Gunung Ceremai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
 
(163 revisi perantara oleh 99 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{distinguish|Ceremai|Buah Ceremai}}
[[Gambar:Ciremai 040906 021_resize.jpg|thumb|Gunung Ciremai dari arah Cigugur, Kuningan]]'''Gunung Ciremai''' (Ceremai, Cereme, Cerme, Careme) secara administratif termasuk ke dalam wilayah tiga kabupaten, yakni [[Kabupaten Cirebon]], [[Kabupaten Kuningan]] dan [[Kabupaten Majalengka]], Propinsi [[Jawa Barat]]. [[Posisi geografis]] puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3078 m dpl (di atas permukaan laut).
{{untuk|layanan [[kereta api]] milik [[Kereta Api Indonesia|PT KAI]]|Kereta api Ciremai}}
{{untuk|layanan [[kapal penumpang]] milik [[Pelayaran Nasional Indonesia|PT Pelni]]|KM Ciremai}}
{{Infobox mountain
| name = Gunung Ceremai
| other_name = ''Mount Ceremai''
| photo = Gunung Ciremai sfw2503.jpg
| elevation_m = 3078
| elevation_ref = <ref name="gvp">{{cite gvp|vnum=0603-17=|name=Cereme}}</ref>
| prominence_m =
| prominence_ft =
| prominence_ref =
| parent_peak =
| listing = [[Ultra prominent peak|Ultra]]<br />[[Ribu]]
| location = [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]
| coordinates = {{coord|6.53|S|108.24|E|type:mountain}}
| map = Indonesia Java#Jawa Barat
| map_alt =
| map_caption =
| map_size =
| type = [[Stratovolcano]]
| volcanic_arc/belt = [[Busur Sunda]] / [[Sabuk alpida]]
| age =
| last_eruption = Maret [[1951]]
| first_ascent =
| easiest_route = Apuy
| normal_route = Palutungan<br />Linggarjati<br />Linggasana
<br />Sadarehe
}}
 
'''Gunung Ceremai''' (sering kali secara salah kaprah dinamakan '''Ciremai''', Latin: ''Gunung Ceremé'') adalah [[gunung berapi kerucut]] yang secara administratif termasuk dalam wilayah dua kabupaten, yakni [[Kabupaten Kuningan]] dan [[Kabupaten Majalengka]], Provinsi [[Jawa Barat]]. Posisi geografis puncaknya terletak pada kordinat 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut. Gunung Ceremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat.
Gunung ini memiliki [[kawah]] ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.
 
Gunung ini memiliki [[kawah]] ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 mdpl di lereng selatan, terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.
Kini G. Ciremai termasuk ke dalam kawasan (calon) Taman Nasional Gunung Ciremai, yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare.
 
Kini, Gunung Ceremai termasuk ke dalam kawasan [[Taman Nasional Gunung Ciremai]] (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektar.
==Vulkanologi dan Geologi==
 
Nama gunung ini berasal dari kata [[cereme]] (''Phyllanthus acidus'', sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rasa masam), namun sering kali disebut '''Ciremai''', suatu gejala [[hiperkorek]] akibat banyaknya nama tempat di wilayah [[Pasundan]] yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat.
Gunung Ciremai termasuk gunungapi Kuarter aktif, tipe A (yakni, [[gunungapi]] magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk strato. Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan dari kelompok gunungapi Jawa Barat bagian timur (yakni deretan [[gunung Galunggung]], [[Gunung Guntur]], [[Gunung Papandayan]], [[Gunung Patuha]] hingga [[Gunung Tangkubanparahu]]) yang terletak pada Zona Bandung.
 
