Dinasti Ayyubiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Hendri Saleh (bicara | kontrib)
k EYD dan efektifitas kalimat
 
(30 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{infobox former country
{{Infobox Former Country
| native_name = ایوبیان{{lang|ar|الأيوبيون}} <br/>الأيوبيون {{lang|ckb|ئەیووبی}} <br>{{lang|ku|Eyûbî}}
| conventional_long_name = DinastiKesultanan Ayyubiyah Mesir
| common_name = Ayyubiyah
|continent status = Afrika,Negara Asiaberdaulat<br>(1171–1260)
|region government_type = TimurMonarki TenggahKesultanan
|status year_start = 1171
|government_type year_end = Monarki1260/1341<sup>1</sup>
|year_start p1 = 1171Fatimiyah
|year_end flag_p1 = 1341<sup>1</sup>Rectangular green flag.svg
|p1 p2 = Dinasti = FatimiyahZankiyah
|flag_p1 flag_p2 = RectangularZengid dynasty, 1127 green- flag1183.svgPNG
|p2 p3 = DinastiKerajaan ZankiyahYerusalem
|flag_p2 flag_p3 = Zengid= dynasty,Blason 1127Royaume -de 1183Jérusalem.PNGsvg
|p3 s1 = Kesultanan Mamluk = Kerajaan Yerusalem(Kairo)
|flag_p3 flag_s1 = Armoiries= deMameluke JérusalemFlag.svg
|s1 image_flag = Flag of Ayyubid = Kesultanan Mamluk (Kairo)Dynasty.svg
|flag_s1 image_flag2 = Mameluke Flag.svg
|image_flag flag_type = FlagBendera Dinasti ofAyyubiyah Ayyubid[[Salahuddin Dynasty.svgAyyubi|Salahuddin]]
| image_map = Ayyubid Sultanate 1193 AD.jpg
| image_map_caption = Wilayah DinastiKesultanan Ayyubiyah Mesir setelah kematian [[Salahuddin Ayyubi|Salahuddin]] pada tahun 1193
| capital = {{plainlist|
*[[Kairo]] (1171–1174)<br />
*[[Damaskus]] (1174–1218)<br />
*[[Kairo]] (1218–1250)<br />
*[[Aleppo]] (1250–1260)
*Hama (sampai 1341)}}
|common_languages = [[Bahasa Arab|Arab]]<br>[[Bahasa Kurdi|Kurdi]]<sup>3</sup><br>[[Bahasa Koptik|Koptik]]
|religion common_languages = [[Islam Sunni]]= {{plainlist|
*[[Bahasa Arab|Arab]]
|currency = [[Dinar]]
*[[Bahasa Kurdi|Kurdi]]<sup>3
|leader1 = [[Salahuddin Ayyubi]] (pertama)
*[[Bahasa Koptik|Koptik]]}}
|year_leader1 = 1174–1193
|leader2 religion = [[Al-Aziz= Uthman{{plainlist|Al-Aziz]]
* [[Islam Sunni]]
|year_leader2 = 1193–1198
* [[Mazhab]]: [[Mazhab Syafi'i|Syafi'i]]<ref>{{cite book |last1=Ahmed |first1=Rumee |title=The Oxford Handbook of Islamic Law |date=25 Oktober 2018 |publisher=Oxford University Press |page=311 |isbn=9780191668265 |url=https://books.google.com/books?id=Qs90DwAAQBAJ&q=ayyubid+shafi%27i&pg=PA311}}</ref>
|leader3 = [[Al-Mansur Nasiruddin Muhammad|Al-Mansur]]
* [[Akidah Islam|Aqidah]]: [[Asy'ariyah|Asy'ari]]}}<ref>{{cite journal |last1=Eliade |first1=Mircea |title=Kalam |journal=The Encyclopedia of Religion |year=1987 |volume=8 |page=238 |isbn=9780029097908 |url=https://books.google.com/books?id=qyIkAAAAYAAJ&q=ayyubid+ash%27ari}}</ref>
|year_leader3 = 1198–1200
|leader4 currency = [[Al-Adil IDinar]]
|year_leader4 leader1 = 1200–1218[[Salahuddin Ayyubi]] (pertama)
|leader5 year_leader1 = [[Al-Kamil]]1174–1193
|year_leader5 leader2 = 1218–1238[[Al-Aziz Uthman|Al-Aziz]]
|leader6 year_leader2 = [[Al-Adil= II]]1193–1198
| leader3 = [[Al-Mansur Nasiruddin Muhammad|Al-Mansur]]
|year_leader6 = 1238–1240
|leader7 year_leader3 = [[As-Salih= Ayyub]]1198–1200
|year_leader7 leader4 = 1240–1249[[Al-Adil I]]
|leader8 year_leader4 = [[Al-Asyraf Musa, Sultan Mesir|Al-Asyraf]]1200–1218
|year_leader8 leader5 = 1250–1254[[Al-Kamil]]
|title_leader year_leader5 = [[Sultan]]1218–1238
|stat_area1 leader6 = [[Al-Adil II]]
| year_leader6 = 1238–1240
|stat_year1 = Perkiraan tahun 1190<ref>{{cite journal|last1=Turchin|first1=Peter|last2=Adams|first2=Jonathan M.|last3=Hall|first3=Thomas D | title = East-West Orientation of Historical Empires | journal = Journal of world-systems research|date=December 2006|volume=12|issue=2|pages=219–229|url=http://jwsr.ucr.edu/archive/vol12/number2/pdf/jwsr-v12n2-tah.pdf|accessdate=9 January 2012}}</ref>
|stat_area1 leader7 = 2000000[[As-Salih Ayyub]]
|stat_year2 year_leader7 = Abad ke-12 = 1240–1249
|stat_pop2 leader8 = 7.200.000[[Al-Asyraf Musa, Sultan (perkiraan)<sup>2</sup>Mesir|Al-Asyraf]]
| year_leader8 = 1250–1254
