Sejarah Malaysia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Baginda 480 (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(101 revisi perantara oleh 33 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Sejarah Malaysia}}
[[Malaysia]] terletak di jalur laut strategis yang menghadapkannya ke perdagangan global, dan berbagai kebudayaan. Sebenarnya, nama “Malaysia” adalah konsep modern, dan dibuat pada paruh kedua abad ke-20. Namun, kontemporer Malaysia menganggap seluruh sejarah Malaya dan Borneo, yang membentang ribuan tahun yang lalu ke [[Prasejarah|zaman prasejarah]], sebagai sejarahnya sendiri, dan oleh karena itu, dibahas di halaman ini.
Catatan Barat tentang awal daerah ini terdapat di buku Ptolemy, ''[[Geografi (Ptolemaeus)|Geographia]]'', yang menyebutkan "[[Semenanjung Emas|Golden Khersonese]]" (Semenanjung Emas), dan sekarang diidentifikasi sebagai [[Semenanjung Malaka|Semenanjung Malaya]].<ref>{{Cite book|date=1958|url=https://books.google.com/books?id=2zZCAAAAIAAJ&q=%22Golden+Chersonese%22+malay&pg=PA71|title=Imago Mvndi|publisher=Brill Archive|language=en}}</ref> [[Agama Hindu|Hindu]] dan [[Agama Buddha|Buddha]] yang berasal dari [[India]] dan Tiongkok mendominasi sejarah regional awal, dan mencapai puncaknya selama pemerintahan peradaban [[Sriwijaya]] yang berbasis di [[Sumatra]], yang di mana pengaruhnya meluas hingga ke [[Sumatra]], [[Jawa Barat]], [[Kalimantan|Borneo]] Timur dan [[Semenanjung Malaka|Semenanjung Malaya]] dari abad ke-7 hingga ke-13.
Meskipun Muslim telah memasuki [[Semenanjung Malaka|Semenanjung Malaya]] pada awal abad ke-10, baru pada abad ke-14, [[Islam]] pertama kali memantapkan dirinya. Adopsi Islam pada abad ke-14 telah memunculkan beberapa kesultanan, dan yang paling menonjol adalah [[Kesultanan Melaka|Kesultanan Malaka]] dan [[Kekaisaran Brunei|Kesultanan Brunei]]. Islam memiliki pengaruh besar pada [[suku Melayu]] dan sebagian besar telah dipengaruhi oleh mereka. Portugis adalah kekuatan kolonial pertama yang memantapkan diri mereka di Semenanjung Malaya dan Asia Tenggara, merebut Malaka pada tahun 1511, dan diikuti oleh Belanda pada tahun 1641. Namun, Inggris, yang awalnya membangun pangkalan di [[Kota Kinabalu|Jesselton]], [[Kuching]], [[Pulau Pinang|Penang]], dan Singapura, akhirnya dapat mengamankan hegemoni mereka di seluruh wilayah yang sekarang disebut Malaysia. [[Perjanjian Inggris-Belanda 1824]] mendefinisikan batas-batas antara [[Malaya Britania]] dan [[Hindia Belanda]] (sekarang [[Indonesia]]). Di sisi lain, [[Perjanjian Inggris-Siam 1909]] mendefinisikan batas-batas antara [[Malaya Britania]] dan Siam (sekarang [[Thailand]]). Fase keempat pengaruh asing adalah imigrasi pekerja Tionghoa dan India untuk memenuhi kebutuhan yang diciptakan oleh ekonomi kolonial di Semenanjung Malaya dan Borneo.<ref>Annual Report on the Federation of Malaya: 1951 in C.C. Chin and Karl Hack, Dialogues with Chin Peng pp. 380, 81.</ref>
Invasi Jepang selama [[Perang Dunia II]] mengakhiri kekuasaan Britania di Malaya. [[Pendudukan Malaya, Borneo Utara, dan Sarawak oleh Jepang|Pendudukan Malaya]], [[Pendudukan Jepang di Borneo Britania|Borneo Utara, dan Sarawak]] berikutnya dari tahun 1942 hingga 1945 melepaskan gelombang [[nasionalisme]]. Setelah [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] di Malaya menyerah karena dikalahkan oleh [[Blok Sekutu dalam Perang Dunia II|Sekutu]], [[Uni Malaya]] didirikan pada tahun 1946 oleh pemerintah Britania tetapi setelah ditentang oleh etnis Melayu, uni itu direorganisasi sebagai [[Federasi Malaya]] pada tahun 1948 dan dijadikan sebagai negara [[protektorat]] hingga tahun 1957. Di Semenanjung, [[Partai Komunis Malaya]] mengangkat senjata melawan Britania, dan ketegangan mengarah pada deklarasi [[Kedaruratan Malaya|pemerintahan darurat]] selama 12 tahun dari tahun 1948 hingga 1960. Tanggapan militer yang serius terhadap pemberontakan komunis serta [[Perundingan Baling]] pada tahun 1955, mengarah pada pembentukan [[Deklarasi Kemerdekaan Malaya|kemerdekaan]] untuk Malaya pada tanggal 31 Agustus 1957 melalui negosiasi diplomatik oleh Britania. [[Tunku Abdul Rahman]] menjadi Perdana Menteri pertama Malaysia. Pada tahun 1960, penghentian darurat terjadi ketika ancaman [[Partai Komunis Malaya|komunis]] menurun dan penarikan mereka ke perbatasan antara Malaya dan Thailand.
Pada tanggal 16 September 1963, Federasi Malaya dibentuk setelah penggabungan Federasi Malaya, Singapura, Sarawak, dan [[Sabah|Borneo Utara (Sabah)]]. Sekitar dua tahun kemudian, [[Parlemen Malaysia]] mengeluarkan RUU tanpa persetujuan penandatanganan [[Perjanjian Malaysia]] 1963 untuk [[Singapura di bawah pemerintahan Malaysia|memisahkan Singapura dari Federasi]].<ref>[http://countrystudies.us/singapore/10.htm "Road to Independence"]. [[Pemerintah federal Amerika Serikat|Pemerintah AS]]. Diakses pada 3 Agustus 2013.</ref> [[Konfrontasi Indonesia–Malaysia|Konfrontasi dengan Indonesia]] terjadi pada awal 1960-an. [[Insiden 13 Mei|Kerusuhan Rasial]] pada tahun 1969 membawa ke pengenaan aturan darurat, penangguhan parlemen, pembentukan [[Majelis Gerakan Negara]] (MAGERAN), dan proklamasi [[Rukun Negara]] oleh MAGERAN pada tahun 1970 yang menjadi filosofi nasional dalam mempromosikan persatuan di antara warga negara.<ref>Othman, Al-Amril; Ali, Mohd Nor Shahizan (29 September 2018). [https://ejournal.ukm.my/mjc/article/view/28006 "Misinterpretation on Rumors towards Racial Conflict: A Review on the Impact of Rumors Spread during the Riot of May 13, 1969".] ''Jurnal Komunikasi: Malaysian Journal of Communication''. '''34''' (3): 271–282. [[Pengenal objek digital|doi]]:[[doi:10.17576/JKMJC-2018-3403-16|10.17576/JKMJC-2018-3403-16]]. [[International Standard Serial Number|ISSN]] [[issn:2289-1528|2289-1528]].</ref><ref>Esa, Mohd Sohaimi; Ationg, Romzi (2 December 2020). [https://msocialsciences.com/index.php/mjssh/article/view/585 "Majlis Gerakan Negara (MAGERAN): Usaha Memulihkan Semula Keamanan Negara Malaysia"] [National Operations Council (NOC): Efforts to Restore Malaysia's National Peace]. ''Malaysian Journal of Social Sciences and Humanities''. '''5''' (12): 170–178. [[Pengenal objek digital|doi]]:[[doi:10.47405/mjssh.v5i12.585|10.47405/mjssh.v5i12.585]]. [[International Standard Serial Number|ISSN]] [[issn:2504-8562|2504-8562]].</ref> [[Kebijakan Ekonomi Baru Malaysia|Kebijakan Ekonomi Baru]] juga diadopsi pada tahun 1971 dan digunakan hingga tahun 1991 yang gunanya untuk memberantas kemiskinan dan merestrukturisasi masyarakat untuk menghilangkan identifikasi ras dengan fungsi ekonomi.<ref>Jomo, K. S. (2005). ''[https://link.springer.com/chapter/10.1057/9780230554986_8#:~:text=Malaysia's%20New%20Economic%20Policy%20(NEP,the%20conditions%20for%20national%20unity. Malaysia's New Economic Policy and 'National Unity]''. Palgrave Macmillan. pp. 182–214. [[Pengenal objek digital|doi]]:[[doi:10.1057/9780230554986 8|10.1057/9780230554986_8]]. [[International Standard Book Number|ISBN]] <bdi>[[:en:Special:BookSources/978-1-349-52546-1|978-1-349-52546-1]]</bdi>. Diakses pada 24 September 2020.</ref> Kebijakan ini dilanjutkan dengan [[Kebijakan Pembangunan Nasional]] dari tahun 1991 hingga 2000.
