Putabangun, Bontoharu, Kepulauan Selayar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Simpus (bicara | kontrib)
Tag: Dikembalikan VisualEditor
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Reformat 1 URL (Wayback Medic 2.5)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(12 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{kelurahan
{{Infobox settlement
|peta name =Bontoharu, Kepulauan = PutabangunSelayar.jpg
|nama settlement_type = [[Kelurahan]]Putabangun
| subdivision_type1 provinsi =Sulawesi ProvinsiSelatan
|dati2 =Kabupaten
| subdivision_name1 = [[Sulawesi Selatan]]
|nama dati2 =Kepulauan Selayar
| subdivision_type2 = Kebupaten
|kecamatan =Bontoharu
| subdivision_name2 = [[Kepulauan Selayar]]
|kode subdivision_type3 pos = Kecamatan92811
|luas =28,81 km²
| subdivision_name3 = [[Bontoharu, Kepulauan Selayar|Bontoharu]]
|penduduk =1.539 (2010)<ref>{{cite web
| leader_title = Lurah
|url = http://bappeda.selayaronline.com/?m=bWVudT0xMjMyNzAwODE4
| leader_name = -
|title leader_title1 = Kepulauan Selayar Dalam =Angka Seklur2010
| leader_name1 author = -
| area_total_km2 date = 28,81
|work population_total = 1539
|issn population_as_of = 2010 <ref>{{cite web 0215-2290
|publisher = Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Selayar
| url = http://bappeda.selayaronline.com/?m=bWVudT0xMjMyNzAwODE4
|accessdate = 26 nov 2011
| title = Kepulauan Selayar Dalam Angka 2010
|archive-date = 2012-12-04
| author =
|archive-url = https://archive.today/20121204174641/http://bappeda.selayaronline.com/?m=bWVudT0xMjMyNzAwODE4
| date =
| work dead-url = yes
}}</ref>
| issn = 0215-2290
|kepadatan =53 jiwa/km²
| publisher = Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Selayar
| accessdate = 26 nov 2011}}</ref>
| population_density_km2 = auto
| blank_name_sec1 = Lingkungan
| blank_info_sec1 = -
| blank1_name_sec1 = RW
| blank1_info_sec1 = -
| blank2_name_sec1 = RT
| blank2_info_sec1 = -
| image_map =
| map_caption =
| mapsize = 250px
| pushpin_map = Bontoharu, Kepulauan Selayar
| pushpin_map_caption = Putabangun terletak di [[Bontoharu, Kepulauan Selayar|Kecamatan Bontoharu]]
| timezone1 = [[Waktu Indonesia Tengah|WITA]]
| utc_offset1 = +8
| pushpin_label_position = top
| latd = 6.125
| latm =
| lats =
| latNS = S
| longd = 120.5
| longm =
| longs =
| longEW = E
| postal_code_type = Kode pos
| postal_code = 92811
}}
 
'''Putabangun''' adalah [[kelurahan]] yang berada di [[kecamatan]] [[Bontoharu, Kepulauan Selayar|Bontoharu]], [[Kabupaten Kepulauan Selayar]], [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]].
 