|footnotes = <sup> 1 </sup> Salah satu cabang dinasti Ayyubiyah memerintah Hisn Kayfa sampai awal abad ke-16.<br> <sup> 2 </sup> Jumlah penduduk wilayah Ayyubiyah tidak diketahui. Angka ini hanya mencakup penduduk Mesir, Suriah, Irak utara, Palestina, dan Yordania. Wilayah Ayyubiyah lainnya, termasuk Yaman, Hijaz, Nubia, dan Libya timur, tidak termasuk dalam hitungan.<br> <sup> 3 </sup> Bahasa Kurdi adalah [[bahasa ibu]] Dinasti Ayyubiyah, tetapi dari akhir abad ke-12 dan seterusnya, para penguasa Ayyubiyah menuturkan bahasa Arab secara fasih dan sudah meninggalkan bahasa Kurdi.
|currency title_leader = [[DinarSultan]]
|today = {{flag|Mesir}}<br>{{flag|Irak}}<br>{{flag|Israel}}<br>{{flag|Yordania}}<br>{{flag|Lebanon}}<br>{{flag|Libya}}<br>{{flagicon|Palestina}} [[Otoritas Palestina]]<br>{{flag|Arab Saudi}}<br>{{flag|Sudan}}<br>{{flag|Suriah}}<br>{{flag|Tunisia}}<br>{{flag|Turki}}<br>{{flag|Yaman}}
| stat_area1 = 2000000
| stat_year1 = Perkiraan tahun 1190<ref>{{cite journal|last1=Turchin|first1=Peter|last2=Adams|first2=Jonathan M.|last3=Hall|first3=Thomas D | title = East-West Orientation of Historical Empires | journal = Journal of world-systems research|date=December 2006|volume=12|issue=2|pages=219–229|url=http://jwsr.ucr.edu/archive/vol12/number2/pdf/jwsr-v12n2-tah.pdf|accessdate=9 January 2012|archive-date=2007-02-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20070222011511/http://jwsr.ucr.edu/archive/vol12/number2/pdf/jwsr-v12n2-tah.pdf|dead-url=yes}}</ref>
| stat_year2 = Abad ke-12
| stat_pop2 = 7.200.000 (perkiraan)<sup>2</sup>
| footnotes = <sup> 1 </sup> Salah satu cabang dinasti Ayyubiyah memerintah Hisn Kayfa[[Hasankeyf]] sampai awal abad ke-16.<br> <sup> 2 </sup> Jumlah penduduk wilayah Ayyubiyah tidak diketahui. Angka ini hanya mencakup penduduk Mesir, Suriah, Irak utara, Palestina, dan Yordania. Wilayah Ayyubiyah lainnya, termasuk Yaman, Hijaz, Nubia, dan Libya timur, tidak termasuk dalam hitungan.<br> <sup> 3 </sup> Bahasa Kurdi adalah [[bahasa ibu]] Dinasti Ayyubiyah, tetapi dari akhir abad ke-12 dan seterusnya, para penguasa Ayyubiyah menuturkan bahasa Arab secara fasih dan sudah meninggalkan bahasa Kurdi.
| today = {{flag|Mesir}}<br>{{flag|Irak}}<br>{{flag|Israel}}<br>{{flag|Yordania}}<br>{{flag|Lebanon}}<br>{{flag|Libya}}<br>{{flagiconflag|Palestina}} [[Otoritas Palestina]]<br>{{flag|Arab Saudi}}<br>{{flag|Sudan}}<br>{{flag|Suriah}}<br>{{flag|Tunisia}}<br>{{flag|Turki}}<br>{{flag|Yaman}}
| population_density_km2 =
}}
'''Dinasti Ayyubiyah''' atau '''Bani Ayyubiyah''' ({{lang-ar|الأيوبيون}} ''{{transl|ar|al-Ayyūbīyūn}}''; {{lang-ku|خانەدانی ئەیووبیان}} ''{{transl|ku|Xanedana Eyûbiyan}}'') adalah sebuah dinasti Muslim Sunni beretnis [[suku Kurdi|Kurdi]]<ref name="Humphreys1987">{{harvnb|Humphreys|1987}}</ref><ref name="Ozoglu46">{{harvnb|Özoğlu|2004|p=46}}</ref><ref name="Bosworth73">{{harvnb|Bosworth|1996|p=73}}</ref> yang didirikan oleh [[Salahuddin Ayyubi]] dan berpusat di [[Mesir pada Abad Pertengahan|Mesir]]. Dinasti tersebut memerintah sebagian besar wilayah [[Timur Tengah]] pada abad ke-12 dan ke-13. Salahuddin mulai menjabat sebagai wazir di Mesir, pusat kekuasaan [[Kekhalifahan Fatimiyah]] yang berhaluan Syiah pada tahun 1169. Ia kemudian melengserkan Dinasti Fatimiyah pada tahun 1171. Tiga tahun kemudian, setelah kematian atasannya dari [[Dinasti Zankiyah]], [[Nuruddin Zanki]], Salahuddin dinyatakan sebagai sultan.<ref name="Eiselen89">{{harvnb|Eiselen|1907|p=89}}</ref> Dalam kurun waktu satu dasawarsa kemudian, Ayyubiyah mengobarkan perang penaklukan di wilayah Timur Tengah. Pada tahun 1183, mereka telah menguasai Mesir, [[Bilad al-Syam|Syam]], [[Mesopotamia]] utara, [[Hijaz]], [[Yaman]], dan pesisir [[Afrika Utara]] hingga mencapai perbatasan [[Tunisia]] modern. Sebagian besar [[Negara-negara Tentara Salib|wilayah Tentara Salib]], termasuk [[Kerajaan Yerusalem]] jatuh ke tangan Salahuddin setelah ia berhasil memperoleh kemenangan yang gemilang dalam [[Pertempuran Hittin]] pada tahun 1187. Namun, [[Tentara Salib]] berhasil merebut kembali wilayah pesisir [[Palestina (kawasan)|Palestina]] pada dasawarsa 1190-an.
 