Sejak 1970, koalisi [[Barisan Nasional (Malaysia)|Barisan Nasional]] yang dipimpin oleh [[Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu]] (UMNO) telah memerintah Malaysia hingga kekalahannya dalam [[pemilihan umum Malaysia 2018]] dari koalisi [[Pakatan Harapan]]. [[Mahathir Mohamad]], yang pertama kali menjabat sebagai Perdana Menteri dari tahun 1981 hingga 2003, dikenal atas berbagai kebijakan dan proyek yang mengubah wajah Malaysia. Di bawah kepemimpinannya, Malaysia mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat melalui kebijakan industri dan modernisasi. Mahathir memperkenalkan berbagai proyek besar seperti [[Menara Kembar Petronas]], sistem jalan tol, dan [[Koridor Raya Multimedia]], yang semuanya bertujuan menjadikan Malaysia sebagai negara maju.
Pada tahun 2015, Perdana Menteri Malaysia saat itu, [[Najib Razak]] dituduh menyalurkan lebih dari [[Ringgit|RM]] 2,67 Miliar (sekitar USD 700 juta) ke rekening bank pribadinya dari [[1Malaysia Development Berhad]] (1MDB), sebuah perusahaan pengembangan strategis yang dikelola pemerintah dan didalangi oleh [[Jho Low|Low Taek Jho]].<ref>[https://www.theguardian.com/world/2015/jul/06/malaysian-task-force-investigates-allegations-700m-paid-to-pm-najib "Malaysian taskforce investigates allegations $700m paid to Najib"]. ''The Guardian''. 6 Juli 2015. Diakses pada 24 Maret 2018.</ref> Pencabutan dakwaan memicu kemarahan yang meluas di kalangan rakyat Malaysia,<ref>[https://time.com/4195382/najib-razak-1mdb-criticism-corruption/ "Dismissal of Corruption Charges Against Malaysian Prime Minister Prompts Scorn"]. [[Time]]. 27 Januari 2016. Diakses pada 27 Agustus 2021.</ref> dengan banyak yang menyerukan pengunduran diri Najib Razak. Di antara kritikus Najib ialah politisi [[Mahathir Mohamad]],<ref>[https://www.bbc.com/news/world-asia-34100659 "Former Malaysia PM Mahathir calls for removal of PM Najib Razak"]. [[BBC News|BBC news]]. 30 Agustus 2015. Diakses pada 27 Agustus 2021.</ref> yang kemudian mengalahkan Najib dalam [[Pemilihan umum Malaysia 2018|pemilihan umum 2018]] dan kembali berkuasa.
Pada Februari 2020, [[Krisis politik Malaysia 2020–2022|krisis politik baru-baru ini di Malaysia]] dimulai ketika koalisi Pakatan Harapan jatuh dan anggota partai [[Partai Pribumi Bersatu Malaysia|BERSATU]], [[Barisan Nasional (Malaysia)|BN]], [[Partai Islam Se-Malaysia|PAS]], [[Gabungan Partai Sarawak|GPS]], dan [[Aliansi Bersatu Sabah|GBS]] bersatu untuk membentuk pemerintahan bernama [[Perikatan Nasional]] yang dipimpin oleh pemimpin BERSATU, [[Muhyiddin Yassin]].
== Prasejarah ==
{{Main|Prasejarah Malaysia}}
[[File:Niah Skull.jpg|thumb|alt=Niah Skull|Penemuan tengkorak yang diperkirakan berusia sekitar 40.000 tahun di [[Taman Nasional Niah|Gua Niah]] di Sarawak, dan telah diidentifikasi sebagai bukti paling awal bagi pemukiman manusia purba di [[Malaysia Timur|Borneo Malaysia]]. (foto: Desember 1958)]]
Kapak genggam batu dari hominoid awal, kemungkinan [[Homo erectus|Homo Erectus]], telah ditemukan di [[Lenggong]]. Mereka berasal dari 1,83 juta tahun yang lalu, bukti tertua tempat tinggal [[hominid]] di Asia Tenggara.<ref>{{cite web |url=https://whc.unesco.org/uploads/nominations/1396.pdf |title=Archaeological Heritage of Lenggong Valley: Nomination Dossier for Inscription on the UNESCO World Heritage List |author=Department of National Heritage, Ministry of Information Communications and Culture Malaysia |date=Januari 2011 |website=[[World Heritage Committee]], [[UNESCO]] |access-date=8 Oktober 2015}}</ref> Bukti paling awal dari tempat tinggal manusia modern di Malaysia adalah tengkorak berusia 40.000 tahun yang digali dari [[Taman Nasional Niah|Gua Niah]] di Sarawak saat ini, yang dijuluki "Tengkorak Dalam". Itu digali dari parit dalam yang ditemukan oleh [[Barbara Harrison|Barbara]] dan [[Tom Harrison]] (seorang [[Etnologi|etnolog]] Britania) pada tahun 1958.<ref name="niah skull">{{cite web|url=http://www.abc.net.au/science/slab/niahcave/history.htm|title=History of the Great Cave of Niah|publisher=[[ABC Online]]|access-date=6 Januari 2014}}</ref><ref name=Sarawakforestry/><ref>{{cite web|title=History of the Great Cave of Niah|url=http://www.abc.net.au/science/slab/niahcave/history.htm|publisher=[[Australian Broadcasting Corporation]]|access-date=23 Maret 2015|archive-url=https://web.archive.org/web/20141122214440/http://www.abc.net.au/science/slab/niahcave/history.htm|archive-date=22 November 2014}}</ref> Ini juga merupakan tengkorak manusia modern tertua di Asia Tenggara.<ref>{{cite web|title=Niah Cave|url=http://humanorigins.si.edu/evidence/human-fossils/fossils/niah-cave|website=humanorigins.si.edu|publisher=Smithsonian National Museum of Natural History|access-date=23 Maret 2015|archive-url=https://web.archive.org/web/20131122105146/http://humanorigins.si.edu/evidence/human-fossils/fossils/niah-cave|archive-date=22 November 2013}}</ref> Tengkorak itu mungkin milik seorang gadis remaja berusia 16 hingga 17 tahun.<ref name=worldarcheology/> Para pemburu pertama mengunjungi Mulut Barat Gua Niah (terletak 110 kilometer (68 mil) barat daya [[Miri]])<ref name=Sarawakforestry>{{cite web|title=Niah National Park – Early Human settlements|url=http://www.sarawakforestry.com/htm/snp-np-niah.html|publisher=Sarawak Forestry|access-date=23 Maret 2015|archive-url=https://web.archive.org/web/20150218010128/http://www.sarawakforestry.com/htm/snp-np-niah.html|archive-date=18 Februari 2015}}</ref> 40.000 tahun yang lalu ketika [[Kalimantan|Borneo]] terhubung dengan daratan Asia Tenggara. Pemandangan di sekitar Gua Niah lebih kering dan lebih terbuka daripada sekarang. Secara prasejarah, Gua Niah dikelilingi oleh kombinasi hutan tertutup dengan semak belukar, taman, rawa, dan sungai. Para pemburu dapat bertahan hidup di hutan hujan melalui berburu, memancing, dan mengumpulkan [[moluska]] serta tanaman yang dapat dimakan.<ref name=worldarcheology>{{cite book|last1=Faulkner|first1=Neil|title=Niah Cave, Sarawak, Borneo|date=7 November 2003|publisher=[[Current World Archaeology]] Issue 2|url=http://www.world-archaeology.com/features/niah-cave-sarawak-borneo.htm|access-date=23 Maret 2015|archive-url=https://web.archive.org/web/20150323011312/http://www.world-archaeology.com/features/niah-cave-sarawak-borneo.htm|archive-date=23 Maret 2015}}</ref> Situs pemakaman [[Mesolitikum]] dan [[Neolitikum]] juga telah ditemukan di daerah tersebut.<ref>{{cite web|last1=Hirst|first1=K. Kris|title=Niah Cave (Borneo, Malaysia) – Anatomically modern humans in Borneo|url=http://archaeology.about.com/od/nterms/qt/niah_cave.htm|website=about.com|access-date=23 Maret 2015|archive-url=https://web.archive.org/web/20131105184121/http://archaeology.about.com/od/nterms/qt/niah_cave.htm|archive-date=5 November 2013}}</ref> Daerah di sekitar Gua Niah telah ditetapkan sebagai [[Taman Nasional Niah]].<ref>{{cite web|title=Niah National Park, Miri|url=http://sarawaktourism.com/attraction/niah-national-park-miri/|publisher=Sarawak Tourism Board|access-date=26 Desember 2015|archive-url=https://web.archive.org/web/20151226131410/http://sarawaktourism.com/attraction/niah-national-park-miri/|archive-date=26 Desember 2015}}</ref>
