [[Digha Nikaya]], it can be found in DN 33 (D iii.215) and DN 34 (D iii.275); in the [[Majjhima Nikaya]], it is the first of several topics discussed by Ven. [[Sariputta]] in the well-known ''[[Sammaditthi Sutta|Sammādi{{IAST|ṭṭ}}hi Sutta]]'' ("Right View Discourse," MN 9); and, in the [[Itivuttaka]], a brief discourse on three unwholesome roots starts off the "Section of the Threes" (Iti. 50). However, in ''none'' of these Sutta Pitaka texts are the three unwholesome roots referred to as ''kilesa''. Such an association appears to begin in the Abhidhamma texts.</ref> <span class="extension-adhd-reader-wrapper"><span class="extension-adhd-reader-container"><span class="extension-adhd-reader-boldify">Kehadiran akar yang baik dan buruk tersebut dalam perbuatan batin (''manokamma''), ucapan (''vacīkamma''), atau jasmani (''kāyakamma'') mengondisikan penilaian moral atas [[Kesadaran (Buddhisme)|kesadaran]] (''citta'') yang akan muncul dan [[Faktor mental|faktor-faktor mental]] yang terkait dengannya</span></span></span>.<ref>Nyanatiloka (1988), entry for "mūla," retrieved 2008-02-09 from "BuddhaSasana" at http://www.buddhanet.net/budsas/ebud/bud-dict/dic3_m.htm.</ref>
 
Faktor mental [[Keserakahan (Buddhisme)|keserakahan]] (''lobha'') dan [[Kebencian (Buddhisme)|kebencian]] (''dosa'') tidak dapat muncul sendiri tanpa kehadiran faktor mental [[Delusi (Buddhisme)|delusi]] (''moha''). Kitab [[Abhidhamma Piṭaka|Abhidhamma]] mengklasifikasikan kesadaran buruk (''akusala-citta'') dalam tiga kelompok:<ref name=":1">{{Cite book|last=Kheminda|first=Ashin|date=2017-09-01|url=https://books.google.co.id/books?id=vJEUEAAAQBAJ&printsec=copyright&redir_esc=y|title=Manual Abhidhamma: Bab 1 Kesadaran|publisher=Yayasan Dhammavihari|isbn=978-623-94342-6-7|language=id}}</ref><ref name=":0">{{Cite book|last=Kheminda|first=Ashin|date=2019-09-01|url=https://books.google.co.id/books?id=2ZQXEAAAQBAJ&printsec=copyright&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=Manual Abhidhamma: Bab 2 Faktor-Faktor-Mental|publisher=Yayasan Dhammavihari|isbn=978-623-94342-7-4|language=id}}</ref>
 
# Kesadaran yang berakar pada [[Kebencian (Buddhisme)|kebencian]] (''dosamūla-citta''), berisi kesadaran-kesadaran yang disertai oleh faktor mental kebencian (''dosa'') dan delusi (''moha'').
# Kesadaran yang berakar pada [[Keserakahan (Buddhisme)|keserakahan]] (''lobhamūla-citta''), berisi kesadaran-kesadaran yang disertai oleh faktor mental keserakahan (''lobha'') dan delusi (''moha'').
# Kesadaran yang berakar pada [[Delusi (Buddhisme)|delusi]] (''mohamūla-citta''), berisi kesadaran-kesadaran yang disertai oleh faktor mental delusi (''moha'').
 