Setelah Salahuddin menjemput ajalnya pada tahun 1193, putra-putranya saling memperebutkan kekuasaan. Pada akhirnya adik Salahuddin yang bernama [[al-Adil]] berhasil menjadi sultan pada tahun 1200. Semua sultan Ayyubiyah di Mesir pada masa selanjutnya adalah keturunannya. Pada dasawarsa 1230-an, amir-amir (para penguasa kecil) di Syam mencoba memisahkan diri dari Mesir, dan Kesultanan Ayyubiyah pun terpecah hingga Sultan [[as-Salih Ayyub]] berhasil menyatukannya kembali dengan menaklukkan sebagian besar wilayah Syam (kecuali [[Aleppo]]) pada tahun 1247. Pada masa yang sama, dinasti-dinasti Muslim setempat telah mengusir Ayyubiyah dari Yaman, Hijaz, dan sebagian wilayah Mesopotamia.

Setelah as-Salih Ayyub tutup usia pada tahun 1249, jabatan sulatan yang berpusat di Mesir dipegang oleh [[al-Mu'azzam Turansyah]] menggantikannya di Mesir. Namun, al-Mu'azzam Turansyah dilengserkan tidak lama kemudian oleh para panglima [[Kesultanan Mamluk (Kairo)|Mamluk]] yang sebelumnya berhasil menghalau serangan Tentara Salib ke [[Delta Nil]]. Maka kekuasaan Dinasti Ayyubiyah di Mesir pun berakhir. Upaya para amir Syam (yang dipimpin oleh [[an-Nasir Yusuf]] dari Aleppo) untuk merebut kembali Mesir juga tidak membuahkan hasil.

Pada tahun 1260, [[Kekaisaran Mongol|bangsa Mongol]] [[Pengepungan Aleppo (1260)|menjarah Aleppo]] dan kemudian menaklukkan wilayah-wilayah Ayyubiyah yang tersisa. Kesultanan Mamluk berhasil mengusir bangsa Mongol dan membiarkan seorang penguasa Ayyubiyah berkuasa di [[Hamat]] sampai penguasa terakhir wilayah tersebut dilengserkan oleh Mamluk pada tahun 1341.
 
Walaupun tidak bertahan lama, Dinasti Ayyubiyah telah memajukan ekonomi wilayah yang mereka kuasai. Mereka juga mendukung para cendekiawan dan mendirikan fasilitas-fasilitas pembelajaran yang diperlukan oleh mereka, sehingga mereka berhasil membangkitkan kembali kegiatan keilmuwan di [[dunia Islam]]. Selain itu, Dinasti Ayyubiyah berupaya memperkuat dominasi [[Sunni]] di wilayah mereka dengan mendirikan sejumlah [[madrasah]] di kota-kota besar.
Baris 69 ⟶ 84:
Syawar tutup usia pada tahun 1169 dan Syirkuh menggantikannya sebagai wazir, tetapi ia menjemput ajalnya pada tahun yang sama.<ref name="LyonsJackson25">{{harvnb|Lyons|Jackson|1982|p=25}}</ref> Salahuddin kemudian diangkat sebagai wazir oleh khalifah [[Kekhalifahan Fatimiyah|Fatimiyah]] [[al-Adid]] karena "tidak ada yang lebih lemah ataupun lebih muda" daripada Salahuddin, dan "tidak ada satu pun amir yang menurutinya atau mengabdi kepadanya", seperti yang dicatat oleh penulis kronik Muslim dari [[Abad Pertengahan]], [[Ibnu al-Atsir]].<ref name="LyonsJackson28">{{harvnb|Lyons|Jackson|1982|p=28}}</ref> Salahuddin kemudian menyadari bahwa kedudukannya menjadi lebih bebas daripada sebelum-sebelumnya, dan hal ini membuat khawatir Nuruddin yang ingin tetap menancapkan pengaruhnya di Mesir. Nuruddin mencoba memicu perpecahan di keluarga Ayyubiyah dengan mengizinkan kakak laki-laki Salahuddin, [[Turansyah]], untuk mendatangi Mesir dan mengawasi Salahuddin. Nuruddin juga memenuhi permintaan Salahuddin agar ayahnya, Ayyub, diperbolehkan pergi ke Mesir. Ayyub sebenarnya dikirim oleh Nuruddin agar Mesir tunduk kepada Kekhalifahan Abbasiyah, sementara Salahuddin enggan melakukan hal tersebut karena ia sedang mengabdi sebagai wazir Dinasti Fatimiyah. Walaupun Nuruddin gagal memicu permusuhan di antara anggota keluarga Ayyubiyah, kerabat jauh keluarga tersebut (khususnya sejumlah gubernur di Syam) tidak mendukung Salahuddin.<ref name="Lev96-97">{{harvnb|Lev|1999|pp=96–97}}</ref>
 
