Sriwijaya Air: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Penambahan Rute Terbaru menuju bandar udara nabire
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(162 revisi perantara oleh 85 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
<!--{{pp-semi-indef|small=yes}}-->
{{disambig info|Sriwijaya|Sriwijaya (disambiguasi)}}
{{Infobox Airlineairline
| airline = Sriwijaya Air
| logo = LOGOSriwijaya SJ VERTIKALair.png
| logo_size =
| IATA = SJ
| ICAO = SJY
| callsign = SRIWIJAYA
| founded = 2003
| commenced = 10{{start Novemberdate and age|2003|11|10}}
| ceased =
| headquarters = Jakarta[[Tangerang]], [[Indonesia]]
| key_people ={{nowrap|Anthony Raimond Tampubolon (Direktur Utama)}}
| bases = <div>
*{{nowrap|[[Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta|Jakarta Soekarno–Hatta]]}}
* Chandra Lie (Komisionir Presiden)
*[[Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin|Makassar]]
</div>
| hubs = [[Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta]]
| focus_cities =
| frequent_flyer =
| lounge =
| alliance =
| subsidiaries = [[NAM Air]]
| fleet_size = 126<ref name="planespotters"/>
| destinations = 2511<ref name="route map"/>
| company_slogan = ''Your Flying Partner
|website={{URL|http://www.sriwijayaair.co.id}}
|image=|aoc=|parent=|num_employees=}}
}}
'''Sriwijaya Air''' adalah sebuah [[maskapai penerbangan]] di [[Indonesia]]. Sriwijaya Air didirikan oleh keluarga Lie (Hendry Lie dan Chandra Lie) dengan Johannes Bundjamin dan Andy Halim. SaatDengan ''air operator certificate'' atau AOC Sriwijaya Air diterbitkan pada 28 Oktober 2003 <ref name=":0">{{Cite news|last=Damardono|first=Haryo|date=2021-01-10|title=Pasang Surut Sriwijaya Air, Penerus Imperium Sriwijaya|url=https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2021/01/10/pasang-surut-sriwijaya-air-penerus-imperium-sriwijaya|work=[[Kompas (surat kabar)|Kompas.id]]|access-date=2022-09-07}}</ref>, saat ini Sriwijaya Air adalah Maskapai Penerbangan terbesar ketiga di Indonesia,dan sejak tahun 2007 hingga saat ini tercatat sebagai salah satu Maskapai Penerbangan Nasional yang memiliki standar keamanan kategori 1 di Indonesia.<ref>[{{Cite web |url=https://www.sriwijayaair.co.id/aboutUs/?action=awardsandaccolades |title=Piagam dan Penghargaan Sriwijaya Air] |access-date=2014-10-23 |archive-date=2017-05-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170505062528/https://www.sriwijayaair.co.id/aboutUs/?action=awardsandaccolades |dead-url=yes }}</ref>
 
Bersamaan dengan sebagian besar maskapai penerbangan Indonesia lainnya, Sriwijaya Air (termasuk anak perusahaan Sriwijaya Air, [[NAM Air]]) berada dalam [[daftar maskapai penerbangan yang dilarang di Uni Eropa]] karena alasan keamanan pada Desember 2014.
 
Pada tanggal 8 November 2019, kerja sama operasional di antara maskapai Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air dihentikan ditandai dengan mulai beroperasinya kembali peralatan ''ground service'' milik Sriwijaya Air yang semula disimpan saat Kerja Sama Operasional (KSO) sedang berlangsung. Hal ini dikarenakan pihak Garuda Grup yang secara sepihak menghentikan penyediaan layanan kepada penumpang Sriwijaya Air karena Sriwijaya Grup tidak membayar tunai kepada Garuda Indonesia Grup untuk penyediaan fasilitas layanan tersebut.
== Sejarah Sriwijaya Air ==
PT Sriwijaya Air lahir sebagai perusahaan swasta murni yang didirikan oleh Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin, dan Andy Halim. Beberapa tenaga ahli yang turut menjadi pionir berdirinya Sriwijaya Air diantaranya adalah Supardi, Capt. Kusnadi, Capt. Adil W, Capt. Harwick L, Gabriella, dan Suwarsono.
 
== Sejarah ==
Sriwijaya Air didirikan dengan tujuan untuk menyatukan seluruh kawasan Nusantara seperti keinginan raja kerajaan Sriwijaya dahulu yang berasal dari kota [[Palembang]]. Keinginan tersebut kemudian diwujudkan melalui pengembangan transportasi udara.
PT. Sriwijaya Air lahir sebagai perusahaan swasta murni yang didirikan oleh Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin, dan Andy Halim. Beberapa tenaga ahli yang turut menjadi pionir berdirinya Sriwijaya Air di antaranya adalah Supardi, Capt. Kusnadi, Capt. Adil W., Capt. Harwick L., Gabriella, dan Suwarsono. Peruntungan dari Sriwijaya Air boleh jadi merupakan berkah dari deregulasi industri penerbangan. Hal ini tidak terlepas dari UU Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara, yang dimana dimungkinkan bagi siapa pun untuk bisa mendirikan maskapai penerbangan dengan hanya dua atau bahkan satu unit pesawat <ref name=":0" />.
 
Sriwijaya Air didirikan dengan tujuan untuk menyatukan seluruh kawasan Nusantara seperti keinginan raja kerajaan Sriwijaya dahulu yang berasal dari kota [[Palembang]]. Salah satu wilayah yang dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya yakni Pulau Bangka yang dimana Chandra Lie berasal.<ref name=":0" />
Pada tahun 2003, tepat pada hari Pahlawan, 10 November, Sriwijaya Air memulai penerbangan perdananya dengan menerbangi rute Jakarta-Pangkalpinang PP, Jakarta-Palembang PP, Jakarta-Jambi PP, dan Jakarta-Pontianak PP.
 
