Keris Mpu Gandring: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Enam menjadi tujuh. Merapikan daftar keturunan.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
SabitAprido (bicara | kontrib)
Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(13 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 7:
Setelah selesai menjadi keris dengan bentuk dan wujud yang sempurna bahkan memiliki kemampuan supranatural yang konon dikatakan melebihi keris pusaka masa itu. Mpu Gandring menyelesaikan pekerjaannya membuat sarung keris tersebut. Namun belum lagi sarung tersebut selesai dibuat, Ken Arok datang mengambil keris tersebut yang menurutnya sudah satu hari dan harus diambil. Kemudian Ken Arok menguji Keris tersebut dan terakhir Keris tersebut ditusukkannya pada Mpu Gandring yang konon menurutnya tidak menepati janji (karena sarung keris itu belum selesai dibuat) selebihnya bahkan dikatakan untuk menguji kemampuan keris tersebut melawan kekuatan supranatural si pembuat keris (yang justru disimpan dalam keris itu untuk menambah kemampuannya). Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh turunan dari [[Ken Arok]]. Dalam perjalanannya, keris ini terlibat dalam perselisihan dan pembunuhan elit kerajaan Singhasari yakni:
 
=== Terbunuhnya Tunggul Ametung ===
 
Tunggul Ametung, kepala daerah [[Tumapel]] (cikal bakal Singhasari) yang saat itu adalah bawahan dari [[Kerajaan Kadiri]] yang saat itu diperintah oleh [[Kertajaya]] yang bergelar "''Dandang Gendis''" (raja terakhir kerajaan ini). Tumapel sendiri adalah pecahan dari sebuah kerajaan besar yang dulunya adalah [[Kerajaan Jenggala]] yang dihancurkan Kadiri, dimana kedua-duanya awalnya adalah satu wilayah yang dipimpin oleh [[Airlangga]].
 
Baris 19 ⟶ 18:
Setelah membunuh Tunggul Ametung, [[Ken Arok]] mengambil jabatannya, memperistri Ken Dedes yang saat itu sedang mengandung dan memperluas pengaruh Tumapel sehingga akhirnya mampu menghancurkan Kerajaan Kediri. Ken Arok sendiri akhirnya mendirikan kerajaan Singhasari.
 
Rupanya kasus pembunuhan ini tercium oleh Anusapati, anak Ken Dedes dengan ayah Tunggul Ametung. Anusapati, yang diangkat anak oleh Ken Arok mengetahui semua kejadian itu dari ibunya, Ken Dedes dan bertekat untuk menuntut balas. Anusapati akhirnya merancang pembalasan pembunuhan itu dengan menyuruh seorang pendekar sakti kepercayaannya, Ki Pengalasan.
 
Pada saat menyendiri di kamar pusaka kerajaan, Ken Arok mengamati pusaka kerajaan yang dimilikinya. Salah satu pusaka yang dimilikinya adalah keris tanpa sarung buatan Mpu Gandring yang dikenal sebagai Keris Mpu Gandring. Melihat ceceran darah pada keris tersebut, ia merasa ketakutan terlebih lebih terdengar suara ghaib dari dalam keris tersebut yang meminta tumbal. Ia ingat kutukan Mpu Gandring yang dibunuhnya, dan serta merta mebantingnya ke tanah sampai hancur berkeping-keping. Ia bermaksud memusnahkannya. Namun ternyata keris tersebut melayang dan menghilang. Sementara Anusapati dan Ki Pengalasan merancang pembunuhan tersebut, tiba-tiba keris tersebut berada di tangan Anusapati. Anusapati menyerahkan keris kepada Ki Pengalasan yang menurut bahasa sekarang, bertugas sebagai "''eksekutor''" terhadap Ken Arok. Tugas itu dilaksanakannya, dan untuk menghilangkan jejak, Anusapati membunuh Ki Pengalasan dengan keris itu.
Baris 44 ⟶ 43:
# [[Tohjaya]], putera Ken Arok dari selirnya Ken Umang tidak terbunuh oleh keris ini, tetapi terluka oleh lembing, dan akhirnya tewas karena luka-lukanya.
 
Satu lagi yang terakhir adalah KEN[[Ken DEDESDedes]] yang mati oleh keris itu. Dan kemudian keris itu diambil oleh RAJAraja JAWAjawa yang memiliki kesaktian luar biasa untuk memusnahkan keris itu dibuang ke kawah Gunung Kelud di Jawa Timur.
 
[[Kategori:Keris]]