Salahuddin mengukuhkan kekuasaannya di Mesir setelah ia mengirim Turansyah untuk memadamkan sebuah pemberontakan di [[Kairo]] yang dikobarkan oleh pasukan [[Nubia]] yang berjumlah 50.000 orang dan merupakan bagian dari tentara Fatimiyah. Sesudah itu, Salahuddin mulai mengangkat anggota keluarganya sebagai pejabat tinggi, dan ia juga memperkuat pengaruh Sunni di kota Kairo yang didominasi oleh [[Syiah]] pada masa itu dengan memerintahkan pembangunan madrasah [[fikih]] bermazhab [[Maliki]] di kota tersebut dan satu madrasah lain yang bermazhab [[Syafi'i]] di [[Fustat|Fusthath]].<ref name="LyonsJackson41">{{harvnb|Lyons|Jackson|1982|p=41}}</ref> Pada tahun 1171, al-Adid wafat dan Salahuddin memanfaatkan kesempatan ini dengan mengambil alih kekuasaan di Mesir. Setelah itu, ia menyatakan kesetiaannya kepada Kekhalifahan Abbasiyah yang beraliran Sunni dan berpusat di [[Baghdad]].<ref name="Shillington438"/>
 
=== Perluasan wilayah ===
Baris 81 ⟶ 96:
 
==== Penaklukan Arabia Barat ====
Pada tahun 1173, Salahuddin mengirim Turansyah untuk menaklukkan [[Yaman]] dan [[Hijaz]]. Penulis Muslim Ibnu al-Atsir dan kemudian [[al-Maqrizi]] menyatakan bahwa Ayyubiyah mencoba menaklukkan Yaman karena mereka ingin menjadikan wilayah tersebut sebagai tempat pelarian apabila Mesir jatuh ke tangan Nuruddin. Pada Mei 1174, Turansyah merebut [[Zabid]] dari tangan sebuah dinasti [[Khawarij]], dan ia juga menghukum mati pemimpinnya, Mahdi Abdulnabi. Pada tahun yang sama, ia juga merebut kota [[Aden]] dari Banu Karam yang beraliran Syiah.<ref name="HoutsmaWensinck884">{{harvnb|Houtsma|Wensinck|1993|p=884}}</ref> Aden kemudian menjadi pelabuhan utama Dinasti Ayyubiyah di pesisir [[SamuderaSamudra Hindia]] sekaligus kota utama di Yaman,<ref name="Margariti29"/> meskipun ibu kota resmi Yaman di bawah kekuasaan Ayyubiyah adalah [[Ta'iz]].<ref name="McLaughlin131">{{harvnb|McLaughlin|2008|p=131}}</ref> Semenjak kekuasaan Ayyubiyah, kota tersebut memasuki zaman kesejahteraan berkat pembangunan infrastruktur, pendirian lembaga-lembaga baru, dan pencetakan koin tersendiri.<ref name="Margariti29">{{harvnb|Margariti|2007|p=29}}</ref> Maka dari itu, Ayyubiyah memberlakukan pajak baru yang dikumpulkan oleh kapal-kapal [[galai]].<ref name="Lofgren181">{{harvnb|Lofgren|1997|p=181}}</ref>
 
Turansyah menaklukkan [[Sana'a]] dan mengusir para penguasa [[Daftar sultan Hamdaniyah|Hamdaniyah]] dari kota pegunungan tersebut pada tahun 1175.<ref name="HoutsmaWensinck884"/> Setelah menguasai Yaman, Dinasti Ayyubiyah membentuk sebuah armada pesisir, ''al-asakir al-bahriyya'', yang mereka manfaatkan untuk mempertahankan wilayah pesisir dari serangan perompak.<ref name="DumperStanley10">{{harvnb|Dumper|Stanley|2007|p=10}}</ref> Penaklukan yang dilancarkan oleh Ayyubiyah sangat berdampak terhadap Yaman, karena Ayyubiyah berhasil menyatukan tiga negara yang sebelumnya merdeka (Zabid, Aden, dan Sana'a). Namun, saat gubernur Turansyah dipindahkan dari Yaman pada tahun 1176, pemberontakan meletus di wilayah tersebut, dan pemberontakan ini baru dapat dipadamkan pada tahun 1182 setelah Salahuddin mengangkat saudaranya yang lain, [[Tughtakin bin Ayyub|Tughtakin Saif al-Islam]], sebagai gubernur Yaman.<ref name="HoutsmaWensinck884"/> Sementara itu, ''[[na'ib]]'' (wakil gubernur) Ayyubiyah di Yaman, Utsman Az-Zanjili, menaklukkan banyak wilayah di [[Hadramaut]] pada tahun 1180.<ref name="Brice338">{{harvnb|Brice|1981|p=338}}</ref>
 