== Vulkanologi dan geologi ==
Ciremai merupakan gunungapi generasi ketiga. Generasi pertama ialah suatu gunungapi Plistosen yang terletak di sebelah G. Ciremai, sebagai lanjutan vulkanisma Plio-Plistosen di atas batuan Tersier. Vulkanisma generasi kedua adalah Gunung Gegerhalang, yang sebelum runtuh membentuk [[Kaldera]] Gegerhalang. Dan vulkanisma generasi ketiga pada kala Holosen berupa G. Ciremai yang tumbuh di sisi utara Kaldera Gegerhalang, yang diperkirakan terjadi pada sekitar 7000 tahun yang lalu (Situmorang 1991).
Gunung Ceremai termasuk gunungapi Kuarter aktif, tipe A (yakni, [[gunung berapi|gunungapi]] magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk [[Stratovolcano|strato]]. Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan dari kelompok gunungapi Jawa Barat bagian timur (yakni deretan [[Gunung Galunggung]], [[Gunung Guntur]], [[Papandayan|Gunung Papandayan]], [[Gunung Patuha]] hingga [[Tangkuban Perahu|Gunung Tangkuban Perahu]]) yang terletak pada Zona Bandung.
 
Ceremai merupakan gunungapi generasi ketiga. Generasi pertama ialah suatu gunungapi Plistosen yang terletak di sebelah G. Ceremai, sebagai lanjutan vulkanisma Plio-Plistosen di atas batuan Tersier. Vulkanisma generasi kedua adalah Gunung Gegerhalang, yang sebelum runtuh membentuk [[Gunung berapi|Kaldera]] Gegerhalang. Dan vulkanisma generasi ketiga pada kala Holosen berupa G. Ceremai yang tumbuh di sisi utara Kaldera Gegerhalang, yang diperkirakan terjadi pada sekitar 7.000 tahun yang lalu (Situmorang 1991).
Letusan G. Ciremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Letusan uap belerang serta tembusan [[fumarola]] baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi letusan freatik di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas 52,500 km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah baratdaya G. Ciremai, yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara – baratlaut. Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G. Ciremai terjadi tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga Desa Cilimus di timur G. Ciremai.
 
Letusan G. Ceremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 dengan selang waktu istirahat terpendek 3 tahun dan terpanjang 112 tahun. Tiga letusan 1772, 1775 dan 1805 terjadi di kawah pusat tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Letusan uap belerang serta tembusan [[fumarola]] baru di dinding kawah pusat terjadi tahun 1917 dan 1924. Pada 24 Juni 1937 – 7 Januari 1938 terjadi letusan freatik di kawah pusat dan celah radial. Sebaran abu mencapai daerah seluas 52,500&nbsp;km bujursangkar (Kusumadinata, 1971). Pada tahun 1947, 1955 dan 1973 terjadi gempa tektonik yang melanda daerah barat daya G. Ciremai, yang diduga berkaitan dengan struktur sesar berarah tenggara – barat laut. Kejadian gempa yang merusak sejumlah bangunan di daerah Maja dan Talaga sebelah barat G. Ceremai terjadi tahun 1990 dan tahun 2001. Getarannya terasa hingga Desa Cilimus di timur G. Ceremai.
==Jalur Pendakian==
 
== Jalur pendakian ==
Puncak gunung Ciremai dapat dicapai melalui banyak jalur pendakian. Akan tetapi yang populer dan mudah diakses adalah melalui Desa Palutungan dan Desa Linggarjati di Kab. Kuningan, dan Desa Apuy di Kab. Majalengka. Satu lagi jalur pendakian yang jarang digunakan ialah melalui Desa Padabeunghar di perbatasan Kuningan dengan Majalengka di utara. Di kota Kuningan terdapat kelompok pecinta alam "Akar" yang dapat membantu menyediakan berbagai informasi dan pemanduan mengenai pendakian Gunung Ciremai.
Puncak gunung Ceremai dapat dicapai melalui banyak jalur pendakian. Jalur pendakian tersebut meliputi Desa Palutungan dan Desa Linggarjati di Kab. Kuningan, dan Desa Apuy di Kab. Majalengka. Ada satu jalur pendakian baru yaitu melalui Desa Linggasana di Kec. Cilimus, Kab. Kuningan. Jalur di Desa Linggasana yang dibuka tahun 2010 juga mudah diakses karena masih satu trayek jalan raya dengan jalur di Desa Linggarjati. Jalur pendakian lain ialah melalui Desa Padabeunghar di perbatasan Kuningan dengan Majalengka di utara. Di kota Kuningan terdapat kelompok pecinta alam "AKAR" (Anak Kuningan Alam Rimba) dan Gema Jabar Hejo (Gerakan Masyarakat Jawa Barat Hejo) yang dapat membantu menyediakan berbagai informasi dan pemanduan mengenai pendakian Gunung Ceremai.
 
