Tenganan Pegringsingan, Karangasem: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
memperbaiki |
Wadaihangit (bicara | kontrib) melengkapi halaman dengan foto #WPWP |
||
(19 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Short description|Desa di Kecamatan Manggis, Karangasem, Bali}}
{{Coord|-8.476383|115.566370|display=title}}
{{Desa
|
|
|nama
|
|kode pos
|
|luas = 9,52 km²<ref name="BPS Manggis 2017"/>
|penduduk = 4.627 jiwa (2016)<ref name="BPS Manggis
▲| nama pemimpin = I Putu Suarjana,SS<ref>http://v2.karangasemkab.go.id/assets/download/Data%20Desa%20&%20Lurah_225232.pdf</ref>
|
|RT =
|RW =
▲ 4.138 jiwa (2010)<ref>[https://www.bps.go.id/website/fileMenu/Penduduk-Indonesia-Menurut-Desa-2010.pdf Penduduk Indonesia Menurut Desa 2010], hal 1385</ref>
|KK = 1.203 KK<ref>{{Cite web |url=http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/ |title=Prodeskel Binapemdes Kemendagri |access-date=2022-04-10 |archive-date=2022-04-01 |archive-url=https://web.archive.org/web/20220401173302/http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/ |dead-url=yes }}</ref>
|
|situs
▲| APBDesa =
'''Tenganan''' '''Pegringsingan'''<ref>{{Cite book|last=Artanegara, Dewi Wahyuni|date=2021|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbali/wp-content/uploads/sites/26/2021/10/Jelajah-Tinggalan-Tradisi-Megalitik-di-Desa-Tenganan-Pegringsingan.pdf|title=Jelajah Tinggalan Tradisi Megalitik di Desa Tenganan Pegringsingan|location=Gianyar|publisher=Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Bali|isbn=9786235608013|url-status=live}}</ref> adalah sebuah desa tradisional di pulau [[Bali]]. Desa ini terletak di [[Manggis, Karangasem|Kecamatan Manggis]], [[Kabupaten Karangasem]] di sebelah timur pulau Bali. Tenganan bisa dicapai dari tempat pariwisata [[Candi Dasa]] dan letak kira-kira 10 [[kilometer]] dari sana.<ref name="Permendagri-137-2017">{{cite web|url= https://archive.org/details/PermendagriNo.137Tahun2017 |title= Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan |publisher= Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia |access-date= 3 Oktober 2019 |archive-url= https://archive.org/details/PermendagriNo.137Tahun2017/mode/2up |archive-date= 29 Desember 2018}}</ref>
Desa Tenganan merupakan salah satu desa dari tiga desa [[Suku Bali Aga|Bali Aga]], selain [[Trunyan]] dan [[Sembiran, Tejakula, Buleleng|Sembiran]]. ''Bali Aga'' adalah desa yang masih mempertahankan pola hidup yang tata masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat desa yang diwariskan nenek moyang mereka. Bentuk dan besar bangunan serta pekarangan, pengaturan letak bangunan, hingga letak pura dibuat dengan mengikuti aturan adat yang secara turun-temurun dipertahankan.<ref name="eve">{{cite news|author = Amy Wirabudi |title = Terpikat Dobel Ikat: Tenun Gringsing |work = |publisher = EVE MAGAZINE Indonesia |pages= |page=89 |date= April 2010 |accessdate= |quote= }}</ref>
