Tanah Grogot, Paser: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
Edogang1 (bicara | kontrib)
k +image
 
(9 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Dati3
{{Kecamatan
|peta =[[Berkas:Letak-kec-tanahgrogot-paser.PNG|250px|Peta lokasi kecamatan Tanah Grogot]]
|foto =[[Berkas:Kantor Kecamatan Tanah Grogot, Paser.JPG|300px|Kantor camat Tanah Grogot]]
|keterangan =Kantor kecamatan Tanah Grogot
|nama =Tanah Grogot
|dati2 =Kabupaten
|nama dati2 =Paser
|provinsi =Kalimantan Timur
|coordinates ={{coord|-1.902303|116.189232|source:wikidata|display=title,inline}}
|nama camat =...
|pushpin_map =Kalimantan Timur#Indonesia Kalimantan#
|kelurahan =15/1
|nama camat =HM Guntur<ref>{{cite web|url=https://paserkab.go.id/berita/humas/camat-guntur-apresiasi-warga-forum-rt-yang-terlibat-gotong-royong|title=Camat Guntur Apresiasi Warga Forum RT yang Terlibat Gotong Royong|website=paserkab.go.id|date=8 Agustus 2021|accessdate=4 Januari 2022}}</ref>
|luas =... km²
|pendudukkelurahan =... jiwa=15/1
|luas =... km² =335,38
|kepadatan =... jiwa/km²
|penduduk =76334
|penduduktahun=[[2021]]
|pendudukref =<ref name="TG"/>
|kepadatan =... jiwa/km² =228
|kodepos =[[Daftar kode pos di Indonesia|76251]]
}}
'''Tana Paser''' / Tanah Grogot (disingkat: '''TGT'''<ref>http://ftp.paudni.kemdiknas.go.id/paudni/2011/06/SNI_7657-2010_Singkatan_Nama_Kota.pdf</ref>) adalah sebuah [[kecamatan]] yang terletak di Kabupaten [[Kabupaten Paser|Paser]], Provinsi [[Kalimantan Timur]], [[Indonesia]].
 
[[File:Tanah Grogot bridge, Paser in east Kalimantan province.jpg|thumb|Jembatan Tanah Grogot, Paser]]
== Sejarah ==
'''Tanah Grogot''' (yang disingkat: '''TGT''') adalah [[ibu kota]] [[Kabupaten Paser]] yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian dari [[Kabupaten Paser]]. Tanah Grogot juga merupakan sebuah wilayah [[kecamatan]] yang terletak di [[Kabupaten Paser]], [[Kalimantan Timur|Provinsi Kalimantan Timur]], [[Indonesia]].<ref name="TG">{{cite web|url=https://paserkab.bps.go.id/publication/2021/09/24/c54261a68e245ff6a47f08cf/kecamatan-tanah-grogot-dalam-angka-2021.html|title=Kecamatan Tanah Grogot Dalam Angka 2021|website=paserkab.bps.go.id|accessdate=4 Januari 2022|pages=3, 18, 45-46|format=pdf}}</ref> Berdasarkan Undang-undang Nomor 27 tahun 1959 pada tanggal 29 Desember 1959, Tanah Grogot diresmikan sebagai ibu kota [[Kabupaten Paser]].
=== Asal usul nama Tanah Grogot ===
[[Berkas:Masjid Agung Nurul Falah, Paser.jpg|jmpl|[[Masjid Agung Nurul Falah]]]]
[[Asalouyeh|Asal]]-usul nama Kota '''Tanah Grogot'''<ref>[http://archive.is/20120710071008/hamsin.wordpress.com/2008/04/29/asal-usul-nama-tanah-grogot/ Sejarah Kota Tanah Grogot], diakses 24 Januari 2010</ref> berdasarkan cerita setempat tidak dapat dilepaskan dari peristiwa sejarah di [[Sulawesi Selatan]]. Menurut [[Lontara Wajo]] dikisahkan ketika Raja Bone yang bernama [[La Patau Matanna Tika]] mengundang [[Arung Matoa Wajo La Salewangeng]] untuk menghadiri pesta melubangi telinga putrinya. Saat itu ikut pula [[La Madukelleng]] yang merupakan keponakan dari Arung Matoa Wajo La Salewangeng. Sebagaimana kebiasaan bahwa sudah menjadi kegemaran bangsawan [[Bugis]] dalam setiap pesta raja-raja pada masa dahulu diadakan acara sabung ayam.
 