Keinginan tersebut kemudian diwujudkan melalui pengembangan transportasi udara yang pada awalnya hanya berbekal satu unit Boeing 737-200. Pesawat itu melayani rute Jakarta menuju Pangkal Pinang, kampung halamannya, pulang-pergi <ref name=":0" /> Kehadiran Sriwijaya Air langsung mendisrupsi perilaku bertransportasi warga Bangka untuk keluar masuk pulau. Hanya dalam enam bulan, kapal cepat Pangkal Pinang-Jakarta berhenti beroperasi karena tidak mampu bersaing, yang dimana tiket Sriwijaya Air dihargai sebesar Rp. 175.000 untuk penerbangan selama 1 jam 15 menit. Sementara tarif kapal cepat Rp 155.000-Rp 165.000 untuk 10 jam pelayaran
Pada mulanya Sriwijaya Air hanya mengoperasikan 1 armada [[Boeing 737-200]] yang kemudian seiring waktu terus ditambah hingga memiliki 15 armada Boeing 737-200. Sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pemenuhan pelayanan publik yang lebih baik, Sriwijaya Air kemudian menambah dan memperluas jangkauan penerbangannya dari Barat ke Timur sekaligus menambah pesawat dengan seri yang lebih baru,yaitu [[Boeing 737|Boeing 737-300,Boeing 737-400, Boeing 737-500W,dan Boeing 737-800NG]].
 
Pada tanggal 10 November 2003, selain rute Jakarta-Pangkalpinang, Sriwijaya Air juga memulai penerbangan perdananya pada rute Jakarta-Palembang PP, Jakarta-Jambi PP, dan Jakarta-Pontianak PP dalam rangka Hari Pahlawan
Maskapai ini sempat memesan 20 unit [[Embraer E-Jets|Embraer 175]] dan [[Embraer E-Jets|Embraer 195]] pada Paris Airshow 2011,namun kemudian pesanan ini dibatalkan dikarenakan alasan operasional, dan kemudian digantikan oleh Boeing 737-500W. Namun tidak tertutup kemungkinan bahwa Sriwijaya Air akan memesan Embraer kembali,yang akan dialokasikan ke anak perusahaannya, yaitu NAM Air.
 
Menjelang akhir 2005, Sriwijaya Air telah mengoperasikan 14 unit pesawat Boeing 737-200. Chandra Lie pun juga mengumumkan akan mendatangkan 10 unit Boeing 737-300 dan B737-400. Sriwijaya Air pun akan terbang dengan pesawat yang setipe dengan Garuda Indonesia. Sriwijaya Air mulai menantang Garuda, meski Chandra Lie selalu merendah apabila ada yang mencoba menyandingkannya Sriwijaya Air dengan Garuda. Rencana untuk mendatangkan Boeing dengan tipe yang lebih baru itu juga sejalan dengan rencana Sriwijaya Air untuk ekspansi hingga regional. Sriwijaya Air berekspansi ke Penang dan Singapura, yang dulunya menjadi bagian dari wilayah imperium Sriwijaya.<ref name=":0" />
Pada Agustus 2007, Sriwijaya Air mendapatkan penghargaan keselamatan penerbangan dari Boeing, yaitu Boeing International Award for Safety and Maintenance of Aircraft, diberikan setelah inspeksi dilakukan selama beberapa bulan oleh tim dari Boeing Company.[https://www.sriwijayaair.co.id/aboutUs/?action=awardsandaccolades]
 
Tahun 2010, Sriwijaya Air telah mengoperasikan 27 unit pesawat dengan mengangkut 7,12 juta orang. Sriwijaya Air menguasai 11,8 persen pasar penerbangan domestik Indonesia di bawah Lion Air, Garuda Indonesia, dan Batavia Air. Dua tahun kemudian, Sriwijaya Air menyalip Batavia Air sehingga menempati posisi ketiga.
Pada 1 Agustus 2011, Sriwijaya Air meluncurkan buku panduan berbahasa braille dan program khusus untuk penanganan terhadap para Tuna Netra yang terbang dengan maskapai tersebut. Para awak kabin telah dilatih secara khusus untuk menangani penumpang yang memiliki kelemahan tersebut,diantaranya dengan cara pendekatan personal dan dengan sentuhan fisik.<ref>[https://www.sriwijayaair.co.id/aboutUs/?action=history Sejarah dan Arti Logo dan Livery Sriwijaya Air]</ref>
 
Pada Oktober 2010, Sriwijaya Air menandatangani kontrak pengadaan 20 unit Boeing 737-800 NG, yang juga digunakan Garuda Indonesia. Selang beberapa minggu, maskapai ini sempat menandatangani kontrak pengadaan 20 unit [[Embraer E-Jets|Embraer 175]] dan [[Embraer E-Jets|Embraer 195]] pada Paris Airshow 2011. Menurut kata Direktur Utama Sriwijaya Air, Chandra Lie pada hari Jumat (12/11/2010) lewat Harian Kompas, adanya penambahan 20 unit pesawat baru pada Sriwijaya Air ini juga merupakan jawaban atas tawaran menarik yang dilontarkan Direktorat Angkutan Udara Kementerian Perhubungan untuk ambil bagian dalam penyediaan 4.000 kursi ke Australia pada tahun 2011.<ref name=":0" />
Pada 16 Juni 2015 di Paris Air Show 2015, Sriwijaya Air mengumumkan pemesanan pasti 2 unit [[Boeing 737|737-900ER]] dengan 20 unit [[Boeing 737 MAX|737 MAX 8]] sebagai opsi yang akan diambil pada masa depan. Pesanan ini merupakan pertama kalinya Sriwijaya Air memesan pesawat yang benar-benar baru dan langsung dari pabriknya. Kedua 737-900ER milik Sriwijaya Air telah tiba bersamaan pada 23 Agustus 2015.<ref>https://www.sriwijayaair.co.id/news/?action=nodeDetail&id=97</ref>
 