== Sejarah ==
Menurut sebagian versi catatan sejarah, kata Tenganan berasal dari kata "tengah" atau ''"ngatengahang"'' yang memiliki arti "bergerak ke daerah yang lebih dalam". Kata tersebut berhubungan dengan pergerakan masyarakat desa dari daerah pinggir pantai ke daerah pemukiman di tengah perbukitan, yaitu Bukit Barat (Bukit Kauh) dan Bukit Timur (Bukit Kangin).<ref name="web"
Sejarah lain mengatakan bahwa masyarakat Tenganan berasal dari Desa Peneges (sekarang [[Candi Dasa]]), yang ketika itu masih menjadi bagian [[Kerajaan Bedahulu]]. Menurut cerita rakyat, Raja Bedahulu pernah kehilangan salah satu kudanya dan orang-orang mencarinya ke Timur. Kuda tersebut ternyata ditemukan tewas oleh Ki Patih Tunjung Biru, orang kepercayaan sang raja. Atas loyalitasnya, Ki Patih tunjung Biru mendapatkan wewenang untuk mengatur daerah yang memiliki aroma dari bangkai (''carrion'') kuda tersebut. Ki Patih mendapatkan daerah yang cukup luas karena dia memotong bangkai kuda tersebut dan menyebarkannya sejauh yang dia bisa lakukan. Itulah asal mula dari daerah Desa Tenganan.<ref name="web">[http://www.karangasemtourism.com/id/lokasi_wisata/tenganan/ LOKASI WISATA: TENGANAN PEGERINGSINGAN] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100901055309/http://www.karangasemtourism.com/id/lokasi_wisata/tenganan/ |date=2010-09-01 }}, www.karangasemtourism.com.</ref>
== Penduduk ==
Penduduk desa Tenganan sampai dengan tahun 2016 terdiri dari 2.248 laki-laki dan 2.379 perempuan dengan [[Sex ratio manusia|sex ratio]] 94.<ref name="BPS Manggis 2017">
== Mata Pencaharian ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Balinese weefster Tenganan TMnr 10014449.jpg|jmpl|ka|230px|Penenun kain di Desa Tangenan.]]
Umumnya, penduduk desa Tenganan bekerja sebagai [[petani]] [[padi]], namun ada pula yang membuat aneka kerajinan. Beberapa kerajinan khas dari Tenganan adalah anyaman bambu, [[ukiran]], dan lukisan di atas [[daun lontar]] yang telah dibakar.<ref name="voi" /> Di desa ini pengunjung bisa menyaksikan bangunan-bangunan desa dan pengrajin-pengrajin muda yang menggambar lontar-lontar. Sejak dulu, masyarakat Desa Tenganan juga telah dikenal atas keahliannya dalam menenun [[kain gringsing]]. Cara pengerjaan kain gringsing ini disebut dengan teknik dobel ikat. Teknik tersebut merupakan satu-satunya di Indonesia dan kain gringsing yang dihasilkan terkenal istimewa hingga ke mancanegara.<ref name="eve"
== Adat Istiadat ==
[[Berkas:The Pandan War.jpg|jmpl|Perang pandan atau duri, salah satu acara adat Tenganan.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Tijdens de prikkelkrijg (Prang duri) tonen jonge mannen hun mannelijke karakter tegenover de gemeenschap te Tenganan Oost-Bali TMnr 10002944.jpg|jmpl|ka|230px|Perang pandan.]]