Sebuah studi tentang genetika Asia menunjukkan gagasan bahwa manusia asli di Asia Timur berasal dari Asia Tenggara.<ref>{{cite news| url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/8406506.stm | work=BBC News | title=Genetic 'map' of Asia's diversity | date=11 Desember 2009}}</ref> Kerangka lengkap tertua yang ditemukan di Malaysia adalah [[Lenggong|Manusia Perak]] berusia 11.000 tahun yang digali pada tahun 1991.<ref>{{cite news|url=http://www.bt.com.bn/classification/life/travel/2007/03/17/tracing_back_malaysias_stone_age_man_in_lenggong|title=Tracing back Malaysia's stone-age man in Lenggong|author=Liz Price|newspaper=[[The Brunei Times]]|date=17 Maret 2007|access-date=8 Oktober 2015|archive-url=https://web.archive.org/web/20151015233055/http://www.bt.com.bn/classification/life/travel/2007/03/17/tracing_back_malaysias_stone_age_man_in_lenggong|archive-date=15 Oktober 2015|url-status=dead}}</ref> Kelompok pribumi di semenanjung dapat dibagi menjadi tiga etnis, [[Orang Negrito|Negrito]], [[Orang Senoi|Senoi]], dan proto-Melayu.<ref>{{cite book|last=Davies|first=Norman|url=https://books.google.com/books?id=18IsDAAAQBAJ&q=indigenous+groups+on+the+peninsula+can+be+divided+into+three+ethnicities%2C+the+Negritos%2C+the+Senoi%2C+and+the+proto-Malays+history+malaysia&pg=PP194|title=Beneath Another Sky: A Global Journey into History|date=7 Desember 2017|publisher=Penguin UK|isbn=978-1-84614-832-3}}</ref> Penghuni pertama Semenanjung Malaya kemungkinan besar adalah [[Orang Negrito]].<ref>{{cite journal | last = Fix | first = Alan G. | title = Malayan Paleosociology: Implications for Patterns of Genetic Variation among the Orang Asli | url = https://archive.org/details/sim_american-anthropologist_1995-06_97_2/page/313 | journal = American Anthropologist |series=New Series | volume = 97 | issue = 2 | pages = 313–323 |date=Juni 1995 | doi = 10.1525/aa.1995.97.2.02a00090 | jstor=681964}}</ref> Para pemburu [[Mesolitikum]] ini kemungkinan merupakan nenek moyang dari [[Semang]], kelompok etnis [[Orang Negrito|Negrito]] yang memiliki sejarah panjang di Semenanjung Malaya.<ref name="TED">{{cite web|url=http://www1.american.edu/ted/malayprk.htm|title=TED Cast Study: Taman Negara Rain Forest Park and Tourism|date=Agustus 1999|access-date=8 Juli 2010|url-status=dead|archive-url=https://web.archive.org/web/20100609082019/http://www1.american.edu/TED/malayprk.htm|archive-date=9 Juni 2010}}</ref>
[[Orang Senoi|Suku Senoi]] tampaknya merupakan kelompok komposit, dengan kira-kira setengah dari garis keturunan [[DNA mitokondria|DNA Mitokondria]] ibu menelusuri kembali ke nenek moyang Semang, dan sekitar setengah dari migrasi leluhur kemudian dari [[Indochina]]. Para ahli berpendapat bahwa mereka adalah keturunan dari ahli pertanian berbahasa [[Rumpun bahasa Austroasia|Austroasiatik]] awal, yang membawa bahasa dan teknologi mereka ke bagian selatan semenanjung sekitar 4.000 tahun yang lalu. Mereka bersatu dan bergabung dengan penduduk asli.<ref name="Oxford University Press">{{cite web|url=http://mbe.oxfordjournals.org/cgi/content/full/23/12/2480|archive-url=https://archive.today/20120710100830/http://mbe.oxfordjournals.org/cgi/content/full/23/12/2480|url-status=dead|archive-date=10 Juli 2012|title=Phylogeography and Ethnogenesis of Aboriginal Southeast Asians|publisher=Oxford University Press|access-date=6 Juli 2010}}</ref>
[[File:The Golden Chersonese - details from the eleventh map of Asia (southeast Asia).tif|thumb|200px|Semenanjung Malaya, ditunjukkan di peta Ptolemy sebagai [[Semenanjung Emas|Golden Khersonese]].]]
[[Proto-Melayu|Proto Melayu]] memiliki asal usul yang lebih beragam<ref>{{cite web|url=http://www.refworld.org/cgi-bin/texis/vtx/rwmain?docid=49749ce85|title=World Directory of Minorities and Indigenous Peoples – Malaysia : Orang Asli|publisher=Ref World ([[United Nations High Commissioner for Refugees|UNHCR]])|year=2008|access-date=8 Oktober 2015}}</ref> dan telah menetap di Malaysia pada 1000 SM sebagai akibat dari ekspansi [[Suku bangsa Austronesia|Austronesia]].<ref>{{cite book|author=Michel Jacq-Hergoualc'h|title=The Malay Peninsula: Crossroads of the Maritime Silk-Road (100 Bc-1300 Ad)|url=https://books.google.com/books?id=a5rG6reWhloC&pg=PA24|date=Januari 2002|publisher=BRILL|isbn=90-04-11973-6|page=24}}</ref> Meskipun mereka menunjukkan beberapa hubungan dengan penduduk lain di [[Asia Tenggara Maritim|Maritim Asia Tenggara]], beberapa juga memiliki nenek moyang di Indochina sekitar waktu [[Glasial Maksimum Terakhir|Maksimum Glasial Terakhir]] sekitar 20.000 tahun yang lalu. Antropolog mendukung gagasan bahwa Proto-Melayu berasal dari tempat yang sekarang disebut [[Yunnan]], Tiongkok.<ref>R.H von Geldern, J.H.C Kern, J.R Foster, J.R Logen, Slametmuljana and Asmah Haji Omar.<br />A history of Malaya and her neighbours – Page 21 – by Francis Joseph Moorhead, published by Longmans of Malaysia, 1965<br />India and ancient Malaya (from the earliest times to circa A.D. 1400) – Page 3 – by D. Devahuti, Published by D. Moore for Eastern Universities Press, 1965<br />The making of modern Malaya: a history from earliest times to independence – Page 5 – by N. J. Ryan, Oxford University Press, 1965<br />The cultural heritage of Malaya – Page 2 – by N. J. Ryan published by Longman Malaysia, 1971<br />A history of Malaysia and Singapore – Page 5 – by N. J. Ryan published by Oxford University Press, 1976<br />"How the dominoes fell": Southeast Asia in perspective – Page 7 – by Mae H. Esterline, Hamilton Press, 1986<br />A design guide of public parks in Malaysia – Page 38 – by Jamil Abu Bakar published by Penerbit UTM, 2002, {{ISBN|983-52-0274-5}}, {{ISBN|978-983-52-0274-2}}<br />An introduction to the Malaysian legal system – Page 1 – by Min Aun Wu, Heinemann Educational Books (Asia), 1975<br />A short history of Malaysia – Page 22 – by Harry Miller published by F.A. Praeger, 1966<br />Malaya and its history – Page 14 – by Sir [[Richard Olaf Winstedt]] published by Hutchinson University Library, 1962<br />Southeast Asia, past & present – Page 10 – by D. R. SarDesai published by Westview Press, 1994<br />Malaya – Page 17 – by Norton Sydney Ginsburg, Chester F. Roberts published by University of Washington Press, 1958<br />Asia: a social study – Page 43 – by David Tulloch published by Angus and Robertson, 1969<br />Area handbook on Malaya University of Chicago, Chester F. Roberts, Bettyann Carner published by University of Chicago for the Human Relations Area Files, 1955<br />Thailand into the 80's – Page 12 – by Samnak Nāyok Ratthamontrī published by the Office of the Prime Minister, Kingdom of Thailand, 1979<br />Man in Malaya – Page 22 – by B. W. Hodder published by Greenwood Press, 1973<br />The