Namun kemudian pesanan ini dibatalkan dikarenakan alasan operasional, dan kemudian digantikan oleh Boeing 737-500W. Namun tidak tertutup kemungkinan bahwa Sriwijaya Air akan memesan Embraer kembali,yang akan dialokasikan ke anak perusahaannya, yaitu NAM Air.
Pada Agustus 2015, Sriwijaya Air kembali mendapatkan sertifikasi keselamatan penerbangan, yaitu Basic Aviation Risk Standard(BARS) yang dilakukan oleh Flight Safety Foundation, berbasis di Amerika Serikat.<ref>https://www.facebook.com/notes/sriwijaya-air/sriwijaya-air-peroleh-sertifikasi-bars/1103611139649326</ref>
 
Pada Agustus 2007, Sriwijaya Air mendapatkan penghargaan keselamatan penerbangan dari Boeing, yaitu Boeing International Award for Safety and Maintenance of Aircraft, diberikan setelah inspeksi dilakukan selama beberapa bulan oleh tim dari Boeing Company.[https://www.sriwijayaair.co.id/aboutUs/?action=awardsandaccolades] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170505062528/https://www.sriwijayaair.co.id/aboutUs/?action=awardsandaccolades |date=2017-05-05 }}
== Kerjasama Operasi dengan Garuda Indonesia ==
[[Garuda Indonesia]] melalui anak usahanya, [[Citilink]], mengambil alih operasional Sriwijaya Air dan [[NAM Air]] melalui kerja sama operasi (KSO). Seiring dengan itu, keseluruhan operasional Sriwijaya Group termasuk keuangannya akan berada di bawah pengelolaan KSO tersebut. KSO tersebut telah ditandatangani pada tanggal 9 November 2018.<ref>{{Cite news|url=https://ekonomi.kompas.com/read/2019/01/14/173823126/operasional-sriwijaya-air-resmi-dikelola-garuda-indonesia|title=Operasional Sriwijaya Air Resmi Dikelola Garuda Indonesia|last=|first=|date=14 Januari 2019|work=ekonomi.kompas.com|access-date=}}</ref>
 
Pada 1 Agustus 2011, Sriwijaya Air meluncurkan buku panduan berbahasa braille dan program khusus untuk penanganan terhadap para Tuna Netra yang terbang dengan maskapai tersebut. Para awak kabin telah dilatih secara khusus untuk menangani penumpang yang memiliki kelemahan tersebut,di antaranya dengan cara pendekatan personal dan dengan sentuhan fisik.<ref>{{Cite web |url=https://www.sriwijayaair.co.id/aboutUs/?action=history |title=Sejarah dan Arti Logo dan Livery Sriwijaya Air |access-date=2014-10-23 |archive-date=2017-05-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170505062408/https://www.sriwijayaair.co.id/aboutUs/?action=history |dead-url=yes }}</ref>
Pada 19 November 2018, terdapat perubahan kerja sama dari KSO (kerja sama operasional) menjadi KSM (kerja sama manajemen). Perubahan tersebut sebagai antisipasi agar tak 'disemprit' [[Komisi Pengawas Persaingan Usaha|Komisi Pengawasan Persaingan Usaha]] (KPPU). Dengan perjanjian tersebut, Komisaris Utama dan 2 Anggota Komisaris dijabat oleh perwakilan dari Garuda Indonesia Group. Pada awal 2019, sejumlah langkah dilakukan manajemen baru. Sejumlah rute yang merugi ditutup, seperti rute ke Banyuwangi. Pada 28 Februari 2019, dilakukan perubahan KSM dengan menambah 5% Management Fee untuk Citilink Indonesia.<ref name=":0">{{Cite news|url=https://www.cnbcindonesia.com/news/20190911170448-4-98707/kemesraan-dengan-garuda-retak-sriwijaya-air-pecah-kongsi|title=Kemesraan dengan Garuda Retak, Sriwijaya Air Pecah Kongsi|last=|first=|date=11 September 2019|work=cnbcindonesia.com|access-date=}}</ref>
 
Meski bersaing, Sriwijaya Air kemudian memercayakan pemeliharaan dan perbaikan pesawatnya di Garuda Maintenance Facilities atau GMF AeroAsia. Sebelumnya, Sriwijaya Air merawat semua pesawat jenis Boeing 737 di Singapore International Airlines Engineering Company (SIAEC) dan Malaysia Airlines (MAS). Tahun 2011, giliran Sriwijaya Air ekspansi ke Indonesia timur yang ditandai dengan pembukaan penerbangan rute Makassar-Sorong-Manokwari, Senin (4/7/2011).
Pengambilalihan tersebut dilakukan lantaran Sriwijaya Air memiliki utang kepada Garuda Indonesia. Mengutip laporan keuangan konsolidasi Garuda Indonesia per Juni 2019 lalu, total piutang grup ini ke Sriwijaya Air bernilai sebesar US$ 118,79 juta atau setara dengan Rp 1,66 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$). Jumlah ini meningkat dua kali lipat dari akhir Desember 2018 yang senilai US$ 55,39 juta (Rp 775,55 miliar). Adapun dari jumlah tersebut nilai piutang dari [[GMF AeroAsia|PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk]] (GMF AeroAsia) kepada Sriwijaya nilainya mencapai US$ 52,51 juta (Rp 735,15 miliar), turun sedikit dari posisi US$ 55,12 juta (Rp 771,70 miliar). Nilai ini tertera dalam laporan keuangan GMF di [[Bursa Efek Indonesia]] (BEI).<ref name=":1">{{Cite news|url=https://www.cnbcindonesia.com/market/20190927132828-17-102691/kerja-sama-mau-kandas-berapa-utang-sriwijaya-ke-garuda|title=Kerja Sama Mau Kandas, Berapa Utang Sriwijaya ke Garuda?|last=|first=|date=27 September 2019|work=cnbcindonesia.com|access-date=}}</ref>
 
