Keyakinan dalam Buddhisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Faredoka (bicara | kontrib)
+yang dijelaskan dalam Caṅkī Sutta (MN 95)
 
(183 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{periksaterjemahan|en|Faith in Buddhism}}
{{short description|unsur penting dari ajaran Buddha}}
{{abouttentang|kualitas mental dari keyakinan dalam agama BuddhaBuddhisme|deskripsipenjelasan dari praktik bakti Buddhis|Bakti Buddhis|konsep keyakinan Hindu|Sradha|suatu upacara umat Hindu|Sraddha}}
[[Berkas:Buddhist Altar in Indonesia.jpg|jmpl|Altar di Pusdiklat Buddhis Sikkhādama Santibhūmi, [[Tangerang]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]. [[Rupang Buddha]] sebagai simbol [[Buddha]], [[Dharmacakra]] di belakang kepala Buddha sebagai simbol [[Dhamma]], dan dua murid teladan-Nya ([[Sariputta]] dan [[Moggallana]]) di kedua sisi sebagai simbol [[Sangha|Saṅgha]].|300x300px]]
[[Berkas:九天禅院 释迦牟尼佛.jpg|jmpl|Murid [[Ananda|Ānanda]] (kiri) adalah teladan tradisional untuk murid setia Buddha.|upright=1.2]]
{{Buddhist term|title=''Keyakinansaddhā''
|pi=saddhā
|sa=śraddhā
Baris 20 ⟶ 19:
|th=[[:th:ศรัทธา|ศรัทธา]]
|th-Latn=satthaa
|en=faith, confidence|id=keyakinan, iman}}
}}
{{Buddhisme|dhamma}}{{Cetasika|indah}}
 
Dalam [[Buddhisme]], '''keyakinan''' ({{lang-pi|'''''saddhā'''''}}; [[Sanskerta]]: '''''śraddhā'''''), terkadang juga disebut sebagai '''iman''' meskipun dengan konsep yang sangat berbeda dari tradisi [[Agama abrahamik|agama-agama Abrahamik]], mengacu pada keyakinan terhadap [[Tiga Permata|Triratna]], yaitu [[Buddha]], [[Dhamma]], dan [[Saṅgha]]. Keyakinan tidak hanya terhadap suatu tokoh, tetapi juga terkait dengan konsep-konsep dalam ajaran Buddha seperti efikasi [[karma dalam Buddhisme|karma]] dan kemungkinan mencapai [[Kecerahan (Buddhisme)|kecerahan]]. Keyakinan dipandang sebagai komitmen untuk mempraktikkan ajaran [[Buddha Gautama|Buddha]], seperti [[Dāna|bederma]] (''dāna''), [[Etika Buddhis|moralitas]] (''sīla''), dan [[Meditasi Buddhis|meditasi]] (''bhāvanā'') secara berkelanjutan.
Dalam [[agama Buddha]], '''[[Keyakinan dan kepercayaan|keyakinan]]''' ({{lang-pi|saddhā|italic=yes}}, {{lang-sa|śraddhā|italic=yes}}) mengacu kepada komitmen tulus untuk mempraktikkan ajaran [[Buddha Gautama|Buddha]] dan percaya kepada para makhluk tercerahkan atau mereka yang telah maju dalam pelatihan diri, seperti para [[Buddha]] atau ''[[bodhisatwa]]'' (mereka yang beraspirasi untuk mencapai Buddha). Umat Buddha pada umumnya mengakui beberapa objek keyakinan, tetapi beberapa umat Buddha secara khusus membaktikan diri kepada tokoh tertentu, seperti Buddha tertentu. Keyakinan tak hanya bakti kepada seseorang, tetapi bakti muncul karena adanya hubungan dengan konsep ajaran Buddha seperti efikasi [[karma dalam agama Buddha|karma]] dan kemungkinan mencapai [[pencerahan dalam agama Buddha|pencerahan]].
 
Dalam [[Buddhisme awal]] dan aliran [[Theravāda]], ''saddhā'' dipusatkan pada keyakinan terhadap [[Kecerahan (Buddhisme)|kecerahan]] Buddha (''tathāgatabodhi-saddhā'') atau, secara alternatif, terhadap Triratna (''ratanattaya-saddhā''):<ref name=":032">{{Cite book|last=Kheminda|first=Ashin|date=2019-09-01|url=https://books.google.co.id/books?id=2ZQXEAAAQBAJ&printsec=copyright&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=Manual Abhidhamma: Bab 2 Faktor-Faktor-Mental|publisher=Yayasan Dhammavihari|isbn=978-623-94342-7-4|language=id}}</ref><ref name=":1">{{Cite book|last=Kheminda|first=Ashin|date=2020-02-01|url=https://books.google.co.id/books?id=XcHsDwAAQBAJ&printsec=copyright&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=KAMMA: Pusaran Kelahiran & Kematian Tanpa Awal|publisher=Yayasan Dhammavihari|isbn=978-623-94011-0-8|language=id}}</ref><ref name=":2">{{Cite journal|last=Wichian|first=Phurapha Phramaha|date=2016|title=An investigation of the concept of Saddhā in Theravāda Buddhism and its significance in the modern world.|url=https://oaji.net/articles/2016/1707-1464942419.pdf|journal=International Research Journal of Interdisciplinary & Multidisciplinary Studies (IRJIMS)|publisher=Ph.D. scholar, Centre for Buddhist studies, University of Hyderabad, Hyderabad, India|volume=II|issue=III|pages=17-20|issn=2394-7969}}</ref><ref name=":3">{{Cite book|last=Medhācitto|first=Tri Saputra|date=2022|url=https://syailendra.ac.id/public/uploads/buku-aspek-sosiologi-dalam-sigalovada-sutta.pdf|title=Aspek Sosiologi dalam Sigālovāda Sutta|location=Semarang|publisher=Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra|isbn=978-602-53319-9-2|pages=46-48|url-status=live}}</ref><ref name=":4">{{Cite book|last=Payutto|first=P. A.|date=2007|url=https://www.watnyanaves.net/uploads/File/books/pdf/principles_for_buddhists_starting_point_for_unity_towards_glory_thai-eng.pdf|title=The Buddhist's Tenets: A Starting Point and a Unifying Point—A Convergence for Success and Prosperity|location=Nakhon Pathom|publisher=Wat Nyanavesakavan|isbn=9749414381|pages=10-11|chapter-url=|url-status=live}}</ref><ol>
Keyakinan dalam agama [[Sejarah agama Buddha#Tahap awal agama Buddha|Buddha awal]] fokus pada [[tiga Mestika]], yang meliputi Buddha; ajarannya ([[Dharma (Buddhisme)|Dharma]]); dan terakhir, komunitas para pengikut yang maju dalam spiritual atau komunitas monastik yang berupaya mencapai pencerahan ([[Saṅgha]]). Seorang umat yang taat disebut [[upasaka dan Upasika|''upāsaka'' atau ''upāsika'']], sebuah status yang tidak membutuhkan inisiasi resmi. Agama Buddha awal menjunjung tinggi pembuktian personal atas keyakinan spiritual merupakan aspek tertinggi dalam mencapai kebenaran itu, dan menganggap kitab suci, alasan atau keyakinan kepada seorang guru bukanlah sumber otoritas utama. Keyakinan memang dianggap penting, keyakinan merupakan langkah pertama menuju [[Paññā|kebijaksanaan]] dan [[pencerahan (Buddhisme)|pencerahan]], lalu keyakinan juga akan usang atau mengalami perubahan penafsiran pada tahap akhir perjalanan spiritual. Agama Buddha awal secara moral tidak mengecam persembahan damai kepada [[Dewa#Agama Buddha|dewa-dewi]]. Sepanjang sejarah agama Buddha, penghormatan dewa-dewi, seringkali berasal dari keyakinan pra-Buddhis dan [[animisme|animis]], kemudian disesuaikan atau diadaptasi menjadi praktik dan kepercayaan Buddhis. Sebagai bagian dari proses itu, dewa-dewi tersebut dinyatakan sebagai bawahan dari Tiga Permata, yang masih terus memegang peran utama.
<li> '''Keyakinan terhadap Buddha''', yaitu meyakini para Buddha masa lalu, Buddha masa kini ([[Siddhattha Gotama]]), dan kedatangan [[bodhisatwa]] masa depan; juga pencapaian [[Kebuddhaan]]-Nya di [[Nibbāna|Nirwana]].</li>
<li>'''Keyakinan terhadap Dhamma''', yaitu meyakini ajaran yang disampaikan oleh Buddha.</li>
<li>'''Keyakinan terhadap Saṅgha''', yaitu meyakini komunitas rahib yang didirikan oleh Buddha; mereka yang dianggap maju secara spiritual (''ariya-saṅgha'') atau komunitas konvensional yang berupaya mencapai [[Kecerahan (Buddhisme)|kecerahan]] (''sammuti-saṅgha'').</li>
</ol>Pada jenis klasifikasi di atas, keyakinan terhadap [[Hukum Karma|hukum karma]] merupakan bagian dari keyakinan terhadap Dhamma. Akan tetapi, beberapa bagian [[Tripitaka|kitab suci]] juga secara spesifik merincikan keyakinan terhadap kepemilikan karma (''kammassakatā-saddhā''), yaitu meyakini bahwa semua makhluk bertanggung jawab atas perbuatan dan akibatnya masing-masing, sebagai dua poin tambahan:
<ol start=4>
<li> '''Keyakinan terhadap karma''' (''kamma-saddhā''), yaitu meyakini adanya perbuatan berkehendak yang secara moral dikategorikan sebagai baik atau buruk.</li>
<li >'''Keyakinan terhadap buah karma''' (''vipāka-saddhā''), yaitu meyakini adanya akibat dari perbuatan berkehendak yang secara moral baik atau buruk.</li></ol>[[Atthakatha|Kitab komentar]] untuk [[Abhidhamma Piṭaka]] milik aliran [[Theravāda]] menjelaskan definisi ''saddhā'' sebagai suatu [[Cetasika|faktor mental]] dalam empat batasan:<ref name=":0" />
* '''Karakteristik''' (''lakkhaṇa''): meyakini (''saddahana'') atau memercayai (''okappana'') objeknya.
* '''Fungsi''' (''rasa''): untuk menjernihkan (''pasādana'') hati dari kotoran-kotoran batin atau untuk melompati (''pakkhandana'') hal-hal sulit.
* '''Manifestasi''' (''paccupaṭṭhāna''): bebas dari kotoran (''akālussiya''), atau keputusan/ketetapan hati (''adhimutti'').
* '''Sebab-terdekat''' (''padaṭṭhāna''): objek yang pantas untuk memunculkan keyakinan (''saddheyyavatthu''), yaitu Triratna, atau faktor-faktor [[Empat tingkat kesucian|Pengarungan Arus]] (''sotāpattiyaṅga'').
 
Keyakinan adalah [[Cetasika|faktor mental]] yang memercayai (''saddahati'') objek. Faktor-mental keyakinan dalam Buddhisme bukanlah kepercayaan yang sepenuhnya memerlukan kepatuhan buta (''amūlika-saddhā'') dengan mengesampingkan fakta, investigasi, dan kebijaksanaan. Seseorang juga tidak akan bisa menyakiti makhluk lain atas dasar keyakinannya.<ref name=":0" />
Pada masa berikutnya dari sejarah agama Buddha, khususnya [[Buddha Mahāyāna|Mahāyāna]], keyakinan memiliki peran yang jauh lebih penting. Mahāyāna mengembangkan konsep [[sifat kebuddhaan]], karena penghormatan kepada para Buddha dan bodhisatwa yang berada di [[Tanah Murni]] menjadi hal umum. Dengan munculnya kultus [[Sūtra Teratai]], keyakinan memegang peran utama dalam praktik agama Buddha, dan berkembangnya penghormatan kepada [[Buddha Amitābha]] dan [[Buddha Tanah Murni|agama Buddha aliran Tanah Murni]] semakin memperkuat kecenderungan ini. Agama Buddha aliran Tanah Murni versi Jepang, yang dipimpin oleh [[Hōnen]] dan [[Shinran]], meyakini bahwa [[shinjin|keyakinan penuh komitmen]] kepada Buddha Amitābha adalah bentuk praktik yang bermanfaat, karena aliran tersebut menampik selibasi, meditasi, dan praktik Buddhis lainnya karena dianggap tidak efektif lagi, atau bertolak belakang dengan sifat utama keyakinan. Umat Buddha Tanah Murni mengartikan keyakinan sebagai sebuah keadaan yang mirip dengan pencerahan, dengan persepsi penyangkalan diri dan kerendahan hati. Dampak keyakinan dalam religiositas Buddhis menjadi sangat penting dalam gerakan-gerakan [[milenarianisme|milenarian]] di beberapa negara Buddhis, yang terkadang mengakibatkan kehancuran dinasti-dinasti kekaisaran dan perubahan politik penting lainnya.
 
[[Tradisi Abhidhamma]] Theravāda juga menguraikan ''saddhā'' menjadi dua jenis:<ref name=":0" />
Dengan demikian, peran keyakinan meningkat sepanjang sejarah agama Buddha. Namun, dari abad ke-19 dan seterusnya, di negara-negara seperti Sri Lanka dan Jepang, begitu juga di dunia Barat, [[modernisme Buddhis]] cenderung memandang rendah dan mengkritik peran keyakinan dalam agama Buddha. Keyakinan dalam agama Buddha masih memiliki peran di Asia modern dan dunia Barat, tetapi dipahami dan diartikan secara berbeda daripada tafsiran-tafsiran tradisional, dengan nilai-nilai modern dan [[eklekstisisme|eklektisisme]] menjadi lebih penting. Komunitas [[Gerakan Buddha Dalit|Buddha ''Dalit'']], khususnya gerakan [[Nawayana]], menafsirkan konsep-konsep Buddhis melalui sudut pandang keadaan politik kaum Dalit, akibat adanya ketegangan antara pembaruan rasionalisme dan devosi lokal.
 
# '''Keyakinan awal''' (''amūlika-saddhā''), yaitu keyakinan tanpa dasar pengalaman secara langsung.
# '''Keyakinan kukuh''' atau '''sempurna''' (''aveccapasāda''), yaitu keyakinan yang didasarkan pada pengalaman secara langsung.
 
Konsep ''saddhā'' erat kaitannya dengan konsep "menjaga atau melestarikan kebenaran" (''saccānurakkhaṇa'') dan "mengalami kebenaran" (''saccānubodha'') yang dijelaskan dalam Caṅkī Sutta ([[Majjhima Nikāya|MN]] 95). Penjagaan atau pelestarian kebenaran dilakukan dengan tidak menyimpulkan "hanya ini saja yang benar, yang lainnya salah," sebelum mengalami kebenaran secara langsung.<ref name=":0" />
 
Secara tradisional, pernyataan keyakinan ditunjukkan dengan pengambilan perlindungan kepada [[Tiga Permata|Triratna]] dalam syair "Tiga Perlindungan" (Tisaraṇa):
 
{{Verse translation|Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi,
Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi
Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi|Aku berlindung kepada Buddha
Aku berlindung kepada Dhamma
Aku berlindung kepada Saṅgha|attr1=Khuddakapāṭha 1, Khuddaka Nikāya}}
 
Seorang umat awam yang berlindung kepada Triratna disebut [[upasaka dan Upasika|''upāsaka'' atau ''upāsika'']], sedangkan yang tidak berlindung kepada Triratna disebut ''[[titthiya]]''.
 
Sementara itu, [[Buddhisme awal]] secara moral tidak mengecam pemberian persembahan secara damai kepada [[Brahma (Buddhisme)|brahma]] dan [[Dewa (Buddhisme)|dewa-dewi]]. Sepanjang sejarah Buddhisme, pemujaan brahma dan dewa-dewi, sering kali berasal dari keyakinan pra-Buddhis dan [[animisme|animis]], kemudian disesuaikan menjadi praktik dan kepercayaan Buddhis. Sebagai bagian dari proses itu, brahma dan dewa-dewi tersebut dinyatakan sebagai bawahan dari Triratna, yang masih terus memegang peran utama.
 
Pada masa berikutnya dalam sejarah Buddhisme, khususnya [[Buddha Mahāyāna|Buddhisme Mahāyāna]], keyakinan memiliki peran yang jauh lebih penting. Aliran Mahāyāna memperkenalkan [[Bakti Buddhis|bakti]] kepada para Buddha dan bodhisatwa yang berada di [[Tanah Murni]]. Dengan berkembangnya bakti kepada [[Buddha Amitābha]] dan [[Buddha Tanah Murni|Buddhisme aliran Tanah Murni]], keyakinan memperoleh peran utama dalam praktik Buddhisme. Buddhisme aliran Tanah Murni versi Jepang, yang dipimpin oleh [[Hōnen]] dan [[Shinran]], bahkan meyakini bahwa satu-satunya praktik yang bermanfaat bagi umat Buddha adalah [[shinjin|keyakinan penuh kepercayaan]] kepada Buddha Amitābha, karena aliran tersebut menganggap [[Selibat|selibasi]], meditasi, dan praktik Buddhis lainnya sebagai praktik yang tidak lagi mujarab atau bertolak belakang dengan sifat utama keyakinan. Sementara itu, Buddhis Tanah Murni pada umumnya mengartikan keyakinan sebagai sebuah keadaan yang mirip dengan pencerahan. Dampak keyakinan dalam religiositas umat Buddhis kemudian menjadi sangat penting dalam gerakan-gerakan [[milenarianisme|milenarian]] di beberapa negara Buddhis, yang terkadang mengakibatkan kehancuran dinasti-dinasti kerajaan dan perubahan politik penting lainnya.
 
Dengan demikian, peran keyakinan terus meningkat sepanjang sejarah Buddhisme. Namun, semenjak abad ke-19, [[modernisme Buddhis]] di negara-negara seperti Sri Lanka dan Jepang (dan juga di dunia Barat) cenderung memandang rendah dan mengkritik peran keyakinan dalam Buddhisme. Keyakinan dalam Buddhisme masih memiliki peran di Asia dan negara-negara Barat pada zaman modern, tetapi dipahami dan diartikan secara berbeda, dengan nilai-nilai modern dan [[eklektisisme]] menjadi lebih penting. Di sisi lain, komunitas [[Gerakan Buddha Dalit|Buddhis Dalit]], khususnya gerakan [[Nawayana]], menafsirkan konsep-konsep Buddhis melalui sudut pandang keadaan politik kaum Dalit, dan dalam gerakan tersebut terdapat ketegangan antara rasionalisme modern dengan praktik kebaktian setempat.
 
== Peran dalam ajaran Buddha ==
 
Keyakinan diartikan sebagai kepercayaan kokoh bahwa melalui praktik ajaran Buddha maka akan membuahkan hasil.{{sfn|Gómez|2004b|p=277}}{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Śraddhā}} Keyakinan adalah rasa percaya dan berserah diri kepada tokoh-tokoh yang tercerahkan atau mereka yang dianggap sudah maju dalamsecara spiritual, seperti para Buddha atau ''[[bodhisatwa]]'',<!--Gomez--> atau bahkan [[bhikkhu|biksu]] atau [[Lamalama]] tertentu yang sangat dihormati.{{sfn|Gómez|2004b|p=277}}{{sfn|Kinnard|2004|p=907}}<ref>{{cite encyclopediasfn|last1=Melton|first1=J. Gordon|authorlink1=J. Gordon Melton|editor1-last=Melton|editor1-first=J. Gordon|editor2-first=Martin|editor1-link=J. Gordon Melton|editor2-last=Baumann|encyclopedia=Religions of the world: a comprehensive encyclopedia of beliefs and practices|title=Relics|date=2010|publisher=[[ABC-CLIO]]|location=Santa Barbara, California|isbn=978-1-59884-204-3|url=http://ebook.umaha.ac.id/E-BOOK%20OF%20RELIGIOUS%20STAUDIES/ENCYCLOPEDIAS%20_%20DICTIONARY/RELEGIONS%20OF%20THE%20WORLD,%20A%20COMPREHENSIF%20ENCYCLOPEDIA.pdf|archive-url=https://www.webcitation.org/6vAE2WMY7?url=http://ebook.umaha.ac.id/E-BOOK%20OF%20RELIGIOUS%20STAUDIES/ENCYCLOPEDIAS%20_%20DICTIONARY/RELEGIONS%20OF%20THE%20WORLD%2C%20A%20COMPREHENSIF%20ENCYCLOPEDIA.pdf|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|pagep=2392|edition=2nd|df=}}</ref> Umat Buddha biasanya mengakui berbagai objek keyakinan, tetapi beberapa penganut secara khusus menghormatiberbakti kepada satu objek keyakinan tertentu, seperti seorang Buddha tertentu.{{sfn|Gómez|2004b|p=277}} Namun, agamaBuddhisme Buddha taktidak pernah melekat padamemiliki satu otoritaswewenang sentralpusat, baik sebagaiitu orangdalam bentuk manusia maupun kitab suci. Kitab suci biasanya dijadikan sebagai panduan, dan konsensus yang berkenaan dengan praktik biasanya dibentuk melalui perdebatan dan diskusi.{{sfn|Nakamura|1997|page=392}}
 
BeberapaBerikut adalah beberapa istilah dipakai dalam agama BuddhaBuddhisme untuk mengacu kepada keyakinan, yangdan istilah-istilah ini memiliki aspek kognitif danmaupun afektif:{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Śraddhā}}
* ''Śraddhā'' ([[Sansekerta|Sanskerta]]; {{lang-pi|saddhā|italics=yes}}; [[Tionghoa klasik]]: ''wen-hsin'') yang berarti komitmen kepada atau percayaankepercayaan kepada orang lain, atau bentuk pengikatanikrar atau komitmen untuk berpraktik.{{sfn|Gómez|2004b|p=277}}{{sfn|Jayatilleke|1963|pp=388–9}} Contoh-contoh tradisional dari hal ini adalah biksu [[Ananda|Ānanda]],<!--Conze only supports this part--> asisten Buddha Gautama, kemudian murid lainnya bernama Vakkali. ''Śraddhā'' seringkalisering kali dipandang sebagai agen kontra daripenawar kehendakniat buruk dalam pikiran.{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Ānanda, Pañcabala, Śraddhā}}{{sfn|Conze|2003|page=14}} Lawan kata ''śraddhā'' adalah ''āśraddhya'', yang merujuk kepada kurangnyaketiadaan kapasitaskemampuan untuk mengembangkan kepercayaankeyakinan kepada guru dan ajaran-ajarannya, sehingga tak dapat mengembangkan energi pada perjalanan spiritual.{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Āśraddhya}} Kata ''śraddhā'' berasal dari kata ''śrat'', "memiliki keyakinan", dan ''dhā'', "mempertahankan",.{{refn|group=note|Beberapa cendekiawan tak sepakat dengan pengartian tersebut. Selain itu, ''śraddhā'' dalam [[Weda]] diartikan sebagai "sikap pikiran berdasarkan pada kebenaran".{{sfn|Rotman|2008|loc=Footnotes n.23}}}} denganDengan demikian, menurutcendekiawan kajian agama Sung-bae Park, cendekiawan kajian agama, menyimpulkan bahwa ''śraddhā'' berarti "mempertahankan kelangsungan kepercayaan, tetap bertekad kuat, atau mendukungmenopang kepercayaan, dalamyang konteksberarti asasberpegang kepatuhanteguh".{{sfn|Park|1983|page=15}}
* ''Prasāda'' ([[Sansekerta|Sanskerta]]; {{lang-pi|pasāda|italics=yes}}; [[Tionghoa klasik]]: ''ching-hsin'') yang lebih afektif ketimbang ''śraddhā''. Istilah ini digunakan dalam konteks yang berkenaan dengan ritual dan seremoni,upacara. istilahIstilah tersebut merujuk kepada penerimaan diri secara khusyuk atas berkah dan keagungan objek devosibakti.{{sfn|Gómez|2004b|p=278}} Kata ''prasāda'' berasal dari awalan ''pra'' dan ''sād'', yang artinya "tenggelam, duduk", dan diartikan oleh Park sebagai "duduk dalam kejernihan dan kesejukan".{{sfn|Park|1983|page=15}} Dengan demikian, ''prasāda'' merujuk kepada fokus pikiran sang penganut, komitmennya, dan kualitaskualitasnya yang telah mengalami peningkatan.{{sfn|Findly|2003|page=200}}<!-- Istilah tersebut dideskripsikan dalamdengan nuansapemaknaan yang lebih spontan ketimbang ''śraddhā''.{{sfn|Rotman|2008|loc=Seeing and Knowing}}-->
 