modern anthropology of South-East Asia: an introduction, Volume 1 of The modern anthropology of South-East Asia, RoutledgeCurzon Research on Southeast Asia Series – Page 54 – by Victor T. King, William D. Wilder published by Routledge, 2003, {{ISBN|0-415-29751-6}}, {{ISBN|978-0-415-29751-6}}<br />Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society – Page 17 – by Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland. Malaysian Branch, Singapore, 1936<br />Malay and Indonesian leadership in perspective – Page 9 – by Ahmad Kamar 1984<br />The Malay peoples of Malaysia and their languages – Page 36 – by Asmah Haji Omar published by Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pelajaran Malaysia, 1983<br />Encyclopedia of world cultures Volume 5 – Page 174 – by David Levinson – History – 1993 published by G.K. Hall, 1993<br />Indigenous peoples of Asia – Page 274 – by Robert Harrison Barnes, Andrew Gray, Benedict Kingsbury published by the Association for Asian Studies, 1995<br />Peoples of the Earth: Indonesia, Philippines and Malaysia edited by Edward Evan Evans-Pritchard published by Danbury Press, 1973<br />American anthropologist Vol 60 – Page 1228 – by American Anthropological Association, Anthropological Society of Washington (Washington, D.C.), American Ethnological Society, 1958<br />Encyclopaedia of Southeast Asia (set of 5 Vols.) – Page 4 – by Brajendra Kumar published by Akansha Publishing House, 2006, {{ISBN|81-8370-073-X}}, {{ISBN|978-81-8370-073-3}}</ref> Hal ini diikuti oleh penyebaran Holosen awal melalui Semenanjung Malaya ke [[Kepulauan Melayu]].<ref>{{cite web|url=http://mbe.oxfordjournals.org/cgi/content/full/23/12/2480|archive-url=https://archive.today/20120710100830/http://mbe.oxfordjournals.org/cgi/content/full/23/12/2480|url-status=dead|archive-date=10 Juli 2012|title=Phylogeography and Ethnogenesis of Aboriginal Southeast Asians |publisher=Oxford Journals|access-date=11 November 2008}}</ref> Sekitar 300 SM, mereka didorong ke daratan oleh Deutero-Melayu, orang [[Zaman Besi]] atau [[Zaman Perunggu]] yang sebagian diturunkan dari [[Suku Cham]] Kamboja dan Vietnam. Kelompok pertama di semenanjung yang menggunakan peralatan logam, Deutero-Melayu adalah nenek moyang langsung dari [[Masyarakat Melayu di Malaysia|Melayu Malaysia]] saat ini, dan membawa serta teknik pertanian yang canggih.<ref name="TED" /> Orang Melayu tetap terfragmentasi secara politik di seluruh kepulauan Melayu, meskipun budaya dan struktur sosial yang umum dimiliki bersama.<ref>{{cite book|author=Anthony Milner|title=The Malays|url=https://books.google.com/books?id=sACaolB0FpkC&pg=PA49|date=25 Maret 2011|publisher=John Wiley & Sons|isbn=978-1-4443-9166-4|page=49}}</ref>
==Kerajaan Hindu-Buddha Awal==
[[File:Indian cultural zone.svg|thumb|300px|Zona pengaruh budaya [[Indosfer]] yang bersejarah di [[India Raya]] untuk transmisi agama, musik, seni, dan masakan.<ref name=diasind1>{{cite book|title=A history of India|url=https://archive.org/details/nlsiu.954.kul.1.31437|first=Hermann|last=Kulke|date=2004|publisher=Routledge|others=Rothermund, Dietmar 1933–|isbn=0203391268|edition= 4|location=New York|oclc=57054139}}</ref>]]
Pada milenium pertama Masehi, Melayu menjadi etnis yang dominan di semenanjung. Negara-negara kecil awal yang didirikan sangat dipengaruhi oleh budaya India, seperti sebagian besar Asia Tenggara.<ref name="Marshall"/> [[Indianisasi Asia Tenggara|Pengaruh India di wilayah tersebut]] setidaknya sudah ada sejak abad ke-3 SM. Budaya India Selatan disebarkan ke Asia Tenggara oleh [[dinasti Pallawa]] India selatan pada abad ke-4 dan ke-5.<ref>History of Humanity: From the seventh century B.C. to the seventh century A.D. by Sigfried J. de Laet p. 395</ref>
=== Perdagangan dengan India dan Tiongkok ===
Dalam literatur India kuno, istilah ''[[Suvarnabhumi|Suvarnadvipa]]'' (''Semenanjung Emas'') digunakan dalam ''[[Ramayana]]'', dan beberapa berpendapat bahwa itu mungkin merujuk ke Semenanjung Malaya. Teks India kuno, ''[[Vayu Purana]]'' juga menyebutkan sebuah tempat bernama [[Kerajaan Melayu|''Malayadvipa'']] di mana tambang emas dapat ditemukan, dan istilah ini telah diusulkan yang merujuk kemungkinan berarti Sumatra dan Semenanjung Malaya.<ref>{{cite journal |jstor=41559897 |title=An Introduction to the Study of Ancient Times in the Malay Peninsula and the Straits of Malacca |first=Roland |last= Braddell|journal=Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society|volume= 15|number= 3 (129) |date=Desember 1937|pages= 64–126 }}</ref> Semenanjung Malaya ditampilkan di [[Peta Dunia Ptolemy|peta]] [[Klaudius Ptolemaeus|Ptolemy]] sebagai [[Semenanjung Emas|''Golden Khersonese'']]. Ia menyebut Selat Malaka sebagai ''Sinus Sabaricus''.<ref>[http://www.cebu-online.com/makeitcebu/12thaseansummit/members/malaysia.php ASEAN Member: Malaysia] Diakses tanggal 29 Mei 2008.</ref>
Hubungan dagang dengan Tiongkok dan India telah terjalin pada abad ke-1 SM.<ref>{{cite book|author=Derek Heng|title=Sino–Malay Trade and Diplomacy from the Tenth through the Fourteenth Century|url=https://books.google.com/books?id=cLE_ToRyuLsC&pg=PT39|date=15 November 2009|publisher=Ohio University Press|isbn=978-0-89680-475-3|page=39}}</ref> Pecahan tembikar Tiongkok telah ditemukan di [[Kalimantan|Borneo]] yang berasal dari abad ke-1 setelah [[Perluasan wilayah Dinasti Han ke Kawasan Selatan|ekspansi Dinasti Han ke selatan]].<ref>{{cite book|first=Jacques|last=Gernet|title=A History of Chinese Civilization|url=https://archive.org/details/historyofchinese00gern|url-access=registration|year=1996|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-49781-7|page=[https://archive.org/details/historyofchinese00gern/page/127 127]}}</ref> Pada abad-abad awal milenium pertama, orang-orang di Semenanjung Malaya menganut agama India yaitu [[Agama Hindu|Hindu]] dan [[Agama Buddha|Buddha]], agama-agama yang berpengaruh besar terhadap bahasa dan budaya mereka yang tinggal di Malaysia.<ref>{{cite book|author1=Ishtiaq Ahmed|author2=Professor Emeritus of Political Science Ishtiaq Ahmed|title=The Politics of Religion in South and Southeast Asia|url=https://books.google.com/books?id=2T8oSfy3GZgC&pg=PA129|date=4 Mei 2011|publisher=Taylor & Francis|isbn=978-1-136-72703-0|page=129}}</ref> Sistem penulisan [[Bahasa Sanskerta|Sansekerta]] digunakan sejak abad ke-4.<ref>{{cite book|author1=Stephen Adolphe Wurm|author2=Peter Mühlhäusler|author3=Darrell T. Tryon|title=Atlas of Languages of Intercultural Communication in the Pacific, Asia, and the Americas|url=https://books.google.com/books?id=oCx0D0iE2QoC|year=1996|publisher=Walter de Gruyter|isbn=978-3-11-013417-9}}</ref>
=== Kerajaan Awal (abad ke-3 hingga ke-7) ===
[[File:BuddhaguptaStone001.jpg|thumb|200px|Batu Buddha-Gupta, berasal dari abad ke-4 hingga ke-5 M, didedikasikan oleh seorang Pedagang India, Buddha Gupta. Ditemukan di Seberang Perai, dan disimpan di Museum Nasional, Kalkuta, India.]]