Keseharian kehidupan di desa ini masih diatur oleh [[hukum adat]] yang disebut awig-awig. Hukum tersebut ditulis pada abad ke-11 dan diperbaharui pada tahun 1842.<ref name="rb">[http://ruangberita.com/desa-tenganan-desa-adat-asli-bali-dahulu-kala/ Desa Tenganan, Desa adat & asli Bali dahulu kala.], Barry Kusuma.</ref> Rumah adat Tenganan dibangun dari campuran batu merah, batu sungai, dan tanah. Sementara atapnya terbuat dari tumpukan daun rumbi. Rumah adat yang ada memiliki bentuk dan ukuran yang relatif sama, dengan ciri khas berupa pintu masuk yang lebarnya hanya berukuran satu orang dewasa. Ciri lain adalah bagian atas pintu terlihat menyatu dengan atap rumah.<ref name="voi">[http://id.voi.co.id/fitur/voi-pesona-indonesia/3676-kunjungan-ke-desa-tenganan-bali-.html Kunjungan Ke Desa Tenganan Bali ] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101110161752/http://id.voi.co.id/fitur/voi-pesona-indonesia/3676-kunjungan-ke-desa-tenganan-bali-.html |date=2010-11-10 }}, Antara/Ari-Ike/VOI news. 13 Mei 2010.</ref>
Penduduk desa ini memiliki tradisi unik dalam merekrut calon pemimpin desa, salah satunya melalui prosesi adat mesabar-sabatan biu (perang buah pisang). Calon prajuru desa dididik menurut adat setempat sejak kecil atau secara bertahap dan tradisi adat tersebut merupakan semacam tes psikologis bagi calon pemimpin desa. Pada tanggal yang telah ditentukan menurut sistem penanggalan setempat (sekitar Juli) akan digelar ngusaba sambah dengan tradisi unik berupa mageret pandan (perang pandan). Dalam acara tersebut, dua pasang pemuda desa akan bertarung di atas panggung dengan saling sayat menggunakan duri-duri pandan. Walaupun akan menimbulkan luka, mereka memiliki [[antiseptik|obat antiseptik]] dari bahan [[umbi|umbi-umbian]] yang akan diolesi pada semua luka hingga mengering dan sembuh dalam beberapa hari. Tradisi tersebut untuk melanjutkan latihan perang rutin dan menciptakan warga dengan kondisi fisik serta mental yang kuat. Penduduk Tenganan telah dikenal sebagai penganut [[Hindu]] aliran Dewa Indra, yang dipercaya sebagai dewa perang.<ref name="test">[http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=15&id=34691 Perang Pisang di Tenganan Dauh Tukad], Bali Post. Senin 2 Mei 2010.</ref>
Masyarakat Tenganan mengajarkan dan memegang teguh konsep Tri Hita Karana (konsep dalam ajaran Hindu) dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tri berarti tiga dan Hita Karana berarti penyebab kebahagiaan untuk mencapai keseimbangan dan keharmonisan. Tri Hita Karana terdiri dari Perahyangan (hubungan yang seimbang antara manusia dengan Tuhan), Pawongan (hubungan harmonis antara manusia dengan manusia lainnya), dan Palemahan (hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya).<ref name="i">[http://fotografi.isi-dps.ac.id/implementasi-tri-hita-karana-di-desa-tenganan-pegringsingan-sebagai-sumber-penciptaan-karya-fotografi-seni Implementasi Tri Hita Karana Di Desa Tenganan Pegringsingan Sebagai Sumber Penciptaan Karya Fotografi Seni] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101110084059/http://fotografi.isi-dps.ac.id/implementasi-tri-hita-karana-di-desa-tenganan-pegringsingan-sebagai-sumber-penciptaan-karya-fotografi-seni |date=2010-11-10 }}, I Komang Arba Wirawan .</ref>
== Galeri ==
<
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Toeschouwers bij een schijngevecht met pandanblad in de desa te Tenganan Oost-Bali TMnr 10003409.jpg|Masyarakat Tenganan (1943).
▲Berkas:Teganan 200507-9.jpg|Bangunan Tenangan.
▲</gallery></div>
== Referensi ==
{{
== Pranala luar ==
{{commonscat|Tenganan}}
* {{id}} https://karangasemkab.bps.go.id/publication.html▼
* {{id}} [http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbali/wp-content/uploads/sites/26/2021/10/Jelajah-Tinggalan-Tradisi-Megalitik-di-Desa-Tenganan-Pegringsingan.pdf Buku Jelajah Tinggalan Tradisi Megalitik Di Desa Tenganan Pegringsingan]
* {{id}} [http://karangasemkab.go.id/publication.html Situs Resmi Pemerintahan Kabupaten Karangasem]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{id}} [http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/ Binapemdes Kementerian Dalam Negeri] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220401173302/http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/ |date=2022-04-01 }}
{{Manggis, Karangasem}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Tempat wisata di Bali]]
|