Dari Yaman (dan juga dari Mesir), Ayyubiyah mencoba menguasai jalur dagang [[Laut Merah]] dan memperkuat kendali di wilayah Hijaz, yang merupakan tempat berdirinya sebuah pelabuhan dagang penting yang disebut [[Yanbu]].<ref name="Salibi55">{{harvnb|Salibi|1998|p=55}}</ref> Untuk mendukung perdagangan di Laut Merah, Ayyubiyah membangun fasilitas-fasilitas untuk pada pedagang di sepanjang jalur dagang Laut Merah-[[SamuderaSamudra Hindia]].<ref name="DalyPetry217-218">{{harvnb|Daly|Petry|1998|pp=217–218}}</ref> Dinasti Ayyubiyah juga mencoba memperkuat klaim mereka sebagai [[kekhalifahan]] dengan menegakkan kedaulatan atas kota-kota suci [[Islam]] di [[Mekkah]] dan [[Madinah]].<ref name="Salibi55"/> Secara keseluruhan, penaklukan dan kemajuan ekonomi yang diprakarsai oleh Salahuddin berhasil mengukuhkan hegemoni Mesir di wilayah Arabia barat.<ref name="DalyPetry217-218"/>
 
==== Penaklukan Syam dan Mesopotamia ====
Walaupun secara resmi masih menjadi [[vasal]] [[Nuruddin]], Salahuddin memberlakukan kebijakan luar negeri yang semakin independen. Kemerdekaan ini semakin menjadi jadi setelah kematian Nuruddin pada tahun 1174.<ref name="Shillington438"/> Salahuddin lalu merebut wilayah Syam dari tangan [[Dinasti Zankiyah]], dan pada 23 November, ia disambut di [[Damaskus]] oleh gubernur kota tersebut. Pada tahun 1175, ia merebut [[Hamat]] dan [[Homs]], namun tidak berhasil menguasai kota [[Aleppo]] setelah sempat melancarkan pengepungan.<ref name="Lane-Poole141">{{Harvnb|Lane-Poole|1906|p=141}}</ref> Kendali atas kota Homs diserahkan kepada keturunan Syirkuh pada tahun 1179, sementara kota Hamat diberikan kepada keponakan Salahuddin, al-Muzaffar Umar.<ref name="Lane-Poole189476">{{harvnb|Lane-Poole|1894|p=76}}</ref> Keberhasilan Salahuddin membuat takut Amir [[Ghazi II Saifuddin|Saifuddin]] dari [[Mosul]] yang merupakan kepala Dinasti Zankiyah pada masa itu. Ia menganggap Syam sebagai wilayah keluarganya, dan ia juga marah setelah mendengar kabar bahwa wilayah tersebut direbut oleh bekas bawahan Nuruddin. Ia mengerahkan pasukannya untuk melawan Salahuddin di dekat Hamat. Meskipun kalah jumlah, Salahuddin dan para prajurit veterannya berhasil mengalahkan pasukan Zankiyah.<ref name="Lane-Poole141"/> Setelah itu, ia menyatakan dirinya sebagai raja dan menggantikan penyebutan nama [[ash-Shalih Ismail al-Malik]] (putra Nuruddin yang masih remaja) dalam doa [[salat Jumat]] dan dalam uang-uang logam dengan namanya sendiri. Khalifah Abbasiyah [[al-Mustadi]] menyambut keberhasilan Salahuddin dan memberinya gelar "Sultan Mesir dan Syam".<ref name="Lane-Poole1906p142-146">{{harvnb|Lane-Poole|1906|pp=142–146}}</ref>
 
Pada musim semi tahun 1176, Dinasti Zankiyah dan Ayyubiyah kembali berseteru, kali ini di [[Tall Sultan]] yang berjarak 15 &nbsp;km dari Aleppo. Salahuddin berhasil memenangkan pertempuran tersebut, tetapi Saifuddin masih dapat melarikan diri. Pasukan Ayyubiyah kemudian menaklukkan kota-kota lainnya di Syam, yakni [[Ma'arat an-Numan]], [[A'zaz]], Buza'a, dan [[Manbij]]. Walaupun mereka gagal merebut kota Aleppo selama pengepungan kedua, Ayyubiyah menandatangani sebuah perjanjian yang menyatakan bahwa gubernur Aleppo [[Gumushtigin]] dan sekutu-sekutunya di [[Hisn Kayfa]] dan [[Mardin]] mengakui Salahuddin sebagai penguasa berdaulat di Syam, dan sebagai gantinya Gumushtigin dan as-Salih al-Malik diperbolehkan melanjutkan kekuasaan mereka di Aleppo.<ref name="Lane-Poole1906p146-148">{{harvnb|Lane-Poole|1906|pp=146–148}}</ref>
 