{{see also | Sanskritisasi }}
Ada banyak kerajaan Melayu pada abad ke-2 dan ke-3, sebanyak 30 kerajaan, terutama yang berbasis di sisi timur semenanjung Malaya.<ref name="Marshall"/> Di antara kerajaan paling awal yang diketahui berbasis di Semenanjung Malaya adalah kerajaan kuno [[Langkasuka]], yang terletak di Semenanjung Malaya bagian utara dan berbasis di suatu tempat di pantai barat.<ref name="Marshall"/> Itu terkait erat dengan [[Kerajaan Funan|Funan]] di Kamboja, yang juga menguasai bagian utara Malaysia hingga abad ke-6. Pada abad ke-5, [[Kerajaan Pahang Tua|Kerajaan Pahang]] disebutkan dalam ''[[Kitab Song]]''. Menurut [[Sulalatus Salatin|Sejarah Melayu]] ("Sulalatus Salatin"), pangeran [[Orang Khmer|Khmer]], Raja Ganji Sarjuna mendirikan kerajaan [[Gangga Negara]] (sekarang [[Beruas]], Perak) pada tahun 700-an. Kronik Tiongkok dari abad ke-5 M berbicara tentang sebuah pelabuhan besar di selatan yang disebut [[Kerajaan Kandali|Guantoli]], yang diperkirakan berada di [[Selat Malaka]]. Pada abad ke-7, sebuah pelabuhan baru yang disebut ''Shilifoshi'' disebutkan, dan ini diyakini sebagai terjemahan bahasa Tionghoa dari [[Sriwijaya]].{{Citation needed|date=April 2022}}
==== Gangga Negara ====
Gangga Negara diyakini sebagai kerajaan [[Umat Hindu|Hindu]] semi-legendaris yang hilang, dan disebutkan dalam [[Sulalatus Salatin|Sejarah Melayu]] yang mencakup [[Beruas]], [[Manjung|Dinding]], dan [[Manjung]] saat ini di negara bagian [[Perak (negara bagian)|Perak]], [[Malaysia]] dengan Raja Gangga Syah Johan sebagai salah satu rajanya. Gangga Negara berarti "sebuah kota di Sungai Gangga" dalam bahasa [[Bahasa Sanskerta|Sansekerta]],<ref>[https://books.google.com/books?id=D4UdAAAAMAAJ&q=gangga+negara+local+hindu&dq=gangga+negara+local+hindu&hl=en&sa=X&ei=8sANUYr6M5DJrAet8oCYCg&redir_esc=y S. Durai Raja Singam Printed by Liang Khoo Printing Co., 1962 -Language Arts & Disciplines −253 pages]</ref> dan merupakan nama yang berasal dari [[Sri Ganganagar|Ganganagar]] di barat laut India, di mana masyarakat [[Kerajaan Kamboja (India Kuno)|Kambuja]] mendiami.{{Citation needed|date=April 2022}} Para peneliti percaya bahwa kerajaan tersebut berpusat di Beruas. Sejarah Melayu lainnya, Hikayat Merong Mahawangsa yang disebut juga sebagai Sejarah Kedah, menyebut bahwa Gangga Negara mungkin didirikan oleh putra [[Merong Mahawangsa]], Raja Ganji Sarjuna dari [[Kedah]], paling lambat pada abad ke-2. Raja Ganji Sarjuna diduga sebagai keturunan [[Aleksander Agung|Alexander Agung]] atau oleh keluarga [[kerajaan Khmer]].{{Citation needed|date=April 2022}}
Penelitian pertama tentang kerajaan Beruas dilakukan oleh Kolonel [[James Low (Petugas EIC)|James Low]] pada tahun 1849, dan seabad kemudian, dilanjutkan oleh [[Horace Geoffrey Quaritch Wales|H.G. Quaritch Wales]]. Menurut Departemen Museum dan Purbakala, kedua peneliti sepakat bahwa kerajaan Gangga Negara muncul di antara abad ke-1 hingga ke-11, tetapi tidak dapat memastikan lokasi tepatnya.<ref>[https://books.google.com/books?id=LNu6b6uY7PgC&pg=PA25&dq=gangga+negara&hl=en&sa=X&ei=c78NUf_zAYP9rAfJhIGAAQ&redir_esc=y#v=onepage&q=gangga%20negara&f=false Research on the Early Malay Doctors 1900–1957 Malaya and Singapore, By Faridah Abdul Rashid]</ref> Selama bertahun-tahun, penduduk desa telah menggali artefak yang diyakini berasal dari kerajaan kuno, yang sebagian besar saat ini dipajang di [[Museum Beruas]]. Artefak yang dipamerkan antara lain meriam seberat 128 kg, pedang, keris, koin, timah batangan, tembikar dari Dinasti Ming, dan dari berbagai era lainnya, serta guci besar. Artefak-artefak tersebut berasal dari abad ke-5 dan ke-6.<ref>[https://books.google.com/books?id=4z7xAAAAMAAJ&q=gangga+negara+local+hindu&dq=gangga+negara+local+hindu&hl=en&sa=X&ei=NcENUZ7hN4LMrQfU9YGYBw&redir_esc=y Neutron radiography: proceedings of the second world conference, Paris, France, June 16–20, 1986 John Penrose Barton, Commission of the European Communities, D. Reidel, 1987 -928 pages]</ref>
==== Kedah Tua ====
[[File:Candi Batu Pahat of Bujang Valley.jpg|thumb|Dibangun pada abad ke-6 M, Candi Bukit Batu Pahat adalah candi Hindu kuno paling terkenal yang ditemukan di Lembah Bujang|219x219px]]
Di Kedah, ada peninggalan yang menunjukkan pengaruh [[Umat Hindu|Hindu]]-[[Agama Buddha|Buddha]] yang telah dikenal selama sekitar satu abad dari penemuan yang dilaporkan oleh Kol. Low, dan baru-baru ini menjadi sasaran penyelidikan yang cukup lengkap oleh [[Horace Geoffrey Quaritch Wales|Quaritch Wales]]. Wales menyelidiki setidaknya 30 situs di sekitar [[Kedah]].{{Citation needed|date=April 2022}}
Sebuah bar batu bertulis yang berbentuk persegi panjang, memuat formula ''[[Ye Dharma Hetu|ye-dharmma]]'' dalam aksara [[Aksara Pallawa|Pallawa]] pada abad ke-7. Isinya menyatakan karakter Buddhis dari kuil, yang di mana ruang bawah tanah pada kuil tersebut masih bertahan.{{Citation needed|date=April 2022}}
=== Sriwijaya (abad ke-7 hingga ke-13) ===
{{See also|Kerajaan Sriwijaya}}
Antara abad ke-7 dan ke-13, sebagian besar [[Semenanjung Malaka]] berada di bawah kekuasaan kerajaan [[Sriwijaya]]. Lokasi pusat Sriwijaya diperkirakan berada di [[muara sungai]], tepatnya di [[Sumatra]] bagian timur, dan lokasi ini sekarang disebut [[Palembang]], di [[Indonesia]].<ref name="state.gov" /> Selama lebih dari enam abad, [[Maharaja]] Sriwijaya telah memerintah sebuah kerajaan maritim yang menjadi kekuatan utama di [[Nusantara]]. Kerajaan ini berbasis di sektor perdagangan, dengan raja-khaja lokal "pekon" (dhatu atau tokoh masyarakat), bersumpah setia kepada penguasa tertinggi di tingkat pusat demi keuntungan bersama. Kedatuan dengan sebutan lain sebagai keratuan pada abad ke-13 Masehi dengan raja terahir Sriwijaya Ratu Sekerummong Monarki dari tahun 1280 M hingga 1288 Masehi pada tahun 1289 M kerajaan maritim tersebut dengan lafal kepaksian.<ref name="History">{{cite book|author1=Barbara Watson Andaya|author2=Leonard Y. Andaya|title=A History of Malaysia|url=https://books.google.com/books?id=5GSBCcNn1fsC|date=15 September 1984|publisher=Palgrave Macmillan|isbn=978-0-312-38121-9}}</ref>
==== Hubungan dengan Kerajaan Chola ====
[[File:Muzium Negara KL67.JPG|thumb|200px|Patung perunggu Avalokiteshvara ditemukan di Perak. Patung ini berasal dari abad ke-8 hingga ke-9]]
{{See also|Kampanye militer Asia Tenggara Rajendra Chola I|Invasi Chola ke Sriwijaya}}
Hubungan antara Sriwijaya dan [[Kerajaan Chola]] di India Selatan bersahabat pada masa pemerintahan [[Raja Raja Chola I]], tetapi pada masa pemerintahan [[Rajendra Chola I]], Kerajaan Chola [[Kampanye militer Asia Tenggara Rajendra Chola I|menyerbu kota-kota Sriwijaya]].<ref>''Power and Plenty: Trade, War, and the World Economy in the Second Millennium'' by Ronald Findlay, Kevin H. O'Rourke p.67</ref> Pada tahun 1025 dan 1026, Gangga Negara diserang oleh Rajendra Chola I dari [[Kerajaan Chola]], raja [[Tamilakam|Tamil]] yang kini diperkirakan telah menghancurkan [[Kota Gelanggi]]. Kedah (dikenal sebagai ''Kadaram'' dalam bahasa Tamil) diserbu oleh [[Kerajaan Chola|Chola]] pada tahun 1025. Invasi kedua dipimpin oleh [[Virarajendra Chola]] dari [[Kerajaan Chola|dinasti Chola]], yang di mana dia berhasil menaklukkan Kedah pada akhir abad ke-11.<ref>''History of Asia'' by B. V. Rao (2005), p. 211</ref> Penerus senior Chola, Vira Rajendra Chola, harus menumpas pemberontakan Kedah untuk menggulingkan penyerbu lainnya. Kedatangan Chola telah mengurangi keagungan [[Sriwijaya]], yang di mana Sriwijaya telah memberikan pengaruh atas [[Kedah]], [[Provinsi Pattani|Pattani]], hingga ke [[Nakhon Si Thammarat|Ligor]]. Selama pemerintahan [[Kulothunga Chola I]], kekuasaan Chola didirikan di atas [[Kedah]], provinsi Sriwijaya pada akhir abad ke-11.<ref>''Singapore in Global History'' by Derek Thiam Soon Heng, Syed Muhd Khairudin Aljunied p.40</ref> Ekspedisi para Raja [[Kerajaan Chola|Chola]] memiliki kesan yang begitu besar kepada [[Suku Melayu|rakyat Melayu]] pada periode abad pertengahan sehingga nama mereka disebutkan dalam bentuk yang buruk sebagai Raja Chulan, seperti yang dinyatakan dalam kronik Melayu abad pertengahan, Sejarah Melayu.<ref>''History Without Borders: The Making of an Asian World Region, 1000–1800'' by Geoffrey C. Gunn p.43</ref><ref>''Nagapattinam to Suvarnadwipa: Reflections on the Chola Naval Expeditions to Southeast Asia'' by Hermann Kulke, K Kesavapany, Vijay Sakhuja p.71</ref><ref>''Buddhism, Diplomacy, and Trade: The Realignment of Sino-Indian Relations'' by Tansen Sen p.226</ref> Bahkan hingga hari ini, pemerintahan Chola tetap dikenang di [[Malaysia]] karena banyak pangeran Malaysia memiliki nama yang diakhiri dengan Cholan atau Chulan, salah satunya adalah Raja [[Perak (negara bagian)|Perak]] yang dipanggil dengan nama [[Raja Chulan]].<ref>''Aryatarangini, the Saga of the Indo-Aryans'', by A. Kalyanaraman p.158</ref><ref>''India and Malaya Through the Ages'', by S. Durai Raja Singam</ref>