Keyakinan biasanya dikaitkan dengan [[Tiga Mestika]], yang meliputi Buddha, [[Dharma (Buddha)|Dharma]] (ajarannya), dan [[sangha|Saṅgha]] (komunitasnya). SehinggaOleh sebab itu, keyakinan seringkalisering adalahkali individualmenjadikan individu tertentu sebagai objeknya. Walaupun begitu, tetapikeyakinan dalam Buddhisme berbeda dengan devosibakti dalam agama-agama India lainnya (''[[bhakti]]''), inikarena keyakinan tersebut berhubungan dengan objek-objek impersonal seperti kerja karma dan efikasi dari [[pelimpahan jasa]].{{sfn|Rotman|2008|loc=Seeing and Knowing, Getting and Giving}} Keyakinan tampaknya berfokus pada atau bermuara pada [[Jalan Utama Berunsur Delapan#Pengertian Benar|pandangan benar]] atau pemahaman atas aspek-aspek utama ajaran Buddha, seperti bagaimana sistem kerja [[karma (Buddha)|hukum karma]], [[Kebajikan (Buddha)|kebajikan]], dan [[kelahiran kembali (Buddha)|kelahiran kembali]].{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Śraddhā, Mūrdhan, Pañcabala, Xinxin}}{{sfn|Conze|2003|p=78}}{{sfn|Findly|2003|p=203}} Terkait dengan Tiga Mestika, keyakinan berfokus pada dan bersukacita atas karakteristik Buddha, Dharma, dan Saṅgha.{{sfn|Barua|1931|pages=332–3}} Berkaitan dengan hukum karma, keyakinan merujuk kepada anggapan bahwa segala perbuatan memiliki dampak,: perbuatan baik menghasilkan dampak baik, dan perbuatan buruk menghasilkan dampak buruk.{{sfn|Findly|2003|pp=205–6}} Dengan demikian, keyakinan memberikan panduan dalam menuju kehidupan kedermawanan, moralitas, dan kualitassifat religius.{{sfn|Barua|1931|page=333}} Keyakinan juga meliputi gagasan seperti alam eksistensikeberadaan, [[Tiga Corak Umum|ketidakkekalan dan hakikat pengkondisianpengondisian]], dan pada akhirnya, [[Buddhabhāva|pencerahan]] sempurna Buddha atau [[Nirwana]] dan metode praktik menuju Nirwana.{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Śraddhā, Mūrdhan, Pañcabala, Xinxin}}{{sfn|Conze|2003|p=78}}{{sfn|Findly|2003|p=203}} Keyakinan mencakupberarti kepercayaanharus percaya bahwa sudah ada orang yang telah mencapai Nirwana dan mereka dapat mengajarkannyamengajarkan cara untuk mewujudkan hal yang sama.{{sfn|Robinson|Johnson|1997|page=35}}
 
== Sejarah ==
<!--[[Hajime Nakamura]] membedakan dua arus dalam agama BuddhaBuddhisme, yang ia sebut sebagai pendekatan devosionalbakti dan pendekatan "pengetahuan internalbatin".{{sfn|Nakamura|1997|p=392}} AntropologSementara itu, antropolog [[Melford Spiro]] memaparkanmembedakan bahwaantara ''[[bhakti#Buddha|bhakti]]''bakti (devosi) di satu sisi dandengan ''[[magga]]'' (carajalan penyampaianmenuju pembebasan) di sisi lainnya.{{sfn|Spiro|1982|p=34 n.6}} -->Dalam agama BuddhaBuddhisme, perihal perkembangan pemahaman keyakinan, ada dua lapisantahapan sejarah:, agamayaitu Buddhatahapan Buddhisme awal dan tahapan Buddha aliran Mahāyāna yang berkembang pada periode berikutnya. Beberapa cendekiawan awal abad ke-20, seperti [[Louis de La Vallée-Poussin]], [[Arthur Berriedale Keith]], dan [[Caroline Rhys Davids]], dikritik oleh para cendekiawan dari Sri Lanka karena tak membedakan dengan jelas dua haltahapan tersebut.{{sfn|Suvimalee|2005|p=601}}{{sfn|Jayatilleke|1963|pp=384–5}}
 
=== Agama BuddhaBuddhisme awal ===
{{utama|Sejarah Buddhisme#Tahap awal Buddhisme|Aliran Buddhis awal}}
 
Dalam teks-teks Buddhisme awal, seperti teks-teks dalam [[bahasa Pāli]], ''saddhā'' biasanya diterjemahkan sebagai "keyakinan", tetapi dengan makna tambahan yang berbeda ketimbang istilah Inggris-nya.{{sfn|De Silva|2002|p=214}} Istilah tersebut terkadang juga diterjemahkan menjadi "kepercayaan", dalam hal kepercayaan akan doktrin.{{sfn|Findly|2003|p=203}}{{sfn|Gombrich|1995|pages=69–70}} Menurut cendekiawan John Bishop, keyakinan dalam Buddhisme awal pada dasarnya "religius tanpa nuansa teistik".{{sfn|Bishop|2016}} Keyakinan Buddhis awal tidaklah menjadikan [[teosentrisme|Tuhan sebagai pusat dari agama]].{{sfn|Gombrich|1995|page=71}} Berlawanan dengan [[Brahmanisme Weda]], yang mendahului Buddhisme, gagasan keyakinan dalam Buddhisme lebih berkaitan dengan ajaran-ajaran yang dipelajari dan dipraktikkan, ketimbang berfokus pada dewa-dewi.{{sfn|Findly|1992|p=258}} Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan realitas menurut Buddhisme tak dipengaruhi oleh tradisi lain: pada saat Buddhisme berkembang, beberapa komunitas agama India sudah mengajarkan pendekatan kritis dalam memahami kebenaran.{{sfn|Jayatilleke|1963|page=277}}
{{utama|Sejarah agama Buddha#Tahap awal agama Buddha|Mazhab-mazhab Buddhis awal}}
Dalam teks-teks agama Buddha awal, seperti teks [[Pāli]], ''saddhā'' biasanya diterjemahkan sebagai "keyakinan", tetapi dengan konotasi berbeda ketimbang istilah Inggris-nya.{{sfn|De Silva|2002|p=214}} Kata tersebut terkadang juga diterjemahkan menjadi "percaya", dalam hal percaya akan doktrin.{{sfn|Findly|2003|p=203}}{{sfn|Gombrich|1995|pages=69–70}} Menurut cendekiawan John Bishop, keyakinan dalam agama Buddha awal secara esensial merupakan "religius tanpa nuansa teistik".<ref>{{cite encyclopedia|url=https://plato.stanford.edu/entries/faith/|archive-url=https://www.webcitation.org/6vADVlHDt?url=https://plato.stanford.edu/entries/faith/|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|encyclopedia=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|edition=Winter 2016|title=Faith|date=30 March 2016|access-date=17 August 2017|first=John|last=Bishop|editor-first=Edward N.|editor-last=Zalta|publisher=Metaphysics Research Lab, [[Stanford University]]|df=}}</ref> Ini tidaklah menjadikan [[teosentrisme|Tuhan sebagai pusat dari agama]].{{sfn|Gombrich|1995|page=71}} Berlawanan dengan [[Brahmanisme Weda]], yang mendahului agama Buddha, gagasan agama Buddha awal atas keyakinan lebih berkaitan dengan ajaran-ajaran untuk memahami dan menerapkan, ketimbang berfokus pada dewa-dewi sebagai makhluk eksternal.{{sfn|Findly|1992|p=258}} Ini tak berarti bahwa kesepakatan agama Buddha terhadap realitas tak dipengaruhi oleh tradisi lain: pada saat agama Buddha berkembang, beberapa komunitas agama India mengajarkan kesepakatan kritikal dalam memahami kebenaran.{{sfn|Jayatilleke|1963|page=277}}
 
Keyakinan takbukan sekadar komitmen mentalbatin atas serangkaiansejumlah prinsip,{{sfn|Lamotte|1988|pp=74–5}} namuntetapi juga memiliki kualitassifat afektif.{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Śraddhā}}{{sfn|Werner|2013|page=45}} Para cendekiawan dalam agama BuddhaBuddhisme awal membedakan antara keyakinan sebagai [[Pīti|kebahagiaan]] dan keyakinan sebagai ketenangan, memperluas pikiran menuju tingkat yang lebih tinggi;{{sfn|Werner|2013|page=45}} dan keyakinan sebagai sebuah [[Vīrya|energi]] yang memproduksi kepercayaan diri, wajib menghadapi cobaan dan pengendalian diri.{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Śraddhā}}{{sfn|De Silva|2002|p=216}} Karena keyakinan membantu mengurangi kebingungan, ini menginspirasi dan memberikan energi kepada penganutnya.{{sfn|Barua|1931|page=332}}
 
PenganutSeorang penganut Buddha kemudian mencurahkan keyakinanberkeyakinan kepada Tiga Mestika, yang meliputi Buddha, [[Dharma (Buddha)|Dharma]] dan Saṅgha, serta kedisiplinan. Namun, dalam teks agama BuddhaBuddhisme awal, keyakinan takbukan mengartikanberarti tanggapan berlawananbermusuhan atau kurangnya pengakuanmenyangkal ataskeberadaan dewa-dewi lainnya. Meskipun Buddha menolak pengurbanan secara kejam atas hewan, ia sendiri tidaklah menentang persembahan damai kepada dewa-dewi, tetapi menganggap hal tersebut kurang bergunabermanfaat ketimbangbila dibandingkan dengan persembahan amal kepada saṅgha monastikbiksu.<ref>{{cite journalsfn|last=Giustarini|first=G.|year=2006|archive-url=https://web.archive.org/web/20140918115715/http://www.fupress.net/index.php/rss/article/view/2451/2286|url=http://www.fupress.net/index.php/rss/article/view/2451/2286|archive-date=18 September 2014|title=Faith and renunciation in Early Buddhism: ''saddhā'' and ''nekkhamma''|journal=Rivista di Studi Sud-Asiatici|issue=I|p=162}}</ref>{{sfn|Lamotte|1988|pp=74–5}} SehinggaOleh sebab itu, setiapsegala hal diberimemiliki tempatkodratnya sesuaitersendiri terkait dengan hierarki azas manfaatkemanfaatannya, yang mana bahwadan perilaku moral lebih dihargai daripadadibandingkan upacara atau ritual.{{sfn|Lamotte|1988|p=81}}
 
Keyakinan adalah konsekuensi dari ketidakkekekalan dan pemahaman benar atas penderitaan (''[[dukkha]]''). Refleksi tentang penderitaan dan ketidakkekekalan menuntun para penganut merasakan [[samvega|takut dan agitasi]] ({{lang-pi|saṃvega|italic=yes}}), yang memotivasi mereka untuk mengambil perlindungan kepada Tiga Mestika dan menumbuhkan keyakinan sebagai sebuah hasil.{{sfn|Trainor|1989|pages=185–6}} Kemudian, keyakinan pada gilirannya mengantarkan kepada beberapa kualitas mental penting lainnya sepanjang jalan menuju ''[[Nirwana]]'', seperti sukacita, konsentrasi, dan kebijaksanaan.<ref>{{cite encyclopediasfn|last1=Harvey|first1=Peter2013a|author-link=Peter Harvey|editor1-last=Emmanuel|editor1-first=Steven M.|encyclopedia=A companion to Buddhist philosophy|title=''Dukkha'', non-self, and the "Four Noble Truths"|date=2013|publisher=[[Wiley-Blackwell]]|location=Chichester, West Sussex|isbn=978-0-470-65877-2|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/A%20Companion%20to%20Buddhist%20Philosophy_Emmanuel.pdf|archive-url=https://www.webcitation.org/6vADr7eR4?url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/A%20Companion%20to%20Buddhist%20Philosophy_Emmanuel.pdf|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|pagespp=31, 49|df=}}</ref> Namun, hanya berbekal keyakinan saja tak pernah dianggap cukup untuk mencapai ''Nirwana''.{{sfn|Thomas|1953|p=258}}{{sfn|Jayatilleke|1963|p=384}}
 
[[Berkas:Terenuri cultivate în lângă Orheiul Vechi.JPG|alt=Green plains.|jmpl|[[sangha|Saṅgha]] dideskripsikan sebagai "[[ladang kasih]]", karena umat Buddha memberikan persembahan kepada mereka sebagai pembuahan karma tertentu.{{sfn|Harvey|20132013b|p=246}}]]
 
Umat Buddha awam laki-laki dan perempuan yang berbudi luhur disebut ''[[upasaka dan Upasika|upāsaka atau upāsika]]''. Untuk menjadi umat Buddha, tak ada ritual formal yang diwajibkan.<ref>{{cite encyclopediasfn|last1=Tremblay|first1=Xavier|editor1-last=Heirman|editor1-first=Ann|editor2-last=Bumbacher|editor2-first=Stephan Peter|encyclopedia=The spread of Buddhism|title=The spread of Buddhism in Serindia|date=2007|publisher=[[Brill Publishers]]|archive-url=https://www.webcitation.org/6vADtlDZJ?url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/The%20Spread%20of%20Buddhism_HDO_Vol.16_2007.pdf|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|location=Leiden|isbn=9789004158306|edition=online|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/The%20Spread%20of%20Buddhism_HDO_Vol.16_2007.pdf|pagep=87|df=}}</ref>{{sfn|Lamotte|1988|p=247}} Beberapa ayat dalam [[Kitab Pāli]], serta para ahli tafsir pada masa berikutnya seperti [[Buddhaghosa]], menyatakan bahwa umat awam Buddhis dapat mencapai surga hanya dengan memperkuat keyakinan mereka dan kasih sayang kepada Buddha, demikian juga dalam ayat lainnya, menyatakan bahwa keyakinan disandingkan dengan kebajikan lainnya, seperti moralitas, sebagai penyebab yang menuntun penganutnya terlahir ke surga.{{sfn|De Silva|2002|p=215}}{{sfn|Thomas|1953|pp=56, 117}} Terlepas dari semua itu, keyakinan adalah bagian penting dari cara pandang umat awam Buddhis, karena keyakinan diwujudkan dalam bentuk kebiasaan bertemu dengan saṅgha, menyimak ajarannya, dan yang terpenting, memberikan dana kepada saṅgha. ''Saddhā'' dalam kehidupan awam berkaitan erat dengan [[dana (Buddha)|''dāna'' (kedermawanan)]]: Pemberian tulus adalah pemberian spritual yang paling penting.{{sfn|Findly|2003|pp=200, 202}}
 
Keyakinan termasuk dalam daftar kebajikan untuk umat awam, sehingga dideskripsikan sebagai kualitas progresif untuk para umat Buddha, karena umat yang baru masuk agama BuddhaBuddhisme memiliki ciri-ciri "hijau dalam devosibakti".{{sfn|Findly|2003|p=202}} Sehingga, terdapat berbagai daftar kebajikan yang mana keyakinan diikutsertakan,{{sfn|Lamotte|1988|p=74}}{{sfn|De Silva|2002|p=215}} dan tradisi Buddhis awal lainnya juga menekankan betapa pentingnya peranan keyakinan, seperti tradisi [[Sarwāstiwāda]].{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Śraddhā}} Selain itu, agama BuddhaBuddhisme awal mendeskripsikan keyakinan sebagai kualitas berpengaruh dalam [[Sotāpanna|pemasuk arus]], sebuah keadaan yang mendahului pencerahan.{{sfn|Harvey|20132013b|pp=85, 237}}{{sfn|De Silva|2002}} Dalam deskripsi standar dari mereka yang [[Pabbajja|meninggalkan rumah]] (menerima penahbisan biksu), keyakinan disebut sebagai motivasi penting. Disamping peran tersebut, beberapa pakar Indologi seperti [[André Bareau]] dan Lily De Silva meyakini bahwa agama BuddhaBuddhisme awal tak memegang nilai yang sama dengan kepercayaan seperti dalam beberapa agama lain, seperti Kristen. Bareau berpendapat bahwa "agama BuddhaBuddhisme tak memiliki keyakinan murni sebagai padanannya dalam agama Kristen, ... Pandangan tentang kepercayaan membuta, keyakinan absolut akan firman seorang master, secara terang-terangan berbertolak belakang dengan semangat agama BuddhaBuddhisme awal."{{sfn|De Silva|2002|pp=214–5}}<ref>{{cite booksfn|last1=Ergardt|first1=Jan T.|title=Faith and knowledge in early Buddhism : an analysis of the contextual structures of an arahant-formula in the Majjhima-Nikāya|date=1977|publisher=Brill (penerbit )|location=Leiden|isbn=9004048413|doi=10.2307/2054272|pagep=1|quote=Der Buddhismus kennt keinen dem des Christentums vergleichbaren reinen Glauben, ... Die Idee eines blinden Glaubens, eines absoluten Vertrauens in die Worte eines Meisters ist dem Geist des alten Buddhismus ganz entgegengesetzt.}}</ref> Namun, penerjemah [[Caroline Rhys Davids]] tak sepakat dengan pernyataan tersebut, dengan menyatakan bahwa "keyakinan sama pentingnya bagi semua penganut agama karena itulah yang disebut sebagai penganut agama".{{sfn|Jayatilleke|1963|p=383}}{{sfn|Findly|2003|p=201}} Indologis [[Richard Gombrich]] berpendapat bahwa agama BuddhaBuddhisme tak menentukan [[credo quia absurdum|percaya akan seseorang atau sesuatu sampai taraf berlawanan dengan penalaran]].<!--pp=119-20--> Selain itu, Gombrich meyakini bahwa Buddha tak berniat untuk membuat sebuah agama yang berfokus pada devosibakti kepada dirinya, meskipun ia mengakui bahwa devosibakti semacam itu telah dimulai saat Buddha masih hidup.{{sfn|Gombrich|20062006a|pages=119–22}}{{sfn|Gombrich|2009|p=199}} Gombrich menyatakan bahwa ada banyak catatan dalam naskah-naskah awal yang menjelaskan betapa pentingya pengaruh keyakinan tersebut,{{sfn|Gombrich|20062006a|pages=120–22}} namun ia juga berpendapat bahwa "perkembangan seremoni dan liturgi Buddhis benar-benar sebuah [[konsekuensi tanpa tujuan|konsekuensi tanpa disengaja]] secara keseluruhan kotbahkhotbah dari Buddha".{{sfn|Gombrich|2009|p=200}}
 
==== Mengambil perlindungan ====
Baris 64 ⟶ 96:
{{Main|Perlindungan (Buddha)}}
[[Berkas:Luang Prabang Takuhatsu ルアンパバーン 托鉢僧 DSCF6990.JPG|jmpl|Dalam [[Kitab Pāli]], [[biksu Buddha]] memberikan peran signifikan dalam mempromosikan dan menegakkan keyakinan di kalangan [[Upāsaka dan Upāsikā|kaum awam]].{{sfn|Wijayaratna|1990|pages=130–1}}{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Kuladūșaka}}]]
Sejak agama BuddhaBuddhisme awal, para penganut menyatakan keyakinannya melalui mengambil perlindungan, yang terdiri dari [[tiga perlindungan|tiga lapisan]]. Dalam hal ini berpusat pada otoritas Buddha sebagai sosok yang telah tercerahkan sepenuhnya, dengan menempatkan peran Buddha sebagai guru umat manusia dan para ''[[dewa (Buddha)|dewā]]'' (makhluk surgawi). Perlinungan ini juga mencakup para Buddha dari masa lampau, dan Buddha yang belum hadir di dunia ini. Kedua, mengambil perlindungan dengan cara menghormati kebenaran dan efikasi [[Dharma (Buddha)|ajaran spiritual]] Buddha, yang mencakup karakteristik [[saṅkhāra|fenomena]] ({{lang-pi|saṅkhāra|italic=yes}}) seperti [[anicca|ketidakkekalan]] ({{lang-pi|anicca|italic=yes}}) fenomena, dan jalan menuju pembebasan.{{sfn|Harvey|20132013b|p=245}}<ref name="Kariyawasam">{{cite booksfn|last=Kariyawasam|first=A.G.S.|year=1995|title=Buddhist Ceremonies and Rituals of Sri Lanka|series=The Wheel Publication|location=Kandy, Sri Lanka|publisher=[[Buddhist Publication Society]]|accessdate=23 October 2007|url=http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/kariyawasam/wheel402.html|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20130328021534/http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/kariyawasam/wheel402.html|archivedate=28 March 2013|df=}}</ref> Mengambil perlindungan terakhir yaitu dengan menerima [[sangha (Buddha)|komunitas para praktisi yang telah berkembang secara spiritual]] (saṅgha), yang kebanyakan didefinisikan sebagai komunitas monastik, selain itu juga meliputi kaum awam dan bahkan para ''dewā'' dengan anggapan bahwa mereka sudah hampir atau sepenuhnya mencapai [[empat tahap pencerahan|pencerahan]].{{sfn|Harvey|20132013b|p=246}}{{sfn|Robinson|Johnson|1997|p=43}} Agama BuddhaBuddhisme awal tak mengikutsertakan elemen ''[[bodhisatwa]]'' dalam Tiga Perlindungan, karena para bodhisatwa dianggap masih berada dalam perjalanan menuju pencerahan.{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Paramatthasaṅgha}}
 
Teks-teks awal mendeksripsikan saṅgha sebagai "[[ladang kasih|ladang kebajikan]]", karena penganut Buddha awal memberikan persembahan kepada mereka sehingga bisa mendatangkan karma baik.{{sfn|Harvey|20132013b|p=246}} Para penganut awam mendukung dan menghormati saṅgha, mereka yakin dengan cara demikian akan menghasilkan kebajikan dan membawa mereka semakin dekat dengan pencerahan.{{sfn|Werner|2013|page=39}} Sementara itu, biksu Buddhis memberikan peran signifikan dalam meningkatkan dan mempertahankan keyakinan umat awam. Meskipun ada banyakcontoh dalam kitab suci menyebutkan perilaku baik para monastik, tetapi ada juga kasus para biksu berperilaku buruk. Kasus biksu berperilaku buruk ditanggapi dengan hati-hati sebagaimana reaksi dari para umat, hal demikian disebutkan dalam kitab suci. Saat Buddha mulai menetapkan aturan baru dalam [[Vinaya|peraturan monastik]] untuk menangani perilaku buruk monastiknya, Beliau menyatakan bahwa perilaku demikian hendaknya dihentikan, karena tak akan "menyakinkan umat lain" dan "umat sendiri akan menjauh". Beliau mengharapkan para biksu, biksuni dan [[samanera]]-samaneri untuk hidup bukan hanya demi memberikan manfaat untuk diri sendiri saja, tetapi juga menopang keyakinan masyarakat. Di sisi lain, tugas menginspirasi keyakinan umat bukanlah demi menyuburkan kemunafikan atau hal yang tidak sepantasnya, sebagai contohnya, monastik yang tidak menjalankan tugas sebagai monastik malahan berprofesi lain, atau memberikan oleh-oleh kepada umat awam dengan harapan untuk meminta bantuannya.{{sfn|Wijayaratna|1990|pages=130–1}}{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Kuladūșaka}}
 
