Ulin: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(93 revisi perantara oleh 31 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 4:
|status_system = IUCN2.3
|regnum = [[Plantae]]
| unranked_subregnum = [[Tumbuhan berpembuluh|Tracheophyta]]
| unranked_divisio = [[Tumbuhan berbunga|Angiospermae]]
|unranked_classis = [[Magnoliid]]
|ordo = [[Laurales]]
|familia = [[Lauraceae]]
|genus = ''
|species = '''''E. zwageri'''''
|binomial = ''Eusideroxylon zwageri''
|binomial_authority = Teysm. & Binnend.
|}}
'''KECOAK TERBANG''' (''Eusideroxylon zwageri'' Teijsm & Binn.) atau disebut juga dengan '''bulian ''' atau '''kayu besi''' adalah [[pohon]] berkayu dan merupakan tanaman khas [[Kalimantan]]<ref name="viva">[http://www.vivaborneo.com/saatnya-melindungi-kayu-ulin.htm Situs viva Borneo: Saatnya Melindungi Kayu Ulin] diakses 13 Mei 2010</ref> .'''Ulin''' adalah jenis pohon asli Indonesia (indigenous tree species) yang digolongkan ke dalam suku Lauraceae. '''Ulin''' memiliki tinggi pohon umumnya 30,35 m, diameter setinggi dada (dbh) 60-120 cm. Batang lurus berbanir, tajuk berbentuk bulat dan rapat serta memiliki percabangan yang mendatar.<ref>Yusliansyah, Effendi, E., Ngatiman, Sukanda, Ernayati dan Wahyuni, T. 2004. Status litbang ulin (''Eusideroxylon zwagery'' Teisjm & Binn). Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kalimantan. Samarinda.</ref>▼
▲'''
Telah ditemukan 4 (empat) varietas '''ulin''' di Kalimantan Barat yang dibedakan berdasarkan kegunaan dan warna batang yaitu: <ref name=":0">Heyne, K. 1987. ''Tumbuhan berguna Indonesia II''. Badan Litbang Kehutanan, Depertemen Kehutanan, Jakarta.</ref>▼
▲Telah ditemukan 4 (empat) varietas '''ulin''' di Kalimantan Barat yang dibedakan berdasarkan kegunaan dan warna batang yaitu:
* a. ulin tando dengan warna batang coklat kemerahan
* b. ulin lilin dengan batang coklat gelap
Baris 25 ⟶ 27:
== Morfologi ==
'''Ulin''' termasuk
'''Ulin''' umumnya tumbuh pada ketinggian 5 – 400 m di atas permukaan laut dengan medan datar sampai miring, tumbuh terpencar atau mengelompok dalam hutan campuran namun sangat jarang dijumpai di habitat rawa-
'''Ulin''' memiliki keragaman morfologi yang sangat tinggi berdasarkan sifat-sifat vegetatif maupun sifat generatif (terutama pada bentuk dan ukuran buah atau biji).<ref name=":1">Sidiyasa, K., Atmoko, T., Ma'ruf, A. dan Mukhlisi. 2013. Keragaman morfologi, ekologi, pohon induk dan konservasi ulin (''Eusideroxylon'' ''zwageri'' Teijsm. et Binnend.) di Kalimantan. ''Jurnal'' ''Penelitian'' ''Hutan'' ''dan'' ''Konservasi'' ''Alam''. Vol 10. No. 3: 241-254
Adanya penemuan Sangkima, Taman Nasional Kutai pohon ulin terbesar yang mencapai tinggi bebas cabang 45 m dan diameter 225
▲Adanya penemuan Sangkima, Taman Nasional Kutai pohon ulin terbesar yang mencapai tinggi bebas cabang 45 m dan diameter 225 cm.<ref name=":1" />
== Penyebaran / Distribusi ==
'''Ulin''' tumbuh baik di hutan tropis basah, pada tanah yang tidak tergenang air hingga ketinggian
'''Ulin''' adalah jenis pohon hutan yang menghasilkan kayu bernilai ekonomi tinggi, secara alami hanya terdapat di Sumatra bagian Timur dan Selatan, Pulau Bangka dan Belitung, Kalimantan, Sabah & Sarawak di Malaysia serta Kepulauan Sulu dan Pulau Palawan di Filipina.<ref>Sidiyasa, K. 2011. Sebaran, potensi dan pengelolaan ulin di Indonesia. ''Prosiding Lokakarya Nasional Status Konservasi dan Formulasi Strategi Konservasi Jenis-Jenis Pohon Yang Terancam Punah (Ulin, Eboni dan Michelia)''. Kerjasama Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi dengan ITTO PD 539/09 Rev.1 (F), Bogor.</ref>
Di
== Manfaat ==
Baris 46 ⟶ 47:
Kayu '''ulin''' sangat kuat dan sangat awet, sehingga banyak digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pondasi bangunan di dalam air dan lahan basah, atap rumah (sirap), kusen dan pintu. Kayu ulin terutama dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, seperti konstruksi [[rumah]], [[jembatan]], tiang listrik, dan per[[kapal]]an.<ref name="Aulia Ajizah">{{Citation|last=Ajizah|first=Aulia|title=Potensi Ekstrak Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri T et B) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri ''Staphylococcus aureus'' Secara Invitro|date=Januari|url=|year=2007|last2=|first2=|author-link=|author2-link=|journal=BIOSCIENTIAE|volume=4|issue=|pages=37-42|doi=1693-9472|id=}}</ref>