[[Paṭṭiṉappālai|Pattinapalai]], sebuah puisi Tamil pada abad ke-2 M, menggambarkan barang-barang dari [[Kedah Tua|Kadaram]] yang ditumpuk di jalanan lebar ibukota Chola. Sebuah drama India pada abad ke-7, ''Kaumudhimahotsva'', menyebut Kedah sebagai Kataha-nagari. ''Agnipurana'' juga menyebutkan sebuah wilayah yang dikenal sebagai Anda-Kataha dengan salah satu batasnya dibatasi oleh sebuah puncak. Para sarjana meyakini bahwa puncak tersebut adalah [[Gunung Jerai]]. Kisah-kisah dari ''Katasaritasagaram'' menggambarkan kehidupan yang anggun di Kataha. Kerajaan Buddha, yaitu [[Kerajaan Nakhon Si Thammarat|Kerajaan Ligor]] mengambil alih Kedah tak lama setelah itu. Raja [[Chandrabhanu]] menggunakannya sebagai pangkalan untuk menyerang [[Sri Lanka]] pada abad ke-11, dan memerintah bagian utara; peristiwa tersebut tercatat dalam prasasti batu di Nagapattinum, tepatnya di [[Tamil Nadu]], dan dalam kronik Sri Lanka, ''[[Mahawamsa]]''.{{Citation needed|date=April 2022}}
==== Kemunduran dan pembubaran Sriwijaya ====
Kadang kala, kerajaan Khmer, kerajaan Siam, dan bahkan kerajaan Chola mencoba menguasai negara-negara Melayu yang lebih kecil.<ref name="Marshall" /> Kekuasaan Sriwijaya mulai menurun sejak abad ke-12 karena hubungan antara ibukota, dan pengikutnya terputus. Peperangan dengan Jawa menyebabkan Sriwijaya meminta bantuan dari Tiongkok, dan peperangan dengan negara-negara India juga dicurigai. Pada abad ke-11, pusat kekuasaan bergeser ke [[Kerajaan Melayu|Malayu]], sebuah pelabuhan yang mungkin letaknya lebih jauh di pesisir Sumatra dekat [[Batang Hari|Sungai Jambi]].<ref name="History" /> Kekuasaan Maharaja Buddha tersebut semakin menurun oleh [[Penyebaran Islam di Nusantara|penyebaran Islam]]. Daerah-daerah yang masuk Islam lebih awal, seperti Aceh, memisahkan diri dari kekuasaan Sriwijaya. Pada akhir abad ke-13, raja-raja Siam dari [[Kerajaan Sukhothai]] telah menguasai sebagian besar Malaya di bawah kekuasaan mereka. Pada abad ke-14, kerajaan [[Majapahit]] menguasai semenanjung tersebut.<ref name="state.gov" />
Penggalian yang dilakukan oleh Tom Harrisson pada tahun 1949 menemukan serangkaian keramik Tiongkok di [[Gunung Santubong|Santubong]] (dekat [[Kuching]]) yang berasal dari dinasti [[Dinasti Tang|Tang]] dan [[Dinasti Song|Song]]. Ada kemungkinan bahwa Santubong adalah pelabuhan penting di Sarawak selama periode tersebut, tetapi kepentingannya menurun selama [[Dinasti Yuan]], dan pelabuhan tersebut kosong selama [[Dinasti Ming]].<ref>{{cite book|last1=Zheng|first1=Dekun|title=Studies in Chinese Archeology|date=1 January 1982|publisher=[[The Chinese University Press]]|isbn=978-962-201-261-5|pages=49, 50|url=https://books.google.com/books?id=fLL5BQj9Xf0C&pg=PA49|access-date=29 Desember 2015|quote=In case of Santubong, its association with T'ang and Sung porcelain would necessary provide a date of about 8th – 13th century A.D.}}</ref> Situs arkeologi lainnya di Sarawak dapat ditemukan di dalam distrik [[Kapit]], Song, Serian, dan Bau di Sarawak.<ref>{{cite web|title=Archeology|url=http://www.museum.sarawak.gov.my/index.php/en/collection/archaeology|publisher=Sarawak Muzium Department|access-date=28 Desember 2015|archive-url=https://archive.today/20151012223113/http://www.museum.sarawak.gov.my/index.php/en/collection/archaeology|archive-date=12 Oktober 2015}}</ref>
Menurut [[Sulalatus Salatin|Sejarah Melayu]], seorang penguasa baru bernama [[Sang Sapurba]] dipromosikan sebagai mandala Sriwijaya yang baru. Konon, setelah naik tahta ke [[Bukit Seguntang]] bersama kedua adik laki-lakinya, Sang Sapurba mengadakan perjanjian suci dengan Demang Lebar Daun, penguasa asli Palembang.<ref>{{harvnb|Sabrizain|p=[http://www.sabrizain.org/malaya/melaka2.htm The Tuah Legend]}}</ref> Penguasa yang baru dilantik tersebut kemudian turun dari bukit Seguntang ke dataran besar [[Sungai Musi]], di mana ia menikahi Wan Sendari, putri dari kepala daerah, Demang Lebar Daun. Sang Sapurba dikatakan pernah memerintah di [[Dataran Tinggi Minangkabau|tanah Minangkabau]].
Pada tahun 1324, pangeran Sriwijaya yang bernama [[Sang Nila Utama]] mendirikan [[Kerajaan Singapura]] (Temasek). Menurut tradisi, Sang Nila Utama memiliki hubungan dengan Sang Sapurba. Sang Nila Utama memegang kendali atas Temasek selama 48 tahun. Sang Nila Utama diakui sebagai penguasa atas Temasek oleh utusan Kaisar Tiongkok pada sekitar tahun 1366. Ia kemudian digantikan oleh putranya, Paduka Sri Pekerma Wira Diraja (1372–1386), dan kemudian oleh cucunya, Paduka Seri Rana Wira Kerma (1386–1399). Pada tahun 1401, penguasa terakhir, Paduka Sri Maharaja [[Parameswara]], diusir dari Temasek oleh pasukan dari Majapahit atau [[Kerajaan Ayutthaya|Ayutthaya]]. Ia kemudian menuju ke utara, dan mendirikan [[Kesultanan Melaka|Kesultanan Malaka]] pada tahun 1402.<ref name="Coedes">{{cite book|last=Coedès|first=George|author-link=George Coedès|editor=Walter F. Vella|others=trans.Susan Brown Cowing|title=The Indianized States of Southeast Asia|year=1968|publisher=University of Hawaii Press|isbn=978-0-8248-0368-1}}</ref>{{rp|245–246}} Kesultanan Malaka berhasil menggantikan Kerajaan Sriwijaya sebagai entitas politik Melayu di Nusantara.<ref>{{cite book |last=Alexanderll |first=James |title=Malaysia Brunei & Singapore |url=https://archive.org/details/malaysiabruneisi0000alex_1ed |publisher=[[New Holland Publishers]] |date=September 2006 |page=[https://archive.org/details/malaysiabruneisi0000alex_1ed/page/8 8] |isbn=978-1-86011-309-3}}</ref><ref>{{cite encyclopedia |title=South and Southeast Asia, 500 – 1500 |encyclopedia=The Encyclopedia of World History |volume=1 |page=138 |publisher=[[Houghton Mifflin Harcourt]] |year=2001}}</ref>
== Kebangkitan negara-negara Muslim ==
[[File:KlMuseumBatuBersurat.jpg|thumb|Catatan paling awal tentang hukum lokal yang dipengaruhi oleh ajaran Islam, dan ditulis dalam aksara [[Abjad Jawi|Jawi]]. [[Prasasti Terengganu|Monumen batu]] ini ditemukan di [[Terengganu]]|293x293px]]
[[Islam]] masuk ke [[Kepulauan Melayu]] melalui para pedagang Arab dan India pada abad ke-13, dan sekaligus mengakhiri zaman Hindu-Buddha.<ref name="Bosworth2007">{{cite book|author=C. Edmund Bosworth|title=Historic Cities of the Islamic World|url=https://books.google.com/books?id=CgawCQAAQBAJ&pg=PA314|date=26 Desember 2007|publisher=BRILL|isbn=978-90-474-2383-6|page=314}}</ref> Islam tiba di wilayah tersebut secara bertahap, dan menjadi agama para elit setempat sebelum menyebar ke rakyat jelata. Bentuk [[Sinkretisme|sinkretis]] Islam di Malaysia dipengaruhi oleh agama-agama sebelumnya, dan pada mulanya tidak ortodoks.<ref name="Marshall" />
=== Kesultanan Malaka ===
==== Pembentukan ====