=== Kecenderungan tersembunyi ===
Kecenderungan tersembunyi atau tendensi laten (Pāḷi: ''anusaya'') adalah pengotor batin yang tertidur karena belum dihancurkan (''anusayanti appahīnānusayitaṁ kilesaṁ''). Pada dasarnya, semua pengotor batin ada sebagai kecenderungan tersembunyi, tetapi Abhidhamma menguraikan tujuh jenis ''anusaya'' yang sangat merusak (memperpanjang siklus [[Saṁsāra|kelahiran dan kematian]]), yaitu kecenderungan tersembunyi yang dinamakan:<ref name=":1" />
 
# [[Nafsu keinginan#Tiga jenis|nafsu-indrawi]] (''kāmarāgānusaya'')
# [[Nafsu keinginan#Tiga jenis|nafsu-eksistensi]] (''bhavarāgānusaya'')
# [[Antipati (Buddhisme)|antipati]] (''paṭighānusaya'')
# [[Kesombongan (Buddhisme)|kesombongan]] (''mānānusaya'')
# [[Diṭṭhi|pandangan-salah]] (''diṭṭhānusaya'')
# [[Keraguan (Buddhisme)|keraguan]] (''vicikicchānusaya'')
# [[Ketidaktahuan (Buddhisme)|ketidaktahuan]] (''avijjānusaya'')
 
Dengan demikian, pengotor batin hadir dalam tiga tingkatan:<ref>{{Cite web|last=Sasanasubhasita|title=Pohon Kekotoran Batin|url=https://www.sasanasubhasita.org/berita-85-pohon-kekotoran-batin.html|website=www.sasanasubhasita.org|language=Indonesia|access-date=2024-08-10}}</ref><ref>{{Cite web|last=Bodhi|first=Bhikkhu|title=MN 64: Mahāmālunkya Sutta|url=https://dhammacitta.org/teks/mn/mn064-id-bodhi.html|website=DhammaCitta|access-date=2024-08-10}}</ref>
 
# Tingkat kecenderungan tersembunyi atau tendensi laten (''anusaya''): pengotor menetap hanya sebagai watak tersembunyi dalam batin.
# Tingkat ledakan (''pariyuṭṭhāna''): pengotor batin muncul untuk menguasai dan memperbudak pikiran.
# Tingkat pelanggaran (''vītikkama''): pengotor batin memotivasi perbuatan jasmani dan ucapan yang tidak bermanfaat.
 
Dalam tingkatan kecenderungan tersembunyi (''anusaya''), pengotor batin masih tertidur di dasar kontinum mental. Melalui dampak dari rangsangan sensorik, pengotor batin muncul pada tingkatan ledakan (''pariyuṭṭhāna'') sebagai kecenderungan-kecenderungan di permukaan kesadaran dalam bentuk pikiran, emosi, dan kehendak jahat. Jika kecenderungan-kecenderungan ini mengumpulkan kekuatan tambahan, pengotor batin akan mencapai tingkat pelanggaran (Pāli: ''vītikkama''), yang kemudian akan melibatkan tindakan fisik atau vokal.
 
=== Rintangan batin ===
{{Utama|Rintangan (Buddhisme)}}
 
Kilesa yang menghambat konsentrasi meditatif (''samādhi'') disajikan dalam formula [[Nīvaraṇa|''pañca nīvaraṇa'']] (“lima rintangan batin”):<ref>Bhikkhu Bodhi. [http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/bodhi/waytoend.html "The Noble Eightfold Path: The Way to the End of Suffering".] Buddhist Publication Society.</ref>
 
# [[Kebencian (Buddhisme)|Niat jahat]] (Pāli: ''byāpāda'' atau ''vyāpāda'')
# [[Kemalasan (Buddhisme)|Kemalasan]] dan [[Kantuk (Buddhisme)|kantuk]]/kelambanan (''thīna-middha'')
# [[Nafsu keinginan|Hasrat sensual]] (''kāmacchanda'')
# [[Kebingungan (Buddhisme)|Kebingungan]]/kegelisahan dan [[Penyesalan (Buddhisme)|penyesalan]] (''uddhacca-kukkucca'')
# [[Vicikicchā|Keraguan]] (''vicikicchā'')
Rintangan batin berupa kemalasan dan kelambanan/kantuk (''thīna-middha'') disebut bersamaan karena keduanya merupakan faktor-mental yang munculnya selalu bersamaan, begitu juga dengan kegelisahan/kebingungan dan penyesalan (''uddhacca-kukkucca'').<ref name=":0" />
 