Dengan demikian, mengambil perlindungan merupakan sebuah bentuk aspirasi untuk menjadikan Tiga Mestika sebagai pedoman inti kehidupan. Mengambil perlindungan dilakukan lewat formula singkat, seseorang menyebutkan Buddha, Dharma dan Saṅgha sebagai perlindungan.{{sfn|Irons|2008|p=403}}{{sfn|Robinson|Johnson|1997|p=43}} Pada naskah-naskah Buddhis awal, mengambil perlindungan adalah sebuah pernyataan tekad untuk mengikuti petunjuk dari Buddha, tetapi bukan berarti melepaskan tanggung jawab.<ref name="{{sfn|Kariyawasam" />|1995}}
 
Secara tradisional, pernyataan iman ditunjukkan dengan pengambilan perlindungan kepada [[Tiga Permata|Triratna]] dalam syair "Tiga Perlindungan" (Tisaraṇa):<ref>{{Cite web|title=SuttaCentral: Saraṇattaya|url=https://suttacentral.net/kp1/|website=SuttaCentral|language=en|access-date=2024-05-22}}</ref><ref>{{Cite web|title=The Threefold Refuge: tisarana|url=https://www.accesstoinsight.org/ptf/tisarana.html|website=www.accesstoinsight.org|access-date=2024-05-22}}</ref><ref>{{Cite web|title=Refuge in the Buddha|url=https://www.accesstoinsight.org/lib/authors/bodhi/bps-essay_21.html|website=www.accesstoinsight.org|access-date=2024-05-22}}</ref>
 
{{Verse translation|Buddhaṁ saraṇaṁ gacchāmi,
Dhammaṁ saraṇaṁ gacchāmi
Saṅghaṁ saraṇaṁ gacchāmi|Aku berlindung kepada Buddha
Aku berlindung kepada Dhamma
Aku berlindung kepada Saṅgha|attr1=Khuddakapāṭha 1, Khuddaka Nikāya}}
 
==== Melalui verifikasi ====
[[Berkas:Kesariya.jpg|jmpl|upright=1.3|[[Stupa Kesaria|Stūpa]] Buddha di [[Kesaria|Kesariya]], [[Bihar]], India, didirikan untuk menghormati [[Kalama Sutta|Kalāma Sutta]]]]
Keyakinan dapat menuntun para praktisi untuk memegang teguh perlindungan kepada Tiga Mestika, hal ini juga yang membukakan jalan menuju pengalaman spiritual baru yang belum pernah mereka ketahui. Ini adalah aspek devosionalbakti atau aspek mistis dari keyakinan. Namun, ada juga aspek rasional, makna perlindungan berakar pada verifikasi pribadi.{{sfn|Nakamura|1997|p=392}} Dalam ''[[Kalama Sutta|Kalāma Sutta]]'', Buddha menegaskan bahwa Ia tidak setuju dengan prinsip seseorang mengikuti otoritas suci, tradisi, doktrin logika, atau demi menghormati seorang guru.{{sfn|Suvimalee|2005|p=604}} Pengetahuan yang datang dari sumber seperti itu berdasarkan pada [[kilesa|kesombongan, kebencian dan delusi]] dan para buddhis harus menyerap pengetahuan demikian secara berimbang dan jangan percaya begitu saja. Namun, ajaran seperti itu juga perlu dipertanyakan. Mereka perlu mencari tahu apakah ajaran itu benar melalui verifikasi pribadi atas kebenaran spiritual, membedakan apa saja yang menuntun kepada kebahagiaan dan memberikan manfaat, dan apa saja yang sebaliknya.{{sfn|Jayatilleke|1963|p=390}}{{sfn|Fuller|2004|page=36}}{{refn|group=note|Catatan tersebut dapat ditemukan di dunia maya di [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an03/an03.065.soma.html Kalāma Sutta, diterjemahkan oleh [[Soma Thera]]]}} Setelah memberikan contoh melalui pendekatan seperti itu, Buddha menyatakan bahwa praktik yang mengurangi kebencian, keserakahan, dan kegelapan batin akan bermanfaat bagi para praktisi, terlepas dari apakah retribusi karma dan kelahiran kembali itu ada atau tiada.<ref name="Blakkarly">{{cite newssfn|last1=Blakkarly|first1=Jarni|title=The Buddhist Leap of Faith|url=http://www.abc.net.au/religion/articles/2014/11/05/4122342.htm|accessdate=24 July 2017|work=[[ABC (Australia)|ABC]]|date=5 November 2014|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170727125253/http://www.abc.net.au/religion/articles/2014/11/05/4122342.htm|archivedate=27 July 2017|df=}}</ref> Dengan demikian, pengalaman pribadi dan penilaian sangat ditekankan apabila berkenaan dengan apakah seseorang berkenan menerima Buddha dan agama BuddhaBuddhisme. Seseorang seharusnya juga mendengarkan arahan dari para bijaksana.{{sfn|De Silva|2002|p=215}}
 
Dalam ''Canki Sutta'', Buddha menekankan bahwa cara seseorang memunculkan keyakinan terdiri dari dua bentuk: keyakinan tulus yang berlandaskan fakta dan tidak keliru atau sia-sia, kosong dan palsu. Sehingga, saat seseorang menganut keyakinan tertentu, mereka tak harus memberikan pernyataan "Hanya ini yang benar, sisanya keliru," namun sebagai gantinya "menyajikan kebenaran" dengan kesadaran "Ini adalah keyakinanku".{{sfn|Suvimalee|2005|p=603}}{{sfn|Fuller|2004|page=36}}{{refn|group=note|Catatan tersebut dapat ditemukan di:
{{cite web|title=Canki Sutta: With Canki|url=http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.095x.than.html|first=Thanissaro|last=Bhikkhu|author-link=Thanissaro Bhikkhu|access-date=2017-05-26}}}} Sehingga, sutta itu mengkritik [[wahyu ilahi]], tradisi dan laporan lainnya, karena dianggap "keyakinan tak berdasar" dan pengertian tak lengkap dari penyerapan pengetahuan atau kebenaran spiritual.{{sfn|De Silva|2002|p=215}}{{sfn|Kalupahana|1976|pp=27–8}} Namun dalam ''Sandaka Sutta'', Buddha juga mengkritik cara memahami kebenaran hanya lewat akal budi dan logika saja.{{sfn|Suvimalee|2005|p=603}}{{sfn|Kalupahana|1976|pp=27–8}} Sebagai gantinya, pengetahuan intiuitif langsung dan personal diharuskan untuk mencapai kebenaran, kemudian pengetahuan itu tak dipengaruhi oleh sikap bias.<!--p.29-->{{sfn|Kalupahana|1976|pp=27–9}}{{sfn|Holder|2013|pp=225–6}} Jadi, kepercayaan dan keyakinan saja tidak mencukupi untuk memperoleh kebenaran, walaupun berkaitan dengan spiritual, para penganut agama lain menyebutnya sebagai keyakinan. Buddha tidak setuju dengan tradisi yang menuntut kepercayaan buta terhadap kitab suci atau guru.{{sfn|Suvimalee|2005|page=601}}{{sfn|Holder|2013|pp=225–6}} Dalam satu wejangan, Buddha ditanya hal apa yang menjadi landasan keabsahan ajarannya, ia menjawab bahwa ia tak menggunakan tradisi, keyakinan, dan penalaran sebagai landasan keabsahan ajarannya, tetapi cenderung menggunakan pengalaman pribadi sebagai sumber otoritasnya.{{sfn|Jayatilleke|1963|pp=169–71}}
[[Berkas:Buddha Kopf.jpg|jmpl|Buddha menyatakan dalam beberapa catatan, termasuk ''Vimaṁsaka Sutta'', bahwa para muridnya harus menyelidikan dirinya sendiri apakah ia benar-benar tercerahkan dan bertindak murni, dengan mengamatinya selama jangka panjang.{{sfn|De Silva|2002|pp=215–6}}{{sfn|Jayatilleke|1963|pp=390–3}}]]
Kesimpulannya, umat Buddha wajib memverifikasi kebenaran dan moralitas lewat pengalaman pribadi. Ini kemudian berujung pada penerimaan sementara, yang disebut "mempertahankan kebenaran". Keyakinan berpindah dari satu tangan ke tangan lainnya dengan sikap terbuka atas kehendak untuk mempelajari dan berusaha, memfamiliarisasikan diri sendiri dengan ajaran. Meskipun verifikasi pribadi dari keyakinan seseorang mendalam, secara mutlak berubah dari "mempertahankan" menjadi "menemukan" kebenaran.{{sfn|De Silva|2002|p=215}}{{sfn|Fuller|2004|page=36}} Proses verifikasi melibatkan berbagai pengalaman pada umumnya, selain itu juga pengalaman [[yoga]] dari pelatihan batin.{{sfn|Hoffmann|1987|page=409}} Selain itu, Buddha menyebutkan kriteria untuk ajarannya sendiri: Dia sendiri memiliki kualifikasi untuk mengajarkan Dharmanya karena dia sendiri telah memverifikasinya, tetapi tak mempelajarinya dari orang lain atau diperoleh dari logika.{{sfn|Holder|2013|p=227}} Buddha menyatakan dalam beberapa wejangan, termasuk ''Vimaṁsaka Sutta'', bahwa para muridnya harus menyelidikinya, termasuk menyelidiki Buddha, cari tahu apakah dia sudah tercerahkan atau tindak tanduknya sudah murni, dengan cara mengamatinya dalam kurun waktu panjang.{{sfn|De Silva|2002|pp=215–6}}{{sfn|Jayatilleke|1963|pp=390–3}} Beberapa orang yang dideskripsikan dalam kanon Pali menyebutkan bahwa ada orang yang mengamati Buddha dengan sedemikian rupa sehingga dia bisa memunculkan keyakinan kokoh.{{sfn|De Silva|2002|pp=215–6}} Hal ini bukan berarti Buddha tidak menerima sikap penghormatan dari orang lain kepada dirinya: Buddha mengajarkan tata cara devosibakti bisa membantu pikiran praktisi awam menjadi bersemangat, dan membantu mereka sepanjang jalan agar bisa memperoleh kelahiran yang lebih baik dan pencerahan.{{sfn|Werner|2013|pages=43–4}} Oleh karena itu, devosibakti merupakan topik bagi praktisi serius yang berminat untuk mendalaminya.<ref>{{cite encyclopediasfn|last1=Tuladhar-Douglas|first1=William|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Pūjā: Buddhist pūjā|date=2005|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865980-5|pagep=7496|edition=2nd|url=https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%2011.pdf|volume=11|deadurl=yes|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170302005458/https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%2011.pdf|archivedate=2017-03-02|df=}}</ref>
 
==== Langkah awal ====
Baris 83 ⟶ 123:
Keyakinan merupakan kepercayaan kepada Buddha sebagai guru spiritual dan menerima ajaran-ajaran Buddha di tahap awal. Keyakinan dianggap bermanfaat besar bagi praktisi pemula dari ajaran Buddha.{{sfn|Nakamura|1997|p=392}}{{sfn|De Silva|2002|p=216}} Dalam ''Cula-hatthipadopama Sutta'', Buddha mendeskripsikan jalan menuuju pencerahan dimulai dari memiliki keyakinan kepadanya, namun tetap mempraktikkan kebajikan, meditasi, dan kebijaksanaan, semua itu berujung pada pencerahan. Dengan demikian, keyakinan ditahap awal mendukung kepercayaan diri untuk meneruskan perjalanan menuju tujuan akhir,{{sfn|Suvimalee|2005|pp=602–3}} dan untuk alasan ini pula, dalam ajaran Buddha awal, keyakinan biasanya disebutkan sebagai kualitas pertama dalam nilai kebajikan progresif.{{sfn|Findly|2003|p=202}}
 
Selain ''saddhā'', istilah lainnya yaitu ''pasāda'', dan sinonim-sinonim terkaitnya ''pasanna'' dan ''pasidati'', terkadang juga diterjemahkan menjadi 'keyakinan', tetapi memberi nilai yang lebih tinggi daripada ''saddhā''.<!--p=214--> ''Saddhā'' menjadi semakin mendalam ketika seseorang semakin maju dalam perjalanan spiritualnya, dan teks-teks awal terkadang menyebutnya sebagai ''pasāda'',<!--p=216-->{{sfn|De Silva|2002|pp=214, 216}}{{sfn|Harvey|20132013b|p=31}}{{sfn|Trainor|1989|page=187}} dan terkadang sebagai ''bhakti''.{{sfn|Barua|1931|page=333}} ''Pasāda'' adalah keyakinan dan kecenderungan tertarik kepada seorang guru, tetapi dibarengi oleh kejernihan batin, kedamaian hati, dan pengertian..{{sfn|Trainor|1989|page=187}} Sang murid yang berlatih mulai mengembangkan dan menstabilkan keyakinannya berlandaskan kewawasan spiritual.{{sfn|De Silva|2002|p=216}}{{sfn|Jayatilleke|1963|p=297}} Semua ini menuntun keyakinan menjadi "tak tergoyahkan".{{sfn|Suvimalee|2005|pp=601–2}}{{sfn|De Silva|2002|p=217}}
 
Dengan demikian, keyakinan saja belumlah cukup untuk mencapai keselamatan, tetap itu hanyalah langkah pertama menuju kebijaksanaan dan pencerahan..{{sfn|Findly|1992|page=265}} Beberapa ajaran dalam Buddhisme awal menyebut keyakinan sebagai langkah awal, sementara kebijaksanaan disebutkan sebagai yang terakhir.{{sfn|Harvey|2013b|p=237}}{{sfn|Jayatilleke|1963|pp=396–7}} Pada tahap akhir jalan praktik Buddhis, untuk menuju ''[[Arhat|arahat]]'', seorang praktisi secara keseluruhan mengganti keyakinan dengan kebijaksanaan. Pada titik tersebut, ''arahat'' tak lagi mengandalkan keyakinan,{{sfn|Barua|1931|p=336}}{{sfn|Lamotte|1988|pp=49–50}}{{sfn|Jayatilleke|1963|p=384}} walaupun sudah tiba pada tahap tersebut, kadang-kadang bentuk keyakinan komplet juga pernah dijelaskan.{{sfn|Hoffmann|1987|pages=405, 409}} Sehingga, Buddha memuji sebagian besar muridnya karena kebijaksanaannya bukan keyakinannya. Pengecualian pada Bhant Vakkali, ia dipuji oleh buddha sebagai "Dia yang tertinggi dalam keyakinan diantara orang lain", Buddha juga mengajarkan muridnya agar fokus pada ajarannya, bukan pada sosok Buddha.{{sfn|De Silva|2002|p=216}}{{sfn|Lamotte|1988|pp=49–50}}{{sfn|Jayatilleke|1963|p=384}} Tampaknya Buddha juga menegur muridnya, Bhante Ānanda melalui cara yang serupa.{{sfn|Findly|1992|pp=268–9}}
 
Dalam Kitab Pali menjelaskan beberapa pendekatan berbeda berkenaan dengan keyakinan. Saat mengembangkan keyakinan kepada seseorang atau kepada Buddha, upaya ini memberikan manfaat kecil apalagi terlalu berlebihan berkaitan dengan fitur tidak signifikan seperti tampak fisik, lalu tidak terlalu fokus pada ajaran Buddha. Pendekatan keyakinan seperti ini mengarahkan kepada perasaan sayang dan marah dan juga ada kekurangan lainnya. Hal demikian merupakan penghalang dalam menyusuri jejak Buddha dan pencapaian pencerahan, serupa dengan kasus Vakkali. Keyakinan dan bakti perlu berjalan bersama-sama dengan dibarengi dengan [[upekkha|Ekuanimitas]].{{sfn|Harvey|2013b|p=28}}{{sfn|Jayatilleke|1963|p=388}}{{sfn|Werner|2013|page=47}}
 
=== Theravāda ===
{{Theravada}}
Pada umumnya, praktik-pratik dalam aliran [[Theravāda]] serupa dengan praktik-praktik dalam [[Buddhisme awal|Buddhisme Awal]]. Akan tetapi, aliran Theravāda juga secara khusus membahas tentang keyakinan dalam [[Aṭṭhakathā|kitab-kitab komentarnya]].
 
==== Formula ====
Menurut aliran [[Theravāda]], ''saddhā'' dipusatkan pada keyakinan terhadap [[Kecerahan (Buddhisme)|kecerahan]] Buddha (''tathāgatabodhi-saddhā'') atau, secara alternatif, terhadap [[Triratna]] (''ratanattaya-saddhā''):<ref name=":032" /><ref name=":1" /><ref name=":2" /><ref name=":3" /><ref name=":4" />
 
# '''Keyakinan terhadap Buddha''', yaitu meyakini para Buddha masa lalu, Buddha masa kini ([[Siddhattha Gotama]]), dan kedatangan [[bodhisatwa]] masa depan; juga pencapaian [[Kebuddhaan]]-Nya di [[Nibbāna|Nirwana]].
# '''Keyakinan terhadap Dhamma''', yaitu meyakini ajaran yang disampaikan oleh Buddha.
# '''Keyakinan terhadap Saṅgha''', yaitu meyakini komunitas rahib yang didirikan oleh Buddha; mereka yang dianggap maju secara spiritual (''ariya-saṅgha'') atau komunitas konvensional yang berupaya mencapai [[Kecerahan (Buddhisme)|kecerahan]] (''sammuti-saṅgha'').
 
Pada jenis klasifikasi di atas, keyakinan terhadap [[Hukum Karma|hukum karma]] merupakan bagian dari keyakinan terhadap Dhamma. Akan tetapi, beberapa bagian [[Tripitaka|kitab suci]] juga secara spesifik merincikan keyakinan terhadap kepemilikan karma (''kammassakatā-saddhā''), yaitu meyakini bahwa semua makhluk bertanggung jawab atas perbuatan dan akibatnya masing-masing, sebagai dua poin tambahan:
 
<ol start=4>
<li> '''Keyakinan terhadap karma''' (''kamma-saddhā''), yaitu meyakini adanya perbuatan berkehendak yang secara moral dikategorikan sebagai baik atau buruk.</li>
<li >'''Keyakinan terhadap buah karma''' (''vipāka-saddhā''), yaitu meyakini adanya akibat dari perbuatan berkehendak yang secara moral baik atau buruk.</li></ol>
 
==== Definisi ====
[[Atthakatha|Kitab komentar]] untuk [[Abhidhamma Piṭaka]] milik aliran [[Theravāda]] menjelaskan definisi ''saddhā'' sebagai suatu [[Cetasika|faktor mental]] dalam empat batasan:<ref name=":0">{{Cite book|last=Kheminda|first=Ashin|date=2019-09-01|url=https://books.google.co.id/books?id=2ZQXEAAAQBAJ&printsec=copyright&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false|title=Manual Abhidhamma: Bab 2 Faktor-Faktor-Mental|publisher=Yayasan Dhammavihari|isbn=978-623-94342-7-4|language=id}}</ref>
* '''Karakteristik''' (''lakkhaṇa''): meyakini (''saddahana'') atau memercayai (''okappana'') objeknya.
* '''Fungsi''' (''rasa''): untuk menjernihkan (''pasādana'') hati dari kotoran-kotoran batin atau untuk melompati (''pakkhandana'') hal-hal sulit.
* '''Manifestasi''' (''paccupaṭṭhāna''): bebas dari kotoran (''akālussiya''), atau keputusan/ketetapan hati (''adhimutti'').
* '''Sebab-terdekat''' (''padaṭṭhāna''): objek yang pantas untuk memunculkan keyakinan (''saddheyyavatthu''), yaitu [[Triratna]], atau faktor-faktor [[Empat tingkat kesucian|Pengarungan Arus]] (''sotāpattiyaṅga'').
 
==== Dua jenis keyakinan ====
[[Tradisi Abhidhamma]] Theravāda juga menguraikan ''saddhā'' menjadi dua jenis:<ref name=":0" />
 
# '''Keyakinan awal''' (''amūlika-saddhā''), yaitu keyakinan tanpa dasar pengalaman secara langsung.
Dengan demikian, keyakinan saja belumlah cukup untuk mencapai keselamatan, tetap itu hanyalah langkah pertama menuju kebijaksanaan dan pencerahan..{{sfn|Findly|1992|page=265}} Beberapa ajaran dalam agama Buddha awal menyebut keyakinan sebagai langkah awal, sementara kebijaksanaan disebutkan sebagai yang terakhir.{{sfn|Harvey|2013|p=237}}{{sfn|Jayatilleke|1963|pp=396–7}} Pada tahap akhir jalan praktik Buddhis, untuk menuju ''[[Arhat|arahat]]'', seorang praktisi secara keseluruhan mengganti keyakinan dengan kebijaksanaan. Pada titik tersebut, ''arahat'' tak lagi mengandalkan keyakinan,{{sfn|Barua|1931|p=336}}{{sfn|Lamotte|1988|pp=49–50}}{{sfn|Jayatilleke|1963|p=384}} walaupun sudah tiba pada tahap tersebut, kadang-kadang bentuk keyakinan komplet juga pernah dijelaskan.{{sfn|Hoffmann|1987|pages=405, 409}} Sehingga, Buddha memuji sebagian besar muridnya karena kebijaksanaannya bukan keyakinannya. Pengecualian pada Bhant Vakkali, ia dipuji oleh buddha sebagai "Dia yang tertinggi dalam keyakinan diantara orang lain", Buddha juga mengajarkan muridnya agar fokus pada ajarannya, bukan pada sosok Buddha.{{sfn|De Silva|2002|p=216}}{{sfn|Lamotte|1988|pp=49–50}}{{sfn|Jayatilleke|1963|p=384}} Tampaknya Buddha juga menegur muridnya, Bhante Ānanda melalui cara yang serupa.{{sfn|Findly|1992|pp=268–9}}
# '''Keyakinan kukuh''' atau '''sempurna''' (''aveccapasāda''), yaitu keyakinan yang didasarkan pada pengalaman secara langsung.
 