== Keanekaragaman Hayatihayati ==
=== Vegetasi ===
[[Hutan]]-hutan yang masih alami di Gunung Ceremai tinggal lagi di bagian atas. Di sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu dikelola sebagai kawasan [[hutan produksi]] Perum Perhutani, hutan-hutan ini telah diubah menjadi hutan pinus (''Pinus merkusii''), atau [[semak belukar]], yang terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan. Kini, sebagian besar hutan-hutan di bawah ketinggian 500 mdpl. dikelola dalam bentuk [[wanatani]] (''agroforest'') oleh masyarakat setempat.
 
Sebagaimana lazimnya di pegunungan di Jawa, semakin seseorang mendaki ke atas di Gunung Ciremai ini dijumpai berturut-turut tipe-tipe [[hutan pegunungan bawah]] (''submontane forest''), [[hutan pegunungan atas]] (''montane forest'') dan [[hutan subalpin]] (''subalpine forest''), dan kemudian wilayah-wilayah terbuka tak berpohon di sekitar puncak dan kawah.
===Vegetasi===
 
Lebih jauh, berdasarkan keadaan iklim mikronya, LIPI (2001) membedakan lingkungan Ciremai atas dataran tinggi basah dan dataran tinggi kering. Sebagai contoh, hutan di wilayah Resort Cigugur (jalur Palutungan, bagian selatan gunung) termasuk beriklim mikro basah, dan di Resort Setianegara (sebelah utara jalur Linggarjati) beriklim mikro kering.
[[Hutan]]-hutan yang masih alami di Gunung Ciremai tinggal lagi di bagian atas. Di sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu dikelola sebagai kawasan [[hutan produksi]] Perum Perhutani, hutan-hutan ini telah diubah menjadi hutan pinus (''Pinus merkusii''), atau [[semak belukar]], yang terbentuk akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan. Kini, sebagian besar hutan-hutan di bawah ketinggian … m dpl. dikelola dalam bentuk [[wanatani]] (''agroforest'') oleh masyarakat setempat.
 
Secara umum, jalur-jalur pendakian Palutungan (di bagian selatan Gunung Ciremai), Apuy (barat), Linggasana dan Linggarjati (timur) berturut-turut dari bawah ke atas akan melalui lahan-lahan permukiman, ladang dan kebun milik penduduk, hutan tanaman pinus bercampur dengan ladang garapan dalam wilayah hutan ([[tumpangsari]]), dan terakhir hutan hujan pegunungan. Sedangkan di jalur Padabeunghar (utara) vegetasi itu ditambah dengan semak belukar yang berasosiasi dengan padang ilalang. Pada keempat jalur pendakian, hutan hujan pegunungannya dapat dibedakan lagi atas tiga tipe yaitu hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan atas dan vegetasi subalpin di sekitar kawah. Kecuali vegetasi subalpin yang diduga telah terganggu oleh kebakaran, hutan-hutan hujan pegunungan ini kondisinya masih relatif utuh, hijau dan menampakkan stratifikasi tajuk yang cukup jelas.
Sebagaimana lazimnya di pegunungan di Jawa, semakin kita mendaki ke atas di Gunung Ciremai ini dijumpai berturut-turut tipe-tipe [[hutan pegunungan bawah]] (''submontane forest''), [[hutan pegunungan atas]] (''montane forest'') dan [[hutan subalpin]] (''subalpine forest''), dan kemudian wilayah-wilayah terbuka tak berpohon di sekitar puncak dan kawah.
 
=== Margasatwa ===
Lebih jauh, berdasarkan keadaan iklim mikronya, LIPI (2001) membedakan lingkungan Ciremai atas dataran tinggi basah dan dataran tinggi kering. Sebagai contoh, hutan di wilayah Resort Cigugur (jalur Palutungan, bagian selatan gunung) termasuk beriklim mikro basah, dan di Resort Setianegara (sebelah utara jalur Linggarjati) beriklim mikro kering.
Keanekaragaman satwa di Ceremai cukup tinggi. Penelitian kelompok [[pecinta alam]] [[Lawalata IPB]] di bulan April 2005 mendapatkan 12 spesies [[amfibia]] ([[kodok|kodok dan katak]]), berbagai jenis [[reptil]] seperti [[bunglon]], [[cecak]], [[kadal]] dan [[ular]], lebih dari 95 spesies [[burung]], dan lebih dari 20 spesies [[mamalia]].
 