=== Belenggu batin ===
{{Utama|Belenggu (Buddhisme)}}{{Empat tingkat punarbawa}}
[[Belenggu (Buddhisme)|Belenggu]] (Pali: ''saṁyojana''), bersama-sama dengan [[Rintangan (Buddhisme)|rintangan]] dan berbagai [[faktor mental]] tidak baik lainnya, merupakan bagian dari pengotor batin (''kilesa'').<ref name=":02">Gunaratana (2003), dhamma talk entitled "Dhamma [Satipatthana] - Ten Fetters."</ref> Sebagai perbandingan, dalam aliran [[Theravada|Theravāda]], ''belenggu'' biasanya mencakupi banyak kehidupan (masa lalu, saat ini, dan masa depan setelah kelahiran kembali) dan sulit dihilangkan, sedangkan ''rintangan'' merujuk pada hambatan sementara saat praktik meditasi. [[Sutta Piṭaka]] dalam [[Tripitaka Pali]] menjelaskan sepuluh "belenggu eksistensi atau keberadaan":<ref>Belenggu-belenggu ini diberi nomor, sebagai contoh, dalam [[Samyutta Nikaya|SN]] 45.179 dan 45.180 (Bodhi, 2000, hal. 1565-66). Artikel berbahasa Pali dan terjemahan bahasa Inggris untuk sepuluh belenggu ini didasari oleh [http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:2509.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), p. 656, "Saŋyojana" entry] {{Webarchive|url=https://archive.today/20120707234429/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:2509.pali|date=2012-07-07}} (retrieved 2008-04-09).</ref>
 