Konsep ''saddhā'' erat kaitannya dengan konsep "menjaga atau melestarikan kebenaran" (''saccānurakkhaṇa'') dan "mengalami kebenaran" (''saccānubodha'') yang dijelaskan dalam Caṅkī Sutta ([[Majjhima Nikāya|MN]] 95). Penjagaan atau pelestarian kebenaran dilakukan dengan tidak menyimpulkan "hanya ini saja yang benar, yang lainnya salah," ketika meyakini sesuatu yang didasarkan pada keyakinan tanpa dasar pengalaman langsung sebelum muncul keyakinan kukuh atau sempurna karena telah mengalami kebenaran secara langsung.<ref name=":0" />
Dalam Kitab Pali menjelaskan beberapa pendekatan berbeda berkenaan dengan keyakinan. Saat mengembangkan keyakinan kepada seseorang atau kepada Buddha, upaya ini memberikan manfaat kecil apalagi terlalu berlebihan berkaitan dengan fitur tidak signifikan seperti tampak fisik, lalu tidak terlalu fokus pada ajaran Buddha. Pendekatan keyakinan seperti ini mengarahkan kepada perasaan sayang dan marah dan juga ada kekurangan lainnya. Hal demikian merupakan penghalang dalam menyusuri jejak Buddha dan pencapaian pencerahan, serupa dengan kasus Vakkali. Keyakinan dan devosi perlu berjalan bersama-sama dengan dibarengi dengan [[upekkha|Ekuanimitas]].{{sfn|Harvey|2013|p=28}}{{sfn|Jayatilleke|1963|p=388}}{{sfn|Werner|2013|page=47}}
 
=== Mahāyāna ===
[[Berkas:Shakyamuni Buddha with Avadana Legend Scenes - Google Art Project.jpg|jmpl|upright=1.1|[[Buddha Gautama]] dengan adegan-adegan dari legenda [[Awadāna]]]]
{{Mahayana}}
Dalam periode [[Ashoka|kaisar Ashoka]] (abad ke-3 sampai ke-2 SM), umat Buddha banyak menitikberatkan pada keyakinan, karena Ashoka membantu mengembangkan agama Buddha sebagai agama populer untuk menyatukan kekuasaanya. Tren baru ini berujung pada peningkatan pemujaan ''stūpa'' dan bertambah banyaknya sastra berlandaskan keyakinan yaitu [[Awadāna]].{{sfn|Harvey|2013|p=103}}<ref>{{cite book|last1=Swearer|first1=Donald K.|title=The Buddhist world of Southeast Asia|date=2010|publisher=[[State University of New York Press]]|location=Albany|isbn=978-1-4384-3251-9|page=77|edition=2nd|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/the%20buddhist%20world%20of%20southeast%20asia_swearer.pdf|archive-url=https://www.webcitation.org/6vADhQmDu?url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/The%20Buddhist%20World%20of%20Southeast%20Asia_Swearer.pdf|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|df=}}</ref> Pada abad ke-2 SM, Buddha semakin lumrah digambarkan dalam bentuk lukisan, dan ada peralihan penekanan pada [[Bhakti|devosionalisme emosional]] dalam [[agama India]]. Ini menuntun pada perspektif baru dalam agama Buddha, seperti yang dirangkum oleh Peter Harvey, seorang cendekiawan studi agama Buddha, dia menyatakan bawah "welas asih, keyakinan, dan kebijaksanaan". Perspektif tersebut membuka jalan lahirnya Aliran [[Mahāyāna]].<!--p=105-->{{sfn|Harvey|2013|pp=103, 105}}{{sfn|Smart|1997|page=282}}
Dalam periode [[Ashoka|kaisar Ashoka]] (abad ke-3 sampai ke-2 SM), umat Buddha banyak menitikberatkan pada keyakinan, karena Ashoka membantu mengembangkan Buddhisme sebagai agama populer untuk menyatukan kekuasaanya. Tren baru ini berujung pada peningkatan pemujaan ''stūpa'' dan bertambah banyaknya sastra berlandaskan keyakinan yaitu [[Awadāna]].{{sfn|Harvey|2013b|p=103}}{{sfn|Swearer|2010|p=77}} Pada abad ke-2 SM, Buddha semakin lumrah digambarkan dalam bentuk lukisan, dan ada peralihan penekanan pada [[Bhakti|bakti emosional]] dalam [[agama India]]. Ini menuntun pada perspektif baru dalam Buddhisme, seperti yang dirangkum oleh Peter Harvey, seorang cendekiawan studi Buddhisme, dia menyatakan bawah "welas asih, keyakinan, dan kebijaksanaan". Perspektif tersebut membuka jalan lahirnya Aliran [[Mahāyāna]].<!--p=105-->{{sfn|Harvey|2013b|pp=103, 105}}{{sfn|Smart|1997|page=282}}
 
Pada umumnya, peran keyakinan dalam Mahāyāna mirip dengan Theravāda{{sfn|Harvey|20132013b|p=31}}{{sfn|Spiro|1982|p=34 n.6}}—keyakinan merupakan bagian tak terhindarkan dari praktik Mahāyāna maupun Theravāda.<ref name="{{sfn|Blakkarly" />|2014}} Bahkan dalam aliran Theravāda saat ini, yang bermula dari teks Pāli, keyakinan masih merupakan bagian penting dalam masyarakat Buddhis tradisional. Penganut aliran Theravāda memandang keyakinan kepada Tiga Mestika sebagai unsur protektif dalam kehidupan sehari-hari, khususnya saat dipadukan dengan [[Sila|etika Buddhis]].{{sfn|Spiro|1982|p=15m1}} Namun, dengan kebangkitan aliran Mahāyāna, kedalaman dan rangkaian ajaran tentang keyakinan semakin intensif. Sejumlah besar ''[[bodhisatwa]]'' menjadi fokus devosibakti dan keyakinan, memberikan nuansa "teistik" kepada aliran Mahāyāna.{{sfn|Harvey|20132013b|p=172}}{{sfn|Leaman|2000|page=212}} Dalam agama BuddhaBuddhisme awal, ada beberapa sumber tulisan yang menyatakan bahwa Buddha dan makhluk tercerahkan lainnya yang memiliki alam di luar batas dunia. Kemudian, penganut Theravāda meyakini bahwa [[Maitreya]], Buddha masa depan, menunggu mereka di surga dan secara hari demi hari mereka semakin menghormati Maitreya. Selain itu, penganut Mahāyāna membawa gagasan tersebut lebih lanjut.{{sfn|Reynolds|Hallisey|1987|p=1064}}{{sfn|Conze|2003|p=154}} Setelah [[parinirwāṇa|Buddha mangkat]], ada sebuah perasaan menyesal dari komunitas pengikut Buddha, mereka merasa Buddha sudah tiada lagi di dunia ini, dan ada keinginan untuk "bertemu" dengan Buddha ({{lang-sa|[[Darśana#Dalam Buddha Mahayana|darśana]]}}) dan menerima kekuatannya.{{sfn|Getz|2004|page=699}}{{sfn|Barber|2004|page=707}} Penganut Mahāyāna memperluas pengertian Tiga Mestika dengan mengikutsertakan para Buddha yang berdiam di surga, dan yang kemudian disebut sebagai Buddha ''[[sambhogakāya]]'' ('perwujudan dari kesenangan Dharma').{{sfn|Barber|2004|p=707}}{{sfn|Smart|1997|pp=283–4}} Seiring dengan penekanan pada para Buddha di tanah murni, Buddha yang bermanifestasi setiap waktu dan tempat, kondisi ini membuat peranan Buddha Gautama semakin kabur dalam keyakinan Buddhis.{{sfn|Reynolds|Hallisey|1987|p=1067}}{{sfn|Snellgrove|1987|pp=1078–9}} [[Buddha Tanah Murni|Buddhisme Tanah Murni]] banyak memfokuskan keyakinannya ke Buddha di alam tersebut, khususnya Buddha Amitābha.{{sfn|Harvey|20132013b|p=175}}{{sfn|Leaman|2000|p=215}}
 
Dimulai dari devosibakti kepada para Buddha di tanah murni,{{sfn|Harvey|20132013b|p=175}}{{sfn|Leaman|2000|p=215}} sosok-sosok ''bodhisatwa'' tingkat tinggi, yang merupakan gagasan-gagasan Mahāyāna, secara bertahap menjadi fokus dari ibadah dan kultus ekstensif.{{sfn|Conze|2003|p=150}} Semenjak abad ke-6, penggambaran para bodhisatwa dalam ikonografi buddhis menjadi suatu hal yang lumrah,{{sfn|Harvey|20132013b|p=175}} seperti ''bodhisatwa'' Awalokiteśwara yang mewakili welas asih, dan [[Manjusri]] manifestasi dari kebijaksanaan.{{sfn|Higham|2004|p=210}} Catatan tentang para ''bodhisatwa'' akan perbuatan baik mereka seringkalisering kali meliputi tindakan-tindakan dengan pengorbanan besar, dan para penulis tampaknya mengartikan catatan tersebut lebih condong pada praktik devosibakti ketimbang sebagai panutan.{{sfn|Derris|2005|page=1084}}
 
Berdasarkan itulah, pada abad ke-12 dan ke-13, agama BuddhaBuddhisme di Jepang mulai terjadi pergeseran dari tujuan akhir pencapaian pencerahan berubah menjadi praktik yang berkaitan dengan [[Sifat kebuddhaan|hakikat Buddha universal]] dan tanah murni tempat para Buddha bersemayam.{{sfn|Bielefeldt|2004|pages=389–90}} Seiring dengan perkembangan sistem pemikiran [[Mādhyamaka]], Buddha Sakyamuni tidak lagi dianggap sebagai satu-satunya tokoh sejarah, dan gagasan persatuan esensial dalam seluruh makhluk hidup menjadi bagian intrinsik dari teori dan praktik Buddha.<ref>{{cite booksfn|last1=Murti|first1=T.R.V.|authorlink1=Tiruppattur_R._Venkatachala_Murthi|title=The central philosophy of Buddhism: a study of the Mādhyamika system|date=2008|orig-year=1955|publisherp=[[Routledge]]|location=London|isbn=1-135-02946-6|page=6|url=https://www.academia.edu/16004454/The_Central_Philosophy_of_Buddhism_A_Study_of_Madhyamika_System_by_T.R.V._Murti|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20171122120355/https://www.academia.edu/16004454/The_Central_Philosophy_of_Buddhism_A_Study_of_Madhyamika_System_by_T.R.V._Murti|archivedate=2017-11-22|df=}}</ref> Perkembangan tersebut berujung pada gerakan devosibakti dari agama BuddhaBuddhisme aliran Tanah Murni, sementara dalam agama BuddhaBuddhisme aliran Zen bertujuan menemukan [[Sifat kebuddhaan|Hakikat Buddha]] dalam dirinya sendiri.<ref>{{cite journalsfn|last1=Kiyota|first1=Minoru|title=Tathāgatagarbha Thought: A Basis of Buddhist Devotionalism in East Asia|journal=[[Japanese Journal of Religious Studies]]|date=1985|volume=12|issue=2/3|pagep=222|doi=10.2307/30233958|url=http://nirc.nanzan-u.ac.jp/nfile/2311|doi-broken-date=2018-01-29|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20160320232345/https://nirc.nanzan-u.ac.jp/nfile/2311|archivedate=2016-03-20|df=}}</ref>
 
Istilah untuk keyakinan yang umum dipakai dalam BuddhaBuddhisme Mahāyāna adalah ''Xin'' (Tionghoa) dan ''shin'' (Jepang):<!--only Buswell--> istilah-istilah tersebut dapat merujuk kepada rasa percaya, selain juga penerimaan tanpa dipertanyakan atas objek devosibakti seseorang. Istilah itu juga dipakai tradisi [[Buddhisme Chan|Chan]] atau [[Buddhisme Zen|Zen]], yang mana berkaitan dengan keyakinan terhadap Hakikat Buddha (''tathāgatagarbha'') yang terbenam dalam pikiran seseorang, dan Hakikat Buddha akan muncul ketika seseorang berhasil menghentikan kebiasaan-kebiasaan pikiran.{{sfn|Gómez|2004b|p=278}}{{sfn|Bielefeldt|2004|page=390}}{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Śraddhā}} Sehingga, aliran Chan atau Zen menganggap keyakinan sebagai salah satu dari ''[[Tiga Esensial]]'' dalam praktik meditasi, bersama dengan ketekunan dan keraguan.{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Sanyao, Zongmen huomen}}{{sfn|Powers|2013|loc=dai funshi ("great resolve")}} Di sisi lain, aliran Tanah Murni membedakan antara aspek pikiran yaitu kepercayaan, dan aspek yang disadarkan oleh praktik devosibakti dan kerendahan hati kepada Buddha [[Amitābha]], yang disebut sebagai ''xinji'' (Tionghoa) atau ''[[shinjin]]'' (Jepang);<!--all three--> dan sukacita dan keyakinan karena dapat bertemu dengan Buddha Amitābha, yang disebut sebagai ''xinfa'' (Tionghoa) atau ''shingyō'' (Jepang).<!--Gomez and Buswell-->{{sfn|Bielefeldt|2004|page=390}}{{sfn|Gómez|2004b|p=279}}{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Xinxin}} Tradisi Tanah Murni mendeskripsikan bahwa bangkitnya keyakinan merupakan pengalaman transendental melampaui waktu, mirip dengan keadaan yang mendahului pencerahan.{{sfn|Harvey|20132013b|p=255}} Ajaran dari Master Tanah Murni yaitu [[Shinran]] menyatakan bahwa pengalaman keyakinan itu disebut "Cahaya Terang" (''[[bahasa Jepang|Jepang]]: kōmyō''), melibatkan perasaan sepenuh hati pada tekad dan kebijaksanaan Buddha Amitabha yang mampu menyelamatkannya, juga mengandalkan sepenuhnya kepada Amitabha karena para penganut sama sekali tidak berdaya.{{sfn|Dobbins|2002|p=29}}<ref>{{cite encyclopediasfn|last1=Bloom|first1=Alfred|author-link=Alfred Bloom (Buddhist)|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Shinran|date=1987|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865981-3|edition=2nd|url=https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%2012.pdf|volume=12|p=8355|deadurl=bot: unknown|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170302052813/https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%2012.pdf|archivedate=2017-03-02|df=}}</ref>
 
Terlepas dari betapa pentingnya perkembangan yang terjadi pada kemunculan BuddhaBuddhisme Mahāyāna, jika disebutkan bahwa tiada pergerakan tentang devosibakti sebelum Mahayana maka itu pernyataan terlalu dangkal. DevosiBakti telah ditemukan dalam teks dan praktik yang bersamaan dengan periode ketika teks [[Abhidhamma]] mulai dikompilasi, bahkan sebelum kemunculan Mahāyāna.{{sfn|Schopen|2004|p=496}} Lebih jauh lagi, tradisi Theravada dikemudian hari mulai menekankan pada hagiografi tentang Buddha dan bodhisatwa lebih banyak lagi, dan banyak catatan menyebutkan bahwa Buddha memainkan peranan utama dalam pencerahan banyak orang.{{sfn|Derris|2005|pp=1085, 1087}}
 
==== Aliran Tiantai, Tendai, dan Nichiren ====
Baris 108 ⟶ 181:
[[Sūtra Teratai]] merupakan satu dari sekian teks ({{lang-sa|sūtra|script=Latn}}) yang disanjung tinggi di Asia Tenggara,<!--p.512-->{{sfn|Shields|2013|p=512}} teks ini banyak mengetengahkan konsep ideal keyakinan.{{sfn|Shields|2013|pp=512, 514}} Di abad pertengahan Tiongkok dan Jepang, ada banyak legenda ajaib yang berkenaan dengan Sutra Teratai, legenda tersebut juga yang membuat sutra ini semakin populer. Para cendekiawan berpendapat bahwa dalam sutra ini menekankan pada cara pandang bahwa Buddha sebagai seorang ayah, cara pandang demikianlah yang membantu sutra tersebut menjadi populer.<!--p.515-->{{sfn|Shields|2013|pp=512, 514–5}}
 
Sūtra Teratai ditulis pada abad pertama dan kedua [[Masehi]].<!--p=471--> Di bagian dari "pengkultusan dari buku itu", penganut Mahāyāna menggantikan bagian pemujaan relik dan stupa menjadi pemujaan kepada Dharma sebagai perwakilan dari sutra. Mereka menyanjung dan memuja Sutra Teratai sebagaimana mereka memuja Sutra Mahāyāna lainnya, setara dengan pemujaan kepada stupa sebelum lahirnya aliran Mahāyāna. Di antara semua sutra, mereka paling menyanjung tinggi Sutra Teratai. Sutra Teratai menjelaskan tentang berbagai bentuk devosibakti seperti menerima dan menjaga, membaca, melafalkan, mengajarkan dan mentranskripkan, dan juga berbagai cara untuk menyanjung tinggi sutra itu. Dalam beberapa salinan, mereka menggambarkan setiap huruf laksana Buddha, lalu ditempatkan di dalam stupa.<!--p=474-->{{sfn|Stone|2004a|pp=471, 474}}{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Saddharmapuṇḍarīkasūtra}}<ref>{{cite encyclopediasfn|last1=Gummer|first1=Natalie|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Buddhist books and texts: Ritual uses of books|date=2005|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865997-X|edition=2nd|url=https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%202.pdf|volume=2|p=1262|deadurl=yes|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170302073830/https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%202.pdf|archivedate=2017-03-02|df=}}</ref>
 
Walaupun implikasi teoretis dari Sutra Teratai dipengaruhi oleh cendekiawan tradisional, praktik yang berkenaan dengan devosibakti dalam sutra tersebut semakin memberikan pengaruh kepada sutra itu sendiri.{{sfn|Stone|2004a|p=474}} Aliran [[Tiantai]] Tiongkok (abad ke-6) dan bentuk Jepang-nya pada masa berikutnya adalah [[Tendai]], semakin mengedepankan pemujaan terhadap Sūtra Teratai, dengan memadukan devosibakti terhadap Buddha Amitābha.{{sfn|Harvey|20132013b|p=227}}{{sfn|Stone|2004a|p=475}} Aliran-aliran tesebut meyakini bahwa ''sūtra'' tersebut merupakan ajaran tertinggi di antara semua ajaran Buddha,<!--p=475--> dan menuntun menuju pencerahan dalam kehidupan saat ini.<!--p=476-->{{sfn|Stone|2004a|pp=475–6}} Beberapa aliran dari [[periode Kamakura]] (abad ke-12 sampai ke-14) bahkan menganggap Sutra Teratai merupakan satu-satunya kendaraan atau jalur Dharma (Ekayāna),<!--p.514, 519--> lalu Nichiren (1222-1282) menyakini bahwa hanya praktik ini yang bisa menuntun masyarakat ke Tanah Buddha ideal.<!--p.521-->{{sfn|Shields|2013|pp=514, 519, 521}}
 
Nichiren menyampaikan bahwa keyakinan dalam dan pemujaan sutra atas alasan tersebut di atas, ia mengkritik keras aliran dan tipe pemujaan berbeda.{{sfn|Harvey|20132013b|pp=233–4}}{{sfn|Araki|1987|p=1244}} Ia menganggap sutra itu sebagai prediksi atas misi dari pergerakannya,{{sfn|Stone|2004a|p=476}}{{sfn|Irons|2008|p=366}} Nichiren yakin bahwa melalui devosibakti terhadap sutra itu maka Tanah Murni di bumi bisa direalisasikan, sebuah tanah yang merupakan penggambaran dari pencerahan ideal dalam aliran Māhayāna.{{sfn|Stone|2004a|p=477}}<ref>{{cite encyclopediasfn|last1=Kotatsu|translator-first=Kenneth K.|translator-last=Tanaka|first1=Fujita|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Pure and Impure Lands|date=1987|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865743-8|pagep=7502|edition=2nd|url=http://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%2011.pdf|volume=11|deadurl=bot: unknown|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170302005458/http://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%2011.pdf|archivedate=2017-03-02|df=}}</ref> Ia mengajarkan bahwa pemujaan kepada sutra ini akan menuntun seorang praktisi bermanunggal dengan [[Sanghyang Adi Buddha|Buddha primordial]], ia menyakini bahwa Buddha Primordial merupakan manifestasi dari semua Buddha.{{sfn|Stone|2004a|p=474}} Nichiren menyatakan bahwa melalui pelantunan judul sutra itu hanya berlandaskan "keyakinan" saja.{{sfn|Stone|1998|p=123}} Walaupun memiliki kekuatan devosibakti kuat kepada Sutra Teratai, Nichiren tidak begitu menekankan pada studi atas sutra itu, ia percaya bahwa hanya melafalkan judul sutra itu saja merupakan cara praktik paling efektif bagi banya orang yang hidup di "[[Kaliyuga|masa kemunduran]]".<ref>{{cite encyclopediasfn|last1=Cabezón|first1=José Ignacio|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Scripture|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|pagep=757|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170614204648/http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|archivedate=2017-06-14|df=}}</ref> {{See below|Buddhisme Tanah Murni}}
 
Saat ini, lebih dari empat puluh organisasi meneruskan tradisi Nichiren, beberapa diantaranya adalah organisasi awam.{{sfn|Stone|2004b|page=595}}
Saat ini, lebih dari empat puluh organisasi meneruskan tradisi Nichiren, beberapa diantaranya adalah organisasi awam.<ref>{{cite encyclopedia|last1=Stone|first1=Jacqueline I.|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Nichiren|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|page=595|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170614204648/http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|archivedate=2017-06-14|df=}}</ref>{{sfn|Stone|2004b|page=595}}
 
==== Aliran Tanah Murni ====
{{Main|Aliran Tanah Murni|Shinjin}}
[[Berkas:Chinesischer Maler des 8. Jahrhunderts 001.jpg|jmpl|Buddha [[Amitābha]]]]
Tampaknya sutra dari aliran "Tanah Murni" yang menjadi keyakinan dan devosibakti menjadi hal paling penting tertinggi darlamdalam konteks [[soteriologi]]. Ketika devosibakti kepada emanasi para Buddha di tanah murni mualimulai berkembang dalam Mahāyāna, gagasan yang berkembang menyatakan bahwa para Buddha tersebut dapat menciptakan 'Setra Buddha' {{lang-sa|buddha-kṣetra|italic=yes}}), atau Tanah-Tanah Murni ({{lang-sa|sukhāwatī|italic=yes}}).{{sfn|Smart|1997|p=282}} Dalam Aliran Tanah Murni, ini adalah keyakinan seseorang dalam welas kasih dari Buddha Amitābha,{{sfn|Green|2013|p=122}} didukung dengan kombinasi permintaan tulus untuk memasuki Tanah Murni-Nya yang dijelaskan bahwa akan merealisasi pembebasan di sana. Aliran Tanah Murni tersebut mempersiapkan para penganutnya untuk merealisasi pencerahan dan Nirwana.{{sfn|Hsieh|2009|pp=236–7}}{{sfn|Green|2013|p=123}} Aliran Tanah Murni memiliki beberapa perbedaan dengan agama BuddhaBuddhisme pada umumnya pada masa itu, yang mana pada zaman itu pada umumnya agama BuddhaBuddhisme mengandalkan upaya pribadi dan teknik pengendalian diri.{{sfn|Irons|2008|p=394}}
 
Penganut Mahāyāna menganggap Amitābha ([[Sansekerta|Sanskerta]], 'terang tanpa batas') sebagai salah satu emanasi Buddha.{{sfn|Smart|1997|page=282}}{{sfn|Gómez|2004a|p=14}} [[Sūtra Sukhāvatīvyūha Panjang]] mendeskripsikan Buddha Amitābha sebagai seorang biksu yang berpraktik di bawah bimbingan seorang Buddha pada masa sebelumnya, berkomitmen untuk menciptakan sebuah area melalui kekuatan spiritualnya. Melalui area ideal tersebut, Amitabha akan dengan mudah menuntun banyak makhluk merealisasikan pencerahan final.{{sfn|Harvey|20132013b|p=173}} Dengan demikian Ia bertekad seketika mencapai pencerahan sebagai seorang Buddha, melalui penjapaan namanya saja akan cukup untuk terlahir ke Tanah Murni itu.{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Dharmākara}} Praktik bakti kepada Amitabha tersebar di Jepang, Korea, Tiongkok, dan Tibet,<!--Smart--> yang mana tradisi ini awalnya berkembang di India pada permulaan Era Masehi.<!--Gomez-->{{sfn|Gómez|2004a|p=14}}{{sfn|Smart|1997|page=284}} Inti dari Aliran Tanah Murni adalah gagasan bahwa manusia masa sekarang hidup dalam Zaman Kemunduran Dharma (''[[bahasa Tionghoa|Tionghoa:]] mofa'', ''[[bahasa Jepang|Jepang:]] mappō''), tahap akhir dari periode [[Buddha Gautama|Buddha saat ini]].{{sfn|Hsieh|2009|pp=236–7}}{{sfn|Green|2013|p=123}} Umat Buddha penganut Aliran Tanah Murni meyakini bahwa pada periode ini, kemampuan rata-rata orang sangat terbatas dalam meraih pembebasan. Mereka perlu mengandalkan kekuatan eksternal (Buddha Amitābha) untuk mencapai pembebasan, dan menunda perealisasian Nirwana pada kehidupan lain (yaitu merealisasi Nirwana pada kelahiran kembali ke Tanah Murni).{{sfn|Hsieh|2009|pp=236–7}}{{sfn|Green|2013|p=123}} Kepercayaan serupa ini terjadi barangkali disebabkan oleh kekerasan, konflik sipil, kelaparan, kebakaran dan kehancuran institusi monastik.{{sfn|Andrews|1987|p=4119}} Namun, gagasan tentang mengandalkan kekuatan ekstenal bisa saja juga merupakan konsekuensi dari ajaran Mahāyāna tentang hakikat Buddha, yang mana konsep tersebut membedakan antara yang belum tercerahkan dan pencapaian Buddha yang lebih tinggi.{{sfn|Williams|2008|page=247}}
[[Berkas:Two Patriarchs - Shandao (Otani University Museum).jpg|jmpl|upright=1.3|Lukisan pendeta dan penulis Tionghoa [[Shandao]]]]
 