Saat Salahuddin sedang berada di Syam, Mesir diperintah oleh saudaranya, [[al-Adil]].<ref name="Lev22">{{harvnb|Lev|1999|p=22}}</ref> Pada tahun 1174–75, [[Kanz ad-Dawlah]] dari Aswan memberontak melawan Ayyubiyah karena ia ingin membangkitkan lagi Dinasti Fatimiyah. Ia mendapatkan dukungan dari suku-suku Badui setempat dan juga dari orang-orang Nubia, serta dari kelompok-kelompok lain seperti [[orang Armenia]]. Pada saat yang sama (entah kebetulan atau memang disengaja), para pemberontak yang dipimpin oleh [[Abbas bin Syadzi]] berhasil menguasai kota [[Qus]] di tepi [[Sungai Nil]] di Mesir tengah. Kedua pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh al-Adil.<ref name="Lev100-101">{{harvnb|Lev|1999|pp=100–101}}</ref> Pada akhir tahun 1175 dan awal tahun 1176, Qaraqusy terus melakukan penjarahan di Afrika Utara bagian barat, sehingga Dinasti Ayyubiyah mulai berkonflik dengan [[Muwahhidun]] yang berkuasa di wilayah [[Arab Maghrib|Maghrib]].<ref name="Lev101"/>
Baris 104 ⟶ 119:
==== Penaklukan Palestina dan Transyordania ====
[[Berkas:Hattin.jpg|jmpl|ka|Seluruh wilayah [[Kerajaan Yerusalem]] jatuh ke tangan Ayyubiyah setelah mereka berhasil memenangkan [[Pertempuran Hittin]] pada tahun 1187.]]
Salahuddin mengepung [[Tiberias]] di Galilea timur pada 3 Juli 1187, sementara Tentara Salib berupaya menyerang pasukan Ayyubiyah di [[Kafr Kanna]]. Setelah mendengar kabar mengenai pergerakan Tentara Salib, Salahuddin dan gardanya kembali ke perkemahan utama mereka di [[Kafr Sabt]]. Mereka hanya menyisakan pasukan yang kecil jumlahnya di Tiberias. Mereka dapat melihat dengan jelas posisi Tentara Salib, dan Salahuddin kemudian memerintahkan kepada al-Muzaffar Umar untuk menempatkan pasukan di dekat [[Lubya]] agar Tentara Salib tidak dapat memasuki kota [[Hittin]], sementara Gokbori dan pasukannya ditempatkan di sebuah bukit dekat [[asy-Syajarah]]. Pada tanggal 4 Juli, Tentara Salib bergerak menuju [[Tanduk Hittin]] dan menyerang pasukan Muslim, tetapi mereka dikalahkan dalam sebuah [[Pertempuran Hittin|pertempuran besar]]. Empat hari seusai pertempuran, Salahuddin mengajak al-Adil untuk turut serta dalam upaya penaklukan kembali [[Palestina]]. Pada tanggal 8 Juli, benteng Tentara Salib di [[Akko, Israel|Akko]] direbut oleh Salahuddin. Pasukannya juga berhasil merebut [[Nazaret]], [[Saffuriya]], [[Haifa]], [[Kaisarea]], [[Sebastia, Nablus|Sebastia]], dan Nablus, sementara pasukan al-Adil menaklukkan [[Migdal Afek|Mirabel]] dan [[Jaffa]]. Pada tanggal 26 Juli, Salahuddin kembali ke wilayah pesisir, dan kota [[Sarepta]], [[Sidon]], [[Beirut]], dan [[Jableh]] kemudian menyerah kepadanya.<ref name="Lane-Poole1906p219">{{harvnb|Lane-Poole|1906|p=219}}</ref> Pada bulan Agustus, Ayyubiyah menaklukkan [[Ramla|Ramlah]]h, [[Dairul Balah|Darum]], [[Kota Gaza|Gaza]], [[Bait Jibrin]], dan [[Latrun]]. [[Ashkelon]] direbut pada tanggal 4 September.<ref name="Lane-Poole1906p223">{{harvnb|Lane-Poole|1906|p=223}}</ref> Pada September–Oktober 1187, Ayyubiyah [[Pengepungan Yerusalem (1187)|mengepung Yerusalem]]. Setelah sempat berunding dengan [[Balian d'Ibelin]], kota tersebut diserahkan kepada Salahuddin pada tanggal 2 Oktober.<ref name="Lane-Poole1906p230">{{harvnb|Lane-Poole|1906|p=230}}</ref>
 
Karak dan [[Montreal (istana tentara Salib)|Mont Real]] di [[Oultrejordain|Transyordania]] juga jatuh ke tangan Salahuddin, yang kemudian disusul oleh [[Safad]] di Galilea timur laut. Pada akhir tahun 1187, Ayyubiyah telah menguasai semua wilayah [[Kerajaan Yerusalem]] di [[Syam]] kecuali kota [[Tirus, Lebanon|Tirus]] yang dipertahankan oleh [[Conrad dari Montferrat]]. Pada Desember, kota Tirus dikepung oleh pasukan Ayyubiyah yang terdiri dari garnisun Salahuddin dan saudara-saudaranya dari Aleppo, Hamat, dan Mesir. Setengah dari armada angkatan laut Muslim direbut oleh pasukan Conrad pada 29 Desember, dan kemudian pasukan Ayyubiyah juga berhasil dihalau di daerah pesisir kota tersebut.<ref name="Lane-Poole1906p239-240">{{harvnb|Lane-Poole|1906|pp=239–240}}</ref>
Baris 133 ⟶ 148:
[[Berkas:Al-Kamil Muhammad al-Malik and Frederick II Holy Roman Emperor.jpg|jmpl|ka|lurus|[[Al-Kamil]] (kanan) bertemu dengan Kaisar [[Friedrich II, Kaisar Romawi Suci|Friedrich II]] (kiri). Gambar berasal dari ''[[Nuova Cronica]]'', pertengahan abad ke-14.]]
 