Awal tahun 2012, Sriwijaya Air telah terbang ke Manokwari dan Sorong di Papua. Kemudian, terbang menuju Ambon, Kupang, Ternate, dan Manado. Pertengahan 2012, seiring kehadiran Boeing 737-800 NG, Sriwijaya Air juga terbang menuju Biak dan Jayapura. Sebelum kehadiran B737-800 NG, pada Senin (9/4/2012) malam, Sriwijaya Air juga menerima Boeing 737-500 yang pertama. Meski demikian, sebagian dari B737-500 Sriwijaya Air kemudian dialihkan kepada NAM Air, anak perusahaan Sriwijaya Air.
Ternyata, kewajiban Sriwijaya tak hanya menunggak ke Garuda Indonesia dan anak usahanya, namun juga terjadi pada beberapa BUMN lainnya. Sebelum terjadi kerja sama antara Garuda-Sriwijaya pada November 2018, tercatat kewajiban yang belum dibayarkan Sriwijaya ke [[Pertamina|PT Pertamina (Persero)]] sebesar Rp 942 miliar, [[Bank Negara Indonesia|PT Bank Negara Indonesia Tbk.]] (BBNI) sebesar Rp 585 miliar, utang ''spare parts'' senilai US$ 15 juta, dan kepada [[Angkasa Pura II|PT Angkasa Pura II]] senilai Rp 80 miliar, serta [[Angkasa Pura I|PT Angkasa Pura I]] sebesar Rp 50 miliar.<ref name=":1" />
 
Pada 16 Juni 2015 di Paris Air Show 2015, Sriwijaya Air mengumumkan pemesanan pasti 2 unit [[Boeing 737|737-900ER]] dengan 20 unit [[Boeing 737 MAX|737 MAX 8]] sebagai opsi yang akan diambil pada masa depan. Pesanan ini merupakan pertama kalinya Sriwijaya Air memesan pesawat yang benar-benar baru dan langsung dari pabriknya. Kedua 737-900ER milik Sriwijaya Air telah tiba bersamaan pada 23 Agustus 2015.<ref>https://www.sriwijayaair.co.id/news/?action=nodeDetail&id=97{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
Ketegangan terjadi ketika Dewan Komisaris Sriwijaya Air memutuskan untuk melakukan perombakan di jajaran direksi pada 9 September 2019. Manajemen melakukan pemberhentian sementara terhadap Direktur Utama Sriwijaya Air Joseph Adriaan Saul. Tidak hanya itu, manajemen juga memberhentikan Direktur SDM dan Pelayaan Sriwijaya Air Harkandri M Dahler dan Direktur Komersial Sriwijaya Air Joseph Tendean. Ketiga orang tersebut merupakan perwakilan Garuda Indonesia di manajemen Sriwijaya Air.<ref name=":0" />
 
Pada Agustus 2015, Sriwijaya Air kembali mendapatkan sertifikasi keselamatan penerbangan, yaitu Basic Aviation Risk Standard (BARS) yang dilakukan oleh Flight Safety Foundation, berbasis di Amerika Serikat.<ref>https://www.facebook.com/notes/sriwijaya-air/sriwijaya-air-peroleh-sertifikasi-bars/1103611139649326</ref>
Anak usaha Garuda Indonesia, Citilink akhirnya menggugat Sriwijaya Group (Sriwijaya Air dan NAM Air) atas dugaan wanprestasi dalam perjanjian bisnis antara kedua grup maskapai penerbangan ini.<ref>{{Cite news|url=https://www.cnbcindonesia.com/market/20190928153226-17-102889/pecah-kongsi-citilink-akhirnya-resmi-gugat-sriwijaya-air|title=Pecah Kongsi, Citilink Akhirnya Resmi Gugat Sriwijaya Air|last=|first=|date=28 September 2019|work=cnbcindonesia.com|access-date=}}</ref> Logo Garuda Indonesia kemudian dicabut dari pesawat Sriwijaya Air<ref>{{Cite news|url=https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-4721110/garuda-cabut-logo-di-semua-pesawat-sriwijaya-air-ada-apa|title=Garuda Cabut Logo di Semua Pesawat Sriwijaya Air, Ada Apa?|last=|first=|date=25 September 2019|work=finance.detik.com|access-date=}}</ref> serta GMF AeroAsia yang bertanggungjawab dalam pemeliharaan pesawat juga menghentikan kerjasamanya. Akibatnya Direktur Operasi Sriwijaya Air, Fadjar Semiarto merekomendasikan agar maskapai tersebut menghentikan operasionalnya untuk sementara waktu. Fadjar Semiarto menjelaskan, potensi bahaya muncul karena Hazard Identification and Risk Asessment (HIRA) operasional Sriwijaya Air menunjukan angka 4A (tidak dapat diterima dalam situasi yang ada). Sriwijaya Air juga menghentikan operasi 18 pesawatnya karena dianggap tak laik terbang.<ref>{{Cite news|url=https://bangka.tribunnews.com/2019/10/01/penyebab-sriwijaya-air-berhenti-operasi-bukan-karena-tiket-mahal-bos-ungkap-hal-ini-bangkrutkah?page=all|title=Penyebab Sriwijaya Air Berhenti Operasi, Bukan karena Tiket Mahal, Bos Ungkap Hal ini, Bangkrutkah?|last=|first=|date=1 Oktober 2019|work=bangka.tribunnews.com|access-date=}}</ref>
 