# percaya ada [[Tanpa atma|diri atau roh]] (<small>Pali</small>: ''{{IAST|sakkāya-diṭṭhi}}'')<ref>[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:2684.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), pp. 660-1, "Sakkāya" entry] {{Webarchive|url=https://archive.today/20120707211711/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:2684.pali|date=2012-07-07}} (retrieved 2008-04-09), menjelaskan ''{{IAST|sakkāya-diṭṭhi}}'' sebagai "teori akan jiwa, bidaah individualitas, spekulasi akan keabadian atau hal lain mengenai individualitas seseorang." Bodhi (2000), p. 1565, [[Samyutta Nikaya|SN]] 45.179, menerjemahkannya sebagai "pandangan identitas"; Gethin (1998), p. 73, menggunakan "pandangan akan kepribadian"; Harvey (2007), p. 71, menggunakan "pandangan-pandangan dalam kelompok yang ada"; [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.013.than.html Thanissaro (2000)] menggunakan "pandangan-pandangan identifikasi-diri"; dan, Walshe (1995), p. 26, menggunakan "kepercayaan-pribadi."</ref>
# [[Keraguan (Buddhisme)|keraguan]] atau ketidakpastian, terutama mengenai [[Dhamma|ajaran]] (''vicikicchā'')<ref>[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:1406.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), p. 615, "Vicikicchā" entry] {{Webarchive|url=https://archive.today/20120707163716/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:1406.pali|date=2012-07-07}} (retrieved 2008-04-09), menjelaskan ''vicikicchā'' sebagai "keraguan, kebingungan, ketidakpastian." Bodhi (2000), p. 1565, SN 45.179, Gethin (1998), p. 73, and Walshe (1995), p. 26, menerjemahkannya sebagai "keraguan."[http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.013.than.html Thanissaro (2000)] menggunakan "ketidakpastian." Harvey provides, "kebimbangan akan tanggung-jawab kepada tiga perlindungan dan nilai kehidupan" (cf. M i.380 and S ii.69-70).</ref>
# [[Kemelekatan (Buddhisme)|kemelekatan]] pada ritual dan adat (''sīlabbata-parāmāsa'')<ref>Sebagai contoh, lihat: [http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.4:1:236.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), p. 713, "Sīla" entry] {{Webarchive|url=https://archive.today/20120718141541/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.4:1:236.pali|date=2012-07-18}} (retrieved 2008-04-09), mengenai konsep serupa akan ''sīlabbatupādāna'' (= ''sīlabbata-[[upādāna]]''), "berupaya setelah bekerja dan ritual." Bodhi (2000), p. 1565, SN 45.179, menerjemahkan istilah ini sebagai "pemahaman menyimpang akan peraturan dan sumpah"; Gethin (1998), p. 73, menggunakan "bergantung pada peraturan dan sumpah"; Harvey (2007), p. 71, uses "pemahaman akan peraturan dan sumpah"; [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.013.than.html Thanissaro (2000)] menggunakan "pemahaman akan peraturan dan pelaksanaan"; dan, Walshe (1995), p. 26, menggunakan "keterikatan akan ritus dan rituals."</ref>
# [[Nafsu keinginan|nafsu indrawi]] (''kāmacchanda'')<ref>Untuk diskusi yang lebih luas mengenai istilah ini, lihat, contoh., [http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.1:1:467.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), pp. 203-4, "Kāma" entry] {{Webarchive|url=https://archive.today/20120715052659/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.1:1:467.pali|date=2012-07-15}}, and [http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.1:1:1594.pali p. 274, "Chanda" entry] {{Webarchive|url=https://archive.today/20120709221147/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.1:1:1594.pali|date=2012-07-09}} (retrieved 2008-04-09). Bodhi (2000), p. 1565 (SN 45.179), Gethin (1998), p. 73, Harvey (2007), p. 71, [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.013.than.html Thanissaro (2000)] and Walshe (1995), p. 26, menerjemahkan ''kāmacchando'' sebagai "nafsu indria" (''"sensual desire"'').</ref>
# [[Kebencian (Buddhisme)|niat jahat]] (''vyāpāda'' atau ''byāpāda'')<ref>[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:2462.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), p. 654, "Vyāpāda" entry] {{Webarchive|url=https://archive.today/20120707233819/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:2462.pali|date=2012-07-07}} (retrieved 2008-04-09), mendefinisikan ''vyāpādo'' sebagai "berlaku buruk, berbuat jahat: keinginan untuk melukai, kedengkian, keinginan buruk." Bodhi (2000), p. 1565, SN 45.179, Harvey (2007), p. 71, [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.013.than.html Thanissaro (2000)] and Walshe (1995), p. 26, menerjemahkannya sebagai "keinginan buruk" (''"ill will") Gethin (1998), p. 73, menggunakan "keengganan" (''"aversion"'').''</ref>
# [[nafsu keinginan]] atas keberadaan materi, nafsu keinginan atas [[Punarbawa|kelahiran kembali]] di dunia materi (''rūparāga'')<ref>[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:565.