Di sebelah timur, [[Kekaisaran Khwarezmia|Dinasti Khwarezmia]] di bawah kepemimpinan [[Jalauddin Mingburnu]] merebut kota [[Ahlat|Khilat]] dari tangan al-Asyraf.<ref name="RichardBirrell315">{{harvnb|Richard|Birrell|1999|p=315}}</ref> Sementara itu, [[Dinasti Rasuliyah]] (yang sebelumnya merupakan bani yang setia) mulai mengambil alih wilayah Ayyubiyah di [[Arabia]]. Pada tahun 1222, Dinasti Ayyubiyah mengangkat pemimpin Rasuliyah Ali bin Rasul sebagai gubernur Mekkah. Pemerintahan Ayyubiyah di Yaman dan Hijaz sendiri terus melemah, dan gubernur Yaman Ayyubiyah, Mas'ud bin Kamil, terpaksa bertolak ke Mesir pada tahun 1223. Untuk mengisi kekosongan, ia mengangkat Nuruddin Umar sebagai wakilnya.<ref name="Ali84"/> Pada tahun 1224, sebuah dinasti al-Yamani berhasil menguasai wilayah [[Hadramaut]]. Kendali Ayyubiyah di wilayah itu sendiri memang lemah akibat kesulitan dalam memerintah wilayah utama Yaman.<ref name="Brice338">{{harvnb|Brice|1981|p=338}}< /ref> Kemudian, setelah wafatnya Mas'ud bin Kamil pada tahun 1229, Nuruddin Umar mengangkat dirinya sebagai penguasa Yaman yang merdeka dan tidak lagi membayarkan upeti tahunan kepada pemerintah Ayyubiyah di Mesir.<ref name="Ali84">{{harvnb|Ali|1996|p=84}}</ref>
 
Dinasti Ayyubiyah juga masih menghadapi ancaman dari Eropa. Kaisar [[Friedrich II, Kaisar Romawi Suci|Friedrich II]] mengobarkan [[Perang Salib Keenam]] yang berupaya memanfaatkan perselisihan antara al-Kamil dari Mesir dengan al-Mu'azzam dari Syam.<ref name="Shillington438"/> Al-Kamil kemudian menawarkan kota Yerusalem kepada Friedrich untuk menghindari serangan Syam ke Mesir, tetapi Friedrich menolak tawaran tersebut mentah-mentah. Posisi Al-Kamil menguat setelah al-Mu'azzam tutup usia pada tahun 1227 dan digantikan oleh putranya, [[an-Nasir Dawud]]. Al-Kamil melanjutkan perundingan dengan Friedrich II di Akko pada tahun 1228, dan akhirnya mereka menandatangani perjanjian gencatan senjata pada Februari 1229. Perjanjian tersebut menyerahkan kota Yerusalem yang tidak dibentengi kepada Tentara Salib selama lebih dari sepuluh tahun, tetapi pada saat yang sama juga menjamin kendali Muslim atas tempat-tempat suci Islam di kota tersebut.<ref name="MeriBacharach84"/> Meskipun perjanjian tersebut sama sekali tidak berarti dari sudut pandang militer, an-Nasir Dawud memanfaatkannya untuk membangkitkan amarah rakyat Syam, dan konon khotbah Jumat yang disampaikan oleh seorang khatib yang terkenal di [[Masjid Agung Umayyah]] di Damaskus telah membuat para penyimaknya "meraung-raung dan menangis".<ref name="Burns184">{{harvnb|Burns|2005|p=184}}</ref>
Baris 215 ⟶ 230:
Pada abad ke-12, [[Islam]] merupakan agama utama di kawasan Timur Tengah. Tidak diketahui secara pasti apakah agama ini merupakan agama mayoritas di luar [[Semenanjung Arabia]]. Bahasa Arab merupakan bahasa kebudayaan dan juga bahasa yang dituturkan oleh warga kota, walaupun bahasa-bahasa lainnya yang sudah ada dari zaman pra-Islam juga masih digunakan untuk hal-hal tertentu.<ref name="HouraniRuthven96-97">{{harvnb|Hourani|Ruthven|2002|pp=96–97}}</ref> Kebanyakan orang Mesir menuturkan bahasa Arab pada masa Dinasti Ayyubiyah.<ref name="Goldschmidt48">{{harvnb|Goldschmidt|2008|p=48}}</ref>
 