Tahun 2016, Sriwijaya Air makin tak terbendung. Chandra Lie menargetkan tahun itu sebagai tahun pertumbuhan. Armada Sriwijaya Air telah diperkuat dengan 47 unit pesawat serta sempat membagikan bonus kepada karyawan atas pencapaian targert pertumbuhan. Dan hingga tahun 2016, Sriwijaya Air Group memiliki 46 kota tujuan domestik dan tujuh rute penerbangan regional. Untuk dapat memenuhi ambisi mendatangkan 15 unit pesawat per tahun, Sriwijaya Air sempat menargetkan penawaran umum perdana saham atau IPO pada Maret 2017. Rencana IPO itu tidak terdengar kabarnya. Padahal, waktu itu, Chandra Lie sangat optimismis terlebih dengan necara keuangan Sriwijaya Air yang tidak lagi merah. Tidak ada cukup informasi untuk mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi di Sriwijaya Air. Maskapai itu juga bukan perusahaan publik sehingga kinerja manajemen dan keuangannya tidak mudah didapat, apalagi dibedah.<ref name=":0" />
Bercerai kurang dari sebulan, Sriwijaya Air Group akhirnya memutuskan melanjutkan kerja sama manajemen dengan Garuda Indonesia Group. Hal ini membuat fasilitas perawatan pesawatnya kembali dikelola GMF AeroAsia.<ref>{{Cite news|url=https://katadata.co.id/telaah/2019/10/04/rujuk-lagi-menimbang-untung-rugi-kerja-sama-garuda-sriwijaya|title=Rujuk Lagi, Menimbang Untung-Rugi Kerja Sama Garuda-Sriwijaya|last=|first=|date=4 Oktober 2019|work=katadata.co.id|access-date=}}</ref>
 
Pada November 2018, tiba-tiba Garuda Indonesia Group, melalui anak perusahaannya, yakni PT Citilink Indonesia, mengambil alih pengelolaan operasional Sriwijaya Air dan NAM Air. Namun, ternyata, kerja sama itu tidak otomatis dapat membalikkan lagi kinerja Sriwijaya Air. Akibat tidak mampu membayar utang Rp 810 miliar kepada [[GMF AeroAsia]], Sriwijaya Air Group tidak lagi mendapat jasa perawatan armada dari GMF sejak 25 September 2019.
Pada 7 November 2019, kerjasama Garuda dan Sriwijaya kisruh kembali, hal itu terjadi karena kesepakatan antara Garuda Indonesia dan pemegang saham Sriwijaya Air kembali menemui jalan buntu. Manajemen Sriwijaya Air Group memutuskan untuk mengembalikan 11 karyawan Garuda Indonesia Group yang ditempatkan dan diperbantukan ke mereka.<ref>{{Cite news|url=https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191108131649-92-446643/kisruh-lagi-sriwijaya-pulangkan-11-karyawan-garuda-indonesia|title=Kisruh Lagi, Sriwijaya Pulangkan 11 Karyawan Garuda Indonesia|last=|first=|date=8 November 2019|work=cnnindonesia.com|access-date=}}</ref> Garuda Indonesia memberikan instruksi mendadak kepada semua anak perusahaannya, yakni PT GMF Aero Asia, PT Gapura Angkasa dan Aerowisata untuk memberikan pelayanan kepada Sriwijaya, dengan syarat pembayaran tunai di muka. Jika tidak, maka mereka dilarang memberikan pelayanan dan perawatan kepada Sriwijaya Air.<ref>{{Cite news|url=https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191108184015-92-446766/sriwijaya-air-pilih-cerai-dengan-garuda-indonesia|title=Sriwijaya Air Pilih 'Cerai' dengan Garuda Indonesia|last=|first=|date=8 November 2019|work=cnnindonesia.com|access-date=}}</ref>
 
Semenjak itu, di tahun 2019 armada Sriwijaya Air yang beroperasi berkurang dari 24 pesawat jadi sembilan pesawat. Rute penerbangan otomatis berkurang, tapi Sriwijaya Air berniat mengembalikan layanan maskapai itu demi meraih kembali pelanggannya sesuai dengan pernyataan ”pilot” baru Sriwijaya Air, Jefferson Jauwena pada bulan Januari 2020.<ref name=":0" />
== Arti Logo dan Livery Sriwijaya Air ==
Logo
* berupa RU-YI (Filosofi Cina), yang berarti bahwa apa yang kita inginkan atau usahakan harus yakin tercapai
Warna Putih
* Melambangkan semua karyawan Sriwijaya Air harus memiliki hati yang bersih, sebersih warna dasar armada Sriwijaya Air
Warna Biru
* Melambangkan Sriwijaya Air berkeinginan melanglang buana ke seluruh pelosok Nusantara tercinta
Warna Merah
* Melambangkan bahwa para pimpinan dan karyawan Sriwijaya Air harus berani dan bijak dalam menyelesaikan masalah atau mengambil keputusan
Tulisan Sriwijaya Air
* Melambangkan bahwa Sriwijaya Air harus menjadi perusahaan yang besar dan terkenal seperti Kerajaan Sriwijaya yang namanya terukir dalam sejarah nasional dan regional
Lekukan Hati diatap Pesawat
* Melambangkan bahwa para pimpinan dan karyawan harus mempunyai rasa memiliki (''sense of belonging'') dan rasa cinta terhadap perusahaan
 