== Pembagian administratif ==
Pada pelaksanaan sabung ayam tersebut terjadi ketidakadilan dalam penyelenggaraan acara, saat ayam putera Raja Bone mati dikalahkan oleh ayam Arung Matowa Wajo. Kemenangan itu tidak diakui oleh orang Bone dan mereka berpendapat bahwa pertarungan tersebut sama kuatnya. Hal ini menyebabkan terjadinya keributan dan berujung pada perkelahian yang mengakibatkan korban di pihak Bone lebih banyak dibandingkan korban di pihak Wajo. Dengan adanya perkelahian tersebut Raja Bone menuntut kepada Wajo agar [[La Madukelleng]] menyerahkan diri untuk mempertanggungjawabkan atas perbuatannya yang dianggap salah. Akan tetapi orang Wajo tidak bersedia memenuhi permintaan Raja Bone. Sebelum Kerajaan Wajo diduduki pasukan Bone, karena tidak mau dijajah La Maddukeleng beserta para pengikutnya merantau meninggalkan Wajo untuk menghindari balas dendam yang akan dilakukan oleh Kerajaan Bone.
Kecamatan Tanah Grogot dibagi menjadi 15 [[desa]] dan 1 [[kelurahan]], yakni;<ref name="TG"/>
 
[[La Madukelleng]] dalam perantauannya dengan bermodalkan tiga ujung; ujung lidah sebagai bekal diplomasi, ujung [[badik]] untuk bertarung, dan ujung kelamin melalui perkawinan. Ia malang melintang di negeri orang mengukir kejayaan orang Bugis secara turun menurun. Dengan modal tersebut La Maddukeleng beserta para pengikutnya dan delapan orang bangsawan menengah, yaitu [[La Mohang Daeng Mangkona]], [[La Pallawa Daeng Marowa]], [[Puanna Dekke'|Puanna Dekke]], [[La Siareje]], [[Daeng Manambung]], [[La Manja Daeng Lebbi]], [[La Sawedi Daeng Sagala]], dan [[La Manrappi Daeng Punggawa]] berangkat dari Paneki, dan pada awalnya menetap di Tanah Malaka (Malaysia Barat). Kemudian pindah dan menetap di wilayah Kerajaan Paser tepatnya di Muara [[Sungai Kandilo]] selama sepuluh tahun, sebelum kembali ke [[Wajo]] dan diangkat menjadi Raja di [[Kerajaan Wajo]].
 
Namun, setelah rombongan tersebut menetap di tempat tersebut, jauh di tanah [[Sulawesi Selatan]] berhubung tanah Wajo telah diduduki oleh [[Kerajaan Bone]], banyak pula warga Wajo yang meninggalkan kampung kelahirannya mengikuti jejak rombongan [[La Madukelleng]] untuk berlayar menuju tanah Paser, sementara sebagian rombongan yang dipimpin La Mohang Daeng Mangkona menuju ke tanah Kutai dan membentuk pemukiman yang menjadi cikal bakal berdirinya Kota Samarinda. Dengan adanya peristiwa tersebut banyak pula orang Bugis yang pada awalnya berasal dari Wajo, saat itu bermukim dan terlibat dalam perdagangan di sekitar Sungai Kandilo.
 
Dalam keseharian rombongan orang Bugis-Wajo yang bermukim di pinggiran [[Sungai Kandilo]] sering mendengar suara arus yang sangat deras dari arus sungai yang menimbulkan suara gemuruh. Dari keadaan itulah orang Bugis-Wajo menamakan pemukiman mereka dengan sebutan ''Tanah Geroro-E'' (''Geroro-E'': suara gemuruh). Dari istilah inilah para Sultan Kerajaan Paser pada saat itu kemudian sering menyebut dengan Tanah Geroro-E yang lama kelamaan diperkirakan menjadi cikal bakal sebutan Kota '''Tanah Grogot'''.
 