Aliran Tanah Murni berdiri sebagai sebuah institusi oleh Master [[Huiyuan (Buddha)|Huiyuan]] (334–416 Masehi) di [[Gunung LiuLu]] dengan pendirian [[Sekte Teratai Putih]].{{sfn|Barber|2004|p=707}} [[Shandao]] (613–681) mulai menekankan pada penjapaan mantra-mantra untuk menyanjung Buddha Amitābha (''[[bahasa Tionghoa|Tionghoa]]'': ''[[nianfo]]''; ''[[bahasa Jepang|Jepang]]'': ''[[nembutsu]]''), dipadukan dengan beberapa praktik lainnya.{{sfn|Getz|2004|page=701}}{{sfn|Harvey|20132013b|p=255}} Tampaknya sejak awal, aliran ini sudah menimbulkan paradoks dalam keyakinan terhadap Tanah Murni, dua gagasan itu dibabarkan secara simultan: di satu sisi, para master dari aliran Tanah Murni mengajarkan bahwa para ''bodhisatwa'' yang menciptakan Tanah Murni-nya sendiri merupakan contoh dari upaya mereka sendiri dalam menggunakan jasa kebajikan sebagai energi untuk menciptakan Tanah Murni, menginspirasi pengikutnya untuk meneladani contoh itu. Di sisi lain, para praktisi diajarkan hanya perlu membangkitkan devosibakti kepada para Buddha di Tanah Murni, utamanya Amitābha, yang akan datang menyelamatkan mereka, gagasan inilah yang banyak diikuti.{{sfn|Getz|2004|pages=698–9}} Gagasan yang kedua yang berhasil menyebar di Jepang. Ternyata di Jepang juga banyak perdebatan besar tentang penekanan seperti apa yang diberikan kepada [[Jiriki|upaya-upaya {{em|aktif}} dari penganut]] di satu sisi, dan [[tariki|sikap {{em|pasif}}]] terhadap Buddha Amitābha dan tekadnya di sisi lain.<ref name="Hirota">{{cite encyclopediasfn|url=https://plato.stanford.edu/entries/japanese-pure-land/Hirota|archive-url=https://www.webcitation.org/6vAEpCKMW?url=https://plato.stanford.edu/entries/japanese-pure-land/|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|encyclopedia=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|edition=Winter 2016|title=Japanese Pure Land Philosophy|date=19 November 2012|access-date=18 August 2017|first=Dennis|last=Hirota|editor-first=Edward N.|editor-last=Zalta|publisher=Metaphysics Research Lab, [[Stanford University]]|df=}}</ref>{{sfn|Dobbins|2002|page=19}}{{refn|group=note|Cendekiawan kajian agama Allan A. Andrews menekankan bahwa selain penganut aliran utama Buddha Tanah Murni, aliran-aliran berorientasi monastik juga berdiri. Ini menempatkan visualisasi ketimbang pengutipan kembali nama Buddha [[Amitābha]], dan mendorong pencerahan dalam kehidupan saat ini ketimbang mendatangi Tanah Murni setelah kematian.<ref>{{cite journalsfn|last1=Andrews|first1=Allan A.|title=Lay and Monastic Forms of Pure Land Devotionalism: Typology and History|journal=[[Numen (jurnal)|Numen]]|date=1993|volume=40|issue=1|doi=10.2307/3270396|pages=passim.|nopp=yes|jstor=3270396}}</ref>}}
 
Aliran Tanah Murni sekarang masih menjadi salah satu aliran paling populer di Asia Timur, dan dipraktikkan oleh sebagian besar biksu Asia Timur.{{sfn|Hsieh|2009|p=236}}{{sfn|Welch|1967|p=396}}{{sfn|Hudson|2005|page=1293}} Pada 1990an, generasi lama dari masyarakat Tiongkok masih memakai mantra Amitābha dalam salam sehari-hari.{{sfn|Robinson|Johnson|1997|page=198}}
 
===== Jepang =====
Cendekiawan aliran Tendai, Master [[Genshin]] (942–1017), pendeta Tendai [[Hōnen]] (1133–1212) dan muridnya, Shinran (1173–1262) menerapkan ajaran Shandao di Jepang, membentuk aliran Tanah Murni sebagai aliran terpisah untuk pertama kalinya.{{sfn|Abe|1997|page=689}}{{sfn|Barber|2004|p=708}}{{sfn|Andrews|1987|p=4119}} Mereka meyakini dan mengajarkan bahwa mendatas ulang ''nembutsu'' dengan penuh kewawasan (''mindfully'') akan mendorong seseorang masuk ke Tanah Murni Barat.{{sfn|Harvey|20132013b|p=229}}{{sfn|Green|2013|pp=121–3}} Meskipun Hōnen awalnya menyatakan bahwa menjapa mantra itu berulang-ulang akan membuat keselamatannya semakin pasti, Kemudian Shinran menyatakan bahkan hanya satu kalimat saja sudah cukup bisa menyelamatkan seseorang (''[[bahasa Jepang|Jepang]]: ichinengi'').{{refn|group=note|Meskipun demikian, dalam beberapa teks, [[Shinran]] berpendapat bahwa beberapa kali ''[[nembutsu]]'' dikutip ulang, entah sekali atau beberapa kali, tak memberikan jawaban lengkap untuk pertanyaan keselamatan.{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Ichinengi}}}} Repetisi berikutnya akan menjadi ekspresi penghormatan kepada Buddha Amitābha, yang juga dilakukan untuk rutinitas dan praktik spiritual lainnya. Pengertian mendalam tentang ajaran Buddha, menerapkan etika dan meditasi tidak dibutuhkan, demikian kesimpulan Shinran,{{sfn|Green|2013|pp=122–3}}{{sfn|Harvey|20132013b|pp=230, 255}} kadang praktik sejenis meditasi dianggap kontraproduktif dengan praktik mengandalkan Buddha Amitābha.{{sfn|Hudson|2005|page=1294}}
 
Konsep keyakinan yang diadopsi oleh Shinran berasal dari Shandao:{{sfn|Williams|2008|page=262}} mula-mula, kepercayaan tulus pada sosok Buddha Amitābha; kedua, kepercayaan mendalam atas tekad Buddha Amitābha, dan menyadari bahwa kemampuan diri sendiri yang masih lemah, dan terakhir, keinginan kuat untuk mendedikasikan tumpukan kebajikan dari berbuat kebajikan agar bisa terlahir ke Tanah Murni yang merupakan tempat Amitābha Buddha bersemayam.<!--both--> Tiga kepercayaan itu juga dikenal sebagai 'hati tanpa bentuk' (''[[bahasa Jepang|Jepang]]: isshin'').<!--only Dobbins-->{{sfn|Conze|2003|p=158}}{{sfn|Dobbins|2002|pp=34–5}} Lebih jauh lagi, Shinran mengajarkan bahwa dengan membangkitkan keyakinan penuh seperti itu membuat seseorang setara dengan Maitreya (Buddha akan datang), karena sudah bisa dipastikan bahwa pencerahan yang akan mereka cara sudah tidak bisa mundur lagi.{{sfn|Dobbins|2002|pp=42–3}}{{sfn|Williams|2008|p=264}}
 
Shinran menganut ajaran Hōnen sampai titik ekstrem: dia yakin bahwa dirinya akan jatuh ke dalam neraka tanpa bantuan Buddha Amitābha, devosibakti dan kepercayaan akan tekadnya Buddha Amitābha adalah jalan tunggal menuju pembebasan.{{sfn|Abe|1997|p=692}}{{sfn|Porcu|2008|page=17}} Walaupun Hōnen juga pada umumnya menitikberatkan praktik devosibakti kepada Buddha Amitābha, ia tak melakukannya secara eksklusif berlebihan: sementara itu, Shinran hanya mengajarkan devosibakti tunggal kepada Buddha Amitābha.{{sfn|Irons|2008|page=258}} Kemudian, BuddhaBuddhisme Tanah Murni pimpinan Shinran berfokus pada serangkaian praktik tertentu, kontras dengan beberapa praktik aliran Tendai. Karakteristik agama BuddhaBuddhisme di Jepang pada periode tersebut merupakan kondisi selektif dari keyakinan: para guru Tanah Murni Jepang seperti Shinran mengajarkan bahwa Tanah Murni adalah satu-satunya bentuk agama BuddhaBuddhisme yang merupakan jalan yang benar;<!--both refs--> bentuk agama BuddhaBuddhisme lainnya dikritik karena tak efektif untuk Zaman Kemunduran Dharma. (Kelanjutan dari 'selektif agama BuddhaBuddhisme', [[bahasa Jepang|Jepang]]:''senchaku bukkyō'', juga berdampak pada aliran Nichiren.<!--Bielefeldt-->{{sfn|Bielefeldt|2004|pages=388–9}}{{sfn|Dobbins|2004a|page=412}}) Ketiga, walaupun pada perkembangan awal agama BuddhaBuddhisme menitikberatkan pada pelepasan sang aku yang tidak nyata melalui mempraktikkan Dharma, pada aliran Tanah Murni berikutnya diperdalam lagi melalui pernyataan bahwa setiap manusia perlu meletakkan semua "kekuatan diri" dan mengizinkan kekuatan penyembuhan Amitābha agar mereka bisa mencapai pembebasan.{{sfn|Harvey|20132013b|p=230}}{{sfn|Conze|2003|p=159}} Kekuatan ini bahkan diyakini melampaui hukum karma.<!--4934--> Selain itu, meskipun Honen mengajarkan bahwa keyakinan dapat dibangun dengan praktik ''nembutsu'', Shinran menyatakan bahwa keyakinan dibutuhkan sebagai kebutuhan awal, dan tak dapat dibangun melalui praktik.<!--4935-->{{sfn|Shōto|1987|page=4934–5}} Karakteristik keempat dari gerakan tersebut adalah hakikat demokratisnya:{{sfn|Andrews|1987|p=4119}}{{sfn|Abe|1997|page=689}} dalam beberapa pasal, Shinran menyatakan bahwa orang yang "jahat" memiliki banyak kesempatan untuk mencapai Tanah Murni sebagai orang yang "baik", sebuah gagasan yang mirip dengan konsep "[[keselamatan pendosa]]" dari agama Kristen.<ref>{{cite booksfn|url=http://www.e-reading.club/bookreader.php/142060/An_Introduction_to_Buddhist_Ethics.pdf|last1=Harvey|first1=Peter|title=An Introduction to Buddhist Ethics: Foundations, Values and Issues|date=2000|publisher=[[Cambridge University Press]]|location=New York|isbn=978-0-511-07584-1|pagep=143}}</ref>{{refn|group=note|Namun, bberapa cendekiawan menurunkan peran gerakan-gerakan baru seperti Buddhisme Tanah Murni pada [[periode Kamakura]], dengan alasan bahwa reformasi juga terjadi dalam aliran-aliran Buddhis lama, dan beberapa gerakan baru hanya meraih signifikansi lebih pada masa berikutnya.{{sfn|Dobbins|2004a|page=414}}}}
 
Ordo-ordo Buddhis lama sangat menentang gerakan tersebut, karena memulai sebuah aliran baru, menyingkirkan ajaran-ajaran Buddha, dan memelintir Buddha Gautama. Saat kaisar merasa bahwa ada beberapa monastik Honen bertindak tak pantas, Hōnen dicekal pada sebuah provinsi terpencil selama empat tahun.{{sfn|Abe|1997|pp=691–2}}{{sfn|Andrews|1987|p=4120}}{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=namu Amidabutsu}} Saat Shinran mulai mengajarkan tentang ketidaksetujuannya terhadap praktik selibat, menyatakan bahwa ini mengindikasikan kurangnya kepercayaan terhadap Buddha Amitābha, ia juga dicekal.{{sfn|Abe|1997|pp=691–2}}{{sfn|Dobbins|2004a|page=413}} Selain Shinran, para pendeta lain yang menunjung keyakinan dalam tafsiran-tafsiran mereka juga dicekal, karena ajaran mereka seringkalisering kali tak diterima otoritas aristokrat yang berkuasa.{{sfn|Dobbins|2002|page=19}}
 
Pada abad ke-15, [[Rennyo]] (1415–99), seorang murid dari Shinran, pendiri kedua dari aliran [[Jōdo Shinshu]] pimpinan Shinran, berniat untuk mereformasi aliran tersebut. Ia menentang gagasan Shinran bahwa moralitas tak dibutuhkan untuk memasuki Tanah Murni dan bertemu dengan Buddha Amitābha. Ia meyakini bahwa moralitas harus bergandengan tangan dengan keyakinan, dan merupakan cara untuk mengekspresikan rasa terima kasih mendalam kepada Amitābha.{{sfn|Harvey|20132013b|p=234}}{{sfn|Porcu|2008|page=18}} Jōdo Shinshu masih menjadi sekte Buddha terbesar dan paling populer di Jepang pada saat ini,{{sfn|Green|2013|p=121}}{{sfn|Abe|1997|p=694}}{{sfn|Shōto|1987|page=4933}} yang hadir sebagai tradisi [[Hongan-ji#Nishi Hongan-ji|Nishi Hongwanji]] dan [[Hongan-ji#Higashi Hongan-ji|Higashi Hongwanji]].{{sfn|Irons|2008|p=268}}{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Jodo Shinshu}}
 
==== Aliran Zen ====
{{Main|Zen}}
[[Berkas:DogenP2.JPG|jmpl|Lukisan [[Dōgen]], seorang guru [[Zen]] Jepang]]
Seperti Jōdo Shinshu, beberapa aliran Zen bermunculan sebagai reaksi atas aliran Tendai. Sebagaimana aliran Tanah Murni, keyakinan juga memainkan peran dalam aliran tersebut, terutama dalam [[Sōtō Zen]]. Bentuk Zen tersebut, yang juga disebut sebagai "Zen petani" karena popularitasnya di kalangan pertanian, dikembangkan oleh [[Dōgen]] (1200–53).<!--p=231--> Selain berfokus pada praktik meditasi yang umum dalam aliran Zen, Dōgen memimpin kebangkitan peminatan dalam kajian ''sūtra''-''sūtra'', apa pun yang ia ajarkan akan menginspirasi pemahaman yang berlandaskan keyakinan. Terinspirasi oleh [[Buddhisme Chan|aliran Chan]] dari Tiongkok, Dōgen berniat kembali ke kehidupan yang sederhana seperti teladan yang dilakoni oleh Buddha dalam ''sūtra''-''sūtra''. Ia juga meyakini bahwa meditasi duduk bukanlah satu-satunya jalan menuju pencerahan, tetapi juga cara untuk mewujudkan hakikat Buddha dari internal. Para Praktisi harus memiliki keyakinan bahwa hakikat Buddha sudah ada dalam masing-masing orang, berdasarkan pada yang diajarkan oleh Dōgen meskipun dia tidak meyakininya bahwa hakikat Buddha sebagai [[Atman|jiwa yang kekal]].<!--p=232-->{{sfn|Harvey|20132013b|pp=231–2}} Dōgen meyakini bahwa pencerahan itu memungkinkan dalam kehidupan ini—bahkan kehidupan sekuler—dan ia tak meyakini gagasan Zaman Kemerosotan Dharma.{{sfn|Araki|1987|p=1245}}
 
==== Awalokiteśwara ====
{{Main|Awalokiteswara}}
[[Berkas:Sculpture of Khasarpana Lokeshvara (c 11th–12th century), Indian Museum, Kolkata, India - 20150807.jpg|jmpl|Patung [[Awalokiteswara|Awalokiteśwara]], dengan lima Buddha Kelestial di tepi atas luar]]
Dalam agama BuddhaBuddhisme yang menyebar di Asia Timur, terdapat fokus kuat terhadap pemujaan Bodhisatwa Awalokiteśwara. Pemujaannya bermula di perbatasan utara India, tetapi ia dihormati karena sifat welas asihnya di beberapa negara, seperti Tiongkok, Tibet, Jepang, Sri Lanka dan belahan Asia Tenggara lainnya, dan berbagai tingkat masyarakat.{{sfn|Higham|2004|p=29}}{{sfn|Birnbaum|1987|p=704}}
 
Teks yang disebut ''Sūtra Awalokiteśwara'' menyatakan bahwa Awalokiteśwara akan membantu siapapun yang menyebut namanya dengan penuh keyakinan, memenuhi berbagai jenis harapan, dan membangkitkan sifat welas asih Buddha setiap orang.{{sfn|Harvey|20132013b|pp=250–1, 253}}{{sfn|Irons|2008|p=98}} Awalokiteśwara berkaitan erat dengan Buddha Amitābha, saat ia diyakini berada di Tanah Murni yang sama, dan akan datang untuk menyelamatkan mereka yang menyebut nama Buddha Amitābha.{{sfn|Gómez|2004a|p=15}}{{sfn|Birnbaum|1987|p=705}} Berfokus pada manfaat keduniawian dan keselamatan,<!--Ford--> devosibakti kepada Awalokiteśwara dipromosikan melalui penyebaran Sūtra Teratai, terdapat satu bab tentang Awalokiteśwara,<!--Stone and Birnbaum-->{{sfn|Stone|2004a|p=474}}{{sfn|Birnbaum|1987|p=705}}<ref>{{cite booksfn|url=https://books.google.com/?id=ACnfqhZUgXYC|last=Ford|first=J.L.|year=2006|title=Jōkei and Buddhist Devotion in Early Medieval Japan|publisher=[[Oxford University Press]]|pagep=90|isbn=978-0-19-972004-0}}</ref> serta melalui ''sūtra''-''sūtra'' [[Prajnaparamita|Kesempurnaan Kebijaksanaan]].{{sfn|Powers|2013|loc=Avalokiteśvara}} Para pengikut Awalokiteśwara seringkalisering kali menggambarkannya sebagai seorang perempuan, dan dalam bentuk perempuannya, ia dikenal sebagai [[Guanyin]] di Tiongkok,<!--all refs--> bermula dari sebuah asosiasi dengan Istadewata [[Tara (Buddha)|Tārā]].<!--Snellgrove-->{{sfn|Harvey|20132013b|pp=250–1, 253}}{{sfn|Irons|2008|p=98}}{{sfn|Snellgrove|1987|p=1079}} Saat ini, Awalokiteśwara dan bentuk perempuannya Guanyin adalah salah satu figur yang paling banyak digambarkan dalam agama BuddhaBuddhisme, dan Guanyin juga dipuja oleh penganut [[Taoisme]].<ref>{{cite encyclopediasfn|last1=Irons|first1=Edward A.|editor1-last=Melton|editor1-first=J. Gordon|editor2-first=Martin|editor1-link=J. Gordon Melton|editor2-last=Baumann|encyclopedia=Religions of the world: a comprehensive encyclopedia of beliefs and practices|title=Statues-Buddhist|date=2010|publisher=[[ABC-CLIO]]|location=Santa Barbara, California|isbn=978-1-59884-204-3|url=http://ebook.umaha.ac.id/E-BOOK%20OF%20RELIGIOUS%20STAUDIES/ENCYCLOPEDIAS%20_%20DICTIONARY/RELEGIONS%20OF%20THE%20WORLD,%20A%20COMPREHENSIF%20ENCYCLOPEDIA.pdf|archive-url=https://www.webcitation.org/6vAE2WMY7?url=http://ebook.umaha.ac.id/E-BOOK%20OF%20RELIGIOUS%20STAUDIES/ENCYCLOPEDIAS%20_%20DICTIONARY/RELEGIONS%20OF%20THE%20WORLD%2C%20A%20COMPREHENSIF%20ENCYCLOPEDIA.pdf|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|pagep=2721|edition=2nd|df=}}</ref>
 
=== Perkembangan sejarah lain ===
==== Dewa-dewi ====
 
Dalam agama BuddhaBuddhisme, para Buddha dan makhluk tercerahkan merupakan fokus utama penghormatan, berbeda dengan dewa-dewi dalam agama lain. Walaupun demikian, agama BuddhaBuddhisme juga mengakui keberadaan dewa-dewi, para Buddha dan makhluk tercerahkan telah terbebas dari [[samsara]] (siklus kelahiran dan kematian) oleh karena itulah dianggap berbeda dengan dewa-dewi. Hal demikian bukan berarti para dewa-dewi tidak eksis dalam agama BuddhaBuddhisme. Namun, pemujaan para dewa-dewi sering dikaitkan dengan ketakhayulan atau bentuk upaya mahir dalam membimbing mereka yang belum tercerahkan agar memiliki kehidupan lebih baik, dan tak lebih dari itu.<!--p=466-->{{sfn|Rambelli|2004|pages=465–6}}
 
Dalam sejarah penyebaran agama BuddhaBuddhisme, hubungan antara agama BuddhaBuddhisme dan dewa-dewi lokal adalah aspek kesuksesan yang berpengaruh, tetapi umat Buddha seringkalisering kali menolaknya karena gerakan lokal yang bersifat ortodoks. Selain itu, para cendekiawan kurang menaruh perhatian kepada peran dewa-dewi lokal, karena hal tersebut tak disoroti oleh disiplin akademik standar manapun yang mengkaji agama BuddhaBuddhisme, seperti kajian Buddha atau antropologi. Meskipun demikian, dewa-dewi memiliki peran dalam kosmologi Buddhis dari masa-masa awal. Namun, tradisi-tradisi Buddhis memandang hal tersebut sebagai bawahan Buddha, dan mengaitkan beberapa cerita dari dewa-dewi tersebut dengan ajaran Buddha dan bahkan menjadi pelindung Buddha. Ketika para guru besar Buddhis mengadopsi kosmologi yang sama, selain menempatkan Buddha di bagian atas sistem tersebut, [[kosmologi Buddha|kosmologi Buddhis]] mulai berkembang.<ref>{{cite encyclopediasfn|last1=Glassman|first1=Hank|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Sexuality|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|page=762|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170614204648/http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|archivedate=2017-06-14|df=}}</ref>{{sfn|Rambelli|2004|page=466}} Bagian dari proses tersebut menggambarkan dewa-dewi tersebut secara kasar dan kacau berantakan, karena bertolak belakang dengan prinsip agama BuddhaBuddhisme dan para praktisinya—ini mendekati kebenaran, karena para misionaris Buddhis seringkalisering kali berasal dari budaya tanpa kekerasan dan lebih tertata rapi. Dengan demikian, dewa-dewi seperti ular (''[[nāga]]''), [[garuda|dewa-dewi mirip burung]] dan [[yaksha|makhluk halus jahat]] yang sebelumnya menjadi fokus pemujaan-pemujaan pra-Buddhis menjadi pelindung ajaran Buddha.{{sfn|Rambelli|2004|page=467}} Proses adopsi para dewa-dewi menjadi bagian dari agama BuddhaBuddhisme tampaknya terjadi ketika pada umat Buddha atau parakpara biksu tidak sepenuhnya meninggalkan kepercayaan terdahulunya ketika memeluk agama BuddhaBuddhisme.{{sfn|Snellgrove|1987|p=1076}} Ada suatu masa ketika agama BuddhaBuddhisme harus bersaingan dengan pemujaan nāga, kejadian itu masih bisa ditemukan dalam kitab Pali dan beberapa budaya tradisional masyarakat Buddhis, tidak heran jika pemujaan itu diadopsi ke dalam agama BuddhaBuddhisme.<ref>{{cite booksfn|last1=Gombrich|first1=Richard F.2006b|authorlink1pp=Richard F. Gombrich|title=How Buddhism began: the conditioned genesis of the early teachings|date=2006|publisher=[[Routledge]]|location=London|isbn=072-415-37123-6|url=http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.694.6690&rep=rep1&type=pdf|pages=72–5|edition=2nd|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20171122123610/http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.694.6690&rep=rep1&type=pdf|archivedate=2017-11-22|df=5}}</ref>
 