== Daftar perusahaan di GroupGrup Sriwijaya Air ==
Dalam perkembangannya, Sriwijaya Air juga mendirikan beberapa anak perusahaan yang hampir keseluruhannya menggunakan istilah NAM sebagai akronim kecuali untuk NAM Air, sebagai bentuk penghargaan kepada Ayahanda dari Bpk. Chandra Lie, yaitu Bpk. Lo Kui Nam. Berikut diantaranyadi antaranya:
* [[NAM Air]] - Maskapai Pengumpan Sriwijaya Air yang didirikan pada 26 September 2013, kemudian terbang untuk pertama kalinya 11 Desember 2013.
* [[National Aviation Management]] - Sekolah Penerbangan yang berbasis di Pangkal Pinang, lebih dikenal sebagai NAM Flying School.
* [[National Aircrew Management]] - Sekolah Awak Kabin Group Sriwijaya Air yang berbasis di Jakarta. Dikenal juga sebagai NAM Training Center.
* [[National Aircraft Maintenance]] - Berperan dalam perawatan kecil Pesawat Terbang Group Sriwijaya Air. Perawatan utama dilakukan di GMF AeroAsia di Jakarta atau AiRod Sdn Bhd di Kuala Lumpur, Malaysia.
* [[Negeri Aksara Mandiri]] - Berperan dalam produksi Inflight Magazine "SRIWIJAYA" yang digunakan Sriwijaya Air dan NAM Air.
 