== Sejarah ==
 
Putabangun dahulu adalah [[ibu kota]] [[Kesultanan Selayar]]. Dalam silsilah raja Putabangun yang terdapat atau tertulis di "lontara jangangjangang" raja pertama Putabangun adalah Tenri Dio, seorang wanita putri dari Sawerigading, Tenri Dio ini mempunyai gaukang (lambang kerajaan) Gong Nekara atau gong besar, masyarakat sekitar menyebutnya Opu Gelemoni (raja tetapi tak bicara) yang letak kerajaannya di Bontobonto. Setelah sepeninggalan Tenri Dio (Opu pertama Putabangun) gong besar ini menjadi gaukang kerajaan putabangun turun temurun, gong ini sempat disembunyikan atau ditanam atas perintah Opu Putabangun ketika akan terjadi perang dengan Mataram, entah kerajaan Putabangun mengalami kekalahan atau akibat perang yang berkepanjangan, [[Gong Nekara]](gaukang) yang ditanam tersebut terlupakan lokasi penanamannya, kemudian ditemukan kembali oleh seorang petani yang bernama Pao di Papalohea cangkulnya mengenai satu katak dari gong tersebut hingga patah, penemuan kembali gong besar oleh pemerintah Belanda ditempatkan di daerah Bontobangun (Mattalalang) agar mencegah berdirinya kembali kerajaan Putabangun dengan gaukangnya. Ketika ditemukan kembali gong besar(gaukang Putabangun) kerajaan Putabangun telah lama berakhir karena perlawanan dan kegigihannya melawan pemerintah Belanda, kerajaan ini diceraiberaikan hingga garis benang merah dari Tenri dio (raja pertama) sampai Laddeng dg. Maruttung (raja terakhir) selesai.
Putabangun dahulu adalah [[ibu kota]] [[Kesultanan Selayar|Kerajaan Selayar]], dan sekaligus kerajaan pertama yang berdiri di Selayar. Dalam silsilah raja Putabangun yang terdapat atau tertulis di "lontara jangangjangang" / lontara Putabangun yang berjumlah 252 halaman ditulis pada tahun 1797 masehi, dikatakan bahwa raja pertama Putabangun adalah Tenri Dio dengan nama lengkap '''We Tenri Dio Batari Bissu Punna LipuE ri Mallimongeng Datu ri Silaja PunnaE Langkana Manurung ri Sabanglowa''', seorang wanita anak kedua putri dari Sawerigading, Pengangkatan Tenri Dio diawali dengan adanya restu dari Dewata, ditandai dengan munculnya ''"Passapu Dendang Ri Langi' Kasa Malluluang Anging"'' yang berarti Bendera yang berkibar menantang arah angin tanpa tiang penyangga. Bendera tersebut berjumlah empat belas lembar, satu diantaranya bergambar macan dan menjadi bendera kerajaan Putabangun, sedangkan tigabelas lainnya adalah pertanda bahwa dibelakang akan muncul tiga belas kerajaan lainnya di Selayar. Wilayah kekuasaan Tenri Dio mulai dari Balang Pong sampai ke Tanamalala. Nama-nama Gallarangnya (Sistem Pemerintahan yang ada dibawahnya) antara lain :
 
1.    Gallarang Tanete, bernama Pa'beso'
 
2.    Gallarang Balla Bulo, bernama Pattara
 
3.    Gallarang Batangmata, bernama Suleman
 
4.    Gallarang Buki', bernama Ake'
 
5.    Gallarang Bonea (Kadieng I Lau), bernama Dulang
 
6.    Gallarang Mare-Mare (Kadieng Iraya), bernama Kappara
 
7.    Gallarang Opa-Opa, bernama Mappatantang
 
8.    Gallarang Laiolo, bernama Muka
 
9.    Gallarang Boto Borusu, bernama Poto'
 
10.  Gallarang Onto bernama Tarolle
 
11.  Gallarang Barang-Barang bernama I Bau
 
12.  Gallarang Gantarang, bernama Role'
 
13.  Gallarang Bontobangun, bernama Juma Daeng Maruttung
 
Dari ke 13 sistem pemerintahan inilah maka muncullah kerajaan kecil dari Tanete sampai Barang-barang. Selain memuat tentang sistem pemerintahan Lontara Putabangun juga memuat tentang mas kawin anak perempuan Lalaki Putabangun yaitu sembilan puluh ''kati'', sembilan puluh ''tai''<nowiki/>', sembilah puluh kerbau, sembilan puluh kepala (hamba), dan seratus ''nane''<nowiki/>'.
 
Tenri Dio mempunyai gaukang (lambang kerajaan) Gong Nekara atau gong besar, masyarakat sekitar menyebutnya Opu Gelemoni (raja tetapi tak bicara) dan bendera bergambar macan yang letak kerajaannya di Laikang.Jika Opu/raja ingin mengumpulkan rakyatnya maka ditabuhlah gong nekara tersebut dengan 3 kali tabuhan, tabuhan pertama rakyat bersiap-siap untuk berangkat ke istana, tabuhan kedua rakyat sedang dalam perjalanan dan tabuhan ketiga ketika rakyat telah tiba dan berkumpul di istana.
 