Di beberapa negara buddhis seperti Jepang, muncul beberapa perspektif tentang manusia di muka bumi ini merupakan mikrokosmos dari makrokosmik ranah para Buddha. Hal demikian mengizinkan tolerasi lebih lebar bagi tradisi lokal dan kepercayaan leluhur, yang mana tradisi tersebut berkaitan dengan makrokosmos tersebut, oleh karena itulah dianggap bagian dari agama BuddhaBuddhisme.{{sfn|Bielefeldt|2004|p=390}} Semua perkembangan tersebut membuat agama BuddhaBuddhisme memasukkan beberapa dewa-dewi ke dalam sistem keyakinannya, selain setiap dewa diberi tempat dan peran yang merupakan bawahan dari Buddha.{{sfn|Rambelli|2004|pages=465–7}}{{sfn|Swearer|1987|page=3154}} Bahkan secara eksklusif, Jōdo Shinshu tak menyingkirkan pemujaan dewa-dewi [[Shinto]] yang dikenal dengan ''[[kami]]'', meskipun aliran tersebut tak mengizinkan pemujaan tersebut.{{sfn|Dobbins|2002|pp=39, 58}} SLebihLebih jauh lagi, banyak ritual di beberapa negara Buddhis dari masa pra-Buddhis juga mendapat tugas selain biksu. Tugas khusus tersebut biasanya dilakukan oleh umat awam, mereka yang menunaikan fungsi tersebut disampaing menunaikan tugas sebagai umat perumah tangga.<!--p=468-->{{sfn|Rambelli|2004|pages=467–8}}<ref name="{{sfn|Kariyawasam" />|1995}}
 
Agama BuddhaBuddhisme tak hanya memasukkan dewa-dewi ke dalam agama, tetapi juga mengadaptasi ajaran-ajarannya sendiri. Menurut cendekiawan kajian agama Donald Swearer, para ''bodhisatwa'', pemujaan relik dan hagiografi para guru Buddhis adalah cara dari agama BuddhaBuddhisme untuk mengadaptasi dewa-dewi pra-Buddhis dan kepercayaan [[animisme|animistik]], dengan menyelaraskannya ke dalam sistem pemikiran Buddhis. Gerakan-gerakan Buddhis Asia Timur seperti Teratai Putih Tiongkok adalah transformasi dari kepercayaan animistik sejenis itu. Transformasi semacam itu dari kepercayaan pra-Buddhis juga menjelaskan popularitas gerakan-gerakan seperti aliran Tanah Murni Jepang di bawah Hōnen dan Shinran, bahkan meskipun dalam ajaran-ajaran mereka, mereka menentang animisme.{{sfn|Swearer|1987|page=3155–6}}
 
==== Milenarianisme ====
 
{{Main|Milenarianisme}}
Agama BuddhaBuddhisme adalah bentuk terkuat dari milenarianisme non-barat.<ref name="Landes">{{cite encyclopediasfn|last1=Landes|first1=Richard A.|author-link=Richard Landes|editor1-last=Landes|editor1-first=Richard A.|editor1-link=Richard Landes|encyclopedia=Encyclopedia of Millennialism and Millennial Movements|title=Millennialism in the Western World|date=2000|publisher=[[Taylor & Francis]]|location=Hoboken|isbn=0-203-00943-6|url=http://www.encyclopedias.biz/dw/Encyclopedia%20of%20Millennialism%20and%20Millennial%20Movements.pdf|archive-url=https://www.webcitation.org/6vAExhb2K?url=http://www.encyclopedias.biz/dw/Encyclopedia%20of%20Millennialism%20and%20Millennial%20Movements.pdf|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|pagep=463|df=}}</ref> Dalam beberapa tradisi Buddhis ada konsep [[apokalips|periode waktu dunia akan berakhir]]. Konsep figur [[milenarian]] yang timbul di dunia pada zaman apokaliptik tersebar dalam beberapa tradisi Buddhis. Dalam agama BuddhaBuddhisme, perkembangan dan keruntuhan dunia ini diyakini terjadi dalam [[Kalpa (satuan waktu)|siklus-siklus]], dan periode kehancuran diyakini berakhir dengan kebangkitan ''[[cakrawartin]]'' dan pada akhirnya, kedatangan Buddha masa depan yang akan memulai periode kemakmuran baru. DevosiBakti kepada figur Buddha [[mesianisme|mesianik]] semacam itu telah menjadi bagian dari hampir setiap tradisi Buddhis.{{sfn|DuBois|2004|pp=537–8}} Gerakan milenarian biasanya adalah bentuk kekhasan budaya dari budaya dominan, berseberangan dengan "upaya untuk memegang akal budi dan logika daripada keyakinan", menurut ilmuwan politik, William Miles.<ref>{{cite journalsfn|last1=Miles|first1=W. F. S.|title=Millenarian Movements as Cultural Resistance: The Karen and Martinican Cases|journal=Comparative Studies of South Asia, Africa and the Middle East|date=29 March 2011|volume=30|issue=3|pagep=647|doi=10.1215/1089201x-2010-041|url=http://ocean.sci-hub.tw/70932cef9ffd16083cc608c774b7033f/10.1215%401089201X-2010-041.pdf|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20180127004601/http://ocean.sci-hub.tw/70932cef9ffd16083cc608c774b7033f/10.1215%401089201X-2010-041.pdf|archivedate=27 January 2018|df=}}</ref>
 
Tradisi-tradisi Asia Timur secara khusus mengasosiasikan berakhirnya dunia ini dengan kedatangan Buddha masa depan, yakni [[Maitreya]].<!--p=537, p=66--> Teks-teks Pāli awal hanya secara singkat menyebutkannya, tetapi Maitreya banyak disebutkan dalam tradisi-tradisi Sanskerta yang berkembang belakangan seperti [[Mahāsāṃghika]]. Tiongkok, Myanmar, dan Thailand, menghormati Maitreya sebagai bagian dari gerakan-gerakan milenarian, dan mereka meyakini bahwa Buddha Maitreya akan hadir pada masa-masa penderitaan dan krisis, untuk mengantarkan mereka ke era kebahagiaan yang baru.<!--p=538, p=67 (last sentence)-->{{sfn|DuBois|2004|pp=537–8}}{{sfn|Lazich|2000|pp=66–7}} Dari abad ke-14, sektarianisme [[Teratai Putih]] berkembang di Tiongkok, yang mencakup keyakinan akan kedatangan Maitreya pada zaman apokalips.{{sfn|DuBois|2004|p=537}} Para penganut sekte Teratai Putih mempercayai bahwa keyakinan mereka akan ajaran-ajaran yang benar akan menyelamatkan mereka ketika era dunia baru.<ref>{{cite booksfn|last1=Naquin|first1=Susan|title=Millenarian Rebellion in China: The Eight Trigrams Uprising of 1813|date=1976|publisher=[[Yale University Press]]|location=New Haven|isbn=0-300-01893-2|pagep=13|url=http://hdl.handle.net/1811/5983}}</ref> Kepercayaan milenarianis Teratai Putih akan menunjang persisten dan selamat sepanjang jalan menuju abad ke-19, saat Tiongkok mengaitkan zaman Maitreya dengan revolusi politik. Namun, abad ke-19 tak menjadi abad pertama yang mana kepercayaan milenarian menimbulkan perubahan politik: pada sebagian besar sejarah Tiongkok, keyakinan dan pemujaan terhadap Buddha Maitreya seringkalisering kali menyulut pemberontakan untuk mengubah masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik, untuk menunggu Maitreya.{{sfn|DuBois|2004|pp=537, 539}}{{sfn|Lazich|2000|pp=67–8}} Beberapa pemberontakan tersebut berujung pada revolusi-revolusi berpengaruh dan kehancuran dinasti-dinasti kerajaan.<ref name="{{sfn|Landes" />|2000|p=463}} Meskipun demikian, keyakinan akan kedatangan era baru Maitreya tak sekadar propaganda politik untuk menyulut pemberontakan, tetapi "mengakar dalam kehidupan pemujaan yang ada secara berkelanjutan" menurut cendekiawan kajian Tiongkok Daniel Overmyer.<ref>{{cite booksfn|last1=Overmyer|first1=Daniel L.|title=Folk Buddhist Religion: Dissenting Sects in Late Traditional China|date=2013|publisher=[[Harvard University Press]]|isbn=978-0-674-18316-2|pagespp=83–4|url=http://booksc.org/dl/44859454/58bb3f}}</ref>
 
Di Jepang, tren-tren milenarian dapat ditemukan dalam gagasan Zaman Kemerosotan Dharma yang banyak berpengaruh dalam aliran Nichiren. Namun, bentuk-bentuk milenarianisme yang lebih kokoh berkembang dari abad ke-19, dengan kebangkitan [[agama baru Jepang|agama-agama baru]].<ref>{{cite encyclopediasfn|last1=Reader|first1=Ian|editor1-last=Landes|editor1-first=Richard A.|editor1-link=Richard Landes|encyclopedia=Encyclopedia of Millennialism and Millennial Movements|title=Japan|date=2000|publisherpp=[[Taylor & Francis]]|location=Hoboken|isbn=0350-203-00943-6|url=http://www.encyclopedias.biz/dw/Encyclopedia%20of%20Millennialism%20and%20Millennial%20Movements.pdf|archive-url=https://www.webcitation.org/6vAExhb2K?url=http://www.encyclopedias.biz/dw/Encyclopedia%20of%20Millennialism%20and%20Millennial%20Movements.pdf|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|pages=350–1|df=1}}</ref>
 
=== Perkembangan modern ===
==== Modernisme Buddhis ====
{{Main|Modernisme Buddhis}}
Meskipun pada zaman pra-modern, beberapa aliran agamaBuddhisme Buddhatidak terlalu menekankan pada menyingkirkansisi keyakinan dalam praktik Buddha,{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Baotang zong}} peran keyakinan benar-benar baru dikritik secara besar-besaran pada zaman modern. Pada abad kedelapan belaske-18, [[Abad Pencerahan]], para intelektual barat memandang agama sebagai kerabat budaya, brseberanganberseberangan dengan kebenaran akal budi tunggal. Pada akhir abad kesembilan belaske-19, pandangan tentang agama tersebut menginformasikanmenunjukkan bagaimana dunia Barat menanggapimerespons agama BuddhaBuddhisme. Para penulis Barat seperti [[Edwin Arnold]] mulai menghadirkan agama BuddhaBuddhisme sebagai jawaban untuk kontradiksi antara sains dan agama, karena agama rasional bukanlah budaya. Saat sains barat dan rasionalisme menyebar ke Asia, para intelektual Asia seperti di Sri Lanka mengembangkan gagasan yang samaserupa.{{sfn|Robinson|Johnson|1997|p=302}} Karena ancaman pemerintah kolonial dan agama Kristen, dan kebangkitan kelas menengah perkotaan, pada akhir abad kesembilan belaske-19, Buddhisme di Sri Lanka mulai berubah. Dideskripsikan oleh para cendekiawan saat ini sebagai [[modernisme Buddhis|"modernisme Buddhis" atau "Buddhisme protestan"]], orang-orangmasyarakat Barat dan orang-orang Sri Lanka bersama-sama yang berasal dari didikan Inggris mengadvokasikan agama BuddhaBuddhisme sebagai filsafat rasional, bebas dari keyakinan dan pemberhalaan buta, menyanjung sains dan gagasan modern.<!--all refs-->{{sfn|Baumann|1987|page=1187}}{{sfn|Harvey|20132013b|p=378}}{{sfn|Gombrich|20062006a|pp=196–7}} Mereka memandang praktik tradisional seperti pemujaan relik dan kegiataankegiatan devosionalbakti lainnya sebagai kesalahan dari sebuah gagasan, bentuk rasional dari agama BuddhaBuddhisme,<ref>{{cite booksfn|url=https://books.google.com/?id=ckSBgvtU42YC|last1=Trainor|first1=Kevin|title=Relics, ritual, and representation in Buddhism : rematerializing the Sri Lankan Theravāda tradition|date=1997|publisher=[[Cambridge University Press]]|location=Cambridge [u.a.]|isbn=0-521-58280-6|pagespp=19–20|edition=digital}}</ref>{{sfn|McMahan|2008|pp=65, 69}} sesambilsementara itu mengasimilasikan nilai-nilai [[Zaman Victorian|Victorian]] dan nilai-nilai modern lainnya dan menyebut mereka sebagai Buddhis tradisional, seringkalisering kali tidak mengetahui dari mana asal-usulnya tanpatradisi kesadaranitu.{{sfn|Gombrich|20062006a|pp=191–2}}
 
[[Berkas:Daisetsu Teitarō Suzuki photographed by Shigeru Tamura.jpg|kiri|jmpl|lurus|[[Daisetsu Teitarō Suzuki]], difoto oleh [[Shigeru Tamura (fotografer)|Shigeru Tamura]]]]
Di Jepang, dari [[zaman Meiji]], Jepang sangat menyerang agama BuddhaBuddhisme sebagai sistem keyakinan asing dan takhayul. Dalam menanggapinya, aliran-aliran Buddha seperti Zen mengembangkan sebuah gerakan yang disebut "Buddhismeagam Buddha Baru" (''Jepang: [[D. T. Suzuki#Buddhisme Baru|shin bukkyo]]''), yang memajukanmengedepankan rasionalisme, modernisme, dan gagasan keprajuritan.<ref>{{cite encyclopediasfn|last1=Ahn|first1=Juhn|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Popular conceptions of Zen|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|pagep=924|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170614204648/http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|archivedate=2017-06-14|df=}}</ref> Masih di Buddhisme Jepang, pada abad kedua puluhke-20, tanggapan kritikal terhadap Buddhisme tradisional berkembang, yang dipimpin oleh dua akademisi Hakamaya Noriaki dan Matsumoto Shirō, disebut [[Buddhisme Kritikal]]. Aliran pemikiran Noriaki dan Shirō mengkritik gagasan BuddhaBuddhisme Tiongkok dan Jepang karena merendahkan pemikiran kritis, mempromosikan kepercayaan buta dan kurang menunjangmendukung perkembangan masyarakat. Namun, cendekiawan [[kajian Asia Timur]] Peter Gregory menyatakan bahwa upaya Buddhis Kritikal untuk menemukan Buddhisme murni tanpa campur tangan secara ironi diikuti dengan kritikal terhadap esensialisme yang sangat sama.<ref name="Dennis 2005">{{cite encyclopediasfn|last1=Dennis|first1=Mark|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Buddhism, Schools of: East Asian Buddhism|date=2005|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865997-X|pagep=1250|edition=2nd|url=https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%202.pdf|volume=2|deadurl=yes|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170302073830/https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%202.pdf|archivedate=2017-03-02|df=}}</ref><ref>{{cite encyclopediasfn|last=Gregory|first=P.N.|year=1997|title=Is Critical Buddhism Really Critical?|encyclopedia=Pruning the Bodhi Tree: The Storm Over Critical Buddhism|pages=passim|nopp=yes|url=http://www.thezensite.com/ZenEssays/CriticalZen/Critical_Buddhism_Gregory.pdf|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20160817164907/http://www.thezensite.com/ZenEssays/CriticalZen/Critical_Buddhism_Gregory.pdf|archivedate=2016-08-17|df=}}</ref> Cendekiawan lainlainnya membuatjuga menyatakan argumen serupa. Buddhisme Kritikal mengkritik bahwa kepercayaan membabi buta dan keyakinankepercayaan dalamakan Alamhakikat Buddha, tetapinamun merekatidak menyajikan sebuahada tempat untukbagi keyakinan: menurutKeyakinan Noriaki,buddhis keyakinansebagaimana Buddhayang dinyatakan oleh Noriaki adalah kapasitas kritikalkritital tanpa kompromi untuk membedakan antara Buddhisme benar dan salahyang keliru, dan berkomitmenkomitmen pada apaBuddhisme yang menjadi Buddhisme benar. Noriaki mengontraskan keyakinan dengan [[Wa (budaya Jepang)|gagasan harmoni Jepang]] (''wa''), yang ia yakinipercaya berpindahbisa darisaling tangan kebergandengan tangan dengan penerimaan tanpanon kritikal dari gagasanideal non- Buddhis, termasuk kekerasan..{{sfn|Swanson|1993|pages=133–4}}{{sfn|Williams|2008|p=324 n.61}}
 
DisampingWalaupun tren modernis merebakmodernisasi di Asia semakin merebak, para cendekiawan juga menyorotimenemukan penurunanbahwa rasionalisme dan penimbulankemunculan ulangkembali ajaran dan praktik keagamaanreligius pra- modern: semakin menurun. Dari tahun 1980an dan setelah itu, mereka mengamatijuga menemukan bahwa dalam Buddhisme Sri Lanka, relijiusitasyaitu sisi bakti devosionalreligius, praktik magis, menghormatimemuja dewa-dewi sertademikian ambiguitasjuga moralkebingungan moralitas telah makin merebak kemana-mana, karenasebagai efek dari Buddhisme Protestan makin menjadi. Sehingga,semakin lemah. Richard Gombrich dan antropolog [[Gananath Obeyesekere]] mencanangkantelah menyebutkan istilah ''Buddhisme ''pasca-protestan'' untuk mendeskripsikan tren tersebut.{{sfn|Harvey|20132013b|p=384}}<ref>{{cite encyclopediasfn|url=https://www.academia.edu/1417358/Aspects_of_Esoteric_Southern_Buddhism|url-access=registration|last=Cousins|first=L.S.|year=1997|title=Aspects of Esoteric Southern Buddhism|editor1-last=Connolly|editor1-first=P.|editor2-last=Hamilton|editor2-first=S.|encyclopedia=Indian Insights: Buddhism, Brahmanism and Bhakti: Papers from the Annual Spalding Symposium on Indian Religions|publisher=Luzac Oriental|pagep=188|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20171122131255/https://www.academia.edu/1417358/Aspects_of_Esoteric_Southern_Buddhism|archivedate=2017-11-22|df=}}</ref><ref>{{cite booksfn|last1=GombrichGombirch|first1=Richard|last2=Obeyesekere|first2=Gananath|authorlink1=Richard Gombrich|authorlink2=Gananath Obeyesekere|title=Buddhism transformed: religious change in Sri Lanka|date=1990|publisher=[[Motilal Banarsidass]]|location=Dehli|isbn=8120807022|url=https://books.google.com/?id=rpN9atSFua0C|pages=415–7}}</ref>
 
==== Buddhisme abad kedua puluh di dunia Barat ====
[[Berkas:Bhikku Bodhi.jpg|jmpl|lurus|[[Bhikkhu Bodhi]]|alt=Bhikkhu Bodhi]]
DenganMelalui persebaranpenyebaran agama BuddhaBuddhisme di dunia Barat pada abad kedua puluhke-20, praktik-praktik devosionalkebaktian masih memainkan peran penting di kalangan komunitas etnis Asia, meskipunnamun kurangtidak terjadibegitu padaberperan dalam komunitas Barat yang "berpindah agama". Pengaruh modernisme BuddhaBuddhis juga dapat terasa di dunia Barat, dimanaada organisasi-organisasi pimpinanyang dipimpin kaumoleh awam seringkalisering kali menawarkan kursus-kursus meditasi tanpa banyakada tujuankaitan padadengan devosibakti. Para penulis seperti [[D. T. Suzuki]] mendeskripsikan meditasi sebagai praktik trans-kultural dan non-relijius, yang banyak diterapkan di kalangan dunia Barat.{{sfn|Robinson|Johnson|1997|p=303}}{{refn|group=note|Pada kenyataannya, [[D. T. Suzuki]] membuat sebuah poin dalam beberapa tulisannya bahwa [[Zen]] tak dapat terpisahkan dari agama BuddhaBuddhisme.{{sfn|Robinson|Johnson|1997|p=303}}}} SehinggaDengan demikian, di dunia Barat, meditasi [[Buddhisme sekuler|Buddhis sekuler]] lebih didorongdiutamakan ketimbang dalam komunitas Buddhis tradisional, dan kurangtanpa ada kaitan dengan keyakinan atau devosibakti.{{sfn|McMahan|2008|page=5}}{{sfn|Harvey|20132013b|pp=429, 444}} Seperti di Asia modern, aspek-aspek rasional dan intelektual dari agama BuddhaBuddhisme banyak didorongdiutamakan di dunia Barat, karena agamaBuddhisme Buddhasering seringkalikali dibandingkan dengan agama Kristen.{{sfn|Baumann|1987|page=1189}} Pengarang dan guru Buddhis [[Stephen Batchelor (pengarang)|Stephen Batchelor]] mendorongberupaya aadvokasimendorong bentuk agama BuddhaBuddhisme yang ia yakini adalah Buddhisme kuno asli, karenaBuddhisme itukuno, belumsebelum Buddhisme menjadi "terinstitusionalisasiterlembagakan sebagai agama".{{sfn|McMahan|2008|page=244}}
 
Berseberangan dengan tipikal tren modernis khas tersebut, beberapa komunitas Buddhis barat juga tampak menunjukkan komitmen besar kepada praktik dan keyakinan mereka, dan untuk itu, akal budi menjadi lebih relijius tradisional ketimbang kebanyakan bentuk spiritualitas [[Zaman Baru]].<ref>{{cite journalsfn|last1=Phillips|first1=Tim|last2=Aarons|first2=Haydn|title=Choosing Buddhism in Australia: towards a traditional style of reflexive spiritual engagement|journal=[[The British Journal of Sociology]]|date=June 2005|volume=56|issue=2|pagep=228|doi=10.1111/j.1468-4446.2005.00056.x}}</ref> SelainLebih itujauh lagi, ada beberapa guru BuddhaBuddhis berbicaratelah melawanmenyuarakan penafsiranketidaksetujuan agamaatas Buddhainterpretasi Buddhisme yang keluar darimenafikan keyakinan dan devosibakti, termasuk penerjemah dan monastikbiarawan, [[Bhikkhu Bodhi|Biksu Bodhi]]. BhikkhuBiksu Bodhi berpendapatmenyatakan bahwa beberapabanyak orangkalangan barat yang Baratkeliru salahdalam memahami ''[[Kalama Sutta|Kalāma Sutta]]'' {{see above|Verifikasi|mid=yes}}, karenasebagaimana agama BudhaBuddhisme mengajarkan bahwa keyakinan dan verifikasipembuktian secara personal harusseharusnya berpindahberjalan dari tangan ke tanganbersamaan, danlalu keyakinankeyakinana taktidak seharusnya diabaikandicampakkan.{{sfn|McMahan|2008|p=248}}
 
PadaDi paruh akhirpenghujung abad keduake-20 puluh,muncul situasikeadaan unik timbulberkaitan padadengan penghormatan agama BuddhaBuddhisme di dunia Baratbarat: untukUntuk pertama kalinyakali sejak agamaBuddhisme Buddha dibawa ke luarmeninggalkan India, beberapasejak itu banyak tradisi BuddhaBuddhis dapatbisa berkomunikasi dengan satu bahasa yang sama. IniHal berujung padaini peningkatanmeningkatkan [[eklestisisme]] antar tradisi berbeda.{{sfn|Robinson|Johnson|1997|p=307}} SelainLebih itujauh lagi, dengansaat peningkatan risetpenelitian saintifik semakin maju dalam metode-menelaah metode meditasi, para pengarangpenulis Buddhis menonjolterkenal menekankanjuga merujuk pada bukti-bukti saintifik untuk memverifikasikanmembuktikan apakah praktik BuddhaBuddhis benar-benarsungguh efektif atau tidak, ketimbangdaripada sekadar merujuk kepadapada naskah kitab suci atau otoritas monastik.<ref>{{cite journal sfn|doi=10.1111/zygo.12391|title='The New Science of Health and Happiness': Investigating Buddhist Engagements with the Scientific Study Of Meditation|first=Jeff|last=Wilson|journal=[[Zygon (journal)|Zygon]]|volume=53|issue=12018}}</ref>
 