==Tujuan Daftar tujuanpenerbangan ==
{|class="sortable wikitable"
|-
!Negara
!Kota
!IATA
!Bandara
!Catatan
!Referensi
|-
|rowspan=“2”|{{flag|China}}||
|{{flag|Filipina}}||[[Kota Davao|Davao]]||[[Bandar Udara Internasional Francisco Bangoy]]||{{terminated}}||align=center|
[[Fuzhou]]
|-
|rowspan="3921"|{{flag|Indonesia}}||[[Ambon, Maluku|Ambon]]|||AMQ|||[[Bandar Udara Internasional Pattimura]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[BaliBiak]]|||BIK|||[[Bandar Udara Internasional NgurahFrans RaiKaisiepo]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[BatamDenpasar]]|||DPS|||[[Bandar UdaraBandara Internasional HangNgurah NadimRai]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Bandar LampungJakarta]]|||CGK|||[[Bandar UdaraBandara Internasional Radin Inten IISoekarno–Hatta]]||align=center|{{Airline hub}}||align=center|
|-
|[[BalikpapanJayapura]]|||DJJ|||[[Bandar Udara Sultan Aji MuhammadInternasional SulaimanSentani]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[BanjarmasinLanggur]]|||LUV|||[[Bandar Udara Internasional SyamsuddinKarel NoorSadsuitubun]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[BiakLuwuk]]|||LUW|||[[Bandar Udara InternasionalSyukuran FransAminuddin KaisiepoAmir]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[BengkuluMakassar]]|||UPG|||[[BandarBandara UdaraInternasional FatmawatiSultan SoekarnoHasanuddin]]||align=center|{{Airline hub}}||align=center|
|-
|[[DekaiManokwari]]|||MKW|||[[Bandar Udara Nop Goliat DekaiRendani]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[GorontaloPalembang]]|||PLM|||[[Bandar Udara JalaluddinInternasional Sultan Mahmud Badaruddin II]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[JakartaPangkal Pinang]]|||PGK|||[[Bandar Udara InternasionalDepati Soekarno–HattaAmir]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[JambiPontianak]]|||PNK|||[[Bandar Udara SultanInternasional ThahaSupadio]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[JayapuraSemarang]]|||SRG|||[[Bandar Udara Internasional SentaniAhmad Yani]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[KendariSurabaya]]|||SUB|||[[BandarBandara UdaraInternasional HaluoleoJuanda]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[KupangSorong]]|||SOQ|||[[Bandar Udara InternasionalDominique Edward ElOsok Tari]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[LuwukTanjung Pandan]]|||TJQ|||[[Bandar Udara SyukuranInternasional H. A. AminuddinS. AmirHanandjoeddin]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[MakassarTimika]]|||TIM|||[[Bandar Udara Internasional SultanMozes HasanuddinKilangin]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[ManadoTernate]]|||TTE|||[[Bandar Udara Internasional SamSultan RatulangiBabullah]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[ManokwariYogyakarta]]|||YIA|||[[BandarBandara UdaraInternasional RendaniYogyakarta]]||{{terminated}}align=center| ||align=center|
|-
|[[Nabire, Nabire|Nabire]]
|[[Malang]]||[[Bandar Udara Abdul Rachman Saleh]]||align=center| ||align=center|
|-NBX
|[[Bandar Udara Douw Aturure]]
|rowspan="2"|[[Medan]]||[[Bandar Udara Internasional Kualanamu]]||align=center| ||align=center|
|-
|
|[[Bandar Udara Internasional Polonia]]||{{terminated|Bandara Ditutup}}||align=center|
|-
|[[Merauke]]||[[Bandar Udara Internasional Mopah]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Kota Palu|Palu]]||[[Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Pontianak]]||[[Bandar Udara Internasional Supadio]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Palembang]]||[[Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Pangkal Pinang]]||[[Bandar Udara Depati Amir]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Pekanbaru]]||[[Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Surakarta]]||[[Bandar Udara Internasional Adisumarmo]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Semarang]]||[[Bandar Udara Internasional Ahmad Yani]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Surabaya]]||[[Juanda International Airport]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Sorong]]||[[Dominique Edward Osok Airport]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Sampit]]||[[Bandar Udara H. Asan]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Tanjung Pandan]]||[[Bandar Udara Internasional H.A.S. Hanandjoeddin]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Tanjung Pinang]]||[[Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Tarakan]]||[[Bandar Udara Internasional Juwata]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Timika]]||[[Bandar Udara Mozes Kilangin]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Ternate]]||[[Bandar Udara Sultan Babullah]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Yogyakarta]]||[[Bandar Udara Internasional Adisutjipto]]||align=center| ||align=center|
|-
|{{flag|Korea Selatan}}||[[Seoul]]||[[Bandar Udara Internasional Incheon]]||align=center| ||align=center|
|-
|{{flag|Malaysia}}||[[Penang]]||[[Bandar Udara Internasional Penang]]||align=center| ||align=center|
|-
|{{flag|Singapura}}||[[Singapura]]||[[Bandar Udara Changi Singapura]]||{{terminated}}||align=center|
|-
|{{flag|Sri Lanka}}||[[Kolombo]]||[[Bandar Udara Internasional Bandaranaike]]||{{Airline seasonal}}||align=center|<ref>http://www.antarariau.com/berita/82656/kehadiran-sriwijaya-air-dinilai-ramaikan-persaingan-armada-umrah-pekanbaru</ref>
|-
|{{flag|Thailand}}||[[Phuket]]||[[Bandar Udara Internasional Phuket]]||align=center| ||align=center|
|-
|{{flag|Timor Leste}}||[[Dili]]||[[Bandar Udara Internasional Presidente Nicolau Lobato]]||align=center|
|-
|rowspan="19"|{{flag|Cina}}||[[Beijing]]||[[Bandar Udara Internasional Ibu Kota Beijing]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Changsha]]||[[Bandar Udara Internasional Huanghua Changsha]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Chengdu]]||[[Bandar Udara Internasional Shuangliu Chengdu]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Fuzhou]]||[[Bandar Udara Internasional Changle Fuzhou]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Guangzhou]]||[[Bandar Udara Internasional Baiyun Guangzhou]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Hangzhou]]||[[Bandar Udara Internasional Xiaoshan Hangzhou]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Hefei]]||[[Bandar Udara Internasional Xinqiao Hefei]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Jieyang]]||[[Bandar Udara Internasional Chaoshan Jieyang]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Jinjiang, Fujian|Jinjiang]]||[[Bandar Udara Internasional Quanzhou Jinjiang]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Kunming]]||[[Bandar Udara Internasional Changshui Kunming]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Nanchang]]||[[Bandar Udara Internasional Changbei Nanchang]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Nanjing]]||[[Bandar Udara Internasional Lukou Nanjing]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Ningbo]]||[[Bandar Udara Internasional Lishe Ningbo]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Shanghai]]||[[Bandar Udara Internasional Pudong Shanghai]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Shenzhen]]||[[Bandar Udara Internasional Bao'an Shenzhen]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Wenzhou]]||[[Bandar Udara Wanzhou Wuqiao]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Wuhan]]||[[Bandar Udara Internasional Tianhe Wuhan]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Xiamen]]||[[Bandar Udara Internasional Gaoqi Xiamen]]||align=center| ||align=center|
|-
|[[Zhengzhou]]||[[Zhengzhou Xinzheng International Airport]]||align=center| ||align=center|
||align=center|
|}
 
Baris 232 ⟶ 135:
Seluruh armada Sriwijaya Air memiliki nama tersendiri yang terletak di bagian depan pesawat (''nosename'') dengan filosofi yang berbeda. Nama ini diambil dari nama tempat, burung, tanaman, ataupun petikan kata dari ayat di kitab suci. Sebagai contoh adalah "''Rajawali''", "''Gaharu''", "''Kebersamaan''", "''Hawila''", dan "''Serumpun Sebalay''".
 