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), pp. 574-5, "Rūpa" entry] {{Webarchive|url=https://archive.today/20120712131456/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:565.pali|date=2012-07-12}} (retrieved 2008-04-09), mendefinisikan ''rūparāgo'' sebagai "nafsu setelah kelahiran kembali dalam rūpa" (''"lust after rebirth in rūpa"''). Bodhi (2000), p. 1565, SN 45.180, menerjemahkannya sebagai "nafsu akan bentuk" (''"lust for form"'') Gethin (1998), p. 73, menggunakan "keinginan akan bentuk" (''"desire for form"''). [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.013.than.html Thanissaro (2000)] menggunakan "keinginan akan bentuk" (''"passion for form"''). Walshe (1995), p. 27, menggunakan "keinginan akan keberadaan dalam Dunia Bentuk" (''"craving for existence in the Form World").''</ref>
# nafsu keinginan atas keberadaan nonmateri, nafsu atas kelahiran kembali di dunia tanpa materi (''arūparāga'')<ref>[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:565.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), pp. 574-5, "Rūpa" entry] {{Webarchive|url=https://archive.today/20120712131456/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.3:1:565.pali|date=2012-07-12}} (retrieved 2008-04-09), menyarankan bahwa ''arūparāgo'' dapat dijelaskan sebagai "nafsu setelah kelahiran kembali dalam arūpa" (''"lust after rebirth in arūpa"''). Bodhi (2000), p. 1565, SN 45.180, menerjemahkannya sebagai "nafsu akan ketidakadaan bentuk" (''"lust for the formless"''). Gethin (1998), p. 73, menggunakan "keinginan untuk keadaan tanpa bentuk" (''"desire for the formless"''). Harvey (2007), p. 72, menggunakan "keterikatan akan bentuk murni atau dunia-dunia tanpa bentuk" (''"attachment to the pure form or formless worlds"'') [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.013.than.html Thanissaro (2000)] menggunakan "keinginan untuk apa yang tidak berbentuk" (''"passion for what is formless"''). Walshe (1995), p. 27, menggunakan "keinginan akan keberadaan di Dunia Tanpa Bentuk" (''"craving for existence in the Formless World"'').</ref>
# [[Kesombongan (Buddhisme)|kesombongan]] (''māna'')<ref>[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.2:1:3957.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), p. 528, "Māna" entry] {{Webarchive|url=https://archive.today/20120711111223/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.2:1:3957.pali|date=2012-07-11}} (retrieved 2008-04-09), mendefinisikan ''māna'' sebagai "kebanggaan, kesombongan, keangkuhan" (''"pride, conceit, arrogance"''). Bodhi (2000), p. 1565, SN 45.180, [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.013.than.html Thanissaro (2000)] and Walshe (1995), p. 27, menerjemahkannya sebagai "kesombongan" (''"conceit"''). Gethin (1998), p. 73, menggunakan "kebanggaan" (''"pride"''). Harvey (2007), p. 72, menggunakan "kesombongan 'Saya adalah'" (''"the 'I am' conceit"'').</ref><ref>Untuk membedakan antara belenggu pertama, "pandangan akan diri" dan belenggu ke delapan "kesombongan," lihat, contoh:, [[Samyutta Nikaya|SN]] 22.89 [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn22/sn22.089.than.html (trans., Thanissaro, 2001).]</ref>
# [[Kegelisahan (Buddhisme)|kegelisahan]] (''uddhacca'')<ref>[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.0:1:3582.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), p. 136, "Uddhacca" entry] {{Webarchive|url=https://archive.today/20120713204220/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.0:1:3582.pali|date=2012-07-13}} (retrieved 2008-04-09), mendefinisikan ''uddhacca'' sebagai "melampaui-keseimbangan, pergolakan, kegirangan, kebingunan, tergesa-gesa" (''"over-balancing, agitation, excitement, distraction, flurry"''). Bodhi (2000), p. 1565 (SN 45.180), Harvey (2007), p. 72, [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.013.than.html Thanissaro (2000)] and Walshe (1995), p. 27, menerjemahkannya sebagai "kegelisahan" (''"restlessness"''). Gethin (1998), p. 73, uses "agitation."</ref>
# [[Ketidaktahuan (Buddhisme)|ketidaktahuan]] (''avijjā'')<ref>[http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.0:1:2303.pali Rhys Davids & Stede (1921-25), p. 85, "Avijjā" entry] {{Webarchive|url=https://archive.today/20120707234341/http://dsal.uchicago.edu/cgi-bin/philologic/getobject.pl?c.0:1:2303.pali|date=2012-07-07}} (retrieved 2008-04-09), mendefinisikan ''avijjā'' sebagai "kedunguan; akar buruk utama dan kelahiran kembali yang terus menerus" (''"ignorance; the main root of evil and of continual rebirth"''). Bodhi (2000), p. 1565 (SN 45.180), Gethin (1998), p. 73, [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an10/an10.013.than.html Thanissaro (2000)] and Walshe (1995), p. 27, translate it as "ignorance." Harvey (2007), p. 72, menggunakan "kedunguan spiritual" (''"spiritual ignorance"'').</ref>
 