==== Nawayāna ====
{{Main|Nawayāna|Gerakan Buddha Dalit}}
Pada 1956, ''[[Dalit]]'' (kaum tak tersentuhberkasta) India dan tokoh ikonik [[Babasaheb Ambedkar|Ambedkar]] (1891–1956) memimpin perpindahan agama massal ke agama BuddhaBuddhisme, memulai [[nawayana|gerakan Buddha baru]] (''Nawayāna''). Gerakan baru tersebut berujung pada serangkaian perpindahan agama massal, beberapa diantaranya mencapaiomencapai lebih dari 500,000 orang yang berpindah agama. ''Dalit'' yang terpinggirkan akibat [[sistem kasta]] India mengambil perlindungan dalam agama BuddhaBuddhisme sebagai jalan keluar. Pada 2010an, insiden kekerasan yang dialami para ''dalit'' membuat kebangkitan perpindahan agama massal di [[Gujarat]] dan negara bagian lainlainnya. Beberapa orang yang berpindah agama menyatakan bahwa perpindahan agama adalah adalah pilihan politik untuk mereorganisasikan diri mereka sendiri, karena perpindahan agama dapat membantu mereka tak lagi terklasifikasi oleh sistem kasta Hindu.<ref>{{cite newssfn|last1=Dore|first1=Bhavya|title=Rising caste-related violence pushes many Indians to new faith|url=http://www.houstonchronicle.com/life/houston-belief/article/Rising-caste-related-violence-pushes-many-Indians-9523647.php|accessdate=23 September 2017|work=[[Houston Chronicle]]|agency=[[Hearst Newspapers]]|publisher=[[Religion News Service]]|date=1 October 2016|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170924045746/http://www.houstonchronicle.com/life/houston-belief/article/Rising-caste-related-violence-pushes-many-Indians-9523647.php|archivedate=24 September 2017|df=}}</ref>
 
Para cendekiawan mendeskripsikan [[Ambedkarisme|sudut pandang Ambedkar tentang agama BuddhaBuddhisme]] sebagasebagai sekuler dan modernis ketimbang relijius, karena ia memajukanmengedepankan [[ateisme Buddha|aspek-aspek ateis dari agama BuddhaBuddhisme]] dan rasionalitas, dan menyangkal hierarki dan [[soteriologi Hindu]].{{sfn|Ganguly|2006|pags=54}}<ref>{{cite journalsfn|last1=Contursi|first1=Janet A.|title=Militant Hindus and Buddhist Dalits: Hegemony and Resistance in an Indian Slum|journal=[[American Ethnologist]]|date=1989|volume=16|issue=3|pagep=448|jstor=645267}}</ref> Para cendekiawan lainnya menafsirkanmenyatakan Ambedkarismebahwwa sebagaigerakan sebuahAmbedkarisme merupakan bentuk tradisionalismekritis kritikal,terhadap dimanapandangan tradisional, Ambedkar menafsirkanmenginterpretasikan ulang konsep-tentang berbagai konsep tradisi Hindu tradisionaldaripada ketimbang menyangkalinyamenyangkal bersamaansemuanya. Secara spesifik, cendekiawan {{ill|Gauri Vishwanathan|de}} menyatakan bahwa perpindahan agama ''Dalit'' oleh Ambedkar memberikan keyakinan yang lebih intisentral, lebih berperan ketimbang sebelumnya. Namun, peneliti lintas budaya Ganguly Debjani menekankan unsur-unsur keagamaan dalam deskripsi Ambedkar tentang kehidupan dan ajaran Buddha, dan menyatakan bahwa Ambedkar men[[deifikasi]] Buddha sebagai "fondasi rasionalitas". Beberapa cendekiawan berpendapat bahwa Buddha dan Ambedkar dihargai oleh para pengikutnya melalui praktik devosionalkebaktian tradisional ({{lang-sa|bhakti|script=Latn}}), seperti pengisahan cerita, lagu dan syair, perayaan dan gambar, meskipun AbedkarAmbedkar menolak praktik semacam itu.<!--pp=59-60; Gokhale-->{{sfn|Ganguly|2006|pages=54–7, 59–60}}<ref>{{cite journalsfn|title="Bhakti" or "Vidroha": Continuity and Change in Dalit Sahitya|url=http://ocean.sci-hub.tw/c4d988922fd310f9b97bab85f5f45aec/10.1163%40156852180x00031.pdf|last=Gokhale-Tuerner|first=J.B.|year=1980|journal=[[Journal of Asian and African Studies]]|volume=15|issue=1|pp=38–9|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20180128132543/http://ocean.sci38-hub.tw/c4d988922fd310f9b97bab85f5f45aec/10.1163%40156852180x00031.pdf|archivedate=2018-01-28|df=9}}</ref>
 
== Lihat pula ==
Baris 205 ⟶ 278:
 