Armada terhitung AgustusJanuari 20192024, antara lain:
<center>
{| class="wikitable" border="1" cellpadding="3" style="border-collapse:collapse;text-align:center;margin:auto;"
!rowspan="2" |Jenis Pesawat
!rowspan="2" |Jumlah PenumpangBeroperasi
!rowspan="2" |Dalam Pesanan
!colspan="3" |Konfigurasi Kursi
Baris 243 ⟶ 146:
! style="width:20px;" |<abbr title="Business Class">C</abbr>
! style="width:20px;" |<abbr title="Economy Class">Y</abbr>
! style="width:20px;" |Total
|-
|[[Boeing 737-500]]
|61
|—
|8
|112
|120
| -
|-
|[[Boeing 737 Next Generation|Boeing 737-800]]
|223
|5
|—
|189
|189
| -
|(PK-CLA sticker "I Love Papua").
|-
|[[Boeing 737 MAX|Boeing 737 MAX 9]]
|&mdash;
|1
|rowspan="3"|TBA
|
|-
|[[Boeing 737 Next Generation|Boeing 737-900ER]]
|2
|&mdash;
|&mdash;
|220
|220
|
|-
!Total
!4<!--EIGHTEEN IS ALREADY WITHOUT THE ONE CRASHED ON 9 JANUARY-->
!30
! colspan="5" |
!5
!colspan="6" |
|}
</center>
Baris 290 ⟶ 178:
!Konfigurasi Kursi
|-
|[[Boeing 737|Boeing 737-200]]-200
| style="text-align:center;" |1516
|Dipensiunkan secara keseluruhan pada 23 Agustus 2013.
|126 Kursi Ekonomi
|-
|[[Boeing 737|Boeing 737-300]]-300
| style="text-align:center;" |413
|Dipensiunkan mulai 2014 secara bertahap bersamaan dengan 737-400 dan digantikan oleh 737-800.
|148 Kursi Ekonomi
|-
|[[Boeing 737|Boeing 737-400]]-400
| style="text-align:center;" |7
|Keseluruhan 737-400 milik Sriwijaya Air telah dipensiunkan mulai Januari 2016.
|168 Kursi Ekonomi
|-
|[[Boeing 737|Boeing 737-500]]-500
| style="text-align:center;" |310
|PK-CMA,9 PK-CMC dan PK-CMDPesawat dialihkan ke NAM Air mulai Juni 2015.
|8 Kursi Bisnis dan 112 Kursi Ekonomi
|-
|[[Boeing 737|Boeing 737-800]]-800
| style="text-align:center;" |122
|PK-CLR dikembalikan ke lessor pada tahun 2013.
|8 Kursi Bisnis dan 168 Kursi Ekonomi
|-
|[[Boeing 737]]-900ER
| style="text-align:center;" |2
|PK-CMO dan PK-CMP dikembalikan ke lessor.
|220 Kursi Ekonomi
|}
 
== Insiden dan kecelakaan ==
* [[27 Agustus]] [[2008]] - [[Sriwijaya Air Penerbangan 62|Sriwijaya Air Penerbangan 062]] tergenlincirtergelincir di [[Bandar Udara Sultan Thaha Syaifuddin]] saat sedang mendarat. Kejadian ini disebabkan kerusakan yang terjadi pada sistem rem. Tidak ada korban jiwa
* [[27 Januari]] [[2010]] - Sriwijaya Air dengan rute Jakarta - Padang tergelincir saat mendarat di [[Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta]].
* [[20 Desember]] [[2011]] - Sriwijaya Air SJ 230 PK-CKM rute Jakarta - Yogyakarta tergelincir di [[Bandara Adisutjipto]].<ref>[http://regional.kompas.com/read/2011/12/21/05575348/Bandara.Adisutjipto.Masih.Ditutup Artikel:"Bandara Adisutjipto Masih Ditutup" di Kompas.com]</ref> Tidak ada korban jiwa
* [[13 Oktober]] [[2012]] - Sriwijaya Air Penerbangan SJ 0021 Medan - Padang salah mendarat di [[Bandar Udara Tabing]] . Tidak ada korban jiwa
* [[27 Maret]] [[2013]] - Sriwijaya Air penerbangan Medan ke Padang tergelincir ketika baru saja mendarat di [[Bandara Internasional Minangkabau]]. Tidak ada korban jiwa.<ref>[http://news.detik.com/read/2013/03/27/204540/2205641/10/pesawat-sriwijaya-tergelincir-di-bandara-internasional-minangkabau?9922032 Artikel:"Pesawat Sriwijaya Tergelincir di Bandara Internasional Minangkabau" di Detik.com]</ref>
* [[9 Januari]] [[2021]] – [[Sriwijaya Air Penerbangan 182]] PK-CLC rute Jakarta – Pontianak yang mengangkut 62 orang (termasuk awak kabin) jatuh di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu sesaat setelah lepas landas dari [[Bandara Internasional Soekarno Hatta]].<ref>{{Cite news|url=https://news.detik.com/berita/d-5327286/pesawat-sriwijaya-air-yang-hilang-kontak-sjy-182 |title=Pesawat Sriwijaya Air yang Hilang Kontak SJY 182 |date= |work=[[Detik.com|detikcom]] |publisher=detik.com |access-date= 9 Januari 2021 |quote=}}</ref>
 
== Galeri ==
<gallery widths="140px140" heights="140px140">
Berkas:Sriwijaya Air Boeing 737-200 MRD-1.jpg|Salah satu Boeing 737-200 milik Sriwijaya Air.
Berkas:Boeing 737-300 Sriwijaya Air PK-CJC.jpeg|Boeing 737-300 milik Sriwijaya Air.
Berkas:Boeing 737-400 Sriwijaya Air PK-CKN.jpeg|Boeing 737-400 milik Sriwijaya Air.
Berkas:Sriwijaya Air - Boeing 737-800-NG.JPG|Pesawat Boeing 737-500WL milik Sriwijaya Air di Bandara Juanda, Surabaya.
</gallery>
 
== Referensi ==
{{reflist}}|refs=
<ref name="planespotters">[https://www.planespotters.net/airline/Sriwijaya-Air planespotters.net] diakses pada 9 Januari 2021</ref>
 
<ref name="route map">[https://www.sriwijayaair.co.id/routemap sriwijayaair.co.id – Route map] diakses pada 9 Januari 2021</ref>
}}
 
== Pranala luar ==
Baris 339 ⟶ 235:
{{Sriwijaya Air}}
{{Maskapai penerbangan Indonesia}}
{{airline-stub}}
 
[[Kategori:Sriwijaya Air| ]]
[[Kategori:Maskapai penerbangan Indonesia]]
[[Kategori:Maskapai penerbangan yang didirikan tahun 2003]]
 
 
{{airline-stub}}