Ngayau: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(30 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{wikify|date=2010}}
{{Untuk|desa di Kalimantan Timur|Ngayau, Muara Bengkal, Kutai Timur}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Ibu Dajak krijger uit Long Nawan Z. en O. afdeling Borneo. TMnr 60034031.jpg|jmpl|250px|
'''Ngayau''' merupakan
Praktik berburu kepala adalah salah satu bentuk komplek perilaku sosial dan sudah memancing munculnya beragam penjelasan dari berbagai penulis, baik dari kalangan “penjelajah” maupun kalangan akademisi.{{sfn|Aloy|2019}}{{sfn|Bock|1882}}
== Tradisi Dayak Ngaju ==
== Keyakinan suku Dayak ==
Miller yang seorang penjelajah, misalnya menulis dalam Black Borneo-nya
Mungkin ada sebuah pertanyaan, dalam tradisi Ngayau tersebut mengapa harus kepala dan bukan bagian-bagian tubuh yang lain yang diambil.
== Alegori Dayak Iban ==
Dalam kajiannya tentang [[Suku Dayak Iban]], Freeman mengatakan
== Ngayau dalam tradisi Suku Lain ==
Tidak semua suku Dayak di Kalimantan menerapkan Tradisi Ngayau.{{sfn|Bock|1882}}{{sfn|Aloy|2019}} Seperti halnya [[Suku Dayak Maanyan]] dan [[Suku Dayak Meratus]], dalam adat mereka tidak ada istilah Ngayau, namun berdasarkan cerita para tetuha adat mereka, ketika terjadi perang waktu dulu para ksatria-ksatria Dayak Maanyan dan Dayak Meratus pada saat berperang kepala pimpinan musuh yang dijadikan target sasaran mereka. Apabila kepala pimpinannya berhasil mereka penggal, maka para prajuritnya akan segera bertekuk lutut. Kepala pimpinan musuh tersebut bukan sebagai pelengkap ritual-ritual adat sebagaimana yang dilakukan suku Dayak Kenyah, Iban dan Ngaju, kepala tersebut tetap dikuburkan bersama badannya. Meskipun suku Dayak Meratus dan Maanyan tidak menerapkan tradisi Ngayau dalam adat mereka, namun mereka tetap berpendapat bahwa kepala manusia memiliki arti penting yaitu kepala bagian yang paling
Seorang Dayak yang akan berangkat mengayau tidak terlalu menggantungkan kemampuannya pada kemampuan senjatanya, tetapi pada kekuatan jiwa untuk mencapai tujuannya. Pusat kekuatan jiwa terdapat di kepala manusia hasil kayauan.{{sfn|Aloy|2019|p=35}}
== Perjanjian Tumbang Anoi ==
{{main|Perjanjian Tumbang Anoi}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gezicht vanaf de Kahajan rivier op de Dajak kampong Toembanganoi Midden-Borneo. TMnr 60010391.jpg|jmpl|ka|250px|Kampung Tumbang Anoi (tempo dulu) di sungai Kahayan]]
Salah satu pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan komunitas [[Suku Dayak|Dayak]] adalah semasa pemerintahan [[Hindia Belanda|kolonial Belanda]] berlangsung yaitu ketika pada tahun [[
[[Rapat Damai Tumbang Anoi|Pertemuan Tumbang Anoi]] diprakarsai oleh pemerintah [[Hindia Belanda|kolonial Belanda]]. Mereka merasa tidak nyaman waktu mulai masuk [[Kalimantan|Pulau Borneo]], karena berada dalam keadaan yang sangat rawan, terutama di pedalaman karena sering terjadi pengayauan di antara [[Suku Dayak|suku-suku Dayak]].{{sfn|Aloy|2019|p=37}}
Meskipun hingga kini tidak ada satupun analisis yang dapat menjelaskan secara pasti dan tepat makna yang tersembunyi dari tradisi Ngayau tersebut karena ritual ini sedemikian kompleks dan sedemikian misteriusnya, namun dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tradisi Ngayau sangat penting bagi penggambaran citra kelompok Dayak yang merupakan salah satu simbol suatu identitas kesukuan. Pemotongan kepala/ngayau kembali muncul ketika terjadi kerusuhan antar-etnis melanda [[Kalimantan Barat]] dan [[Kalimantan Tengah]] beberapa tahun yang lalu.{{sfn|Maunati|2004}}▼
== Konflik Sampit ==
{{Main|Konflik Sampit}}
[[Berkas:Ngayau sampit.jpg|thumb|200px|Praktik Ngayau dilakukan kembali selama Konflik Sampit.]]