Pelabuhan [[Melaka|Malaka]] di pesisir barat Semenanjung Malaya didirikan pada tahun 1400 oleh [[Parameswara]], seorang pangeran Sriwijaya yang melarikan diri dari [[Temasek]] (sekarang Singapura).<ref name="Marshall" /> Parameswara secara khusus berlayar ke Temasek untuk menghindari penganiayaan. Di sana, ia berada di bawah perlindungan Temagi, seorang kepala suku Melayu dari Patani, yang diangkat oleh raja [[Kerajaan Ayutthaya|Siam]] sebagai bupati Temasek. Dalam beberapa hari, Parameswara membunuh Temagi, dan mengangkat dirinya sendiri menjadi bupati. Sekitar lima tahun kemudian, ia terpaksa harus meninggalkan Temasek karena ancaman dari Siam. Selama periode ini, armada Jawa dari Majapahit menyerang Temasek.{{Citation needed|date=Desember 2018}}
Parameswara menuju ke utara untuk menemukan pemukiman baru. Di [[Muar]], Parameswara mempertimbangkan untuk menempatkan kerajaan barunya di Biawak Busuk atau di Kota Buruk. Menemukan bahwa lokasi Muar tidak sesuai, ia melanjutkan perjalanannya ke utara. Sepanjang jalan, ia dilaporkan mengunjungi Sening Ujong (nama sebelumnya dari Sungai Ujong sekarang) sebelum mencapai sebuah desa nelayan di muara Sungai Bertam (nama sebelumnya dari Sungai Melaka), dan mendirikan apa yang akan menjadi [[Kesultanan Melaka|Kesultanan Malaka]]. Seiring waktu, kesultanan ini berkembang menjadi [[Kota Melaka|Kota Malaka]] modern. Menurut ''[[Sulalatus Salatin|Sejarah Melayu]]'', di tempat ini, Parameswara melihat seekor [[Tragulidae|kancil]] sedang mengecoh seekor anjing yang sedang beristirahat di bawah [[Malaka (pohon)|pohon Malaka]]. Mengambil ini sebagai pertanda baik, ia memutuskan untuk mendirikan sebuah kerajaan bernama [[Melaka|Malaka]]. Ia kemudian membangun, dan meningkatkan fasilitas untuk perdagangan. Kesultanan Malaka secara umum dianggap sebagai negara merdeka pertama di semenanjung.<ref name="BBCchinesediaspora">{{Cite news|first=Jonathan |last=Kent |title=Chinese diaspora: Malaysia |date=3 Maret 2005 |url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/4308241.stm |publisher=[[BBC News]] |access-date=21 September 2010}}</ref>
[[File:Melaka Malaysia Monument-of-Admiral-Zheng-He-01.jpg|thumb|Monumen [[Cheng Ho]] sekarang yang menandai persinggahannya di Kota Malaka<ref name="zheng he" />]]
Pada tahun 1404, utusan [[Pelayaran Cheng Ho ke Samudra Barat|perdagangan resmi Tiongkok pertama yang dipimpin oleh Laksamana Yin Qing]] tiba di Malaka. Kemudian, Parameswara dikawal oleh [[Cheng Ho]], dan utusan lainnya dalam kunjungannya yang sukses. Hubungan Malaka dan [[Dinasti Ming|Ming]] membuat Ming akhirnya memberikan perlindungan kepada Malaka dari serangan [[Thailand|Siam]] dan [[Majapahit]], dan Malaka secara resmi diserahkan sebagai [[protektorat]] [[Dinasti Ming|Ming Tiongkok]]. Hal ini mendorong berkembangnya Malaka menjadi pemukiman perdagangan utama di jalur perdagangan antara Tiongkok dan [[India]], Timur Tengah, Afrika, serta Eropa.<ref>{{harvnb|Wade|2005|p=[http://www.epress.nus.edu.sg/msl/entry/1730?hl=Malacca]}}</ref> Untuk mencegah Kesultanan Malaka jatuh ke tangan Siam dan Majapahit, Parameswara menjalin hubungan dengan [[Dinasti Ming]] dari Tiongkok untuk perlindungan.<ref name="SK2011">{{cite book|author=Lim SK|title=Asia Civilizations: Ancient to 1800 AD|url=https://books.google.com/books?id=E4P1AgAAQBAJ&pg=PA153|date=1 November 2011|publisher=Asiapac Books Pte Ltd|isbn=978-981-229-594-1|page=153}}</ref><ref name="Shin2012">{{cite book|author=Wong Hui Shin|title=Sunshine Little Kitchen|url=https://books.google.com/books?id=lrqv2Eu0LOAC&pg=PA49|date=20 Juni 2012|publisher=AuthorHouse|isbn=978-1-4772-1460-2|page=49}}</ref> Menyusul terjalinnya hubungan ini, kemakmuran entrepôt Malaka kemudian dicatat oleh pengunjung pertama dari Tiongkok, [[Ma Huan]], yang sedang melakukan perjalanan bersama Laksamana [[Cheng Ho]].<ref name="zheng he">{{cite book|title=Zheng He's Voyages Down the Western Seas|url=https://books.google.com/books?id=QmpkR6l5MaMC&pg=PA58|year=2005|publisher=五洲传播出版社|isbn=978-7-5085-0708-8|page=58}}</ref><ref name="Freeman2003">{{cite book|author=Donald B. Freeman|title=Straits of Malacca: Gateway Or Gauntlet?|url=https://books.google.com/books?id=CaiaOeNMg14C&pg=PA127|date=17 April 2003|publisher=McGill-Queen's Press – MQUP|isbn=978-0-7735-2515-3|page=127}}</ref> Di Malaka pada awal abad ke-15, [[Dinasti Ming|Ming Tiongkok]] secara aktif berusaha mengembangkan pusat komersial, dan basis operasi untuk [[Pelayaran Cheng Ho ke Samudra Barat|pelayaran harta karun mereka ke Samudra Hindia]].<ref name=se16-615 /> Pada awalnya, Malaka merupakan wilayah yang relatif tidak penting, bahkan tidak memenuhi syarat sebagai pemerintahan sebelum pelayaran mereka menurut [[Ma Huan]] dan [[Fei Xin]], dan merupakan wilayah bawahan [[Thailand|Siam]].<ref name=se16-615>{{cite journal |last1=Sen |first1=Tansen |title=The Impact of Zheng He's Expeditions on Indian Ocean Interactions |journal=Bulletin of the School of Oriental and African Studies |date=2016 |volume=79 |issue=3 |pages=615–621|doi=10.1017/S0041977X16001038}}</ref> Pada tahun 1405, istana Ming mengirim Laksamana [[Cheng Ho]] dengan sebuah lempengan batu yang dihiasi Gunung Bagian Barat Malaka, serta perintah kekaisaran untuk mengangkat status pelabuhan tersebut menjadi sebuah negara.<ref name=se16-615 /> Tiongkok juga mendirikan depot pemerintah (官廠), sebagai benteng pertahanan bagi prajurit mereka.<ref name=se16-615 /> Ma Huan melaporkan bahwa Siam tidak berani menginvasi Malaka setelahnya.<ref name=se16-615 /> Para penguasa Malaka, seperti Parameswara pada tahun 1411, akan membayar upeti kepada kaisar Tiongkok secara langsung.<ref name=se16-615 />
Kaisar [[Dinasti Ming]] Tiongkok mengirimkan armada kapalnya untuk memperluas perdagangan. Laksamana Cheng Ho memanggil di Malaka, dan membawa Parameswara bersamanya sekembalinya ke Tiongkok, dan mengakui posisi Parameswara sebagai penguasa Malaka yang sah. Sebagai imbalan atas upeti regulernya, kaisar Tiongkok menawarkan perlindungan Malaka dari ancaman serangan dari Siam yang konstan. Karena letaknya yang strategis, Malaka menjadi tempat pemberhentian penting bagi armada [[Cheng Ho]].<ref>{{cite book|last=Jin|first=Shaoqing|title=Zheng He's voyages down the western seas|editor=Office of the People's Government of Fujian Province|publisher=China Intercontinental Press|location=Fujian, China|year=2005|page=58|url=https://books.google.com/books?id=QmpkR6l5MaMC&q=zheng%20he%20mansur%20shah&pg=PA58|access-date=2 Agustus 2009 | isbn=978-7-5085-0708-8}}</ref> Karena keterlibatan Tiongkok, Malaka telah tumbuh sebagai alternatif utama bagi pelabuhan-pelabuhan penting lainnya.{{refn|group=lower-alpha|Pelabuhan utama di wilayah masing-masing termasuk Palembang di Selat Malaka, Kalikut di pesisir Malabar, dan Mombasa di Pesisir Swahili<ref name=se16-615 />}} Orang Tionghoa dan India yang menetap di Semenanjung Malaya sebelum dan selama periode ini adalah leluhur dari komunitas [[Orang Peranakan|Baba-Nyonya]] dan Chitty saat ini. Menurut satu teori, Parameswara menjadi seorang Muslim ketika ia menikahi seorang Putri Pasai, dan dia mengambil gelar Persia "Syah", dan menyebut dirinya sebagai Iskandar Syah.<ref name="Shin2012" /> Kronik Tiongkok menyebutkan bahwa pada tahun 1414, putra penguasa pertama Malaka mengunjungi kaisar [[Dinasti Ming|Ming]] untuk memberi tahu mereka bahwa ayahnya telah meninggal. Putra Parameswara kemudian secara resmi diakui sebagai penguasa kedua Malaka oleh Kaisar Tiongkok, dan bergelar Raja Sri Rama Vikrama, Raja Parameswara dari Temasek dan Malaka, dan ia dikenal oleh rakyat Muslimnya sebagai Sultan Sri Iskandar Zulkarnain Syah ([[Megat Iskandar Syah dari Melaka|Megat Iskandar Syah]]). Ia memerintah Malaka dari tahun 1414 hingga 1424.<ref>{{cite book|author=Nicole Revel|title=Songs of Memory in Islands of Southeast Asia|url=https://books.google.com/books?id=FfgwBwAAQBAJ&pg=PA296|date=17 September 2013|publisher=Cambridge Scholars Publishing|isbn=978-1-4438-5280-7|page=296}}</ref> Melalui pengaruh Muslim India, dan juga pada tingkat yang lebih rendah, yaitu [[Suku Hui|orang Hui]] dari Tiongkok, Islam menjadi semakin umum selama abad ke-15.