[[Rumpun bahasa Kurdi|Bahasa Kurdi]] merupakan bahasa ibu penguasa-penguasa pertama Ayyubiyah, khususnya pada masa mereka ketika mereka bertolak dari Dvin. Sultan Salahuddin menuturkan bahasa Arab dan [[bahasa Kurdi]], dan tampaknya juga bisa berbicara [[bahasa Turki]].<ref name="Magill809">{{harvnb|Magill|1998|p=809}}</ref><ref name="France84">{{harvnb|France|1998|p=84}}</ref> Menurut Yasser Tabbaa, seorang antropolog yang mengkhususkan diri dalam bidang kebudayaan Islam [[abad pertengahan]], para penguasa Ayyubiyah yang memerintah pada abad ke-12 sudah jauh dari budaya Kurdi; tidak seperti para pendahulu mereka di Seljuk dan para penerus mereka di Mamluk, para penguasa Ayyubiyah telah "terarabisasi".<ref name="Tabbaa31">{{harvnb|Tabbaa|1997|p=31}}</ref> Bahasa dan [[budaya Arab]]<ref name="Angold391">{{harvnb|Angold|2006|p=391}}</ref> menjadi unsur utama dalam jati diri mereka alih-alih bahasa dan budaya Kurdi.<ref name="FageOliver37-38">{{harvnb|Fage|Oliver|1977|pp=37–38}}</ref> Mereka sendiri sudah cukup terasimilasi ke dalam budaya Arab sebelum mereka mulai berkuasa, dan marga-marga Arab pun jauh lebih lazim daripada marga-marga non Arab di kalangan penguasa Bani Ayyubiyah. Beberapa pengecualiannya adalah marga non-Arab ''[[Turansyah]].'' Sebagian besar penguasa Ayyubiyah dapat menuturkan bahasa Arab secara fasih, dan beberapa dari antara mereka (seperti az-Zahir Ghazi, [[Al-Mu'azzam|al-Mu'azzam Isa]], dan amir-amir kecil di Hamat) merangkai puisi dalam bahasa Arab.<ref name="Humphreys189-190">{{harvnb|Humphreys|1977|pp=189–190}}</ref>
 
Arabisasi yang berlangsung di keluarga penguasa Ayyubiyah sangat berbeda dengan pasukan mereka yang tidak memiliki kesatuan budaya. Orang-orang Turki dan Kurdi mendominasi pasukan berkuda, sementara kelompok nomaden [[orang Turkmen|Turkmen]] dan Arab mengisi satuan-satuan infanteri. Kelompok-kelompok nomaden tersebut biasanya menetap di padang rumput di luar kota, sehingga mereka terpisah dari kehidupan perkotaan yang kental dengan budaya Arab. Berkat pemisahan ini, mereka masih dapat mempertahankan tradisi mereka.<ref name="Tabbaa31">{{harvnb|Tabbaa|1997|p=31}}< /ref> Diduga Salahuddin berbicara dalam bahasa Turki kepada para panglima militernya.<ref name="France84"/> Seperti Bani Fatimiyah, para penguasa Ayyubiyah di Mesir tetap mempertahankan pasukan ''[[mamluk]]'' (budak militer) dalam jumlah besar. Pada paruh pertama abad ke-13, pasukan ''mamluk'' kebanyakan berasal dari golongan Turk [[Kipchak]] dan [[Adighe]], dan terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa pasukan tersebut masih menuturkan [[bahasa Kipchak]].<ref name="Catlos425">{{harvnb|Catlos|1997|p=425}}</ref><ref name="Flinterman16-17">{{harvnb|Flinterman|2012|pp=16–17}}</ref>
 
Sebagian besar penduduk Syam pada abad ke-12 memeluk agama [[Islam Sunni]], dan sebagian besar beretnis Arab atau Kurdi. Terdapat juga komunitas Muslim [[Syiah]] [[Dua Belas Imam]], [[Druze]], dan [[Alawit|sekte Alawiyah]]. Penganut Islam Syiah beraliran [[Ismailiyah]] berjumlah kecil dan kebanyakan berdarah [[orang Persia|Persia]], dan mereka datang dari wilayah [[Alamut]]. Kebanyakan dari mereka tinggal di wilayah pegunungan di dekat pesisir Syam utara.<ref name="Willey41">{{harvnb|Willey|2005|p=41}}</ref> Terdapat pula komunitas [[Kristen]] dalam jumlah yang besar di Syam utara, Palestina, Transyordania, dan Mesopotamia Hulu. Mereka menuturkan [[bahasa Aram]] dan merupakan penduduk asli wilayah tersebut. Kebanyakan dari mereka mengikuti [[Gereja Ortodoks Suryani]]. Mereka tinggal di desa-desa Kristen atau desa-desa dengan campuran penduduk Muslim dan Kristen. Mereka juga menetap di biara-biara dan kota-kota kecil. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka tampaknya hidup rukun dengan tetangga-tetangga Muslim mereka. Secara ideologis, mereka dipimpin oleh [[Patriark Antiokhia]].<ref name="Baer2-3">{{harvnb|Baer|1989|pp=2–3}}</ref>
Baris 339 ⟶ 354:
== Pranala luar ==
{{Commons category|Ayyubid dynasty}}
* [https://web.archive.org/web/20111114213156/http://archive.cyark.org/bab-albarqiyya-intro Fatimid-era Ayyubid Wall of Cairo Digital Media Archive]
* [http://www.islamicarchitecture.org/dynasties/ayyubids.html Dinasti Ayyubiyah]
* [http://archive.cyark.org/bab-albarqiyya-intro Fatimid-era Ayyubid Wall of Cairo Digital Media Archive]
{{Dinasti Ayyubiyah}}
{{Empires}}
 
{{artikel bagus}}
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Sejarah Kurdistan]]