Pataheri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Oemar Sabri (bicara | kontrib)
Menambah pranala dalam
k Pengembalian suntingan oleh Rahmatdenas (bicara) ke revisi terakhir oleh Arya-Bot
Tag: Pengembalian
 
(19 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Pataheri''' merupakanadalah sebuah ritual adat pendewasaan bagi seorang anak laki-laki yang akan beranjakmencapai usia remaja/ atau dewasa. Ritual ini dilakukan oleh masyarakat [[Suku Nuaulu|Nuaulu]] di Kecamatan [[Amahai, Maluku Tengah|Amahai]], Kabupaten [[Kabupaten Maluku Tengah|Maluku Tengah]]. UpacaraPataheri ini ditandaidimulai dengan pemakaian celana pendek ([[cidaku]]dan atauikat kepala merah serta dan penyembelihan kepala [[ayuntekuskus]]) danuntuk ikatmelatih kelincahan tubuh.{{Sfn|Paluseri|2018|p=343}} Para penyelenggaranya adalah para kepala merahmarga, wakil kepala (karinunu)marga, selainguru, ituorang terdapattua, ritualdan pemenggalananak-anak kepalayang kusumenjadi ([[kuskus]])peserta. Anak-anak yang akan mengikuti Pataheri harus berusia sekitar 10–17 tahun. Anak yang berusia 10–12 tahun dianggap beralih dari anak-anak ke remaja, sedangkan anak yang berusia 13–17 dianggap beralih dari remaja ke dewasa. Pataheri dilakuan selama 3 hari.{{Sfn|Paluseri|2018|p=344}}
 
== Persiapan ==
Dahulu kala, salah satu kewajiban yang harus dipenuhi dalam Upacara Pataheri adalah pemenggalan kepala manusia yang akan digunakan dalam ritual adat. Namun  seiring berjalannya waktu, kepala manusia diganti dengan kepala hewan kusu ([[kuskus]]). [[Kusu]] merupakan salah satu hewan yang lincah dan sulit untuk ditangkap. Untuk menagkap Kusu memerlukan kelincahan dan Teknik tertentu. Ini merupakan tantangan tersendiri  bagi orang [[Suku Nuaulu|Nua Ulu]].<ref>{{Cite book|title=Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia tahun 2018|last=Ratnawati|first=Lien|publisher=Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan|year=2018|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref>
Sebelum memulai Pataheri, masyarakat Nuaulu akan berkumpul di [[Rumah tradisional|rumah adat]] untuk membahas waktu pelaksaan Pataeheri dan perlengkapan yang diperlukan. Persiapan ini berbeda antara masyarakat dengan [[status sosial]] yang berbeda. Orang tua dari anak yang menjadi perserta harus mempersiapkan berbagai keperluan secara materi, rohani dan keuangan.{{Sfn|Paluseri|2018|p=345}} Persiapan utama dalam Pataheri yaitu hewan buruan. Hewan ini diperoleh melalui perburuan massal yang dilakukan oleh laki-laki dewasa Suku Nuaulu. Para ibu juga harus menyiapkan makanan yang terbuat dari sagu, pinang, ubi jalar dan singkong. Keperluan bagi peserta Pataheri adalah cawat dan 2 lembar kain berang berwarna merah. Cawat dibuat dari kulit kayu yang digunting-gunting. Para peserta juga perlu disiapkan satu buah kelapa dan satu ekor ayam. Persiapan lainnya adalah persiapan untuk melakukan [[Cakalele|Tari Cakalele]] dan [[Tari Maku-Maku|Tari Maku-maku]].
 