==== Kebangkitan Malaka ====
[[File:Malacca Sultanate en.svg|thumb|Luasnya [[Kesultanan Malaka]] pada abad ke-15 menjadi titik utama penyebaran [[Islam]] di [[Kepulauan Melayu]]]]
Setelah awalnya membayar upeti kepada [[Kerajaan Ayutthaya|Ayutthaya]],<ref name="Marshall" /> kerajaan dengan cepat mengambil alih tempat yang sebelumnya dipegang oleh Sriwijaya, membangun hubungan independen dengan Tiongkok, dan memanfaatkan posisinya yang mendominasi Selat untuk mengendalikan perdagangan maritim Tiongkok-India, yang menjadi semakin penting ketika penaklukan [[Suku Mongol|Mongol]] menutup rute darat antara Tiongkok dengan barat.
Dalam beberapa tahun berdirinya, Malaka secara resmi memeluk Islam. Parameswara kemudian menjadi seorang Muslim, dan karena Malaka berada di bawah pemerintahan seorang pangeran Muslim, maka konversi orang Melayu ke Islam meningkat pesat pada abad ke-15.<ref name="state.gov">{{cite web|url=https://2009-2017.state.gov/r/pa/ei/bgn/2777.htm |title=Malaysia |publisher=State.gov |date=14 July 2010 |access-date=14 September 2010}}</ref> Kekuatan politik Kesultanan Malaka membantu penyebaran Islam meningkat pesat ke seluruh Nusantara. Malaka merupakan pusat perdagangan dan komersial yang penting selama periode ini, dan mampu menarik perdagangan dari seluruh wilayah.<ref name="state.gov" /> Pada awal abad ke-16, dengan Kesultanan Malaka di [[Semenanjung Malaka|semenanjung Malaya]] dan sebagian [[Sumatra]],<ref>{{cite encyclopedia|url=https://www.britannica.com/EBchecked/topic/359413/sultanate-of-Malacca|title=Sultanate of Malacca|encyclopedia=Britannica.com|year=2011|access-date=8 Oktober 2015}}</ref> [[Kesultanan Demak]] di [[Jawa]],<ref>{{cite encyclopedia |url=https://www.britannica.com/EBchecked/topic/156911/Demak |title=Demak |encyclopedia=Britannica.com|year=2011|access-date=8 Oktober 2015}}</ref> dan kerajaan-kerajaan lain di sekitar Kepulauan Melayu telah masuk Islam.<ref>Anthony Reid, "Islamization and Christianization in Southeast Asia: the Critical Phase, 1550–1650". In ''Southeast Asia in the Early Modern Era: Trade, Power, and Belief'', ed. Anthony Reid. Ithaca, NY: Cornell University Press, pp.151–79</ref> Islam telah menjadi agama dominan di kalangan orang Melayu, dan Islam akhirnya juga telah mencapai wilayah apa yang sekarang disebut Filipina, sehingga meninggalkan [[Bali]] sebagai satu-satunya pulau yang beragama [[Agama Hindu|Hindu]] hingga kini. Pemerintahan Malaka didasarkan pada [[Feodalisme|sistem feodal]].<ref name="varous theories2">{{cite web |title=Dokumen Gazetir (Perak Darul Ridzuan – Sejarah) |trans-title=Gazette Document (Perak Darul Ridzuan – History) |url=http://mygeoname.mygeoportal.gov.my/exportpdf00.jsp?kodnegeri=08 |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20190909074614/http://mygeoname.mygeoportal.gov.my/exportpdf00.jsp?kodnegeri=08 |archive-date=9 September 2019 |access-date=9 September 2019 |publisher=Geographical Names Database of Malaysia |language=ms}}</ref>
Pemerintahan Malaka berlangsung sedikit lebih dari satu abad, tetapi selama periode ini, Malaka telah menjadi pusat mapan budaya Melayu. Sebagian besar negara Melayu di masa depan berasal dari periode ini.<ref name="Bosworth2007" /> Malaka akhirnya menjadi pusat budaya, dan menciptakan matriks budaya Melayu modern: perpaduan unsur-unsur Melayu asli dengan budaya India, Tiongkok, serta Islam. Busana Malaka dalam sastra, seni, musik, tarian, dan pakaian, serta hiasan gelar istana kerajaannya, mulai dilihat sebagai standar bagi semua etnis Melayu. Istana Malaka juga memberikan prestise besar kepada [[bahasa Melayu]], yang pada awalnya berkembang di Sumatra, dan dibawa ke Malaka pada saat pendiriannya. Belakangan ini, bahasa Melayu telah menjadi [[bahasa resmi]] semua negara bagian Malaysia, meskipun bahasa lokal masih bertahan di banyak tempat. Setelah kejatuhan Malaka, [[Kekaisaran Brunei|Kesultanan Brunei]] kemudian menjadi pusat utama agama Islam.<ref>{{cite book|author1=P. M. Holt|author2=Ann K. S. Lambton|author3=Bernard Lewis|title=The Cambridge History of Islam|url=https://books.google.com/books?id=y99jTbxNbSAC&pg=PA129 |date=21 April 1977|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-29137-8|page=129}}</ref><ref name="AndayaAndaya2015">{{cite book|author1=Barbara Watson Andaya|author2=Leonard Y. Andaya|title=A History of Early Modern Southeast Asia, 1400–1830|url=https://books.google.com/books?id=0Rh2BgAAQBAJ&pg=PA159|date=19 Februari 2015|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-88992-6|page=159}}</ref>
==Transformasi Malaysia setelah kemerdekaan==
Sejak kemerdekaannya dari Inggris pada 31 Agustus 1957, Malaysia telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan. Di bawah kepemimpinan [[Tunku Abdul Rahman]], yang dikenal sebagai "Bapak Kemerdekaan," Malaysia mencapai kemerdekaannya dan kemudian membentuk Federasi Malaysia pada tahun 1963 dengan menggabungkan Malaya, [[Sabah]], [[Sarawak]], dan [[Singapura]] (yang keluar pada tahun 1965).
Selama tahun-tahun awal kemerdekaan, Malaysia fokus pada pembangunan ekonomi dan infrastruktur. Pada tahun 1981, [[Mahathir Mohamad]] menjadi Perdana Menteri dan membawa era baru modernisasi dan industrialisasi. Di bawah kepemimpinannya, Malaysia bertransformasi dari negara agraris menjadi salah satu kekuatan ekonomi utama di [[Asia Tenggara]]. Salah satu simbol paling menonjol dari pembangunan era ini adalah [[Menara Kembar Petronas]] di [[Kuala Lumpur]], yang selesai dibangun pada tahun 1998. Menara ini menjadi ikon kemajuan Malaysia dan salah satu bangunan tertinggi di dunia pada saat itu. Mahathir menjabat hingga tahun 2003 dan kembali sebagai Perdana Menteri dari tahun 2018 hingga 2020, terus mendorong kemajuan ekonomi dan pembangunan infrastruktur.
Sejak itu, Malaysia terus berkembang dengan fokus pada diversifikasi ekonomi, pembangunan teknologi, dan peningkatan kualitas hidup rakyatnya. Meskipun menghadapi tantangan politik dan ekonomi, negara ini tetap menjadi pemain penting di kawasan Asia Tenggara.
== Catatan ==
{{notelist}}
== Referensi ==
|