Beberapa jenis satwa tersebut, di antaranya:
Secara umum, jalur-jalur pendakian Palutungan (di bagian selatan Gunung Ciremai), Apuy (barat), dan Linggarjati (timur) berturut-turut dari bawah ke atas akan melalui lahan-lahan pemukiman, ladang dan kebun milik penduduk, hutan tanaman pinus bercampur dengan ladang garapan dalam wilayah hutan ([[tumpangsari]]), dan terakhir hutan hujan pegunungan. Sedangkan di jalur Padabeunghar (utara) vegetasi itu ditambah dengan semak belukar yang berasosiasi dengan padang ilalang. Pada keempat jalur pendakian, hutan hujan pegunungannya dapat dibedakan lagi atas tiga tipe yaitu hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan atas dan vegetasi subalpin di sekitar kawah. Kecuali vegetasi subalpin yang diduga telah terganggu oleh kebakaran, hutan-hutan hujan pegunungan ini kondisinya masih relatif utuh, hijau dan menampakkan stratifikasi tajuk yang cukup jelas.
* [[Bangkong bertanduk]] (''Megophrys montana'')
* [[Percil Jawa]] (''Microhyla achatina'')
* [[Kongkang Jangkrik]] (''Rana Nicobariensis'')
* [[Kongkang kolam]] (''Rana chalconota'')
* [[Katak-pohon Emas]] (''Philautus aurifasciatus'')
* [[Bunglon Hutan]] (''Gonocephalus chamaeleontinus'')
* [[Cecak Batu]] (''Cyrtodactylus'' sp.)
* [[Elang hitam]] (''Ictinaetus malayensis'')
* [[Elang Brontok]] (''Spizaetus cirrhatus'')
* [[Elang Jawa]] (''Spizaetus bartelsi'')
* [[Puyuh-gonggong Jawa]] (''Arborophila javanica'')
* [[Walet Gunung]] (''Collocalia vulcanorum'') [masih perlu dikonfirmasi]
* [[Takur Bultok]] (''Megalaima lineata'')
* [[Takur Tulung-tumpuk]] (''Megalaima javensis'')
* [[Berencet Kerdil]] (''Pnoepyga pusilla'')
* [[Anis Gunung]] (''Turdus poliochepalus'')
* [[Tesia Jawa]] (''Tesia superciliaris'')
* [[Ceret Gunung]] (''Cettia vulcania'')
* [[Kipasan Ekor-merah]] (''Rhipidura phoenicura'')
* [[Burung-madu Gunung]] (''Aethopyga eximia'')
* [[Burung-madu Jawa]] (''Aethopyga mystacalis'')
* [[Kacamata Gunung]] (''Zosterops montanus'')
* [[Trenggiling biasa]] (''Manis javanica'')
* [[Tupai kekes]] (''Tupaia javanica'')
* [[Kukang]] (''Nycticebus coucang'')
* [[Surili jawa]] (''Presbytis comata'')
* [[Lutung budeng]] (''Trachypithecus auratus'')
* [[Ajag]] (''Cuon alpinus'')
* [[Telegu]] (''Mydaus javanensis'')
* [[Kucing Hutan]] (''Prionailurus bengalensis'')
* [[Macan Tutul]] (''Panthera pardus'')
* [[Kancil]] (''Tragulus javanicus'')
* [[Kijang]] (''Muntiacus muntjak'')
* [[Jelarang Hitam]] (''Ratufa bicolor'')
* [[Landak Jawa]] (''Hystrix javanica'')
 