Saat [[Konflik Sampit]] meletus pada [[2001]], praktik Ngayau dimunculkan kembali dengan target orang-orang dari [[suku Madura]].<ref name=cnn>{{cite news|url=http://edition.cnn.com/SPECIALS/2001/kalimantan/feature.html|publisher=CNN|accessdate=2008-08-13|title=Kalimantan's Agony: The failure of Transmigrasi|archiveurl=https://web.archive.org/web/20080531082101/http://edition.cnn.com/SPECIALS/2001/kalimantan/feature.html|archivedate=2008-05-31|dead-url=no}}</ref> Setidaknya terdapat 100 orang yang dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini.<ref>{{cite news|publisher=Time|accessdate=2008-08-13|url=http://www.time.com/time/world/article/0,8599,101389,00.html|title=The Darkest Season|date=March 5, 2001|author=Elegant, Simon|archive-date=2012-10-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20121025114805/http://www.time.com/time/world/article/0,8599,101389,00.html|dead-url=yes}}</ref>
Peristiwa ini juga menarik perhatian media massa ketika itu. Karena praktik ini telah dinyatakan punah sejak berlakunya Perjanjian Tumbang Anoi. Tragedi ini membuat orang-orang percaya bahwa praktik Ngayau belum sepenuhnya punah.<ref>{{cite news|publisher=BBC|title=Beheading: A Dayak ritual|date=February 23, 2001|accessdate=2008-08-13|url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/1186401.stm}}</ref>
▲Meskipun hingga kini tidak ada satupun analisis yang dapat menjelaskan secara pasti dan tepat makna yang tersembunyi dari tradisi Ngayau tersebut karena ritual ini sedemikian kompleks dan sedemikian misteriusnya, namun dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tradisi Ngayau sangat penting bagi penggambaran citra kelompok Dayak yang merupakan salah satu simbol suatu identitas kesukuan. Pemotongan kepala/ngayau kembali muncul ketika terjadi kerusuhan antar-etnis melanda Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah beberapa tahun yang lalu.
==
;Catatan kaki
{{reflist}}
;Daftar pustaka
* {{aut|Maunati, Yekti}}. 2004. Identitas Dayak, Komodifikasi dan Politik Kebudayaan. Yogyakarta : Lkis.▼
{{refbegin|2}}
* {{aut|Laksono, P.M.}} ''et al.'' 2006. Pergulatan Identitas Dayak dan Indonesia – Belajar dari [[Tjilik Riwut]]. Yogyakarta : Galangpress (Anggota IKAPI)▼
* {{cite book
|last = Bock
|first = Carl
|isbn =
|year = 1882
|url = http://archive.org/stream/headhuntersborn00bockgoog#page/n12/mode/2up
|title = The head hunters of Borneo; a narrative of travel up the Mahakkam and down the Barito; also, Journeyings in Sumatra
|location = London
|publisher = Sampson Low, Marston, Searle, & Rivington
|ref = harv
}}
* {{cite book
|last = Maunati
|first = Yekti
|isbn =
|year = 2004
▲
|location = Yogyakarta
|publisher = Lkis
|ref = harv
}}
* {{cite book
|last = Laksono
|first = P.M. ''et al.''
|isbn =
|year = 2006
▲
|location = Yogyakarta
|publisher = Galangpress
|ref = harv
}}
* {{cite book
|last = Aloy
|first = Aloysius
|isbn = 978-623-241-007-7
|year = 2019
|title = Semangat Dayak: Catatan Perjuangan Politik Partai Persatuan Dayak (1945-1963)
|location = Jakarta
|publisher = Penerbit Buku Kompas
|ref = harv
}}
{{refend}}
[[Kategori:Dayak]]
|