Tuanku Tambusai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Dasimarajo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(50 revisi perantara oleh 32 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 24:
 
== Gerakan Paderi ==
Untuk memperdalam ilmu agama, Tuanku Tambusai pergi belajar ke [[Bonjol, Pasaman|Bonjol]] dan [[Rao, Pasaman|Rao]] di [[SumatraSumatera Barat]]. Disana ia banyak belajar dengan ulama-ulama Islam yang berpaham Paderi, hingga dia mendapatkan gelar fakih. Ajaran Paderi begitu memikat dirinya, sehingga ajaran ini disebarkan pula di tanah kelahirannya. Disini ajarannya dengan cepat diterima luas oleh masyarakat, sehingga ia banyak mendapatkan pengikut. Semangatnya untuk menyebarkan dan melakukan pemurnian Islam, mengantarkannya untuk berperang mengislamkan masyarakat di tanah [[Suku Batak|Batak]] yang masih banyak menganut pelbegu.<ref>{{cite book |last=Dobbin|first=Christine|title=Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi, Minangkabau 1784 – 1847}}</ref>
 
== Melawan Belanda ==
Perjuangannya dimulai di daerah Rokan Hulu dan sekitarnya dengan pusat di Bentengbenteng Dalu-Daludalu. Kemudian ia melanjutkan perlawanan ke wilayah [[Natal, Mandailing Natal|Natal]] pada tahun 1823. Tahun 1824, ia memimpin pasukan gabungan Dalu-dalu, Lubuksikaping, Padanglawas, Angkola, Mandailing, dan Natal untuk melawan Belanda. Dia sempat menunaikan ibadah [[haji]] dan juga diminta oleh [[Tuanku Imam Bonjol]] untuk mempelajari perkembangan [[Islam]] di Tanah [[Arab]].<ref>Nain, Sjafnir Aboe, (2004), ''Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB)'', transl., Padang: PPIM.</ref>
 
Dalam kurun waktu 15 tahun, Tuanku Tambusai cukup merepotkan pasukan Belanda, sehingga sering meminta bantuan pasukan dari [[Jakarta|Batavia]]. Berkat kecerdikannya, benteng Belanda Fort Amerongen sebuah benteng milik Belanda dapat dihancurkan. Bonjol yang telah jatuh ke tangan Belanda dapat direbut kembali walaupun tidak bertahan lama. Tuanku Tambusai tidak saja menghadapi Belanda, tetapi juga sekaligus pasukan Raja Gedombang (''regent'' Mandailing) dan Tumenggung Kartoredjo, yang berpihak kepada Belanda. Oleh Belanda ia digelari “''De Padrische Tijger van Rokan''” (Harimau Paderi dari Rokan) karena amat sulit dikalahkan, tidak pernah menyerah, dan tidak mau berdamai dengan Belanda. Keteguhan sikapnya diperlihatkan dengan menolak ajakan Kolonel Elout untuk berdamai. Pada tanggal 28 Desember 1838, benteng Dalu-dalu jatuh ke tangan Belanda. Lewat pintu rahasia, ia meloloskan diri dari kepungan Belanda dan sekutu-sekutunya. Ia kemudian mengungsi danke wafatkampung Rasah di [[Seremban (Daerah)|Seremban]], [[Negeri Sembilan]], (sekarang [[Malaysia]]), dan wafat disana pada tanggal 12 November 1882.
 
Karena jasa-jasanya yang pernah menentang penjajahankolonial [[Hindia Belanda]], pada tahun 1995 pemerintah mengangkatnya sebagai pahlawan nasional.<ref>[http{{Cite web |url=https://wwwditulis.riaumandiri.usid/beritapeletakan-prasasti-kepahlawanan-tuanku-tambusai/380 Riau|title=Prasasti MandiriKepahlawanan Online]Tuanku Tambusai |access-date=2010-04-16 }}</ref>
 
== Catatan kaki ==
Baris 39:
 
{{DEFAULTSORT:Tambusai, Tuanku}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia|Tambusai]]
{{indo-bio-stub}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Riau]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:UlamaTokoh NusantaraIslam Malaysia]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau|Tambusai]]
[[Kategori:TokohUlama Riau|Tambusai]]
 
 
{{indoMalaysia-bio-stub}}