Di Banjarmasin fosil kayu ulin dijadikan batu cincin dan perhiasan. Selain itu, masyarakat di daerah Sumatra dan Kalimantan memiliki kebudayaan membuat rumah panggung dari kayu ulin sebagai pondasi di pinggir sungai atau rawa, karena hanya kayu ulin yang mampu bertahan lama di air.<ref name=":2">Wahjono, D dan Imanuddin, R. 2011. Sebaran, potensi dan pertumbuhan/riap ulin (''Eusideroxylon zwagery'' Teisjm & Binn.) di hutan alam bekas tebangan di Kalimantan. ''Prosiding Lokakarya Nasional Status Konservasi dan Formulasi Strategi Konservasi Jenis-Jenis Pohon Yang Terancam Punah (Ulin, Eboni dan Michelia)''. Kerjasama Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi dengan ITTO PD 539/09 Rev.1 (F), Bogor.</ref>
== Kerentanan ==
Baris 53:
== Pemuliaan ==
Proses pemuliaan alami di hutan bekas tebangan umumnya kurang berjalan dengan baik.<ref name="Kebun raya Enrengkang">[http://kebunrayaenrekang.com/kelompok-tanaman-langka/kayu-ulin-eusideroxylon-zwageri/ Situs Kebun Raya Enrengkang: Kayu Ulin] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100519084030/http://kebunrayaenrekang.com/kelompok-tanaman-langka/kayu-ulin-eusideroxylon-zwageri/ |date=2010-05-19 }} diakses 13 Mei 2010</ref> Per[[kecambah]]an [[biji]] Ulin membutuhkan waktu cukup lama sekitar 6-12 bulan dengan persentase keberhasilan relatif rendah, produksi buah tiap pohon umumnya juga sedikit.<ref name="Kebun raya Enrengkang"/> Penyebaran permudaan alam secara umum cenderung mengelompok.<ref name="Kebun raya Enrengkang"/> Ulin tumbuh di [[dataran rendah primer]] dan [[hutan sekunder]] sampai dengan ketinggian 500m.<ref name="Kebun raya Enrengkang"/> Biji ulin lebih suka ditiriskan baik tanah, tanah liat berpasir ke tanah liat, kadang-kadang batu kapur.<ref name="Kebun raya Enrengkang"/> Hal ini umumnya ditemukan di sepanjang [[sungai]] dan [[bukit]]-bukit yang berdekatan. Hal ini membutuhkan rata-rata curah hujan tahunan 2500–4000 mm.<ref name="Kebun raya Enrengkang"/>
== Konservasi ==
Konservasi secara luas adalah suatu upaya pemanfaatan yang berkelanjutan. Konservasi juga berarti sebagai sebuah kesinambungan antara penelitian, pemanfaatan dan perlindungan<ref>{{Cite journal|last=Pradjadinata|first=Sukaesih|last2=Murniati|first2=Murniati|date=2014|title=PENGELOLAAN DAN KONSERVASI JENIS ULIN (Eusideroxylon zwageri Teijsm. & Binn.) DI INDONESIA|url=http://dx.doi.org/10.20886/jphka.2014.11.3.205-223|journal=Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam|volume=11|issue=3|pages=205–223|doi=10.20886/jphka.2014.11.3.205-223|issn=0216-0439}}</ref>
=== Konservasi secara in situ ===
Upaya konservasi ulin secara in - situ sangat diperlukan agar kelestarian jenis pohon ulin dapat terjamin. Beberapa lokasi hutan ulin alami dan tanaman ulin di habitat alaminya yang dapat digunakan untuk konservasi in - situ adalah:
a.Tegakan ulin di Sangkimah, Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur.
b.Tegakan ulin di kawasan hutan yang dapat izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu restorasi ekosistem (IUPHHKRE) PT REKI (Restorasi Ekosistem Indonesia), yang berlokasi di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan dan di Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi.
c.Tegakan ulin di Hutan Adat Mambang, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan.
d.Tanaman ulin di KHDTK Samboja seluas 1,10 ha yang ditanam oleh Lokasi Penelitian dan Pengembangan Primata bekerjasama dengan PT Kelian Equatorial Mining, Balikpapan,Kalimantan Timur.
e.Tanaman ulin di KHDTK Kemampo,Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
=== Konservasi ex situ ===
Upaya konservasi ex situ di areal HTI dan areal Kelapa Sawit. Jenis pohon ulin beserta jenis asli setempat lainnya disarankan untuk ditanam pada areal HTI dan HTR seluas 1-2% tergantung htasnya hutan tanaman, agar kelestarian ulin dapat terjamin. Penanaman jenis pohon ulin perlu juga digalakkan antara lain di hutan-hutan adat dan hutan-hutan lindung <ref>{{Cite journal|last=Ardes|first=Runggu Prilia|date=2017|title=Potensi Permasalahan Hukum dari Penggunaan Pesawat Tanpa Awak (Studi Kasus di Indonesia)|url=http://dx.doi.org/10.30536/p.sinaskpa.i.3|journal=Pengembangan Kebijakan dan Regulasi Penerbangan dan Antariksa: Problema dan Tantangan|location=Bogor|publisher=In Media|doi=10.30536/p.sinaskpa.i.3}}</ref>
== Referensi ==
{{reflist}}
{{Taxonbar|from=Q5227722}}
[[Kategori:Pohon kayu]]
|