=== Empat belas faktor mental tidak baik ===
{{Cetasika|tidakbaik}}
 
Tradisi [[Abhidhamma Piṭaka|Abhidhamma]] menguraikan empat belas faktor mental yang tidak baik (''akusala cetasika'') sebagai pengotor batin yang eksis dalam kesadaran yang tidak baik (''akusala citta'').
 
Empat belas faktor mental yang tidak baik adalah:
 
* Empat faktor mental tidak baik universal (''akusalasādhāraṇa''):
** ''[[Delusi (Buddhisme)|Moha]]'' – delusi
** ''[[Ahirika]]'' – tidak tahu malu
** ''[[Anottappa]]'' – tidak takut berbuat jahat
** ''[[Kebingungan (Buddhisme)|Uddhacca]]'' – kebingungan
* Tiga faktor mental dalam kelompok keserakahan (''lobha''):
** ''[[Nafsu keinginan|Lobha]]'' – keserakahan
** ''[[Pandangan (Buddhisme)|Diṭṭhi]]'' – pandangan salah
** ''[[Kesombongan (Buddhisme)|Māna]]'' – kesombongan
* Empat faktor mental dalam kelompok kebencian (''dosa''):
** ''[[Kebencian (Buddhisme)|Dosa]]'' – kebencian
** ''[[Iri hati (Buddhisme)|Issā]]'' – iri hati
** ''[[Kekikiran (Buddhisme)|Macchariya]]'' – kekikiran
** ''[[Penyesalan (Buddhisme)|Kukkucca]]'' – penyesalan
* Faktor-faktor mental tidak baik lainnya:
** ''[[Kemalasan (Buddhisme)|Thīna]]'' – kemalasan
** ''[[Kantuk (Buddhisme)|Middha]]'' – kantuk
** ''[[Keraguan (Buddhisme)|Vicikicchā]]'' – keraguan
 
Bhikkhu Bodhi menyatakan:{{sfn|Bhikkhu Bodhi|2012|loc=Kindle Locations 1320–1324}}
 
: Kesadaran yang tidak baik (''akusalacitta'') adalah kesadaran yang disertai oleh salah satu dari tiga akar yang tidak baik—keserakahan, kebencian, dan delusi. Kesadaran seperti itu disebut tidak baik karena tidak sehat secara mental, tercela secara moral, dan menghasilkan akibat yang menyakitkan.
 
== Mahāyāna ==
 
=== Enam akar pengotor batin ===
Kitab Abhidharma-Kosa mengidentifikasi enam akar pengotor batin (''mūlakleśa'') sebagai berikut:<ref>Guenther, Herbert V. & Leslie S. Kawamura (1975), ''Mind in Buddhist Psychology: A Translation of Ye-shes rgyal-mtshan's "The Necklace of Clear Understanding."'' Dharma Publishing. Edisi Kindle, 321.</ref>
* Nafsu ([[Sanskerta]]: ''rāga'')
* Antipati (Sanskerta: ''pratigha'')
* Ketidaktahuan (Sanskerta: ''avidyā'')
* Kesombongan/tipu daya (Sanskerta: ''māna'')
* Keraguan (Sanskerta: ''vicikitsā'')
* Pandangan salah (Sanskerta: ''dṛṣṭi'')
 
Sering munculnya bisikan kekotoran batin dan manipulasi pikiran diyakini telah mencegah pikiran dari melihat sifat sejati dari kenyataan. Perilaku tidak terampil pada gilirannya dapat memperkuat kekotoran batin, tetapi dengan mengikuti Jalan Mulia Berunsur Delapan dapat melemahkan atau membasmi kekotoran batin ini. Avijja dihancurkan oleh wawasan.
<!-- diterjemahkan dari https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Theravada#Defilements -->
== Rujukan ==
{{reflist}}
{{buddha-stub}}
 
[[Kategori:Buddhisme]]
 
 
{{buddha-stub}}