== Pelaksanaan ==
Pelaksanaan Pataheri diawali di tempat pengambilan tiang pertama [[Rumah baileo|rumah adat Baileo]]. Letaknya berada di sekitar [[tanjung]] dengan pepohonan yang besar. Setelah itu, dilanjutkan ke rumah adat. Pataheri dihadiri oleh para anak yang akan melakukan ritual, para kepala suku sebagai pemimpin ritual, dan para laki-laki dewasa Suku Nuaulu yang menjadi [[Saksi Mata|saksi mata]]. Para laki-laki dewasa ini juga akan ikut serta dalam Tari Maku-maku.
 
Pataheri dimulai setelah seluruh peserta telah berkumpul di rumah adat dan telah mengenakan kostum dan asesoris upacara. Sebelum memulai ritual, masing-masing kepala [[marga]] dan [[tokoh adat]] akan memakan [[pinang]] dan minum [[sopi]]. Setelah itu, mereka akan memberikan petuah dan nasihat kepada para peserta. Para kepala marga dan tokoh adat kemudian akan membawa para peserta ke dalam hutan yang sunyi dan menyiapkan 5 potong bambu sebagai tempat berdiri. Para peserta kemudian akan dipakaikan [[Cawat olahraga|cawat]] dan kain berang. Cawat diikat dipinggang dan kemudian ditutupi dengan kain berang yang berwarna merah. Masing-masing peserta kemudian disiapkan kuskus untuk dipenggal dengan sekali tebas dengan parang yang disiapkan oleh orang tuanya. Kuskus yang telah mati dibawa ke rumah adat dan dimasak oleh ibu-ibu serta disantap bersama pada malam harinya.{{Sfn|Paluseri|2018|p=345}}
 
== Pemberkahan ==
Para peserta Pataheri akan menerima [[piring]] berkat dari orang tuanya sehari setelah pelaksaanaan ritual. Ini melambangkan berkat dan bekal bagi anak-anak saat akan menjalani kehidupan [[rumah tangga]]. Piring berkat dimaknai sebagai perwakilan ungkapan doa dan harapan kepada Tuhan dan leluhur agar anak-anak kelak akan diberkati hingga mampu menjalani rumah tangga.{{Sfn|Paluseri|2018|p=345}}
 
== Perubahan tradisi ==
Beberapa persiapan dalam Pataheri mengalami perubahan yang menyesuaikan dengan perkembangan [[teknologi]] dan kemasyarakatan. Dahulu, penyembelihan dilakukan kepada manusia, tetapi kemudian digantikan dengan kuskus. Selain itu, anak-anak tidak lagi harus menangkap kuskus secara mandiri, tetapi dapat diwakilkan oleh orang tuanya. Pelaksanaan Pataheri juga dipersingkat dari berminggu-minggu menjadi 3 hari. Peralatan untuk membunuh kuskus juga tida lagi bergantung kepada warisan leluhur, tetapi dapat diperoleh dengan membeli di pasar.{{Sfn|Paluseri|2018|p=343}}
 
== Pemaknaan ==
Suku Nuaulu meyakini bahwa kain berang dan cawat hanya bisa digunakan oleh anak laki-laki setelah pemakainya melalui Pataheri. Kedua pakaian ini merupakan lambang kedewasaan dan tanggung jawab sebagai masyarakat Nuaulu. Melalui Pataheri, kedudukan anak laki-laki telah sah menjadi bagian dari masyarakat yang memiliki tanggung jawab. Setelah ritual ini dilakukan, anak laki-laki telah memperoleh izin untuk membuat [[keluarga]] baru.
 
== Referensi ==
<references />
 
== Daftar pustaka ==
 
* {{cite book|last1=Paluseri|first1=Dais Dharmawan|last2=Putra|first2=Shakti Adhima|display-authors = 1|date=2018|year=2018|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/dashboard/media/Buku%20Penetapan%20WBTb%202018.pdf|title=Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia Tahun 2018|location=Jakarta|publisher=Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=|pages=|ref={{sfnref|Paluseri|2018}}|url-status=live}}
 
[[Kategori:Warisan budaya takbenda Indonesia]]
 
 
{{budaya-stub}}