== Sumber ==
{{refbegin|2}}
* {{Citation|url=https://books.google.com/?id=KYmLokZwVG0C|last1=Abe|first1=Masao|author-link=Masao Abe|editor1-last=Carr|editor1-first=Brian|editor2-last=Mahalingam|editor2-first=Indira|encyclopedia=Companion encyclopedia of Asian philosophy|title=Buddhism in Japan|date=1997|publisher=[[Routledge]]|location=London|isbn=0-415-03535-X|pages=675–719}}
* {{cite encyclopedia|last1=Ahn|first1=Juhn|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Popular conceptions of Zen|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|page=924|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170614204648/http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|archivedate=2017-06-14|df=|ref={{sfnref|Ahn|2004}}}}
* {{Citation|last1=Andrews|first1=Allen A.|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Hōnen|date=1987|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865739-X|edition=2nd|url=https://books.google.com/?id=ODIOAQAAMAAJ|volume=6|}}
* {{cite journal|last1=Andrews|first1=Allan A.|title=Lay and Monastic Forms of Pure Land Devotionalism: Typology and History|journal=[[Numen (jurnal)|Numen]]|date=1993|volume=40|issue=1|doi=10.2307/3270396|pages=passim.|nopp=yes|jstor=3270396|ref={{sfnref|Andrews|1993}}}}
* {{citation|last1=Araki|first1=Michio|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Buddhism, Schools of: Japanese Buddhism|date=1987|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865997-X|pages=1241–6|edition=2nd|url=https://books.google.com/?id=ODIOAQAAMAAJ}}
* {{citation|last1=Barber|first1=A.W.|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Pure Land Schools|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=https://books.google.com/?id=5n0YAAAAIAAJ|pages=706–9}}
* {{Citation|editor-last=Law|editor-first=B.C.|year=1931|encyclopedia=Buddhistic studies|title=Faith in Buddhism|last=Barua|first=B.M.|url=https://archive.org/download/in.ernet.dli.2015.279751/2015.279751.Buddhistic-Studies.pdf|publisher=[[Thacker's Indian Directory]]|oclc=701790696|pages=329–49}}
* {{citation|last1=Baumann|first1=Martin|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Buddhism: Buddhism in the West|date=1987|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865997-X|pages=1186–92|edition=2nd|url=https://books.google.com/?id=ODIOAQAAMAAJ}}
* {{Citation|last1=Bielefeldt|first1=Carl|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Japan|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=https://books.google.com/?id=L34YAAAAIAAJ|pages=384–91}}
* {{citation|last1=Birnbaum|first1=Raoul|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Avalokiteśvara|date=1987|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865997-X|pages=704–7|edition=2nd|url=https://books.google.com/?id=ODIOAQAAMAAJ}}
* {{cite encyclopedia|url=https://plato.stanford.edu/entries/faith/|archive-url=https://www.webcitation.org/6vADVlHDt?url=https://plato.stanford.edu/entries/faith/|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|encyclopedia=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|edition=Winter 2016|title=Faith|date=30 March 2016|access-date=17 August 2017|first=John|last=Bishop|editor-first=Edward N.|editor-last=Zalta|publisher=Metaphysics Research Lab, [[Stanford University]]|df=|ref={{sfnref|Bishop|2016}}}}
* {{cite news|last1=Blakkarly|first1=Jarni|title=The Buddhist Leap of Faith|url=http://www.abc.net.au/religion/articles/2014/11/05/4122342.htm|accessdate=24 July 2017|work=[[ABC (Australia)|ABC]]|date=5 November 2014|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170727125253/http://www.abc.net.au/religion/articles/2014/11/05/4122342.htm|archivedate=27 July 2017|df=|ref={{sfnref|Blakkarly|2014}}}}
* {{cite encyclopedia|last1=Bloom|first1=Alfred|author-link=Alfred Bloom (Buddhist)|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Shinran|date=1987|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865981-3|edition=2nd|url=https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%2012.pdf|volume=12|deadurl=bot: unknown|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170302052813/https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%2012.pdf|archivedate=2017-03-02|df=|ref={{sfnref|Bloom|1987}}}}
* {{citation|last1=Buswell|first1=Robert E. Jr.|author1-link=Robert Buswell Jr.|last2=Lopez|first2=Donald S. Jr.|author2-link=Donald S. Lopez Jr.|title=Princeton Dictionary of Buddhism|date=2013|publisher=[[Princeton University Press]]|location=Princeton, NJ|isbn=978-0-691-15786-3|url=https://books.google.com/?id=DXN2AAAAQBAJ}}
* {{cite encyclopedia|last1=Cabezón|first1=José Ignacio|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Scripture|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170614204648/http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|archivedate=2017-06-14|df=|ref={{sfnref|Cabezón|2004}}}}
* {{Citation|last1=Conze|first1=Edward|authorlink1=Edward Conze|title=Buddhism, its essence and development|date=2003|orig-year=1951|publisher=[[Dover Publications]]|location=Mineola, N.Y.|isbn=0-486-43095-2|url=https://www.scribd.com/document/86358877/Buddhism-Its-Essence-and-Development-Edward-Conze}}
* {{cite journal|last1=Contursi|first1=Janet A.|title=Militant Hindus and Buddhist Dalits: Hegemony and Resistance in an Indian Slum|journal=[[American Ethnologist]]|date=1989|volume=16|issue=3|jstor=645267|ref={{sfnref|Contursi|1989}}}}
* {{Citation|last1=Conze|first1=Edward|authorlink1=Edward Conze|title=Buddhism, its essence and development|date=2003|orig-year=1951|publisher=[[Dover Publications]]|location=Mineola, N.Y.|isbn=0-486-43095-2|url=https://www.scribd.com/document/86358877/Buddhism-Its-Essence-and-Development-Edward-Conze|accessdate=2018-08-15|archive-date=2017-11-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20171122132949/https://www.scribd.com/document/86358877/Buddhism-Its-Essence-and-Development-Edward-Conze|dead-url=yes}}
* {{cite encyclopedia|url=https://www.academia.edu/1417358/Aspects_of_Esoteric_Southern_Buddhism|url-access=registration|last=Cousins|first=L.S.|year=1997|title=Aspects of Esoteric Southern Buddhism|editor1-last=Connolly|editor1-first=P.|editor2-last=Hamilton|editor2-first=S.|encyclopedia=Indian Insights: Buddhism, Brahmanism and Bhakti: Papers from the Annual Spalding Symposium on Indian Religions|publisher=Luzac Oriental|page=188|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20171122131255/https://www.academia.edu/1417358/Aspects_of_Esoteric_Southern_Buddhism|archivedate=2017-11-22|df=|ref={{sfnref|Cousins|1997}}}}
* {{cite encyclopedia|last1=Dennis|first1=Mark|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Buddhism, Schools of: East Asian Buddhism|date=2005|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865997-X|page=1250|edition=2nd|url=https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%202.pdf|volume=2|deadurl=yes|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170302073830/https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%202.pdf|archivedate=2017-03-02|df=|ref={{sfnref|Dennis|2005}}}}
* {{Citation|last1=Derris|first1=Karen|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Buddhas and Bodhisattvas: Ethical practices|date=2005|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865997-X|page=1084|edition=2nd|url=https://books.google.com/?id=ODIOAQAAMAAJ}}
* {{Citation|editor1-last=Malalasekera|editor1-first=Gunapala Piyasena|editor1-link=G. P. Malalasekera|first=Lily|last=De Silva|encyclopedia=Encyclopaedia of Buddhism|title=Faith|date=2002|volume=V|publisher=Government of Ceylon|url=https://www.scribd.com/document/283215709/Enceylopaedia-of-Buddhism-Vol-V}}{{Pranala mati|date=April 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{Citation|last1=Dobbins|first1=James C.|authorlink1=James C. Dobbins|title=Jodo Shinshu: Shin Buddhism in medieval Japan|date=2002|publisher=[[University of Hawaii Press]]|location=Honolulu|isbn=0-8248-2620-5|url=https://books.google.com/?id=Xb3BImNUdRAC}}
* {{citation|last1=Dobbins|first1=James C.|author1-link=James C. Dobbins|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Kamakura Buddhism, Japan|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004a|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=https://books.google.com/?id=L34YAAAAIAAJ|pages=411–5}}
* {{cite news|last1=Dore|first1=Bhavya|title=Rising caste-related violence pushes many Indians to new faith|url=http://www.houstonchronicle.com/life/houston-belief/article/Rising-caste-related-violence-pushes-many-Indians-9523647.php|accessdate=23 September 2017|work=[[Houston Chronicle]]|agency=[[Hearst Newspapers]]|publisher=[[Religion News Service]]|date=1 October 2016|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170924045746/http://www.houstonchronicle.com/life/houston-belief/article/Rising-caste-related-violence-pushes-many-Indians-9523647.php|archivedate=24 September 2017|df=|ref={{sfnref|Dore|2016}}}}
* {{citation|last1=DuBois|first1=Thomas|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Millenarianism and millenarian movements|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=https://books.google.com/?id=5n0YAAAAIAAJ|pages=537–40}}
* {{citation|first=Ellison Banks|last=Findly|year=1992|title=Ānanda's Hindrance: Faith (''Saddha'') in early Buddhism|journal=Journal of Indian Philosophy|volume=20|issue=3|pages=253–273|doi=10.1007/bf00157758}}
* {{cite book|last1=Ergardt|first1=Jan T.|title=Faith and knowledge in early Buddhism : an analysis of the contextual structures of an arahant-formula in the Majjhima-Nikāya|url=https://archive.org/details/faithknowledgein0000erga|date=1977|publisher=Brill (penerbit )|location=Leiden|isbn=9004048413|doi=10.2307/2054272|page=[https://archive.org/details/faithknowledgein0000erga/page/n1 1]|quote=Der Buddhismus kennt keinen dem des Christentums vergleichbaren reinen Glauben, ... Die Idee eines blinden Glaubens, eines absoluten Vertrauens in die Worte eines Meisters ist dem Geist des alten Buddhismus ganz entgegengesetzt.|ref={{sfnref|Ergardt|1977}}}}
* {{Citation|last1=Findly|first1=Ellison Banks|title=Dāna: giving and getting in Pali Buddhism|date=2003|publisher=[[Motilal Banarsidass Publishers]]|location=Delhi|isbn=81-208-1956-X|url=https://books.google.com/?id=88HcN_9muXcC|series=Buddhist Traditions|volume=52}}
* {{cite book|url=https://books.google.com/?id=ACnfqhZUgXYC|last=Ford|first=J.L.|year=2006|title=Jōkei and Buddhist Devotion in Early Medieval Japan|publisher=[[Oxford University Press]]|isbn=978-0-19-972004-0|ref={{sfnref|Ford|2006}}}}
* {{citation|last1=Fuller|first1=Paul|title=The notion of diṭṭhi in Theravāda Buddhism : the point of view|date=2004|publisher=[[RoutledgeCurzon]]|location=London|isbn=0-203-01043-4|url=https://books.google.nl/books?id=Ork586jWfK4C}}
* {{Citation|last1=Ganguly|first1=Debjani|title=Buddha, ''Bhakti'' and Superstition: A Post‐secular Reading of Dalit Conversion|journal=[[Postcolonial Studies]]|date=7 August 2006|volume=7|issue=1|doi=10.1080/1368879042000210621}}
* {{citation|last1=Getz|first1=Daniel A.|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Pure Land Buddhism|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=https://books.google.com/?id=5n0YAAAAIAAJ|pages=698–703}}
* {{cite journal|last=Giustarini|first=G.|year=2006|archive-url=https://web.archive.org/web/20140918115715/http://www.fupress.net/index.php/rss/article/view/2451/2286|url=http://www.fupress.net/index.php/rss/article/view/2451/2286|archive-date=18 September 2014|title=Faith and renunciation in Early Buddhism: ''saddhā'' and ''nekkhamma''|journal=Rivista di Studi Sud-Asiatici|issue=I|ref={{sfnref|Giustarini|2006}}}}
* {{cite encyclopedia|last1=Glassman|first1=Hank|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Sexuality|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|page=762|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170614204648/http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|archivedate=2017-06-14|df=|ref={{sfnref|Glassman|2004}}}}
* {{cite book|last1=Gombrich|first1=Richard|last2=Obeyesekere|first2=Gananath|authorlink1=Richard Gombrich|authorlink2=Gananath Obeyesekere|title=Buddhism transformed: religious change in Sri Lanka|date=1990|publisher=[[Motilal Banarsidass]]|location=Dehli|isbn=8120807022|url=https://books.google.com/?id=rpN9atSFua0C|pages=|ref={{sfnref|Gombrich|1990}}}}
* {{Citation|last1=Gombrich|first1=Richard F.|authorlink1=Richard F. Gombrich|title=Buddhist precept and practice: traditional Buddhism in the rural highlands of Ceylon|date=1995|publisher=[[Kegan Paul]]|location=London [u.a.]|isbn=0-7103-0444-7|url=https://books.google.com/?id=V3Z-dHpBsBsC}}
* {{Citation|last1=Gombrich|first1=Richard F.|authorlink1=Richard F. Gombrich|title=Theravāda Buddhism: a social history from ancient Benares to modern Colombo|url=https://books.google.com/?id=AbJ_AgAAQBAJ|date=2006|publisher=[[Routledge]]|location=London [u.a.]|isbn=0-415-36508-2|edition=2nd|ref={{sfnref|Gombrich|2006a}}}}
* {{cite book|last1=Gombrich|first1=Richard F.|authorlink1=Richard F. Gombrich|title=How Buddhism began: the conditioned genesis of the early teachings|date=2006|publisher=[[Routledge]]|location=London|isbn=0-415-37123-6|url=http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.694.6690&rep=rep1&type=pdf|pages=72–5|edition=2nd|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20171122123610/http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.694.6690&rep=rep1&type=pdf|archivedate=2017-11-22|df=|ref={{sfnref|Gombrich|2006b}}}}
* {{Citation|last1=Gombrich|first1=Richard F.|authorlink1=Richard F. Gombrich|title=What the Buddha thought|date=2009|publisher=[[Equinox Publishing (Sheffield)|Equinox Publishing]]|location=London [u.a.]|isbn=978-1-84553-612-1|url=https://books.google.com/?id=YMIlAQAAMAAJ}}
* {{cite journal|title="Bhakti" or "Vidroha": Continuity and Change in Dalit Sahitya|last=Gokhale-Tuerner|first=J.B.|year=1980|journal=[[Journal of Asian and African Studies]]|volume=15|issue=1|deadurl=no|archivedate=2018-01-28|df=|ref={{sfnref|Gokhale-Tuerner|1980}}}}
* {{citation|last1=Gómez|first1=Luis O.|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Amitābha|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004a|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=https://books.google.com/?id=L34YAAAAIAAJ|pages=14–5}}
* {{citation|last1=Gómez|first1=Luis O.|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Faith|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004b|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=https://books.google.com/?id=L34YAAAAIAAJ|pages=277–9}}
* {{Citation|last1=Green|first1=Ronald S.|editor1-last=Emmanuel|editor1-first=Steven M.|encyclopedia=A companion to Buddhist philosophy|title=East Asian Buddhism|date=2013|publisher=[[Wiley-Blackwell]]|location=Chichester, West Sussex|isbn=978-0-470-65877-2|url=https://books.google.com/?id=P_lmCgAAQBAJ}}
* {{cite encyclopedia|last=Gregory|first=P.N.|year=1997|title=Is Critical Buddhism Really Critical?|encyclopedia=Pruning the Bodhi Tree: The Storm Over Critical Buddhism|pages=passim|nopp=yes|url=http://www.thezensite.com/ZenEssays/CriticalZen/Critical_Buddhism_Gregory.pdf|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20160817164907/http://www.thezensite.com/ZenEssays/CriticalZen/Critical_Buddhism_Gregory.pdf|archivedate=2016-08-17|df=|ref={{sfnref|Gregory|1997}}}}
* {{citation|last1=Harvey|first1=Peter|title=An introduction to Buddhism: teachings, history and practices|date=2013|publisher=[[Cambridge University Press]]|location=New York|isbn=978-0-521-85942-4|edition=2nd|url=https://books.google.com/?id=u0sg9LV_rEgC}}
* {{cite encyclopedia|last1=Gummer|first1=Natalie|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Buddhist books and texts: Ritual uses of books|date=2005|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865997-X|edition=2nd|url=https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%202.pdf|volume=2|deadurl=yes|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170302073830/https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%202.pdf|archivedate=2017-03-02|df=|ref={{sfnref|Gummer|2005}}}}
* {{Citation|last1=Higham|first1=Charles F.W.|author-link=Charles Higham (archaeologist)|title=Encyclopedia of ancient Asian civilizations|date=2004|publisher=[[Facts On File]]|location=New York|isbn=0-8160-4640-9|url=https://archive.org/download/Encyclopedia-of-ancient-asian-civilzations/encyclopedia-of-ancient-asian-civilizations1.pdf}}
* {{cite book|url=http://www.e-reading.club/bookreader.php/142060/An_Introduction_to_Buddhist_Ethics.pdf|last1=Harvey|first1=Peter|title=An Introduction to Buddhist Ethics: Foundations, Values and Issues|date=2000|publisher=[[Cambridge University Press]]|location=New York|isbn=978-0-511-07584-1|ref={{sfnref|Harvey|2000}}|access-date=2018-08-20|archive-date=2016-01-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20160128181421/http://www.e-reading.club/bookreader.php/142060/An_Introduction_to_Buddhist_Ethics.pdf|dead-url=yes}}
* {{Citation|url=https://www.academia.edu/29254384/The_pragmatic_efficacy_of_saddh|doi=10.1007/BF00178816|url-access=registration|last=Hoffmann|first=Frank J.|year=1987|title=The pragmatic efficacy of "Saddha"|journal=[[Journal of Indian Philosophy]]|volume=15|issue=4|issn=1573-0395|pages=399–412}}
* {{cite encyclopedia|last1=Harvey|first1=Peter|author-link=Peter Harvey|editor1-last=Emmanuel|editor1-first=Steven M.|encyclopedia=A companion to Buddhist philosophy|title=''Dukkha'', non-self, and the "Four Noble Truths"|date=2013|publisher=[[Wiley-Blackwell]]|location=Chichester, West Sussex|isbn=978-0-470-65877-2|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/A%20Companion%20to%20Buddhist%20Philosophy_Emmanuel.pdf|archive-url=https://www.webcitation.org/6vADr7eR4?url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/A%20Companion%20to%20Buddhist%20Philosophy_Emmanuel.pdf|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|pages=|df=|ref={{sfnref|Harvey|2013a}}}}
* {{citation|last1=Harvey|first1=Peter|title=An introduction to Buddhism: teachings, history and practices|date=2013|publisher=[[Cambridge University Press]]|location=New York|isbn=978-0-521-85942-4|edition=2nd|url=https://books.google.com/?id=u0sg9LV_rEgC|ref={{sfnref|Harvey|2013b}}}}
* {{Citation|last1=Higham|first1=Charles F.W.|author-link=Charles Higham (arkeolog)|title=Encyclopedia of ancient Asian civilizations|date=2004|publisher=[[Facts On File]]|location=New York|isbn=0-8160-4640-9|url=https://archive.org/download/Encyclopedia-of-ancient-asian-civilzations/encyclopedia-of-ancient-asian-civilizations1.pdf}}
* {{cite encyclopedia|url=https://plato.stanford.edu/entries/japanese-pure-land/|archive-url=https://www.webcitation.org/6vAEpCKMW?url=https://plato.stanford.edu/entries/japanese-pure-land/|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|encyclopedia=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|edition=Winter 2016|title=Japanese Pure Land Philosophy|date=19 November 2012|access-date=18 August 2017|first=Dennis|last=Hirota|editor-first=Edward N.|editor-last=Zalta|publisher=Metaphysics Research Lab, [[Stanford University]]|df=|ref={{sfnref|Hirota|2016}}}}
* {{Citation|url=https://www.academia.edu/29254384/The_pragmatic_efficacy_of_saddh|doi=10.1007/BF00178816|url-access=registration|last=Hoffmann|first=Frank J.|year=1987|title=The pragmatic efficacy of "Saddha"|journal=[[Journal of Indian Philosophy]]|volume=15|issue=4|issn=1573-0395|pages=399–412|accessdate=2018-08-15|archive-date=2017-11-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20171122133119/https://www.academia.edu/29254384/The_pragmatic_efficacy_of_saddh|dead-url=yes}}
* {{Citation|last1=Holder|first1=John J.|editor1-last=Emmanuel|editor1-first=Steven M.|title=A survey of early Buddhist epistemology|encyclopedia=A companion to Buddhist philosophy|date=2013|publisher=[[Wiley-Blackwell]]|location=Chichester, West Sussex|isbn=978-0-470-65877-2|url=https://books.google.com/?id=P_lmCgAAQBAJ}}
* {{Citation|editor-last1=Cheng|editor-first1=Linsun|editor-last2=Brown|editor-first2=Kerry|last=Hsieh|first=Ding-hwa|encyclopedia=Berkshire encyclopedia of China|title=Buddhism, Pure Land|date=2009|publisher=[[Berkshire Publishing Group]]|location=Great Barrington, MA|isbn=978-0-9770159-4-8|url=https://books.google.com/?id=0_Z2AQAACAAJ}}
Baris 240 ⟶ 335:
* {{citation|last1=Irons|first1=Edward A.|series=Encyclopedia of World Religions|title=Encyclopedia of Buddhism|date=2008|publisher=[[Facts on File]]|location=New York|isbn=978-0-8160-5459-6|url=https://books.google.com/?id=IKVKOAAACAAJ}}
* {{Citation|url=https://books.google.com/?id=6pBTAQAAQBAJ|last1=Jayatilleke|first1=K.N.|authorlink1=K.N. Jayatilleke|title=Early Buddhist theory of knowledge|date=1963|publisher=[[George Allen & Unwin]]|isbn=1-134-54287-9}}
* {{cite encyclopedia|last1=Irons|first1=Edward A.|editor1-last=Melton|editor1-first=J. Gordon|editor2-first=Martin|editor1-link=J. Gordon Melton|editor2-last=Baumann|encyclopedia=Religions of the world: a comprehensive encyclopedia of beliefs and practices|title=Statues-Buddhist|date=2010|publisher=[[ABC-CLIO]]|location=Santa Barbara, California|isbn=978-1-59884-204-3|url=http://ebook.umaha.ac.id/E-BOOK%20OF%20RELIGIOUS%20STAUDIES/ENCYCLOPEDIAS%20_%20DICTIONARY/RELEGIONS%20OF%20THE%20WORLD,%20A%20COMPREHENSIF%20ENCYCLOPEDIA.pdf|archive-url=https://www.webcitation.org/6vAE2WMY7?url=http://ebook.umaha.ac.id/E-BOOK%20OF%20RELIGIOUS%20STAUDIES/ENCYCLOPEDIAS%20_%20DICTIONARY/RELEGIONS%20OF%20THE%20WORLD%2C%20A%20COMPREHENSIF%20ENCYCLOPEDIA.pdf|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|edition=2nd|df=|ref={{sfnref|Irons|2010}}}}
* {{Citation|title=Buddhist Philosophy: A Historical Analysis|first=David J.|last=Kalupahana|author-link=Kalupahana|year=1976|publisher=[[University of Hawaii Press]]|location=Honolulu|url=https://books.google.com/?id=EBggX7yZkCQC|isbn=0-8248-0360-4}}
* {{cite book|last=Kariyawasam|first=A.G.S.|year=1995|title=Buddhist Ceremonies and Rituals of Sri Lanka|series=The Wheel Publication|location=Kandy, Sri Lanka|publisher=[[Buddhist Publication Society]]|accessdate=23 October 2007|url=http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/kariyawasam/wheel402.html|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20130328021534/http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/kariyawasam/wheel402.html|archivedate=28 March 2013|df=|ref={{sfnref|Kariyawasam|1995}}}}
* {{citation|last1=Kinnard|first1=Jacob N.|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Worship|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=https://books.google.com/?id=5n0YAAAAIAAJ|pages=905–7}}
* {{cite journal|last1=Kiyota|first1=Minoru|title=Tathāgatagarbha Thought: A Basis of Buddhist Devotionalism in East Asia|journal=[[Japanese Journal of Religious Studies]]|date=1985|volume=12|issue=2/3|doi=10.2307/30233958|url=http://nirc.nanzan-u.ac.jp/nfile/2311|doi-broken-date=2018-01-29|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20160320232345/https://nirc.nanzan-u.ac.jp/nfile/2311|archivedate=2016-03-20|df=|ref={{sfnref|Kiyota|1985}}}}
* {{cite encyclopedia|last1=Kotatsu|translator-first=Kenneth K.|translator-last=Tanaka|first1=Fujita|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Pure and Impure Lands|date=1987|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865743-8|edition=2nd|url=http://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%2011.pdf|volume=11|deadurl=bot: unknown|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170302005458/http://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%2011.pdf|archivedate=2017-03-02|df=|ref={{sfnref|Kotatsu|1987}}}}
* {{Citation|url=https://books.google.com/?id=sJwEAAAAYAAJ|last1=Lamotte|first1=Etienne|authorlink1=Etienne Lamotte|translator-first=Sara|translator-last=Webb-Boin|title=Histoire du Bouddhisme Indien, des origines à l'ère Śaka|language=french|trans-title=History of Indian Buddhism: from the origins to the Saka era|date=1988|publisher=[[Université catholique de Louvain]], Institut orientaliste|location=Louvain-la-Neuve|isbn=906831100X|df=}}
* {{cite encyclopedia|last1=Landes|first1=Richard A.|author-link=Richard Landes|editor1-last=Landes|editor1-first=Richard A.|editor1-link=Richard Landes|encyclopedia=Encyclopedia of Millennialism and Millennial Movements|title=Millennialism in the Western World|date=2000|publisher=[[Taylor & Francis]]|location=Hoboken|isbn=0-203-00943-6|url=http://www.encyclopedias.biz/dw/Encyclopedia%20of%20Millennialism%20and%20Millennial%20Movements.pdf|archive-url=https://www.webcitation.org/6vAExhb2K?url=http://www.encyclopedias.biz/dw/Encyclopedia%20of%20Millennialism%20and%20Millennial%20Movements.pdf|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|page=463|df=|ref={{sfnref|Landes|2000}}}}
* {{citation|last1=Lazich|first1=Michael C.|editor1-last=Landes|editor1-first=Richard A.|editor1-link=Richard Landes|encyclopedia=Encyclopedia of Millennialism and Millennial Movements|title=Asia|date=2000|publisher=[[Taylor & Francis]]|location=Hoboken|isbn=0-203-00943-6|url=https://books.google.com/?id=NbIMmAEACAAJ|pages=64–71|}}
* {{Citation|last1=Leaman|first1=Oliver|author-link=Oliver Leaman|url=https://books.google.com/?id=FLuEAgAAQBAJ|title=Eastern philosophy: key readings|date=2000|publisher=[[Routledge]]|location=London [u.a.]|isbn=0-415-17357-4}}
* {{Citation|url=https://books.google.com/?id=KYmLokZwVG0C|last1=Lindtner|first1=Chr.|editor1-last=Carr|editor1-first=Brian|editor2-last=Mahalingam|editor2-first=Indira|encyclopedia=Companion encyclopedia of Asian philosophy|title=Nāgārjuna|date=1997|publisher=[[Routledge]]|location=London|isbn=0-415-03535-X|pages=314–33}}
* {{Citation|last1=McMahan|first1=David L.|title=The Making of Buddhist Modernism|date=2008|publisher=[[Oxford University Press]]|isbn=978-0-19-972029-3|url=https://books.google.com/?id=XU6HNwlxhCAC}}
* {{cite encyclopedia|last1=Melton|first1=J. Gordon|authorlink1=J. Gordon Melton|editor1-last=Melton|editor1-first=J. Gordon|editor2-first=Martin|editor1-link=J. Gordon Melton|editor2-last=Baumann|encyclopedia=Religions of the world: a comprehensive encyclopedia of beliefs and practices|title=Relics|date=2010|publisher=[[ABC-CLIO]]|location=Santa Barbara, California|isbn=978-1-59884-204-3|url=http://ebook.umaha.ac.id/E-BOOK%20OF%20RELIGIOUS%20STAUDIES/ENCYCLOPEDIAS%20_%20DICTIONARY/RELEGIONS%20OF%20THE%20WORLD,%20A%20COMPREHENSIF%20ENCYCLOPEDIA.pdf|archive-url=https://www.webcitation.org/6vAE2WMY7?url=http://ebook.umaha.ac.id/E-BOOK%20OF%20RELIGIOUS%20STAUDIES/ENCYCLOPEDIAS%20_%20DICTIONARY/RELEGIONS%20OF%20THE%20WORLD%2C%20A%20COMPREHENSIF%20ENCYCLOPEDIA.pdf|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|edition=2nd|df=|ref={{sfnref|Melton|2010}}}}
* {{cite journal|last1=Miles|first1=W. F. S.|title=Millenarian Movements as Cultural Resistance: The Karen and Martinican Cases|journal=Comparative Studies of South Asia, Africa and the Middle East|date=29 March 2011|volume=30|issue=3|doi=10.1215/1089201x-2010-041|url=http://ocean.sci-hub.tw/70932cef9ffd16083cc608c774b7033f/10.1215%401089201X-2010-041.pdf|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20180127004601/http://ocean.sci-hub.tw/70932cef9ffd16083cc608c774b7033f/10.1215%401089201X-2010-041.pdf|archivedate=27 January 2018|df=|ref={{sfnref|Miles|2011}}}}
* {{Citation|url=https://books.google.com/?id=KYmLokZwVG0C|last1=Nakamura|first1=Hajime|author-link=Hajime Nakamura|editor1-last=Carr|editor1-first=Brian|editor2-last=Mahalingam|editor2-first=Indira|encyclopedia=Companion encyclopedia of Asian philosophy|title=Knowledge and reality in Buddhism|date=1997|publisher=[[Routledge]]|location=London|isbn=0-415-03535-X|pages=391–406}}
* {{Citation|url=https://books.google.com/?id=_A2QS03MP5EC|last1=Park|first1=Sung Bae|title=Buddhist faith and sudden enlightenment|date=1983|publisher=[[State University of New York Press]]|location=Albany, N.Y.|isbn=0-87395-673-7}}
* {{Citation|url=https://books.google.com/?id=JaAMAQAAMAAJ|last=Porcu|first=E|year=2008|title=Pure Land Buddhism in Modern Japanese Culture|location=Leiden|publisher=[[Brill Publishers]]}}
* {{cite journal|last1=Phillips|first1=Tim|last2=Aarons|first2=Haydn|title=Choosing Buddhism in Australia: towards a traditional style of reflexive spiritual engagement|journal=[[The British Journal of Sociology]]|date=June 2005|volume=56|issue=2|page=228|doi=10.1111/j.1468-4446.2005.00056.x|ref={{sfnref|Phillips|2005}}}}
* {{Citation|last1=Powers|first1=John|authorlink1=John Powers (academic)|title=A Concise Encyclopedia of Buddhism|date=2013|publisher=[[Oneworld Publications]]|isbn=978-1-78074-476-6|url=https://books.google.com/?id=kZycAwAAQBAJ}}
* {{citation|last1=Rambelli|first1=Fabio|author-link=Fabio Rambelli|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Local divinities and Buddhism|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=https://books.google.com/?id=L34YAAAAIAAJ|pages=465–9}}
* {{cite encyclopedia|last1=Reader|first1=Ian|editor1-last=Landes|editor1-first=Richard A.|editor1-link=Richard Landes|encyclopedia=Encyclopedia of Millennialism and Millennial Movements|title=Japan|date=2000|publisher=[[Taylor & Francis]]|location=Hoboken|isbn=0-203-00943-6|url=http://www.encyclopedias.biz/dw/Encyclopedia%20of%20Millennialism%20and%20Millennial%20Movements.pdf|archive-url=https://www.webcitation.org/6vAExhb2K?url=http://www.encyclopedias.biz/dw/Encyclopedia%20of%20Millennialism%20and%20Millennial%20Movements.pdf|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|pages=350–1|df=|ref={{sfnref|Reader|2000}}}}
* {{Citation|last1=Reynolds|first1=Frank E.|last2=Hallisey|first2=Charles|author-link2=Charles Hallisey|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Buddha|date=1987|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865997-X|pages=1075–83|edition=2nd|url=https://books.google.com/?id=ODIOAQAAMAAJ}}
* {{Citation|url=https://books.google.com/?id=LhUSAQAAIAAJ|last1=Robinson|first1=Richard H.|last2=Johnson|first2=Willard L.|title=The Buddhist religion: a historical introduction|date=1997|publisher=[[Cengage]]|location=Belmont, California|isbn=0-534-20718-9|edition=4th}}
Baris 258 ⟶ 362:
* {{Citation|last1=Shields|first1=James Mark|editor1-last=Emmanuel|editor1-first=Steven M.|encyclopedia=A companion to Buddhist philosophy|title=Political Interpretations of the ''Lotus Sūtra''|date=2013|publisher=[[Wiley-Blackwell]]|location=Chichester, West Sussex|isbn=978-0-470-65877-2|url=https://books.google.com/?id=P_lmCgAAQBAJ}}
* {{Citation|last1=Shōto|first1=Hase|editor1-last=Jones|translator-last=Becker|translator-first=Carl|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Jōdo Shinshu|date=1987|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865740-3|pages=4933–6|edition=2nd|url=https://books.google.com/?id=ODIOAQAAMAAJ|volume=7}}
* {{cite book|url=https://books.google.com/?id=ckSBgvtU42YC|last1=Trainor|first1=Kevin|title=Relics, ritual, and representation in Buddhism : rematerializing the Sri Lankan Theravāda tradition|date=1997|publisher=[[Cambridge University Press]]|location=Cambridge [u.a.]|isbn=0-521-58280-6|edition=digital|ref={{sfnref|Trainor|1997}}}}
* {{citation|url=https://books.google.com/?id=KYmLokZwVG0C|last1=Smart|first1=Ninian|author-link=Ninian Smart|editor1-last=Carr|editor1-first=Brian|editor2-last=Mahalingam|editor2-first=Indira|encyclopedia=Companion encyclopedia of Asian philosophy|title=The Buddha|date=1997|publisher=[[Routledge]]|location=London|isbn=0-415-03535-X|pages=276–85}}
* {{cite book|last1=Murti|first1=T.R.V.|authorlink1=Tiruppattur_R._Venkatachala_Murthi|title=The central philosophy of Buddhism: a study of the Mādhyamika system|date=2008|orig-year=1955|publisher=[[Routledge]]|location=London|isbn=1-135-02946-6|url=https://www.academia.edu/16004454/The_Central_Philosophy_of_Buddhism_A_Study_of_Madhyamika_System_by_T.R.V._Murti|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20171122120355/https://www.academia.edu/16004454/The_Central_Philosophy_of_Buddhism_A_Study_of_Madhyamika_System_by_T.R.V._Murti|archivedate=2017-11-22|df=|ref={{sfnref|Murti|1955}}}}
* {{cite book|last1=Naquin|first1=Susan|title=Millenarian Rebellion in China: The Eight Trigrams Uprising of 1813|date=1976|publisher=[[Yale University Press]]|location=New Haven|isbn=0-300-01893-2|page=13|url=http://hdl.handle.net/1811/5983|ref={{sfnref|Naquin|1976}}}}
* {{cite book|last1=Overmyer|first1=Daniel L.|title=Folk Buddhist Religion: Dissenting Sects in Late Traditional China|date=2013|publisher=[[Harvard University Press]]|isbn=978-0-674-18316-2|url=http://booksc.org/dl/44859454/58bb3f|ref={{sfnref|Overmyer|2013}}}}
* {{Citation|last1=Snellgrove|first1=David L.|author-link=David Snellgrove|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Buddhas and Bodhisattvas: Celestial Buddhas and Bodhisattvas|date=1987|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865997-X|pages=1059–71|edition=2nd|volume=2|url=https://books.google.com/?id=ODIOAQAAMAAJ}}
* {{Citation|url=https://books.google.com/?id=GnYou0owQ5MC|title=Buddhism and society: a great tradition and its Burmese vicissitudes|date=1982|publisher=[[University of California Press]]|isbn=0-520-04672-2|edition=2nd|location=Berkeley u.a.|last1=Spiro|first1=Melford E.|author-link=Melford Spiro}}
Baris 264 ⟶ 372:
* {{citation|last1=Stone|first1=Jacqueline I.|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Lotus Sūtra (Saddharmapuṇḍarīka-Sūtra)|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004a|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=https://books.google.com/?id=5n0YAAAAIAAJ|pages=471–7}}
* {{Citation|last1=Stone|first1=Jacqueline I.|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Nichiren School|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004b|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=https://books.google.com/?id=5n0YAAAAIAAJ|pages=595–8}}
* {{citation|editor1-last=Malalasekera|editor1-first=Gunapala Piyasena|editor1-link=G. P. Malalasekera|first=Samaneri|last=Suvimalee|encyclopedia=Encyclopaedia of Buddhism|title=Saddhā|date=2005|volume=VII|publisher=Government of Ceylon|url=https://www.scribd.com/doc/283220451/Enceylopaedia-of-Buddhism-Vol-Vii|oclc=781859662}}{{Pranala mati|date=Maret 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{Citation|doi=10.1163/156852793x00112|last=Swanson|first=P.L.|year=1993|title='Zen Is Not Buddhism': Recent Japanese Critiques of Buddha-Nature|journal=[[Numen (journal)|Numen]]|volume=40|issue=2|pages=115–49}}
* {{Citation|last1=Swearer|first1=Donald K.|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Folk Religion: Folk Buddhism|date=1987|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865738-1|edition=2nd|url=https://books.google.com/?id=ODIOAQAAMAAJ}}
* {{cite book|last1=Swearer|first1=Donald K.|title=The Buddhist world of Southeast Asia|date=2010|publisher=[[State University of New York Press]]|location=Albany|isbn=978-1-4384-3251-9|edition=2nd|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/the%20buddhist%20world%20of%20southeast%20asia_swearer.pdf|archive-url=https://www.webcitation.org/6vADhQmDu?url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/The%20Buddhist%20World%20of%20Southeast%20Asia_Swearer.pdf|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|df=|ref={{sfnref|Swearer|2010}}}}
* {{Citation|title=The History of Buddhist Thought|first=Edward J.|last=Thomas|author-link=Edward J. Thomas|location=London|publisher=[[Routledge and Kegan Paul]]|edition=2nd|year=1953|series=History of Civilization|url=https://archive.org/download/historyofbuddhis031559mbp/historyofbuddhis031559mbp.pdf|oclc=499999025}}
* {{Citation|last=Trainor|first=K.M.|year=1989|title=Pasanna/Pasada in the Pali Vamsa Literature |journal=Vidyodaya |issn=1391-1937|volume=3 |url=http://dr.lib.sjp.ac.lk/bitstream/123456789/451/1/Pasanna%20Pasada%20in%20the%20Pali.pdf|pages=185–90}}
* {{cite encyclopedia|last1=Tremblay|first1=Xavier|editor1-last=Heirman|editor1-first=Ann|editor2-last=Bumbacher|editor2-first=Stephan Peter|encyclopedia=The spread of Buddhism|title=The spread of Buddhism in Serindia|date=2007|publisher=[[Brill Publishers]]|archive-url=https://www.webcitation.org/6vADtlDZJ?url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/The%20Spread%20of%20Buddhism_HDO_Vol.16_2007.pdf|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|location=Leiden|isbn=9789004158306|edition=online|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/The%20Spread%20of%20Buddhism_HDO_Vol.16_2007.pdf|page=87|df=|ref={{sfnref|Tremblay|2007}}}}
* {{cite encyclopedia|last1=Tuladhar-Douglas|first1=William|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Pūjā: Buddhist pūjā|date=2005|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865980-5|edition=2nd|url=https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%2011.pdf|volume=11|deadurl=yes|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170302005458/https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%2011.pdf|archivedate=2017-03-02|df=|ref={{sfnref|Tuladhar-Douglas|2005}}}}
* {{citation|last=Welch|first=Holmes|title=The Practice of Chinese Buddhism, 1900–1950|publisher=[[Harvard University Press]]|year=1967|url=https://archive.org/download/practiceofchines00welc/practiceofchines00welc_encrypted.pdf}}
* {{Citation|url=https://books.google.com/?id=yMxdAgAAQBAJ|editor-last=Werner|editor-first=Karel|last1=Werner|first1=Karel|authorlink1=Karel Werner|encyclopedia=Love Divine Studies in Bhakti and Devotional Mysticism|title=Love and Devotion in Buddhism|date=2013|publisher=[[Taylor and Francis]]|location=Hoboken|isbn=1-136-77461-0}}
* {{citation|last1=Wijayaratna|first1=Mohan|translator1-first=Claude|translator1-last=Grangier|translator2-first=Steven|translator2-last=Collins|title=Buddhist monastic life: according to the texts of the Theravāda tradition|date=1990|publisher=[[Cambridge University Press]]|isbn=0-521-36428-0|url=https://books.google.com/?id=ftlu5U-Mw8QC}}
* {{citation|last=Williams |first=Paul |author-link=Paul_Williams_(Buddhist_studies_scholar)|title=Mahayana Buddhism: The Doctrinal Foundations |url=https://books.google.com/?id=Z3FuzkBnOxAC |year=2008 |edition=2 |publisher=[[Taylor & Francis]]|isbn=0-203-42847-1}}
* {{cite journal |doi=10.1111/zygo.12391|title='The New Science of Health and Happiness': Investigating Buddhist Engagements with the Scientific Study Of Meditation|first=Jeff|last=Wilson|journal=[[Zygon (journal)|Zygon]]|volume=53|issue=1|year=2018|ref={{sfnref|Wilson|2018}}}}
{{refend}}
 
Baris 281 ⟶ 393:
* [https://www.youtube.com/watch?v=MuHi9Zpx7zo Debate held by the Melbourne Insight Meditation Group about being Buddhist, orthodoxy and faith], between Ajahn Brahmali and [[Stephen Batchelor (author)|Stephen Batchelor]]
 
{{topikTopik Buddhisme}}
 
[[Kategori:Kepercayaan, tradisi, dan pergerakan agama]]
[[Kategori:Buddhisme]]