Setelah Tenri Dio (Opu pertama Putabangun) wafat beliau dimakamkan di daerah Bontobonto, sepeninggalannya gong besar ini menjadi gaukang kerajaan Putabangun turun temurun, gong ini sempat disembunyikan atau ditanam di daerah Papanglohea atas perintah Opu Putabangun ketika Selayar diserang oleh kerajaan Maluku, [[Gong Nekara]](gaukang) yang ditanam tersebut kemudian ditemukan tanpa sengaja kembali oleh seorang petani yang bernama Pao Dg.Mappau cangkulnya mengenai satu katak dari gong tersebut hingga patah, Opu terakhir Putabangun adalah Sumahe Dg. Mappasang dengan masa terakhir pemerintahan tahun 1869, Dua tahun kemudian Putabangun bergabung dengan Bontobangun saat itu Bontobangun dibawah kekuasaan Opu Umara Dg. Macora, Gong Nekara simbol kerajaan Putabangun tersebut kemudian dipindahkan ke kerajaan Bontobangun di Mattalalang. Namun bukan sebagai gaukang Bontobangun karena Bontobangun punya gaukang sendiri yaitu ''Lato''<nowiki/>' dan ''Sonri''<nowiki/>'.
 
Silsilah Opu Kerajaan Putabangun :
 
1.    Tenri Dio (perkiraan awal abad ke sepuluh masehi)
 
2.    Lalaki kedua (unknown)
 
3.    Lalaki ketiga anak dari Mallangiki anak dari Tenri Dio
 
4.    Lalaki keempat Tutinrowa Ri Zikkirina anak dari Murrang Dg. Mannuruki anak dari Tenri Dio
 
5.    Lalaki kelima Dg.Mattata Tutinrowa Ri Parentana anak dari Tutinrowa Ri Zikkirina
 
6.    Lalaki keenam Dg. Mamuji anak dari Lalaki ketiga
 
7.    Lalaki ketujuh Dg. Pabeta anak dari Dg. Mamuji
 
8.    Lalaki kedelapan Dg. Mangemba Tutinrowa Ri Liana anak dari Dg. Mattata Tutinrowa Ri Parentana
 
9.    Lalaki kesembilan (unknown)
 
10.  Lalaki kesepuluh Dg. Ngiraja Tutinrowa Ri Puasana anak dari Dg. Mangemba Tutinrowa Ri Liana
 
11.  Lalaki kesebelas Dg. Masarro Tutinrowa Ri Sombala'na anak dari Dg. Ngiraja Tutinrowa Ri Puasana
 
12.  Lalaki keduabelas Binongko Dg. Ngiraja Tutinrowa Ri Bulupaa anak dari Dg. Masarro Tutinrowa Ri Sombala'na
 
13.  Lalaki ketigabelas Launru Dg. Marutung Tutinrowa Ri Gaukanna anak dari Binongko Dg. Ngiraja Tutinrowa Ri Bulupaa
 
14.  Lalaki keempatbelas Andi Toto Dg. Mamuji (1834-1849) anak dari Launru Dg. Marutung Tutinrowa Ri Gaukanna
 
15.  Lalaki kelimabelas Sumahe Dg. Mappasang (1849-1869) anak dari Dg. Rilangi anak dari Dg. Pabeta (Lalaki ketujuh) . Pada tahun 1871 kerajaan Putabangun dialihkan ke Bontobangun.
 
Masuknya islam di pemerintahan Putabangun saat Dg. Mangemba Tutinrowa Ri Liana sebagai Lalaki kedelapan, sedangkan Hindia Belanda menginjakkan kaki di Putabangun pada saat Lalaki kesebelas Tutinrowa Ri Sombala’na yaitu Dg. Masarro
 
== Referensi ==
Baris 127 ⟶ 34:
 
{{Bontoharu, Kepulauan Selayar}}
 
 
{{kelurahan-stub}}
 
[[Kategori:Kelurahan di Indonesia]]
[[Kategori:Kelurahan di Sulawesi Selatan]]
[[Kategori:Kelurahan di Kabupaten Kepulauan Selayar]]
[[Kategori:Bontoharu, Kepulauan Selayar]]