===Margasatwa= Galeri ==
<gallery>
Berkas:Mount Cereme, Jatiwangi - Majalengka.jpg|Gunung Ceremai dari [[Loji, Jatiwangi, Majalengka|Desa Loji]], [[Jatiwangi, Majalengka|Kecamatan Jatiwangi]], [[Kabupaten Majalengka]]
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gezicht op een meer en de vulkaan Cereme oftewel Ciremai TMnr 60005195.jpg|Gunung Ceremai di awal abad ke-20. Foto koleksi Tropenmuseum Amsterdam.
Berkas:Kaki Gunung Ciremai.jpg|jmpl|200px|Gunung Ceremai dari [[Beber, Beber, Cirebon|Desa Beber]], [[Beber, Cirebon|Kecamatan Beber]], [[Kabupaten Cirebon]]
Berkas:Reynan-gunung cerme waryo.jpg|jmpl|200px|Gunung Ceremai dikala senja, diambil dari [[Banjarwangunan, Mundu, Cirebon|Banjar Wangunan]], [[kabupaten Cirebon]] pada 12 September 2019
Berkas:Shadow of Mount Ceremai.jpg|
Berkas:Gunung ceremai yang menjulang tinggi.jpg|
Berkas:Gunung Ceremai difoto ketika sore hari.jpg|
Berkas:Gunung Ceremai difoto sesudah turun hujan.jpg|
</gallery>
 
== Rujukan ==
Keanekaragaman satwa di Ciremai cukup tinggi. Penelitian kelompok [[pecinta alam]] [[Lawalata IPB]] di bulan April 2005 mendapatkan 12 spesies [[amfibia]] ([[kodok|kodok dan katak]]), berbagai jenis [[reptil]] seperti [[bunglon]], [[cecak]], [[kadal]] dan [[ular]], lebih dari 95 spesies [[burung]], dan lebih dari 20 spesies [[mamalia]].
{{reflist}}
 
{{Gunung di Indonesia}}
Beberapa jenis satwa itu, di antaranya:
 
{{DEFAULTSORT:Ceremai, Gunung}}
** katak bertanduk (''Megophrys montana'')
[[Kategori:Gunung berapi di Jawa Barat]]
** percil jawa (''Microhyla achatina'')
[[Kategori:DAS Cisanggarung]]
** kongkang jangkrik (''Rana nicobariensis'')
[[Kategori:DAS Cimanuk]]
** kongkang kolam (''Rana chalconota'')
[[Kategori:Gunung berapi di Indonesia]]
** katak pohon emas (''Philautus aurifasciatus'')
[[Kategori:Gunung berapi aktif di Indonesia]]
 
[[Kategori:Gunung di Indonesia]]
** bunglon hutan (''Gonocephalus chamaeleontinus'')
[[Kategori:Gunung di Jawa Barat]]
** cecak batu (''Cyrtodactylus'' sp.)
 
** burung elang hitam (''Ictinaetus malayensis'')
** burung elang brontok (''Spizaetus cirrhatus'')
** burung elang jawa (''Spizaetus bartelsi'')
** burung puyuh-gonggong jawa (''Arborophila javanica'')
** burung walet gunung (''Collocalia vulcanorum'') [masih perlu dikonfirmasi]
** burung takur bultok (''Megalaima lineata'')
** burung takur tulung-tumpuk (''Megalaima javensis'')
** burung berencet kerdil (''Pnoepyga pusilla'')
** burung anis gunung (''Turdus poliochepalus'')
** burung tesia jawa (''Tesia superciliaris'')
** burung ceret gunung (''Cettia vulcania'')
** burung kipasan ekor merah (''Rhipidura phoenicura'')
** burung madu gunung (''Aethopyga eximia'')
** burung madu jawa (''Aethopyga mystacalis'')
** burung kacamata gunung (''Zosterops montanus'')
 
** tenggiling (''Manis javanica'')
** tupai kekes (''Tupaia javanica'')
** kukang (''Nycticebus coucang'')
** lutung surili (''Presbytis comata'')
** lutung budeng (''Trachypithecus auratus'')
** ajag/anjing hutan (''Cuon alpinus'')
** teledu sigung (''Mydaus javanensis'')
** kucing hutan (''Prionailurus bengalensis'')
** macan tutul (''Panthera pardus'')
** kancil (''Tragulus javanicus'')
** kijang (''Muntiacus muntjak'')
** jelarang hitam (''Ratufa bicolor'')
** landak jawa (''Hystrix javanica'')
 
[[Kategori:Gunung-gunung di Indonesia]]