Selanjutnya ketika di Kota Tanah Grogot sudah banyak orang [[Bugis]] yang bermukim di sepanjang Sungai Kandilo, datang pula utusan Belanda yang tertarik untuk mengadakan usaha perdagangan di Kota '''Tanah Grogot''' sekitar tahun [[1829]] M. Hal ini dikarenakan kondisi perniagaan Paser pada saat itu sudah cukup ramai dan strategis. Pedagang Belanda yang bernama [[Alexander Van Soow]] mengajukan permohonan langsung pada Sultan Kerajaan Paser untuk meminta izin membangun sebuah rumah sebagai tempat usaha untuk menjual garam dan candu. Dalam permohonannya tersebut berhubung lidah orang Belanda tidak bisa menyebut ''Tanah Geroro-E'' maka pada akhirnya disebut ''Tanah Grogod''.
 
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebutan ''Tanah Grogod'' tersebut lama kelamaan ejaannya disempurnakan menjadi Tanah Grogot. Dengan berjalannya waktu karena kondisi Kota Tanah Grogot semakin ramai setelah dihuni oleh orang Bugis, selanjutnya datang juga orang [[Banjar]], [[Jawa]], dan sebagainya yang menyebabkan penduduk Kota Tanah Grogot semakin banyak. Penduduk tersebut lebih dominan berasal dari Bugis dan Banjar, sehingga kebudayaan mereka cepat membaur dengan penduduk asli [[Suku Paser]]. Maka dari itu tidak mengherankan bahwa pada saat ini dapat dijumpai perpaduan budaya pada orang Paser di '''Kota Tanah Grogot'''. Seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya penduduk yang datang hingga Kota Tanah Grogot terus berkembang pesat. Pada akhirnya berdasarkan Undang-undang Nomor 27 tahun 1959 pada tanggal 29 Desember 1959, Kota Tanah Grogot diresmikan sebagai ibu kota [[Kabupaten Paser]].
 
== Pembagian administratif ==
# Kelurahan [[Tanah Grogot, Tanah Grogot, Paser|Tanah Grogot]]
# Desa [[Janju, Tanah Grogot, Paser|Janju]]
Baris 50 ⟶ 42:
# Desa [[Tapis, Tanah Grogot, Paser|Tapis]]
== Demografi ==
<ref>Zailani, Akhmad (penulis/ketua kelompok), Enny Setyowati,Syarifah, dkk. Laporan Kegiatan Pengabdian Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan (SP3)di Desa Sungai Tuak Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Pasir (1997), Dinas pendidikan Kalimantan Timur,Samarinda.</ref>
[[Berkas:Masjid Agung Nurul Falah, Paser.jpg|jmpl|[[ki|Masjid Agung Nurul Falah]]]]
 
Jumlah penduduk kecamatan Tanah Grogot pada tahun [[2021]] sebanyak 76.334 jiwa, dengan kepadatan penduduk 228 jiwa/km².<ref name="TG"/> Sementara untuk jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut, mayoritas beragama [[Islam]]. Persentasi penduduk berdasarkan agama yang dianut ialah [[Islam]] sebanyak 97,20%. Kemudian yang beragama [[Kristen]] sebanyak 2,69% ([[Protestan]] 2,07% dan [[Katolik]] 0,62%). Selebihnya beragama [[Hindu]] sebanyak 0,07% dan [[Buddha]] sebannyak 0,04%.<ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2020|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=4 Januari 2022|format=visual}}</ref> Untuk saran rumah ibadah terdapat 51 masjid, 75 langgar, 6 musala, 3 gereja [[Protestan]] dan 1 gereja [[Katolik]].<ref name="TG"/>
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Galeri ==
Baris 63 ⟶ 55:
</gallery>
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== SejarahPranala ==
{{Tanah Grogot, Paser}}
{{Kabupaten Paser}}
{{Authority control}}
 
{{Kecamatan-stub}}
 
[[Kategori:Ibu kota kabupaten di Kalimantan Timur|Tanah Grogot]]
 
 
{{Kecamatan-stub}}